Fan Fiction : Naruto

Author : Tsuki

Title : Cold Blooded Boy Vs Hot Blooded Girl

Genre : Comedy-romantic, Horror

Rating : T

Pairing : Uchiha SasukeXSakura Haruno

Length : Chapters

Disclaimer : Naruto is the property of Masashi Kishimoto.

Author's Note : This is my first comedy-roman fan fic which I dedicated for my sister Siti Zulhia Radhi. Please do not bash me for my bad sense of humors, but feel free to give me comment and critic for improvement.

Warning : Before reading this fic I got to warn you something, in the first part most of the story are narrative for I want all readers to understand the story background. However if you feel bored because of the long narration, u can just leave the note in honor. As a writer I wished you like it. Hehehehehe peace! For those who read this fic please leave your comment and critic.

Enjoy!

Story 1, the History.

Masyarakat mengindentifikasikan makhluk berdarah dingin sebagai vampir, sedangkan makhluk berdarah panas mereka identifikasi sebagai werewolf. Selama ratusan tahun dua makhluk berbeda clan ini saling bermusuhan.

Di zaman dimana kegelapan merajai bumi, dan kekuatan yang bersumber dari ajaran sesat masih dipercayai, mitos itu berkembang; melahirkan sebuah cerita tentang makhluk yang tinggal di belantara paling gelap,- di sisi terdalam dunia yang tidak tereksplorasi.

Mereka menyebar terror di antara penduduk desa, menerkam di kegelapan malam, dan memakan siapa saja tanpa belas kasih. Setetes darah manusia bagai anggur merah yang memabukan bagi para vampir. Mula-mula mereka akan menghiptonismu dengan kecantikan ragawinya, dan ketika dirimu berada dibawah kendalinya, mereka mulai menancapkan taring-taring tajam itu yang perlahan menyusup masuk melalui kulit tipis lehermu.

Berbeda dengan vampir, daging manusia adalah hidangan menggiurkan bagi para werewolf. Mereka akan menangkapmu dalam satu kali serangan, mengeringkan darahmu terlebih dahulu sebelum menikmati sensasi rasa dagingmu melalui setiap cabikan "gerigi tajamnya." Jangan khawatir itu zaman dulu. Kalau sekarang ceritanya beda lagi. Cerita ini akan menjadi sebuah kisah yang hebat tentang dua insan berbeda keturunan yang harus terlibat dalam rantai takdir berbabad-abad yang lalu.

Let the story begin. .

Meet the boy, Uchiha Sasuke,- sang pangeran vampir (Bampaia no oujisama). Pemuda berparas menawan, berwawasan luas, namun berhati dingin laksana es abadi kutub utara ini adalah sasaran obsesi kaum hawa. Menyempurnakan kualifikasinya sebagai pemuda most wanted di abad 21, Sasuke memiliki kekayaan yang tidak habis digerus masa (Maklum lah dia kan vampir). Apapun yang dia inginkan, dengan satu kedipan mata saja,- langsung dia dapatkan. Dan saat ini dia bersekolah di salah satu sekolah elit di Jepang, Konoha Gakuen.

Tidak ada yang tahu kalau Sasuke terlahir di keluarga aristokrat Uchiha. Salah satu clan vampir dari empat clan yang tersisa. Perang terakhir melawan bangsa werewolf seratus tahun yang lalu, telah menelan korban cukup signifikan. Mereka kehilangan enam dari sepuluh clan vampir terkuat pada masa itu. Dan yang berhasil bertahan melewati segala peralihan masa hingga akhirnya sampai di titik ini pun kian mengukuhkan posisinya sebagai keluarga paling berpengaruh. Bagaimana tidak, setiap anggota keluarga Uchiha memiliki talenta dan tingkat intelegensia diatas rata-rata.

Jangan tanya bagaimana dia menjalani hidup setelah beberapa dekade dilewatinya. Mulanya dia sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru, namun lambat laun terjadi proses evolusi akibat perubahan pola hidup. Contoh : Tidak terlalu adiktif dengan darah. Sebagai subtitusinya dia mengkonsumsi obat penambah darah. Kemudian bisa beraktivitas di siang hari. Thanks to the anti UV lotion, losion anti sinar ultraviolet yang mengandung SPF dan UV dengan kadar tinggi (Okashi desu ne).

Narator telah menjelaskan sedikit tentang sejarah clan vampir. Banting setir cerita, kembali ke tokoh utama pria kita, Uchiha Sasuke. (Plok . . Plok . . Plok . . . hanya dramatisasi kreatif pengarang, silahkan diabaikan saja)

Pagi itu, Sasuke berangkat sekolah dengan pengawalan supir dan dua pria bertubuh besar atas perintah sang superior, Uchiha Itachi. Tahun ini akan menjadi tahun keduanya di asrama setelah enam bulan kemarin menghabiskan liburan musim dingin di kediamannya. Para vampir biasa memanfaatkan momen itu sebagai waktu yang tepat untuk hibernasi di peti mati.

"Sasuke-sama, kita telah sampai di sekolah." Ucap salah seorang bodyguard seraya membuka pintu mobil. Pemuda berambut ala emo itu sejenak terdiam, mengamati beberapa siswa yang tengah berlari-lari mengejar temannya bersenda gurau. Ada pula sekumpulan siswi yang ramai membicarakan isu terkini hari ini. Di susul teriakan yang memekakan telinga saling bersahutan. Sejujurnya, dia malas kalau harus bersosialisasi di lingkungan akademis begini. Tapi apa boleh buat, dia tidak punya pilihan lain selain daripada mentaati aturan penyelenggaraan hidup yang ditetapkan manusia.

"Kalian tidak perlu menjengukku disini. Aku akan baik-baik saja. Katakan itu pada niisama!" Tegas Sasuke keluar dari mobil. Gara-gara aniki yang terlalu over protektif, kemana-mana dia harus mendapat pengawalan ketat para bodyguard. Dengan dalih bahwa dia adalah calon pewaris takhta berikutnya, Itachi-niisama menekan kebebasannya dalam melakukan sesuatu.

"Demou," Sasuke melempar tatapan tajam, enggan mendengar nada penolakan. "Haii, wakarimasta oujisama." Ucap pria bertampang sangar tersebut; menundukkan kepala pertanda mengerti. Kedua bodyguard itu lantas berbagi tugas. Satu diantaranya menggembol tas Sasuke dan yang satunya lagi menarik koper berukuran cukup besar milik sang tuan muda.

Baru menginjakkan kaki di depan pintu gerbang saja, kehebohan melanda. Koloni siswi membentuk skuadron masing-masing di dua sisi. Mereka berjajar rapi menyambut idola pujaannya. Sasuke sendiri nampak acuh menanggapi lengkingan teriakkan siswi-siswi itu, yang tak ayal lagi menggetarkan gendang telinga. Di matanya mereka tidak jauh beda seperti sekumpulan sayuran dan buah-buahan yang bergerak.

"Kya, kya, kya, kya, kya, Sasuke-saaamaaa!"

"Menyebalkan!" Umpatnya. Setiap hari dia disuguhi pemandangan yang sama. Gadis-gadis dengan mini skirt, berjajar selayaknya pagar betis. Bahkan, di antara mereka tidak sedikit pula yang korengan. Sampai tahap ini two thumbs up untuk rasa percaya diri mereka yang tinggi (Mata vampir memang jeli).

That's our oujisama profile. How about the girl who will become his rival? Let's find our himesama!

Kuran~Tsuki

Meet the girl, Haruno Sakura,- sang putri serigala (Okami no Himesama). Gadis jelita berambut pink yang mengingatkanmu pada kelopak bunga sakura, dan bola mata emeraldnya yang cemerlang nan mempesona ini, bukanlah gadis "berstandar biasa". Meskipun tingkat emosionalnya lebih dominan terhadap kinerja aplikasi otaknya dibandingkan tingkat intelegensianya yang kurang dimaksimalkan pemakaiannya, namun hal itu tidak mempengaruhi popularitasnya di kalangan kaum adam. Kecantikan alami yang dimilikinya membius setiap mata untuk memandangnya. Akan tetapi, di balik keindahan itu tersimpan kekuatan yang brutal dan menakutkan hingga menghasilkan predikat baru untuknya yaitu putri bertangan besi.

Sakura terlahir di keluarga Haruno, salah satu clan werewolf yang langka. Sama halnya dengan clan Uchiha, keberadaan clan ini tidak boleh diketahui dunia. Menurut sejarah yang terukir di dinding batu, clan Haruno merupakan clan werewolf paling tua atau bisa dikatakan sebagai ancestor. Oleh karena di dalam tubuh mereka mengalir darah vampir (Half-blood line), maka mereka pun mengabdi kepada clan penghisap darah tersebut. Namun, akhirnya mereka menyatakan diri sebagai bangsa yang independen sehingga memicu perseteruan diantara keduanya. Hal yang menjadi penyebab keinginan mereka untuk melepaskan diri dari otorisasi vampir, tidak lain adalah hukum aristokrasi yang diberlakukan clan tersebut menempatkan mereka di posisi terendah di dalam hirarkhi keturunan. Puncak perseteruan itu berujung pada peperangan hebat yang terjadi selama lebih dari ratusan lamanya yang memakan korban di pihak masing-masing dalam kuantitas besar.

Clan werewolf terkenal akan perangainya yang barbar. Mereka emosional. Mudah sekali terbakar api amarah. Tuntutan hidup di dalam tangkup ekosistem yang baru membuat mereka berjuang untuk dapat menyesuaikan diri. Meskipun terkadang sesuatu yang menyangkut emosi memang di luar kendali. Seiring proses adaptasi yang dilakukan, beberapa perubahan mendasar mulai tampak. Diantaranya adalah :

Physical changes, perubahan secara fisik ini terutama tampak jelas ketika malam bulan purnama tiba dimana mereka berubah menjadi serigala seutuhnya. Namun, perubahan itu tidak berlaku lagi sekarang. Werewolf abad 21 mengalami evolusi yang sama seperti Wolverine dalam film X-Men (Bisa dibayangkan kan).

Cara hidup yang dulunya nomaden atau berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain sudah mulai ditinggalkan. Mereka kini menetap di sebuah hunian megah yang terisolir barisan gunung. (Untuk yang satu ini, sulit untuk dirubah).

Persoalan makanan wajib yang dikonsumsi. Dewasa ini mereka tidak lagi ketergantungan pada daging manusia. Sebagai gantinya mereka mengkonsumsi daging hewan sejenis kambing dan sapi. Masalahnya, satu orang bisa menghabiskan satu ekor daging kambing atau sapi panggang (Rakus juga).

Sekian riwayat clan werewolf diatas. Mari kita lanjutkan pada pembahasan tokoh wanita utama kita, Haruno Sakura. (Bunyi terompet bergema, muncul iklan layanan kesehatan di muka. Sekedar intermezzo, silahkan di skip saja).

Hari sudah beranjak siang, namun matahari masih bermurah hati memancarkan sinar yang hangat. Di atas sana air muka langit tampak biru cerah,- sungguh indah kala di abadikan mata.

Tampak seorang gadis tengah membalut pangkal lengannya menggunakan kain putih yang tebal. Setelah dirasa cukup kuat, dia lalu mengambil ancang-ancang, kedua tangannya yang terbalut mulai dikepalkan, dan dengan mengerahkan seluruh tenaganya dia meninju keras laki-laki hidung belang di hadapannya.

"CHAAAA!"

Dezighhhh! Jab berkekuatan tenaga kuda ala Sakura mendarat di tubuh sang lelaki. Saking kuatnya si korban sampai terlempar ke angkasa bagai mengampul di atas trampolin raksasa berdaya lempar tinggi.

Ting! Dan akhirnya menjadi bintang di langit barengan tim roket. Sakura menyeringai puas karena dia baru saja menambah koleksi korban tinjunya yang ke-46. Jadi sudah sepatutnya dia berbangga hati toh sampai saat ini belum ada yang bisa menandinginya. Rekor yang diraihnya terlalu sulit untuk dipecahkan. Tetapi siapa juga yang beminat menyaingi rekor konyolnya tersebut (Saa na).

"Hahahaha . . . Siapa yang berani tidak melawanku akan bernasib sama dengannya." Ujarnya penuh bangga di sela tawa lebarnya.

Perilaku Sakura benar-benar mencerminkan karakter werewolf yang barbar. Gadis itu tidak mahir dalam mengontrol emosi. Bermacam masalah dibuatnya, dan banyak korban berjatuhan gara-gara bogem mentahnya. Berkali-kali dia di transfer dari satu sekolah ke sekolah yang lain. Namun, tetap saja tidak berefek apa-apa terhadapnya.

Kepuasan batin itu tidak berlangsung lama manakala dia menangkap geraman seseorang tepat di belakangnya. Penciuman tajamnya mengendus kehadiran serigala lain yang menguarkan kekuatan jauh melebihinya. Dan dia kenal betul siapa pemilik pendar kekuatan sebesar ini.

Wajah sakura seketika memucat, bibirnya gemetar merapalkan sesuatu yang terputus-putus. Dia duduk bersimpuh di atas lantai kayu jati yang masih kokoh biarpun ditempa usia. Pria bertubuh kekar itu menyeringai buas, membuat Sakura meringkuk takut.

"Otou . . sama," Ucapnya perlahan. Di dunia ini satu-satunya sosok orang yang membuatnya merasa takut adalah sang ayah. Pria yang mengemban tugas sebagai pemimpin kaum serigala yang tersisa. Pengalaman hidupnya bahkan lebih lama daripada siapapun di dalam klannya.

"Ayah tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk merubah perilaku barbarmu dan emosimu yang tidak stabil itu. Meskipun kita berasal dari klan serigala yang selalu dianggap sebagai klan kasta rendah dan berperangai buruk, ayah tetap percaya suatu saat kita bisa merubah paradigma itu. Ayah tidak punya pilihan lain selain mengirimmu ke asrama." Sakura tersentak, keputusan ayahnya tidak bisa begitu saja diterimanya. Apalagi dia benci kehidupan asrama, .

"Demou, otousama. Aku tidak mau pindah sekolah lagi. ." Disini, sang ayah memotong kalimatnya. "Apa kau ingin menguji kesabaran ayah? Kau tahu dengan jelas kalau ayah tidak suka ditentang." Sakura menundukkan kepala, enggan menatap wajah ayahnya yang mengerikan. Gigi serigala tua itu bergemeretakan tatkala mencoba menahan luapan emosinya.

"Haii, otousama. Aku mengerti." Sakura mengakhiri perdebatan tanpa mau mempertimbangkannya lebih jauh lagi.

"Bagus. Jangan khawatir kau tidak akan sendirian disana. Ayah juga akan mengirim Ino, Tenten dan Karin untuk menemanimu." Mendengar pernyataan ayahnya barusan, wajah lesu Sakura yang mendung berawan pun berubah cerah berbinar.

"Hontou? Kalau ada mereka aku tidak akan mati bosan disana!"

"Tapi ingatlah satu hal, kau harus berhati-hati dan hindari masalah." Ucap sang ayah menasehati.

"Wakatta deso!" Biarpun Sakura berkata demikian, ayahnya tetap merasa cemas. Senyuman putri tunggalnya itu bagai ambigu yang sukar untuk diterka apa makna sesungguhnya.

Kuran~Tsuki

"I realize the screaming pain. Hearing loud in my brain, but I am going straight ahead with the scar. Can you hear me? So am I," Suara merdu Sasuke mengalun indah di tengah riuh teriakkan para gadis yang sedari siang berkerumun di halaman luar dormitory. Padahal hari sudah mulai menjelang petang, tetapi tampaknya mereka tidak merasa lelah sedikit pun. Dia tak mau peduli,- pemuda bermata hitam pekat itu larut dalam irama permainan senar yang dipetiknya. Jemari panjangnya menari lincah, menelusuri setiap kunci lagu. Saat ini seluruh konsentrasinya hanya ditumpahkan untuk bernyanyi,- diiringi alunan alat musik gitar kesayangannya.

Tiba-tiba suara beritme lambat dengan aksen khas yang dikenalnya memaksa Sasuke mengalih pandang.

"Sasuke-kun, sampai kapan kau akan membiarkan para gadis itu menunggu. Semakin dilihat darahku semakin berdesir saja. Coba kau tengok wajah-wajah energik itu, oishii .. Darah mereka pasti sangat menyegarkan!" Tukas pemuda berambut ungu terang, mengerenyitkan giginya yang hampir semua didominasi taring-taring tajam. Penampilannya yang eksentrik membuat sosoknya mudah dikenali diantara rimbunan bunga-bunga bercorak ceria. Bayangkan saja, dia menggunakan atasan warna pink berenda dan terusan berwarna senada. Sandal beludru ungu tua yang tabrak lari, dan boneka beruang seukuran bantal di dekapnya erat. pemuda itu asyik mengintip dari balik jendela.

Sasuke menggelengkan kepala, melanjutkan permainan musiknya yang sempat terhenti.

"Suigetsu, jangan bicara sembarangan. Kalau sampai kau menyerang salah satu dari mereka, maka tamatlah riwayatmu. Tapi aku pikir itu lebih baik untukmu." Sindir pemuda lainnya kepada si eksentrik Suigetsu. Secara tampilan, dia lebih normal dan mencerminkan pria sejati. Shikashi, dia memiliki bola mata berwarna putih yang membuatnya terlihat selayaknya orang tuna netra di pasar kaget. Meski begitu letak kekuatan pemuda berparas cantik itu (Coba di bedakin deh) justru ada pada bola matanya tersebut.

"Urusaina Neji-kun! Sasuke-kun lihat sendiri kan bagaimana sikapnya padaku? Aku tidak terima. Pokoknya tidak terimaaa!" Suigetsu merengek, berguling-guling di lantai. Neji memang senang memperolok si lebay yang lebih mirip makhluk bersirip ketimbang vampir. Sikap kekanak-kanakannya lumayan menggemaskan hingga dia ingin sekali mengerjainya habis-habisan. Apa? Malang nian nasib Suigetsu. Karakter polosnya membawa malapetaka untuk dirinya sendiri. Menanggapi keributan kecil antara Neji dan Suigetsu, Sasuke hanya samar tersenyum.

"Yamenasai . . kalau kalian bertengkar begitu aku jadi tidak bisa fokus membaca buku." Sambung pemuda berwajah pucat seperti mayat yang duduk elegan di sofa. Ditangannya, dia menggengam sebuah pocket book. Di sela-sela aktifitas membacanya, sesekali dia menyeruput teh yang sudah disediakannya dengan penuh khidmat. Suigetsu semakin kesal. Tidak ada seorang pun yang membelanya. Padahal dia sudah memasang tampang innocent mautnya. Dengan langkah kaki di hentak, dia lalu menghampiri pemuda yang diketahui bernama Sai.

"Kau ini memang orang yang sulit untuk dijabarkan dengan rumus aljabar. Keberadaanmu bagai unsur senyawa yang rumit untuk diuraikan dengan rumus kimia. Kau pun memiliki ekspresi yang tidak natural. Benar-benar menakutkan!" Jikalau Sai normal,- Seharusnya dia marah atau setidaknya kesal ketika dikatai demikian. Sebaliknya dia malah tersenyum dan kembali mengarahkan pandangannya ke buku. Suigetsu pun penasaran kira-kira buku macam apa yang membuat teman langkanya ini begitu serius menyelami konten cerita di dalamnya. Kembali dia bertanya,

"Sebenarnya buku apa yang sedang kau baca?" Sai mendelik cepat menatap Suigetsu, intens.

Deg! Dia tidak biasa menerima tatapan semacam itu apalagi dari orang aneh seperti Sai. Sekujur tubuhnya sampai gemetaran karena takut.

Sai mengulang senyum misteriusnya, "Icha-icha tactics. Buku ini bisa menjadi stimulator bagus untuk melatih fleksibilitas ekspresi." Ungkapnya.

Toeng! Baaka baakashi, kenapa ada makhluk semacam ini di dunia. Suigetsu membatin.

Tanpa terasa suara teriakkan itu pun akhirnya mereda. Sasuke menatap jam di pergelangan lengan kirinya menunjukkan pukul 9 malam. Saat ini seluruh penghuni dorm pasti tengah beristirahat. Namun, bagi vampir seperti mereka justru sebaliknya. Malam hari adalah waktu yang tepat untuk bermain,- melakukan perburuan. Sasuke meletakkan gitar di sofa, pemuda itu lalu beranjak menuju jendela.

"Lagu itu aku ciptakan untuk album yang baru. Sebentar lagi proses rekaman akan dimulai, jadi kalian harus bersiap-siap. Untuk merayakannya, malam ini kita akan pergi berburu." Tukasnya,

"Kalau sampai ketahuan Itachi-sama bisa repot jadinya." Neji menyandarkan tubuhnya ke tembok,- sepasang matanya menatap langit-langit.

"Zannen, sebentar lagi aku selesai membacanya. Apa boleh buat kuselesaikan besok saja." Timpa Sai menutup bukunya,- kemudian dia masukkan ke dalam saku celana.

"Aah . . . aku tidak sabar untuk berburu!' Seru Suigetsu, berlari-lari kecil mengitari ruangan (Ada-ada saja).

"Tenang saja . . Mengenai niisama aku yang tangani. Bloody Rose it's our time to move."

Kegelapan seketika menyelimuti jalanan kota Tokyo. Di antara gemerlap lampu dan eksotisme malam yang ditawarkan kota dengan sejuta hiburan yang tidak semuanya mampu terengkuh ini, keempat makhluk berwujud anak adam yang indah itu berkendara di pelataran jalan yang penuh dengan lalu lalang berbagai kendaraan. Melaju dengan kecepatan tinggi, Sasuke nyaris saja menabrak seseorang. Refleks mereka turun dari mobil untuk melihat kondisi orang yang hampir ditabraknya.

"Anda baik-baik saja?" Tanya Sasuke, membantu orang itu berdiri. Ketiga temannya yang lain memperhatikan dengan seksama kalau-kalau ada luka serius di tubuh orang tersebut. Sasuke menautkan alis, melihat penampilannya yang aneh. Dia mengenakan jubah berwarna hitam, wajahnya tersembunyi di balik kerudung jubah tersebut sehingga Sasuke tidak tahu visualisasi orang itu. Tiba-tiba saja dia berkata dengan suara mirip seorang nenek.

"Seseorang di masa lalu kembali mengetuk pintu memorimu. Tangan takdir akan menunjukkan jalan itu." Setelah meracau tidak jelas, dia berjalan terhuyung, menembus kegelapan sudut kota.

"Nani ga ittai?" Batin Sasuke.