Satu bulan yang lalu
"Kibum sudah keterlaluan, baru satu bulan dia pindah ke sekolah ini tapi dengan hebat nya dia sudah membuat sepuluh siswa kami babak belur di rumah sakit!" Kepala sekolah Han melirik ke arah Kibum yang hanya duduk diam disamping Sekretaris Nam, sekretaris kepercayaan ayah nya.
Kepala sekolah Han menatap sekretaris ayah Kibum tajam, "Dan seharusnya orang tua Kibum lah yang memenuhi panggilan ini, kenapa beliau mengirimkan sekretaris nya? Sebegitu sibuk nya kah, orang tua mu, heh, Kim Kibum?" Kepala sekolah Han semakin menjadi-jadi, Kibum mengangkat wajah nya ketika merasakan kepala sekolah Han sedang memelototi nya.
"Mau jadi apa kau kedepan nya, Kibum!" lagi-lagi kepala sekolah Han menyindir kepada anak murid nya yang bahkan tidak memperhatikan.
Sekretaris Nam buru-buru membuka koper yang sejak tadi dibawa nya, dan mengeluarkan sebuah cek dari dalam nya. Kibum melirik kesal ke samping kanannya.
"Ini, kita selesaikan saja dengan ini. Lupakan masalah ini dan biarkan Tuan Muda Kim tetap bersekolah di sekolah ini,"
Ucapan Sekretaris Nam membuat seringai di wajah kepala sekolah Han tampak menyebalkan. Kibum menatap kesal pada orang kepercayaan ayah nya itu, dia pun mencibir sebentar kemudian beranjak bangun dari kursinya.
Dan yang terjadi selanjutnya sungguh membuat seringai kepala sekolah Han tampak lebih bodoh dari sebelumnya ketika Kibum mengambil cek itu dan merobeknya, membuang serpihan kecilnya ke udara.
"Tidak perlu seperti ini untuk mempertahankan ku disekolah yang membosankan ini, mulai hari ini, aku resmi mengundurkan diri dari sekolah ini," Kibum mengambil tas nya yang ada dikursi dan bergegas meninggalkan ruangan kepala sekolah.
.
.
.
GyuMin407
Present
"We found the love"
Cast : Super Junior member, OC's, and SMent artist.
Rated-T, GS, Typo's, Newbie, Gak jelas, Alur berantakan
Romance, School life, Family.
Summary : Sungmin tidak pernah berfikir akan terlibat masalah oleh kedua penguasa disekolah baru nya, dimana kedua penguasa itu saling menjatuhkan satu sama lain. Tapi seiring berjalan nya waktu, Sungmin mulai terbiasa dengan keduanya, lalu bagaimana jika ada sebuah keadaan yang memaksa nya harus memilih diantara keduanya?
Enjoy^o^
.
.
.
"Sungmin-ah, kau benar-benar akan pergi?"
Seorang wanita paruh baya terlihat mendekati seorang gadis remaja yang tengah mengemas baju-baju nya ke dalam sebuah koper tua. Sepertinya gadis itu akan melakukan suatu perjalanan yang cukup jauh mengingat banyaknya baju-baju yang dimasukannya ke dalam koper tua nya itu.
"Hm.. Ne, halmonie," gadis bernama Sungmin itu menjawab tanpa menghentikan aktifitasnya.
"Halmonie pasti akan sangat merindukanmu, baik-baiklah disana," wanita patuh baya itu kini mengelus lengan Sungmin lembut, penuh kasih sayang.
"Tentu saja aku akan baik-baik saja, halmonie tidak perlu khawatir," Sungmin kini membalas tatapan Nenek nya yang tengah menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Aku pasti akan sangat merindukanmu, Minnie-ah, kejarlah mimpi mu. Dan jangan pernah menyerah bahkan jika semua orang menolak mimpimu, kau harus memperjuangkan mimpi mu. Arraseo?" Nasehat sang Nenek membuat Sungmin hanya mampu mengangguk, menatap yakin manik bening yang semakin lama terlihat semakin lelah termakan usia.
"Aku juga akan sangat merindukanmu Halmonie, terima kasih selama ini sudah banyak membantu ku. Aku janji akan melakukan yang terbaik," kedua wanita berbeda generasi itupun larut dalam pelukan suka cita.
Lee Sungmin, gadis berusia 18 tahun yang 'terpaksa' hidup sangat sederhana hanya bersama neneknya sejak ia berusia 7 tahun. Kemana orang tua sungmin? Lalu kenapa ia harus 'terpaksa' hidup sangat sederhana bersama neneknya? Jawaban pertanyaan yang pertama mengenai orang tua Sungmin adalah, orang tua Sungmin sudah meninggal saat Sungmin berusia 7 tahun karena kecelakaan pesawat saat hendak berpergian keluar negri untuk keperluan bisnis keluarga nya.
Sementara jawaban yang kedua, sebenarnya keluanga Lee adalah salah satu dari segelintir keluarga 'berdarah biru' diKorea. Berdarah bangsawan tentu saja memiliki harta yang melimpah, harta itu diwariskan oleh kakek Sungmin yang sudah meninggal saat sungmin baru berumur 1 tahun dan seluruh aset kekayaan dan perusahaan beserta cabang yang dibangun susah payah dengan usahanya diwariskan oleh anak laki-laki semata wayangnya, ayah Sungmin. Namun, setelah kedua orang tua nya meninggal, perusahaan milik keluarga Lee terbungkalai, tak ada yang mengurus hingga akhirnya dengan sangat terpaksa harus gulung tikar. Tentu saja itu sulit bagi Nenek Sungmin dan tentu saja Sungmin sendiri, akhirnya mereka berdua pun pindah ke Mokpo dan hidup dengan sangat sederhana disana.
Tapi kini Sungmin harus meninggalkan Mokpo dan juga Nenek nya, ia mendapatkan beasiswa di sebuah sekolah popular di Seoul "S.M Senior High School", sekolah yang sangat di idam-idamkan semua siswa di Korea, sekolah yang hanya kaum bangsawan saja lah yang mampu memasuki nya.
Sungmin mendapat beasiswa bukan karena ia dari kalangan yang tidak mampu sehingga mendapat kasihan dari pihak yayasan, tapi Sungmin mendapat beasiswa itu karena usahanya sendiri. Ia mengikuti tes akademik yang diselenggarakan pihak yayasan dua minggu lalu dan siapa sangka bahwa Sungmin berhasil mendapatkan beasiswa yang sangat diinginkan beribu-ribu orang diluar sana. Sungmin bukan beruntung, tapi dia memang pantas menerimanya.
"Makan lah dan hidup lah dengan baik disana," ucap Nenek Sungmin sambil membantu Sungmin merapihkan koper nya,
"Tentu saja, aku tidak sendiri disana, ada Donghae dan keluarga nya yang akan menampung ku," ucap Sungmin sambil tersenyum tipis, sang Nenek hanya tersenyum kecil dan mereka pun segera menyelesaikan packing mereka.
Lee Donghae adalah tetangga nya sekaligus teman Sungmin sejak kecil, namun dua tahun yang lalu keluarga Donghae pindah ke Seoul karena urusan bisnis ayah Donghae. Dan kebetulan, Donghae juga bersekolah di S.M Senior High School, sama seperti Sungmin.
.
.
.
Pemuda itu fokus menatap rintik hujan dari balik jendela kaca, bau tanah menyengat indera penciumannya ketika hujan mulai semakin deras membasahi bumi. Kaca didepannya pun mulai berembun dan menghalangi pandangannya untuk melihat keluar.
"Kka…"
Pemuda itu menoleh ketika mendengar seseorang menegur nya, ia menghela nafas ketika mengetahui siapa yang ada dibelakangnya. Sekelompok pemuda seumurannya berjumlah tiga orang dengan pimpinan mereka yang berada didepannya, tengah menatapnya tajam.
"Kau tidak berhak mengusir ku, tempat ini fasilitas sekolah, Cho Kyuhyun," ucap pemuda itu sinis, tidak menghiraukan tatapan tajam Kyuhyun yang mengintimidasi nya.
"Tapi sekolah ini memang milik ku, Kim Kibum-ssi," ucap Kyuhyun dengan nada meremehkan, pemuda yang ternyata Kibum itu hanya tertawa kecil, tertawa mengejek lebih tepat nya.
"Kalau begitu kau juga tahu, kan kalau keluarga ku salah satu donatur terbesar untuk sekolah ini?" Kibum beranjak bangun dari kursi nya, terlalu bersemangat sampai kursi yang tadi ia duduki tergeletak jatuh ke lantai.
Kibum berdiri menghadap Kyuhyun seolah menantang, Changmin dan Minho, kedua teman Kyuhyun hendak maju ketika Kyuhyun mengangkat tangan kanan nya, memaksa kedua temannya untuk diam.
"Kami akan menunggu diluar, jika terjadi sesuatu, panggil kami," ucap Changmin sambil berlalu keluar dengan Minho dibelakang nya, sengaja memberi privasi untuk Kyuhyun dan Kibum.
"Sampai kapan?" Kibum melirik Kyuhyun, "Sampai kapan kau akan menjadi anak kecil seperti ini?"
Kyuhyun tersenyum miring mendengar nya, "Sudah ku peringatkan bukan sejak awal kau menginjakkan kaki disekolah ini, jika kau tidak segera pindah maka kau akan selamanya berurusan dengan ku," Kyuhyun mengibaskan tangannya ke udara, "Jadi salah siapa? Siapa yang keras kepala ingin tetap bersekolah disini? Aku, atau kau?"
Kibum memandang Kyuhyun geram, "Lalu apa mau mu? Apa yang kau ingin kan dari ku?"
Kyuhyun tertawa kencang, "Yang aku mau adalah…" Kyuhyun melirik ke arah kepalan tangan Kibum, "Kau enyahlah dari hadapan ku,"
Kibum menghela nafas kesal, menatap Kyuhyun yang keluar ruangan dengan senyum puas yang tersungging di bibir nya.
.
.
.
Suasana akrab dan hangat kekeluargaan menyelimuti meja makan di rumah keluarga Lee. Mereka semua sedang makan malam bersama. Jaejoong, ibu Donghae benar-benar menjamu Sungmin dengan sangat baik. Sungmin sampai dibuat sungkan karena kebaikan hatinya.
"Ahjumma, ini terlalu berlebihan," bisik Sungmin ketika Jaejoong mengambilkannya nasi dan lauk pauk ke atas piring nya.
"Eish…" Jaejoong menggeleng pelan, "Kau ini keluarga kami juga, Sungmin-ah, tidak perlu sungkan,"
"Benar, Min," Donghae menyahut, "Kau ini sudah kami anggap sebagai keluarga, jadi berhentilah merasa sungkan, kami semua menerima mu, kok,"
Yunho mengangguk, "Dan mulai sekarang panggil kami Eomma dan Appa, seperti Donghae dan Donghwa memanggil kami,"
Sungmin membesarkan pandangannya menatap keluarga Lee tidak percaya, "Jinjja? Bolehkah aku?" Sungmin menatap satu per satu dari mereka dengan gugup.
"Tentu saja, Sungmin-ah," Donghwa tersenyum meyakinkan, kini gantian si sulung dari keluarga Lee yang menjawab.
Sungmin tersenyum lebar, ia tidak menyangka akan diterima sebaik ini oleh keluarga Lee. Ia sempat mengira keluarga Lee akan keberatan dengan keberadaannya yang mungkin akan menjadi beban. Namun ia salah, sejak dulu memang hanya keluarga Lee saja lah yang menerima dan memperlakukannya beserta nenek nya seperti layaknya sebuah keluarga.
Sisa makan malam pun mereka lanjutkan dengan obrolan-obrolan ringan tentang sekolah Sungmin dan Donghae, dan setelah itu Jaejoong dan Sungmin bergegas merapihkan meja makan. Jaejoong bersikeras agar Sungmin istirahat karena dia pasti lelah, namun Sungmin juga bersikeras bahwa ia ingin membantu Jaejoong.
Baru sekitar jam sepuluh malam lah Sungmin masuk ke kamar nya, setelah merapihkan barang-barang nya, ia pun lekas membaringkan tubuh nya di kasur, dan tidak butuh waktu lama untuk gadis itu jatuh terlelap dalam tidur nya.
.
.
.
Keesokan harinya.
Kyuhyun menatap pemandangan kota Seoul dipagi hari dengan tatapan kosong. Ia menghela nafas dan beralih menatap jam digital nya dimeja nakas yang menunjukan pukul tujuh tepat.
"Sudah waktu nya berangkat sekolah, heh," bisik nya seraya memakai seragam dan mantel nya.
Setelah selesai memakai seragam, tas, dan sepatu nya, Kyuhyun pun membuka pintu kamar nya yang tadi diketuk seseorang, ternyata diketuk oleh kepala pelayan dirumahnya. Bibi Choi.
"Ahjumma, apa kau melihat Eomma dan Appa?" tanya Kyuhyun sambil meminum susu yang dibawa Bibi Choi.
"Tuan dan Nyonya berangkat pagi-pagi sekali dan menitipkan ini pada saya untuk diberikan kepada Tuan Muda," Bibi Choi memberikan sebuah amplop coklat yang tidak asing dimata Kyuhyun.
Kyuhyun menatap amplop itu datar, "Simpan saja, aku masih punya uang," Kyuhyun pun melangkah keluar dari rumah mewahnya.
.
.
.
Jaejoong mengantar Suami dan anak-anak nya ke gerbang pintu rumah mereka setelah selesai merapihkan meja makan usai sarapan, tak lama kemudian Sungmin pun muncul setelah selesai memakai sepatunya.
"Semoga kalian mendapatkan hari yang menyenangkan, ne?" Jaejoong merapihkan dasi suami nya yang terlihat miring.
"Eomma kami pergi, ne." ucap Donghae sambil berlalu masuk kedalam mobil Hyung nya, "Sungmin-ah, kajja,"
Sungmin menunduk hormat pada Jaejoong dan Yunho yang masih berdiri didepan rumah. Jaejoong tersenyum dan melambaikan tangannya hingga mobil Donghwa menghilang di tikungan. Dan tak selang beberapa menit ia kembali melambaikan tangannya sampai mobil Yunho menghilang ditikungan.
"Aaahh aku benar-benar mencintai mereka," seru Jaejoong sambil berbalik masuk kedalam rumah,
.
.
.
Sungmin dan Donghae berjalan santai ke arah gedung sekolah nya, Sungmin dibuat terkagum-kagum melihat betapa besar dan mewahnya gedung sekolahnya sekarang, berbanding terbalik dengan sekolah nya di Mokpo.
Sungmin kembali teringat dengan nenek nya, sedih harus meninggalkan nenek nya yang sudah tidak muda lagi sendirian dikampung sana, namun mau bagaimana lagi toh dia disini juga karena kehendak nenek nya juga.
Ya, Seoul akan menjadi awal yang baru bagi Sungmin.
Alis Sungmin mengerut saat mata nya menatap pemandangan yang menurut nya tabu tak jauh dari tempat nya berdiri. Diperjalanan nya menuju gerbang sekolah ia sudah disuguhi pemandangan perkelahian dua orang pemuda yang berseragam sama dengannya versus banyak pemuda dengan seragam berbeda.
Sungmin menatap perkelahian itu lama, dan terkesima melihat kemampuan berkelahi dua pemuda yang berseragam sama dengannya. Sungmin pernah mempelajari matrial art saat ia masih kecil, namun tidak ia teruskan karena masalah biaya.
Saat sedang asik melihat, Sungmin terkesiap ketika merasa tangannya ditarik seseorang, ia menoleh dan mendapati Donghae tengah menatap nya dengan tatapan memperingatkan. Sungmin hanya diam ketika Donghae menariknya masuk kedalam kawasan sekolah.
"Kau jangan sampai berurusan dengan kedua pemuda tadi, Min, nanti hidup mu bisa rumit," ucap Donghae mewanti-wanti Sungmin, "Kau kan anak baru, jadi jangan cari masalah, apalagi sama mereka berdua," Donghae menunjuk ke arah gerbang, menunjuk kedua pemuda yang tadi berkelahi.
Baru saja Sungmin ingin bertanya lebih lanjut ketika mendengar bunyi bel yang menggema ke seluruh penjuru sekolah, Sungmin menghela nafas, bertanya nya nanti saja.
.
.
.
Sungmin menghela nafas dan berjalan ke tempat duduk nya dengan gugup. Sepertinya dia tidak akan mendapat teman dikelasnya karena tidak ada yang menatap Sungmin lebih dari dua detik kecuali dua pemuda yang duduk dibelakang itu.
Kedua pemuda itu adalah pemuda yang ia lihat berkelahi digerbang sekolah, dan betapa terkejutnya Sungmin mengetahui bahwa dia sekelas dengan kedua pemuda itu, pemuda yang sejak tadi menatapnya tanpa berkedip, apa ada sesuatu yang aneh diwajahnya? Pikir Sungmin.
Sungmin duduk dengan gelisah sepanjang jam pelajaran, entah kenapa ia seperti merasa sedang diawasi dari belakang. Ia ingin menoleh namun tidak berani. Karena ia mengingat kata-kata Donghae dengan sangat baik diotak nya.
"Kau jangan sampai berurusan dengan kedua pemuda tadi, Min, nanti hidup mu bisa rumit,"
.
.
.
Sungmin duduk dimeja kantin dengan canggung ketika ia melihat Donghae membawa seorang gadis bersamanya. Donghae memang pernah bercerita kalau ia memiliki seorang kekasih yang cantik disekolah, ternyata memang benar, kekasih nya benar-benar cantik dan berkelas.
"Kau pasti Lee Sungmin, annyeong, Lee Hyukjae imnida," ucap Hyukjae bersemangat. Sungmin membalas jabatan tangan Hyukjae canggung sambil tersenyum, "Lee Sungmin imnida, jadi kau Lee Hyukjae itu? Donghae tidak bergurau ketika mengatakan kau benar-benar mempesona. Donghae banyak bercerita tentang mu,"
Hyukjae tersenyum manis, menatap Donghae sekilas, "Geurom, aku memang luar biasa, biasakan lah dengan itu, Sungmin-ah,"
"Senang berkenalan dengan mu, Hyukjae-ssi," Sungmin beralih kepada Donghae, "Ah, Hae-ah, kalau boleh, aku ingin tahu tentang kedua pemuda yang tadi pagi berkelahi digerbang, kebetulan aku sekelas dengannya,"
Donghae tersedak minumannya, Hyukjae buru-buru memberikan Donghae tissue untuk membersihkan mulutnya. Donghae terbatuk-batuk sambil mengusap bibirnya, Sungmin menaikan sebelah alisnya melihat respon Donghae yang berlebihan,
"Apa kau bilang? Kau satu kelas dengan Kibum dan Kyuhyun?" ucap Donghae tak percaya, "Wow, daebak, kau sekelas dengan mereka, Sungmin-ah?" sahut Hyukjae sama tak percaya nya.
"Oh, jadi nama nya Kibum dan Kyuhyun?" tebak Sungmin, "Tapi kenapa kalian kaget sekali, memang nya mereka siapa?" Sungmin menatap Donghae dan Hyukjae bergantian.
"Sungmin-ah, mereka itu seperti air dan minyak, tidak bisa bersatu," Hyukjae memajukan wajahnya, "Dan jangan sekali-sekali kau mencari masalah dengan mereka berdua, hidup mu bisa kacau nanti nya,"
Sungmin memandang Hyukjae tidak mengerti, Donghae yang menangkap maksud tatapan Sungmin pun menghela nafas dan berniat menjelaskan lebih detail,
"Kyuhyun, yang berambut ikal coklat itu adalah anak dari pemiliki yayasan sekolah," Donghae menunjuk kepada tiga orang pemuda yang tengah berjalan dipinggir lapangan dengan dagu nya, kemudian beralih pada seorang pemuda yang tengah berjalan sendirian disisi lain lapangan,
"Sedangkan Kibum, yang berambut hitam itu adalah anak dari donatur terbesar di yayasan, dia baru satu bulan pindah kemari. Ku dengar dulu mereka akrab, sahabat baik malah, tapi entah kenapa sekarang menjadi musuh bebuyutan, mereka akan bersatu jika berkelahi melawan siswa dari sekolah lain, namun akan menjadi musuh jika sudah berada dalam lingkup sekolah," jelas Donghae setengah berbisik.
"Dia juga suka membully anak-anak yang status sosial nya dibawah mereka," Hyukjae kembali memajukan wajahnya, "Kau jangan mencari masalah dengan mereka jika ingin bertahan disekolah ini, arraseo?"
Sungmin langsung mengangguk patuh, ia mengalihkan pandangannya ke pintu masuk kantin dan menemukan Kyuhyun bersama kedua temannya memasuki kantin. Sungmin langsung menunduk ketika mengetahui Kyuhyun menoleh kearahnya.
.
.
.
"Menemukan target baru?" tanya Changmin melihat Kyuhyun terdiam ditempatnya berdiri sambil memandang meja yang ditempati tiga siswa didepannya.
Kyuhyun mengerutkan dahinya ketika melihat gadis itu menundukan wajahnya ketika ia membalas tatapannya, bukankah gadis itu yang menatapnya duluan?
"Sampai kapan kita akan berdiri?" Minho menyikut lengan Kyuhyun.
Kyuhyun melirik Minho sebentar lalu beralih ke meja itu lagi, Kyuhyun menghela nafas nya lalu mengedikkan bahu nya cuek sambil melangkah maju ke meja yang biasa ditempatinya.
.
.
.
Sementara itu Kibum juga terdiam didepan pintu masuk kantin, ia melihat Kyuhyun yang tadi memperhatikan gadis itu sama seperti saat dikelas, Kibum menatap Kyuhyun dan gadis itu bergantian.
Setelah Kyuhyun berlalu ke meja nya, Kibum kini fokus pada gadis yang tadi diperhatikan Kyuhyun.
"Kau menghalangi pintu masuk, Kibum-ah," Kibum menoleh dan mendapati Sunbae nya tengah menatapnya aneh, "Ada apa dengan mu? Kenapa seperti orang yang setengah sadar begini?"
Kibum menggeleng, "Ani, kau mau makan siang juga? Siwon-ah?"
Siwon menggeram kesal, "Eish, anak ini, panggil aku sunbae!" Siwon melangkah masuk ke dalam kantin, tapi dia berhenti dan kembali berbalik, "YA! Kau masih mau berdiri seperti orang bodoh disana? Kim Kibum?"
.
.
.
"Kami pulang!"
Donghae berteriak dengan riang ketika selesai membuka sepatunya dan menyimpannya ditempat penyimpanan sepatu, pemuda manis itu pun bergegas memakai sandal rumahnya dan masuk kedalam.
Sungmin menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah kekanakan Donghae, setelah mengganti sepatunya dengan sandal rumah, Sungmin pun bergegas masuk menyusul Donghae,
"Kalian sudah pulang? Cha, cepatlah ganti baju dan makan, Eomma memasakan sesuatu yang lezat hari ini," ucap Jaejoong sambil merapihkan majalah-majalah diruang tengah.
Donghae langsung meluncur ke kamar nya bak peluru, sementara Sungmin memilih untuk ikut membantu Jaejoong merapihkan majalah.
"Gwenchana Sungmin-ah, lebih baik kau ganti baju dan lekaslah makan, ne?" Jaejoong menatap Sungmin perhatian, Sungmin menggeleng, "Eomma sudah sangat baik padaku, setidaknya izinkan aku membalas kebaikan Eomma dengan membantu sedikit,"
Jaejoong tersenyum dan membiarkan Sungmin mengambil alih pekerjaannya. Dulu ia dan Yunho amat sangat menginginkan anak perempuan untuk menjadi adik Donghae, namun apa daya, saat itu dokter memvonis bahwa dirinya sudah tidak bisa mengandung lagi karna keadaan rahimnya yang lemah.
"Eomma? Kau melamun?" tegur Sungmin.
Jaejoong terkesiap, "Mianhae, apa apa sayang?"
Sungmin menggeleng, "Ani, hanya saja, bolehkah aku meminjam telepon rumah? Aku ingin menelfon Halmonie, Eomma,"
Jaejoong tersenyum, "Pakailah," ia mengusap rambut Sungmin dengan sayang, "Semua fasilitas dirumah ini sekarang milik mu juga, pakailah. Aku akan memberikan mu ponsel besok,"
"Aniyo," Sungmin menggeleng, "Tidak perlu repot-repot, Eomma. Aku, soal ponsel, aku akan membelinya nanti, setelah aku mendapatkan pekerjaan paruh waktu," Sungmin bergegas mengambil tas nya dan berjalan naik ke kamar nya untuk berganti baju,
Jaejoong menghela nafas, "Anak itu…"
.
.
.
TBC
.
Test.. test..
Inilah cerita barunya, walau abal tapi masih layak dibaca yaa-_-
Untuk ff Let out the beast ending masih dalam masa pengerjaan, jadi buat yang nunggu (kalo ada yang nunggu-_-) dimohon bersabar sebentar yaa:D
Dimohon dengan sangat untuk tidak ada siders yaa, hargai usaha menulis^^ review itu salah satu bentuk appresiasi loh chingudeul hihi^^
Salam,
GyuMin407
