Shirou's POV
Di suatu hari yang cerah di musim panas delapan tahun yang lalu, kau masih menggenggam erat tanganku. Kemudian kita berdua berlari jauh, mengabaikan panggilan para penghuni istana.
"Tuan Atsuya, Tuan Shirou! Jangan pergi ke sana!"
Hei, Atsuya. Apa semuanya akan baik-baik saja bila kita terus berlari seperti ini?
Tanpa kutanyakan dan tanpa adanya jawaban, kau berbalik dan tersenyum padaku.
"Te wo tsunageba orenji no sora!"
'When we hold hands, we make a beautiful orange sky.'
Story of Evil
By The Fallen Kuriboh
Inazuma Eleven © Level 5
Song: Twilight Prank by AkunoP
.
.
.
Prologue (1 of 7)
Twilight Prank
'I'll be the day'
'I'll be the night'
'Together we make a beautiful orange sky'
Atsuya's POV
Nani mo nai tokoro de
In an empty place with nothing around,
Semakin jauh aku membawanya, semakin cepat langkahku berderap. Aku terus berlari, tak peduli pada intrupsi yang diberikan oleh kembaranku yang terlalu mudah khawatir ini. Semakin jauh kami berlari, istana tempat kami tinggal tak lagi nampak. Kemudian secara berkala semuanya mulai memudar. Dan kosong.
Ah, Shirou benar. Sekarang kami tersesat.
Totsuzen tsumazuite nakidashita
You suddenly tripped and started to cry.
Namun aku tetap tak menghentikan langkahku. Terus menggenggam tangan kakak kembarku yang mulai berbisik penuh rasa takut dan khawatir. Ia menyadari bahwa kami tersesat dan kemudian...
Kakinya tersandung sebuah kerikil kecil, dan ia terjatuh di belakangku. Membawaku ikut terjatuh juga karena ia ikut menarik tanganku saat terjatuh. Aku menatapnya dan baru saja mulai bicara, andai saja ia tak... menangis.
Ah, aku membuatnya menangis. Kenapa kakak kembarku ini bisa sebegitu cengengnya? Dengan mudahnya menangis hanya karena dihujam rasa sakit akibat terjatuh?
Daijoubu sore wa kitto
It's okay, it's surely just a prank
Merasa bersalah, aku membelai lembut kepala Shirou. Berusaha menghentikannya dari tangisan pilu. Berhasil, tangisannya berhenti. Kemudaian aku tersenyum cerah namun lembut padanya, membuat sepasang kelabu di hadapanku itu bersinar cerah kembali.
"Jangan khawatir, ini semua hanya permainan –tipuan-,"
Warui yuugure no itazura yo
By the naughty twilight.
Kemudian aku tersenyum lebar, sembari mengulurkan sebelah tanganku padanya untuk berdiri. Tangan rapuh Shirou terangkat untuk menggapai uluran hangatku. Kemudian kami kembali bergandengan tangan.
Hayaku kaeranakya
We must return home soon,
"Ayo, kita harus secepatnya kembali ke istana,"
Kuraku naru mae ni
Before it gets dark.
"Sebelum hari mulai gelap."
Dan air muka Shirou berubah, yang tadinya sempat menangis kini berganti menjadi senyuman lembut yang biasa ia tampakan di wajahnya.
Kami kembar, namun sedikit banyak aku melihat beberapa perbedaan besar di antara kami.
Shirou's POV
Suiheisen no mukou de
Beyond the lake's horizon,
Atsuya terus membimbingku berjalan, di tengah senja yang kilaunya membutakan indra. Berkali-kali aku merinding takut. Aku akut bila nantinya kami tidak bisa pulang. Kageyama-san berkata bahwa tempat ini terlarang untuk didatangi. Beliau berkata bahwa ada 'iblis' yang tertidur di tempat ini. Namun pagi tadi Atsuya bilang ingin bermain di sini, jadi aku ikut menemaninya ke tempat ini.
Kalian bertanya kenapa?
Tentu saja karena kami adalah sepasang kembar yang tak terpisahkan.
"...Hei, Shirou."
Lamunanku terbuyar ketika kembaranku yang berambut bagaikan senja itu memanggil namaku. Ia berhenti berjalan, juga tidak menoleh ke arahku. Penasaran, akhirnya aku berjalan maju untuk melihat wajahnya. Dengan tangan kami yang masih bertautan tak terpisahkan.
Atsuya mematung, memandang penuh tanya pada arah depan. Aku sempat bertanya-tanya namun kemudian semuanya terjawab ketika telunjuk Atsuya mengarah pada sesuatu... sebuah danau.
Aku terbelalak kaget.
AKUMA ga NIKORI to waratte'ta
The devil was sneering evilly.
Dan pada saat itu tangan kami berdua masih tetap bertautan. Kurasakan bahwa genggaman tangan Atsuya makin mengerat.
"Watashi no kuroi onaka ni,
kimitachi o irete asobou yo"
"Let me swallow you into my black belly,
so that we can play together!"
Kami berdua bergeming ketika mendengar suara geraman yang terdengar sangat dalam itu. Ah, apa itu sosok 'iblis' yang diceritakan oleh penasehat kerajaan waktu itu?
"Atsuya," Aku memanggil namanya. Setengah takut juga ketika mendengar suara mengerikan itu. Atsuya tetap diam, matanya menatap tajam pada sosok abstrak yang berdiam di balik danau sana. Genggamannya pada tanganku menjadi makin erat. Meskipun begitu, entah bagaimana genggaman tangannya tidak pernah menyakiti tangan rapuhku.
Ya, belum pernah ketika waktu itu.
Hayaku kaeranakya
We must return home soon,
"Aku akan melindungi Shirou!"
Aku termangu ketika mendengar ucapannya, kemudian tersenyum.
"Aku juga akan melindungi Atsuya," Karena kita kembar, dan kita tak akan terpisahkan.
"Jadi, ayo kabur dan segera pulang ke rumah," Kali ini akulah yang berlari di depan dan menarik tangan adik kembarku. Membawa kaki kami berlari menjauh dari danau terkutuk itu. Sang iblis melaju di belakang, mengejar kami dengan hentakan kaki yang kuat namun lambat.
Kita di sini bersama-sama. Jadi jangan khawatir, kita akan terus bersembunyi dan berlari untuk sementara.
Taberareru mae ni
Before we get eaten.
Sementara berlari dulu sebelum kita tertangkap dan dimakan olehnya. Jangan khawatir, kalau kita bersama semuanya pasti akan baik-baik saja. Nee, Atsuya?
Jangan khawatir, aku percaya padamu.
Atsuya's POV
Sunahama ni kakushiteta
The small chest that we hid
Shirou menarik tanganku, dan kami berlari menjauh dari iblis yang menggapai di belakang sana. Fakta yang mengejutkan, mengingat aniki-ku yang satu ini seringkali terlihat lemah. Dan biasanya aku yang akan melindunginya. Namun kadang situasi juga akan seperti ini. Ia melindungiku, seperti saat ketika aku tanpa sengaja memecahkan vas mahal milik Okaa-sama atau dengan sengaja meracuni kolam ikan peliharaan istana. Shirou melindungiku dengan caranya sendiri, sama seperti aku yang melindunginya dengan caraku sendiri. Kami kontras, berbeda. Namun tentu saja dapat saling memahami. Ingat, kami ini kembar yang tak terpisahkan!
"Kita sembunyi di dalam peti ini dulu,"
Chiisana hako wa
In the sandy beach
Tanpa kusadari, Shirou membawaku ke sebuah pantai yang tak pernah kulihat di negeri kami, Lucifernia, sebelumnya. Di depan kami ada sebuah peti, terbuat dari kayu dengan hiasan yang dicat kuning. Terlihat tua, namun masih sangat bagus.
Terburu-buru, Shirou membimbingku untuk masuk ke dalam peti. Kemudian ia menutup pintu dari peti itu.
"Ssst, jangan bicara dulu," bisiknya ketika kami mendengar suara hentakan kaki yang melintas. Ia menggenggam tanganku, sama seperti aku yang selalu menggenggam tangannya. Ya. Seberapa pun nakalnya aku, tentu saja aku sangat menyayangi aniki-ku yang cengeng namun keren ini. Tidak termasuk saat-saat di mana aku menjahilinya tau ketika aku melemparkan ulat bulu pada rambutnya juga ketika aku dengan sengaja mengagetkannya hingga ia terjatuh ke dalam kolam ikan (yang airnya baru saja kuracuni). Aku sadis? Biar saja. Setiap orang punya cara yang berbeda-beda dalam mengekspresikan rasa kasihnya. Begitu kata Otou-sama.
Aku iblis, dan Shirou adalah malaikatnya?
Biar saja, toh Lucifer terlihat keren karena ia memiliki dua sayap. Hitam dan putih. Mungkin itulah kami.
Shirou's POV
Yoru no yami tsutsumarete
Has been engulfed by night's darkness,
Hari mulai gelap, namun tak ada di antara kami yang berani keluar dari peti harta yang terlupakan ini. Ditelan oleh kegelapan yang melindungi kami dari sang iblis yang lapar. Ah, aku lapar. Kurasa Atsuya juga sama, mengingat ia sangatlah rakus dalam memakan kue. Tapi ketika aku melihatnya, fakta berkata lain. Ia tertidur. Ya, mungkin kala malam akulah yang akan terjaga. Supaya bisa saling melindungi satu sama lain.
Mou nido to mitsukaranai
And can no longer be found.
Jadi Atsuya boleh tidur saat ini, tak akan ada iblis yang menemukan kita.
Normal POV
Yuuyake o futari de
Hanbun zutsu wakeaou
Watashi wa hiru
Boku wa yoru
Te o tsunageba ORENJI no sora
Let's divide the twilight
Between the two of us.
I'll be the daytime.
I'll be the nighttime.
When we hold hands, we make a beautiful orange sky.
Keesokan harinya kedua saudara kembar itu berunding dan membuat suatu keputusan.
"Lebih baik kita bergilir untuk mencari jalan pulang dan berjaga,"
"Baiklah, aku ambil siang hari!"
"Kalau begitu aku di malam hari,"
"Yeah! Dengan begini iblis itu tidak akan bisa memakan kita, dan kita bisa tetap bertahan!"
"Pertama-tama, kita cari makanan terlebih dahulu."
"Jangan khawatir, dari kemarin aku membawa Brioche untuk bekal menjelajah tempat ini. Jadi kita tidak akan kelaparan untuk sementara waktu!"
Sang kembaran yang berambut kelabu sweatdrop karena tindakan adik kembarnya yang tanpa pikir panjang namun ternyata membawa berkah pada saat-saat seperti ini.
"Kita bagi dua Brioche ini,"
Dua bocah yang bagai pinang dibelah dua itu saling melempar senyum. Berbagi beberapa Brioche di bawah matahari senja. Dengan tangan yang masih saling bergandengan.
When we hold hands, we make a beautiful orange sky.
Atsuya's POV
Sandome no kane no ne wa
The third chime of the bell
Aku sedang berjalan sendirian di bawah teriknya matahari sembari sesekali menggigit potongan Brioche bagianku. Lalu berteduh sendirian di bawah sebuah pohon kelapa rindang dengan tangan kiri yang terasa hampa. Tanganku tidak lagi bergandengan dengan tangan Shirou. Ia sedang tertidur di dalam peti tempatku bersandar ini. Sedikit sepi, namun bukan masalah besar bagiku. Dan aku kembali mengunyah potongan Brioche-ku.
'Ding... Ding... Ding...'
AKUMA ga me o samasu aizu
Is the signal that the devil is waking up.
Ah, ada suara bel yang menggema di udara, tiga kali.
Tanda bahwa sang iblis yang selalu lapar itu mulai terbangun.
Sial, perkataan si tua Kageyama itu ternyata benar. Iblis itu benar-benar bangkit dari tidurnya. Datang menyongsong kami berdua. Aku berdiri, berusaha melindungi peti tempat Shirou tertidur. Jangan sampai iblis ini tahu kalau Shirou ada di dalam.
Monohoshisou na kao o shite
With a very greedy look on his face,
Aku menatap tajam pada iblis itu. Menyebalkan, wajahnya terlihat tamak. Pandangannya menatap serakah—
JIRORI to kochira o mitsumete'ru
He keeps gazing this way at us.
—pada kami.
Dasar makhluk sial yang serakah.
"Seperti kau bukan manusia yang serakah saja. Kau bahkan sama hinanya— ah, bahkan lebih hina dariku!"
Bahkan iblis jadi-jadian itu kini mengejekku. Sialan. Mata busuk itu terus menatapku dengan intens. Ah, tidak. Ia menatap penuh napsu pada Brioche-ku.
Dan dengan geram aku meneriakinya,
Watashi no oyatsu wa
agenai kara ne!
I will not share my snack
with you!
"Kau memang serakah, memang seorang anak iblis," jawab Iblis itu.
Iblis itu pergi menjauh. Persetan dengan apapun yang ia ucapkan, aku tak peduli. Yang penting Shirou selamat.
—dan aku masih tetap bisa menikmati sisa Brioche-ku.
Ah, aku masih lapar.
Shirou's POV
Duduk di hadapan api unggun di bawah hitamnya tirai langit yang bermotif kerlipan bintang. Di atas ranjang berpasir putih yang nyaman, aku melipat lututku untuk mengumpulkan kehangatan. Hari sudah gelap dan ini adalah 'giliranku'. Atsuya sedang tertidur pulas di dalam peti sana. Menungu matahari untuk membangunkannya.
Onaka ga suita to AKUMA ga
Totemo kanashisou na kao o shita
Saying that he was hungry,
The devil put on a wretched look.
Ah, aku lapar.
Kemudian aku teringat akan Brioche yang dibagikan Atsuya padaku. Melihatnya, aku tersenyum. Kemudian memakan sedikit bagian dari Brioche itu hingga akhirnya sosok iblis kelaparan itu kembali muncul.
Gemetaran, aku berusaha melawan segala rasa takutku untuk berdiri dan memasang kuda-kuda. Aku harus melindungi Atsuya!
"A, apa maumu?" tanyaku. Berusaha mengurangi gemetar pada pita suaraku namun percuma.
"Aku lapar," ucapnya dengan ekspresi (yang tanpa kuduga) terlihat sedih.
Ah... ia juga lapar, sama sepertiku.
"Sekai o subete nomikonde mo
watashi no onaka wa fukurenai no"
"Even if I were to swallow the whole world,
my belly will still be hungry."
Aku menatap mata iblis itu, menerawang pada rasa sedihnya. Oh, Tuhan bahkan tega mengutuk makhluk ini hingga ia tak akan pernah kenyang sampai akhir hayatnya. Pasti sangat menyedihkan untuk terus hidup seperti ini.
kawaisou dakara
I feel really sorry for him,
"Aku tidak tahu kalau ternyata seperti itu. Pasti tidak menyenangkan ya hidup tanpa merasakan kenyang?" ucapku. Menatap iblis itu dengan penuh belas kasih.
"Sama seperti manusia yang duduk di sebelah kananmu,"
"Hm? Barusan kau bilang apa?" Aku tidak mendengar ucapan iblis itu. Tiba-tiba saja suaranya mengecil dan berbisik seperti itu. Tentu saja aku tidak menyadarinya.
"Tidak. Hanya saja aku akan pergi. Aku sudah tidak ada minat untuk memakan kalian." Iblis itu berjalan menjauh. Ah, dengan begini aku dan Atsuya akan aman. Tapi...
Tapi...
"Tunggu!" Aku berlari menyusul iblis itu. Menggapai baju lusuhnya dengan tanganku sebelum ia dapat pergi lebih jauh lagi. Membalas ekspresi bingungnya, aku tersenyum lembut kemudian mengulurkan tanganku padanya.
Oyatsu o wakete ageru
So I'll share my snack.
"Apa itu?"
"Ini Brioche. Rasanya enak sekali," ucapku dengan nada bicara cerah.
"Maksudku, kenapa kau memberikannya padaku?"
"Karena kau lapar," jawabku.
"Jadi paling tidak kau tidak akan merasa jauh lebih lapar, karena aku membagi makananku untukmu. Paling tidak kau tidak akan jauh menderita. Otou-sama selalu mengajarkanku untuk berbagi pada orang yang membutuhkan," Aku tersenyum lebar. Sepolos yang pernah kuingat. Iblis itu dengan ragu meraih potongan Brioche dariku, kemudian memakannya dengan wajah berseri damai. Aku tersenyum, duduk di sebelahnya sambil ikut memakan sedikit sisa Brioche bagianku.
"arigatou ouji-sama
Orei ni kono umi no
chiisana himitsu o
kossori oshiete agemashou"
"Thank you, noble prince.
To repay your generosity,
I'll tell you a little secret
about this ocean."
Kemudian iblis (yang ternyata tidak jahat itu) membisikkan sesuatu padaku. Sebuah rahasia sekaligus keajaiban laut yang sangat mengejutkan. Mataku berbinar, dan aku tersenyum sejadinya. Begitu lebar hingga membuat iblis itu ikut tersenyum untukku.
"Arigato!" ucapku sembari tersenyum lebar padanya, untuk terakhir kalinya.
"Selamat tinggal, pangeran kecil yang besar hati."
Kemudian iblis itu berlalu, menyisakan kelopak daisy yang berhamburan di depan wajahku. Yang membentu sebuah jalan berkelok panjang...
...Eh, ini kan jalan menuju...
Yuuyake o futari de
hanbun zutsu wakeaou
Ato de kimi ni mo oshiete ageru
kono umi no suteki na himitsu
Let's divide the twilight
between the two of us.
Don't worry, I'll share with you later
the wonderful secret of this ocean.
"Atsuya, Atsuya!" Aku membuka peti tempat Atsuya tertidur dengan senyuman yang cerah, "Ayo kita pulang sekarang!"
Aku tersenyum maklum ketika melihat sosok Atsuya yang masih tertidur tanpa pertahanan di dalam peti nyaman itu. Di sekitar mulutnya ada sisa-sisa remahan Brioche. Aku tertawa kecil, kemudian menggendong adik kembarku di belakang punggung. Kakiku melangkah ringan mengikuti jalan setapak indah yang dibuat oleh kelopak-kelopak daisy. Aku tersenyum riang. Tunggu sampai Atsuya bangun. Nanti akan kuceritakan tentang petualanganku dan satu rahasia ajaib yang disembunyikan oleh lautan luas ini.
Masih banyak waktu, karena selamanya kita kan terus saling menggenggam tangan bersama~
Yuuyake o futari de
hanbun zutsu wakeaou
watashi wa hiru
boku wa yoru
te o tsunageba ORENJI no sora
Let's divide the twilight
between the two of us.
I'll be the daytime.
I'll be the nighttime.
When we hold hands, we make a beautiful orange sky.
Catatan mengenai sepotong kisah yang terjadi sebelum takdir memutarbalikkan kebahagiaan dua saudara kembar yang tak terpisahkan ini.
Yang hanya akan tetap dikenang oleh sosok butler istana Lucifernia, ketika usianya menginjak angka empat belas tahun.
To be Continued
Note1: Bagaimana deskripsi fic-nya? Masih ambigu kah? Saia agak bingung di bagian reff-nya. Sumpah itu ambigu banget. Jadi dari sana saia gunakan imajinasi (yang dipinjem dari Spongebob) untuk mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan frase pada reff-nya. Tentang snack mereka juga kan di lagunya nggak disebutkan, tapi karena di lagu Daughter of Evil ama Servant of Evil disebutkan kalau snack kesukaan putri adalah Brioche, jadi saia pakai jenis roti ini dalam fic.
Note2: Demi Kuriboh ngglundung apa pula maksudnya kok itu Len ama Rin (di versi aslinya) tahu-tahu membagi diri(?) begitu! Kenapa Rin meski jadi siang sementara Len jadi malam? Saia kan gak mudeng AkunoP-samaaaa! D'X
Note3: Tapi jujur, saia nggak benci ini. Di sini Shirou dan Atsuya yang masih bocah berusaha saling melindungi satu sama lain~ Persaudaraan yang indah.
Note4: Kalau dengar lagunya, rasanya agak menyimpang sama liriknya yang ampe ada kata-kata iblis segala. Wew, AkunoP hebat banget bisa bikin lagu membingungkan macam ini. (plak!)
Note5: Ini fic agak cepat pengerjaannya. 2k+ dalam waktu setengah hari. Ah, ketika inspirasi mengalir segalanya terlihat indah. Saia tadi sempat salah ketik 'pinang dibelah dua' jadi 'pindang dibelah dua'. Jadi ngakak sendiri! XDD (lhateruskenapa)
Note6: Ah, ini fic sedikit menuai kontroversi antara saia dan seorang teman. Tapi saia putuskan untuk tidak meminta bantuannya. Tapi saia takutnya ntar ada yang nggak paham ama alur ceritanya. Apalagi yang nggak pernah tahu lagu-lagunya dan belum baca kronologinya di Vocaloid wiki. Ah, saia butuh kelinci percobaan... (plak!)
Note7: Selanjutnya adalah 'Aku no Musume', yang mana itu berarti Atsuya bakal jadi super bejat yeah! (plak!)
Note8: Eh, baru-baru ini saia lagi demen ama fandom (demen ama pair lebih tepatnya) Mirai Nikki, Tsubasa Reservoir Chronicle, dan Metal Fight Beyblade. Ada yang suka juga? XD
Note9: Happy birthday to Tao Ren dari Shaman King~ (salah fandom woy!)
Note10: Dan mohon maaf karena mungkin ini fic (dan DC dan fic-fic multichap saia lainnya) tidak bisa update dalam wakt dekat. Saia agak sibuk di awal semester nanti. (plak!)
Note11: Kalau pakai note system kayak gini, jadi kelihatan banget kalau saia banyak bacot ya? -_-
Note12: Oke. Last, mind to RnR?
Last Dimension will come
The Fallen Kuriboh
