Sequel Real Bitter

Tittle : My Sun

Cast : Huang Zi Tao

Wu Yi Fan/Kris

Other

Author Notes:

Sumpah baca Review reader yang minta sequel, jadi terharu. Trnyata ada juga yang suka sama ff Real Bitter yang menurut saya absurd dan aneh itu. Saya kira yg review bakalan kurang dari 10, tapi liat lebih dari 20 udah seneng bgt! Makasih buat reader yg baik hati ninggalin jejaknya untuk baca ff saya. Ini Flasback yah, jadi belum sequel intinya, maaf kalo mmbingungkan. Dan kayanya bakalan berchapter. Tunggu aja yah, itu kalo ada yang mau nunggu hehe. Author gak akan php-in reader deh, walopun updatenya lama tpi janji bakalan dilanjut.

.

.

Malam itu, tak henti-hentinya Kris berjalan mondar-mandir di depan sebuah pintu yang bertulis UGD. Wajahnya terlihat begitu khawatir, panik, dan takut. Tapi yang lebih mendominasi adalah rasa takut. Kris takut kalau seseorang yang berada didalam sana tidak berhasil. Seseorang yang tengah mempertaruhkan nyawanya demi kehadiran sesosok malaikat kecil yang akaan mengisi kehidupan barunya nanti. Seseorang yang akan mewarisi sifat dan rupa dari kedua orang tuanya. Kris berharap semoga anak dan istrinya selamat. 3 jam dokter dan perawat yang adda didalam ruangan itu belum juga keluar. Selama itukah proses melahirkan? Pikirnya. Ia melihat jam yang melingkar indah di pergelangan tangannya. Jam 4. Tunjuk jarum jam yang lebih pendek tersebut. Kris terduduk di ruang tunggu sambil menundukan kepalanya dengan kedua paha yang menjadi tumpuan sikunya. Dari jauh terlihat seperi orang yang patah semangat.

KLEK

Pintu berwarna coklat tua itu terbuka, terlihat seorang dokter dengan wajah yang dipenuhi peluh dikeningnya.

"Chen! Bagaimana keadaan Zitao dan anakku?" Kris menghampiri dokter muda itu yang tak lain teman dekatnya semasa kuliah dulu.

Chen menghela nafas lemah lalu memandang Kris lekat "Buruk." Hanya satu kata yang terucap dengan wajah yang tak kalah khawatir dari Kris.

"Apa maksudmu? Cepat katakan?" tanya Kris cepat. Kris menjadi sedikit emosi, lalu memandang Chen dengan tatapan tajamnya, seperti naga yang siap menerkam mangsanya.

"Ikut keruanganku Kris" Chen berjalan mendahului Kris, tak memperdulikan tatapan bertanya yang Kris layangkan padanya.

"APA?"

Suara berat yang terdengar di ruangan dengan aroma yang sangat khas dengan bau obat-obatan itu , membuat suasana yang tercipta diantara dua orang yang duduk berhadapan yang hanya dibatasi oleh satu meja itu mendadak tegang.

"Aku harus memilih anak atau istriku?" lanjut suara berat itu yang tak lain pemiliknya adalah Kris.

"Iya, Kris. Jika kau tidak cepat memutuskannya, kedua orang yang kau cintai itu tak bisa di selamatkan. Kita tidak punya banyak waktu, Zitao tengah bertarung dengan keadaannya Kris" Tutur Chen, dokter yang menangani istri dari seorang pengusaha muda dihadapannya ini.

"Tak bisakah kau menyelamatkan keduanya, Chen? Mereka sangat berharga bagiku"

"Aku bisa saja melakukannya, tapi aku tidak yakin dengan kondisi keduanya akan baik-baik saja"

"Apa ada masalah Chen? Kenapa kau terlihat ragu?" tanya Kris dengan alis terangkat.

"Kris,aku memberimu pilihan agar kau tak menyesali apa yang kau pilih. Bukan aku tak bisa menyelamatkan keduanya, tapi kau tahu kan selama ini kandungan Zitao amat sangat lemah bahkan sejak awal aku sudah memberitahu kalian bahwa Zitao tidak bisa mengandung, maksudku keadaan Zitao yang tak memungkinkan untuk hamil. Karena kecelakaan 2 tahun lalu, saat kalian pulang honeymoon dari Seoul, kau ingat? Akibat dari benturan yang mengenai perut Zitao itulah yang membuat keadaan rahim Zitao tidak bisa bekerja dengan normal. Dan ini yang ku sesalkan, Zitao yang harus bertarung dengan hidupnya menyelamatkan kandungannya, bisa kau bayangkan sekuat apa keadaan Zitao saat mempertahankan kandungannya? Aku hanya tak mau melihat kau bersedih. Kutekankan sekali lagi kau ingin menyelamatkan Zitao atau anakmu?" Jelas Chen.

"Aku ingin menyelamatkan keduanya Chen, kumohon bantu aku. Ini impianku untuk memiliki seorang anak, membangun sebuah keluarga yang sederhana. Aku mengerti keadaan Zitao. Aku pun tak tega melihat keadaan Zitao yang terus menderita kesakitan seperti ini. Dan kau tahu ini kesempatan Zitao yang terakhirkan? Maka dari itu aku mohon sekali lagi padamu. Selamatkan mereka berdua, aku percaya padamu Chen, kau pasti bisa. Kau pun seorang kepala keluarga, kan? Kau juga dapat merasakan posisiku saat ini" sama halnya dengan Chen, Kris menjelaskan penuturannya pada teman yang bekerja sebagai dokter ini. Kris tak mau kehilangan malaikat dan nafasnya. Sebisa mungkin Kris akan berusaha untuk membuat keduanya tidak pergi.

"Hh" Chen hanya bisa menghela nafas. Lagi. Memang Chen sangat mengerti sekali keadaan Kris. Chen sudah menganggap Kris sebagai saudaranya sendiri. Dan Chen pun tahu, kini Kris sangat putus asa. Kris tak bisa memilih keputusan apapun. Chen tak bisa menolak permintaan Kris, ia menyerah. Dalam hati, Chen akan berusaha menyelamatkan orang-orang terdekatnya. Mungkin dalam hal ini Zitao dan bayi dalam kandungannya. "Kris, jika itu keinginanmu. Aku akan berusaha semampuku untuk menyelamatkan keduanya. Sekali lagi, kuharap kau tak akan menyesal, Kris" senyum lemah terpampang di wajah kotak Chen. Walaupun begitu, ia tetap memberikan semangat pada Kris. Tersenyum menguatkan pemuda dengan surai pirang di hadapannya ini.

"Terima kasih Chen, aku percayakan semuanya padamu" mata Kris berbinar. Kelegaan menyapanya walau sebentar lagi raut khawatir dan takut kembali menghampirinya. Tapi keajaiban Tuhan siapa yang tahu? Kris terus berdoa bahwa Zitao dan anaknya akan selamat.

"Baiklah, operasinya akan di mulai 15 menit lagi. Oh ya, apa kau sudah menghubungi keluargamu, kris" Chen bertanya dengan suara pelan, taku menyinggung perasaan Kris.

"Sudah, tapi aku tak yakin kalau mereka akan kemari. Tapi siapa peduli, yang aku harapkan istri dan anakku selamat. Kau tenang saja, jika kau bertanya tentang keluarga Tao, mereka sedang di perjalanan. Mungkin satu jam lagi baru sampai." Jawab Kris dengan sedikit nada dingin dalam ucapannya saat membicarakan keluarganya.

"Begitu? Ya sudah aku harus kembali" ujar Chen, kemudian berjalan keluar dari ruangannya di ikuti Kris dibelakangnya. Chen mengerti jika keluarga Kris, memang tidak merestui hubungan Kris dan Tao. Mungkin karena Zitao bukan menantu yang diharapkan keluarganya. Hanya ayahnya saja yang menyetujui pernikahan Kris dan Tao, selainnya karena terpaksa.

Jam 6 pagi operasi baru selesai dilakukan. Zitao dan bayinya selamat. Keadaan Zitao yang lemah membuatnya terus menutup mata indahnya. Entah ini keberapa kalinya Zitao pingsan, tapi saat ini Zitao pingsan karena kelelahan setelah melahirkan juga obat bius yang masih bereaksi di tubuhnya. Kris hanya bisa tersenyum sayu. Antara senang dan takut. Memang rasa takut tak pernah hilang dalam benaknya. Pasalnya, setelah operasinya dinyatakan berhasil tapi salah satu dari mereka –Zitao dan anaknya- tak bisa hidup normal. Dan rasa takut itu erus mendominasi. Tak bisa hidup normal? Mungkinkah keluarga kecilnya tak seperti keluarga normal lainnya? Pikirnya berkecamuk.

Kris duduk disamping ranjang tempat Zitao tertidur. Zitao sudah di pindahkan ke ruang inap, bukan lagi ruang operasi yang membuat hidupnya diperenggutkan. Sungguh hari yang melelahkan bagi Kris, apalagi Zitao. Hari ini ah, maksudnya beberapa jam yang lalu Zitao tak tahu apakah dirinya masih hidup atau sudah mati. Tapi, syukurlah Tuhan masih sayang padanya. Zitao masih bisa menghirup udara di dunia.

Kris memandangi wajah Zitao. Selang infus menancap di lengan kiri Zitao, menyalurkan cairan yang tak Kris tahu apa namanya maupun gunanya. Gurat lelah tercipta jelas di wajah putih Zitao, nafas Zitao yang teratur menjadi suara yang mengalun di ruangan serba putih ini bersanding dengan bunyi jarum jam yang terus berputar menunjukkan waktu. Entah sampai kapan kesunyian terus bertahan, sampai suara lirih Kris terdengar.

"Kau berhasil Peach. Aku bangga padamu. kau wanita yang tangguh, kau sudah melewati masa-masa sulitmu. Aku tahu. Aku hanya bisa diam disaat kau menyelamatkan dua nyawa. Aku laki-laki yang lemah. Payah, tak berguna atau apapun yang kau suka ucapkanlah padaku. Cacilah aku dengan suara indahmu" Kris menundukkan kepalanya pada sisi ranjang, menggenggam tangan kanan Zitao yang tak di infus.

"Aku hanya bisa berdiam diri dibelakangmu, tanpa tahu bahwa kau sedang melawan takdir. Menyelamatkan nyawa anak kita. Aku tak tahu harus menggambarkan seperti apa sosok sesempurna dirimu. Kau lebih dari seorang malaikat Peach, kau lebih indah dari apapun. Bahkan bidadari tercantik pun, kau yang paling cantik dan sempurna dimataku. Terima kasih telah memberiku kebahagiaan yang tak pernah aku rasakan lagi. Terima kasih atas segalanya Peach. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Bangunlah Peach" suara Kris pelan sekali. Namun, karena ruangan yang didiaminya sangat sunyi suara lirih Kris terdengar oleh seseorang yang tengah terbaring.

Seulas senyum kecil nan bahagia tercipta. Terharu akan perkataan Kris. Zitao masih diam ditempatnya tanpa ada niat untuk bergerak barang seinchi pun. Ingin mendengar ucapan Kris yang lainnya.

"Mungkin aku pengecut berkata di saat kau tertidur. Tapi inilah aku, aku hanya ingin kau tahu bahwa selama ini aku selalu mencintaimu dan keluarga kecil kita" Masih menenggelamkan kepalanya di sisi ranjang, Kris tetap bergumam. "Kau wanita yang paling sempurna dimataku, hanya kau yang selalu mengisi hatiku, selamanya. Aku berjanji untuk selalu membuatmu bahagia. Aku tak mau kau terluka atau tersakiti. Kau segalanya bagiku Huang Zitao. Kumohon buka matamu, sayang. Bangunlah aku merindukanmu."

"Aku sudah bangun, Ge" Zitao berucap dengan suara parau. Tersenyum lemah pada Kris.

"Kau.." Kris tak tahu harus berkata apa, senang dan bahagia bercampur begitu saja melenyapkan kesedihannya seketika. "Zitao kau sudah bangun? Ya Tuhan, sejak kapan? Apa kau mendengarkan semua ucapanku?" Panik. Kris terlihat salah tingkah, dan pertanyaan beruntun itu yang dianggukkan Zitao sukses membuatnya menahan malu. Jika tak mengingat kini Zitao tengah berbaring Kris pasti sudah merengkuh Zitao kedalam pelukannya.

"Benarkah yang kau katakan,Ge?" tanya Zitao. Kali ini suaranya tak selemah tadi.

"Tentu saja, aku tak pernah berbohong padamu Tao. Aku berjanji." Kris menatap Zitao lekat.

"Terima Kasih,Ge" Zitao hanya tersenyumm lembut.

"Kris ge"?

"Ya"

"B-bagaimana keadaan anak kita? Apa bayi kita selamat?" Zitao berkata pelan dan sediki gugup. Zitao tak mau ha yang buruk terjadi pada anak mereka.

"Dia baik-baik saja. Tapi,.." Kris menggantung ucapannya.

'Kris anakmu, dia ada di dalam tabung ingkubator. Tubuhnya lemah sekali. Sebenarnya ada yang harus kau tahu. Dan yeah, aku tak mau mengatakannya tapi kuharap kau bisa menerimanya. Kemungkinan besar anak kalian akan mempunyai penyakit Amyotropic Lateral Sclerois, memang bukan sekarang tapi beberapa tahun kedepan. Aku harap kau tak akan kaget nantinya'

Terngiang-ngiang ucapan Chen di kepalanya. Jika Kris memberitahu hal ini sekarang pada Zitao, Kris takut keadaan Zitao semakin memburuk nantinya.

"Tapi apa Ge?" Suara Zitao menyadarkan Kris dari lamunannya.

"Bayi kita ada di dalam ingkubator, Zitao" ujar Kris sambil menundukkan kepalanya.

Kesedihan muncul perlahan di mata Zitao. Ia sudah mengira akan seperti ini.

"tapi jangan khawatir, bayi kita sehat Zitao tak ada cacat sedikitpun" entah mengapa saat terucap kata cacat hati Kris mencelos. Setidaknya tidak untuk saat ini, batinnya perih.

"Aku memang sudah menduganya, Ge. Bayi kita tak senormal bayi lainnya" Zitao menatap langit-langit di atasnya, tapi bukan itu yang ia tatap. Pandangannya mendadak kosong. Menerawang bagaimana bayi kecilnya tumbuh. "Aku ingin melihatnya, Ge. Antar aku kesana"

"Tapi Zitao, keadaanmu masih lemah, kau belum diperbolehkan berjalan."

"Aku tak mau tahu. Aku ingin melihat anak kita Ge." Sifat keras kepala Zitao perlahan muncul.

"Baiklah, oke. Tapi aku akan memanggil dokter untuk memeriksamu. Tunggu disini jangan kemana-mana" perintah Kris pad Zitao.

"Iya, Gege. Kau ini selalu protektif. huftt" rutuknya kesal.

Tak berselang lama kemudian, Zitao sudah selesai di periksa Chen.

"Chen Ge, bolehkan aku melihat bayiku?" tanya Zitao polos dengan tatapan memohonnya.

"Hmm.. tapi keadaannmu belum sembuh total Zitao, bagaimana mungkin kau akan keruangan bayi dengan jalan yang tertatih-tatih. Nanti kau malah semakin lemah Zitao. Lagipula ruangan itu terlalu jauh" kata Chen. Dokter yang menanganinya.

"Aku bisa memakai kursi roda kan? ayolah , Ge. Bolehkan?"

Dengan wajah memohon dan suara yang lembutkan, berharap permintaannya dikabulkan Zitao lakukan dengan sangat berharap.

"Kau memang selalu menang Zitao. Baiklah tapi tak boleh lebih dari satu jam oke, setelah itu kau harus makan dan banyak istirahat. Jika kau menuruti perkataanku empat hari lagi kau bisa pulang dengan anakmu, Zitao" Jelas Chen pada pasiennya yang polos ini.

"Baiklah dokter, aku akan menuruti perataanmu. Hehe. Xie xie Ge" ucap Zitao gembira.

TBC

Flasbacknya masih berlanjut yah, mungkin chapter 2 baru selesai. Jadi flashbienya twoshoot ya reader.

Kritik dan saran diperlukan. Gak sempet di edit ulang jadi maaf kalo banyak Typo(s)

Thanks To:

Aswhn,arfyan,exindira,pandapandaTaoris,byunbebek,reinajj,kt,Guest,abskris,PanDraginease26,AulChan12,RunaPandaKim,Wu Zi Rae KTS, Kirei Thelittlrthieves,fantaosticpanda, Amelia CHamberlainWYF-WZT,dewicloudsddangko,KRISme,missjelek,putchan,anisa. 1,SiDer Tobat,meiwu,onkey shipper04,KTHS,gothiclolita89.

belum bisa balas Review, nanti chap depan baru bisa.

Oh nya, semoga sequelnya suka, kira2 aku buat sequelnya dua judul. Ini judul pertamanya karena ini flasbacknya real bitter, judul keduanya athour konsep tentang kehidupannya setelah perceraian Kris dan Tao. Maaf kalo banyak Typo(s), isi cerita mengecewakan dan bahasanya masih amburadul.

Ada yang suka? Keep or delete?

Mind to Review?

Klo Reviewnya banyak author usahain updatenya juga cepet. Makasih ya udah dukung ff Real Bitternya. Dan yang minta sequelnya saya harap enggak teralu mengecewakan, ini masih awal yah, jadi belum ada konflik.

Maaf kalo banyak bacot yang GJ gini :D

BIG THANKS

BIG HUG

BIG Love Reader!

Copyright 2014.