Title : Kill to Kill
Pairing : Asano X Karma
Note : Future-AU
Summary : Setelah lulus dari SMA, Karma menjadi seorang pembunuh yang cukup terkenal. Suatu hari dia mendapat pekerjaan dari seorang CEO perusahaan besar, untuk membunuh seseorang— Asano Gakushu.
OXO
Akabane Karma, seorang lelaki yang telah memasuki dunia pembunuhan secara resmi. Memang 'seorang' temannya pernah mengaku mereka adalah pembunuh dengan tergetnya Koro-sensei. Tapi kenyataannya mereka—anak kelas 3-E— sama sekali tidak memasukinya.
Mana ada yang namanya membunuh, tapi tanpa merengut nyawa targetnya?.
Bayi berpakaian mafia di fandom sebelah bisa menghejar mereka habis-habisan, jika mengetahuinya. Tapi fandom sebelah rasanya punya prinsip sama, tapi 'hampir' tak kentara.
Selama setahun bersama makhluk aneh berbentuk gurita, dia berlatih menjadi 'pembunuh' bersama anak kelas 3-E yang lain. Setelah lulus, mereka ber-30 (termasuk Bitch-sensei dan Karasuma-sensei) sama sekali tidak bisa membunuh makluk tersebut, dan anehnya gurita kuning tidak melakukan apa yang dijanjikannya, malah menghilang dan tak ditemukan sampai 10 tahun kedepan. Koro-sansei hilang seolah di telan bumi.
Berkat kelas 3-E, kelas End yang diberi misi pembunuhah. Akabane Karma dibuatnya tertarik dalam dunia pembunuhan, sejak awal dia takjub dengan bakat sahabatnya—Nagisa Shiota— yang entah bagaimana kabarnya saat ini. Mereka berdua hilang kontak selama 5 tahun terakhir.
Karma meniti karirnya berlahan namun pasti, seperti pembunuh profesional. Dia merahasiakan identitas, dan orang mulai mengenalnya sebagai 'iblis merah'. Sementara sebagai 'Akabane Karma' dia menjadi bartender di sebuah bar kecil di pingiran kota Tokyo.
Saat ini sang bartender berambut merah sedang duduk bersama dengan pelangannya, ketimbang meracik alkohol di balik meja. Pria berambut merah itu di kelilingi pelanggan wanita macam gigolo saja, berkali-kali manajer mengomeli Karma untuk tidak meninggalkan pekerjaan utamanya, jika dia lebih tertarik dengan wanita lebih baik dia bekerja sebagai Host di toko sebelah.
Menjadi Host memang manarik, tapi menjadi Bartender lebih cocok dengan imagenya. Itu yang selalu dikatakan Karma untuk membantah Manajernya, dan pria separuh baya setengah botak itu sama sekali tidak bisa membalasnya, semenjak Karma adalah daya tarik dari Bar miliknya itu.
Di dunia ini belum ada yang mengetahui jika Akabane Karma dan 'Iblis merah' adalah orang yang sama. Si iblis merah menyebarkan jika ada orang yang ingin menyewanya, satu-satunya orang yang dapat menghubunginya adalah Bartender Akabane Karma.
Maka karna itu satu atau dua surat yang berhubungan dengan pekerjaannya yang lain selalu datang pada Karma. Seperti misalnya hari ini—
Baru saja Karma kembali ke tempatnya, sepucuk surat sudah berada di sela-sela rak botol-botol minuman. Tanpa mengatakan apapun lagi dia mengambil surat itu dan membacanya, wajahnya sama sekali tidak menunjukan perubahan, bahkan ketika seorang teman kerjanya menanyakan surat itu, dia masih tersenyum dan menjawab "Ini ajakan kencan"
Semuanya percaya jika Karma berganti perempuan seperti dia menganti jus stroberi kotakannya. Kenyataannya Karma tidak pernah berjalan maupun bersama wanita selain di dalam pekerjaannya; entah pekerjaannya sebagai Karma atau 'iblis merah'.
...
Karma datang ke tempat perjanjian. Ini bukan tempat pertemuan yang seperti biasanya. Pria bersurai merah itu berada di depan mini market 24-jam, menunggu sambil duduk diatas pagar jalanan. Iris lapis emasnya meniti setiap pejalan kaki yang melintas di hadapannya, dan hasilnya nihil.
Dia mulai berpikir jika surat sebelumnya itu lelucon dan berniat pulang ke rumah sebelum pagi datang dan menyinari Tokyo. Sebelum dia sempat turun dari pagar besi, seseorang memanggil namanya.
Pria bersurai biru tersenyum padanya. Karma sama sekali tidak mengenalnya sebelum melihat papan nama yang berada di setelah jas kerja pria tersebut. Nagisa Shiota, nama itulah yang memancing ingatannya terhadap identitas lelaki tersebut.
"Nagisa?"
"Sudah lama tidak bertemu. Apa kau datang atas surat yang di berikan CEO kami?"
Akabane membeku, apakah klien-nya kali ini adalah Nagisa?
Bukan itu yang ditakutkannya, melainkan identitas 'iblis merah'nya. Dia tidak akan mengijinkan seorangpun mengatahui identitasnyanya, terutama adalah mantan teman sekelasnya.
"Aku tidak tahu untuk apa dia memintamu kemari, tapi pastinya berhubungan dengan perempuan bukan?. Kupikir setelah Koro-sensei menghilang aku tidak akan berurusan dengan orang mesum lagi, eh ternyata atasanku juga salah satunya," Nagisa melanjutkan sambil mengosok tengkuknya "Kau bisa menolaknya kalau kau mau Karma"
Karma yang sebelumnya diam dalam panik, sekarang mulai mengerti. Nagisa hanyalah pion untuk mengatakan apa maksud sebenarnya dari klien. Ini bukan pertama kalinya dia mendapat pekerjaan dari orang ruet yang tidak ingin ketahuan kalau dia memakai jasa pembunuh.
"...Tidak apa-apa aku sering mendapat pekerjaan 'tambahan' seperti ini," balas Karma "Jadi apa yang dikatakan atasanmu itu huh?"
"Dia hanya memberiku ini," Nagisa menyodorkan sebuah amplop putih "Enak sekali punya seketaris huh. Bisa menyuruh seenaknya apalagi untuk urusan pribadi seperti ini," keluhnya
Karma menunduk, menerima amplop tersebut. Keluhan Nagisa benar-benar terdengar seperti pekerja kantoran biasa, atau lebih tepatnya seketaris.
Kepalanya masih menunduk, namun kedua manik emas miliknya menghadap ke atas, melihat wajah Girly temannya itu "Apa kau benar-benar percaya jika amplop ini berisi foto-foto wanita?," tanyanya tiba-tiba "Apa kau yakin aku hanya Bartender Nagisa-kun?"
Manik biru cerah yang biasanya polos dan manis itu, sekarang mengelap. Ada pepatah mengatakan; 'semakin kau dewasa, kau akan berubah seiring waktu'. Pepatah tersebut juga berlaku untuk Nagisa.
"Hmm..Entahlah?," jawab Nagisa santai seraya menyugingkan senyuman kecil "Tapi aku paling tahu kalau kau tipe orang yang tidak suka masalahmu diikut campuri, Karma-kun," lanjutnya lalu senyuman itu berubah manis seperti di jaman mereka SMP dulu.
"Maa..ne"
Karma mengangkat kedua bahunya, lalu turun dari pagar besi yang di dudukinya. "Aku akan membuat atasanmu itu senang" ujarnya seraya memutar tubuhnya dan membelakangi teman lamanya "Dengan 'wanita' yang ada di amplop ini," lanjutnya lalu berjalan dan pergi.
OXO
Meskipun di bilang 'kumpulan foto wanita'kebenarannya malah berbanding terbalik. Pertama; amplop ini hanya menyimpan selembar foto, dan Kedua; targetnya bukan seorang wanita.
Seorang pria berambut jingga, yang memiliki wajah 'lumayan' mirip dengannya, tergambar jelas di selembar foto yang di gengamnya. Di lembaran selenjutnya terdapat penjelasan mengenai target secara rinci, sekaligus memberitahu si iblis merah jika dia bisa membunuh siapapun yang menganggunya untuk 'mengenai' target.
"Asano Gakushu"
Nama itu lepas dari bibir mungil Karma. Rasanya dia pernah mendengar nama itu di suatu tempat, sekitar 6 sampai 10 tahun yang lalu?. Memang dia siswa tercerdas di kelas 3-E tapi terkadang sifat cueknya itu membuatnya lupa pada seseorang. Terlebih lagi, ingatannya sempat pernah rusak karena kecelakaan lalu lintas, ketika pertama kali dia memasuki kelas dua di SMA.
"Tapi sunguhan. Aku pernah mendengar dan melihat orang di suatu tempat, tapi yang pastinya dia bukan anak kelas 3-E"
Karma mulai bergumam sendirian. Merasa lelah dia merebahkan dirinya di sofa panjang berwarna hitam.
Dia berada di apartemennya yang kecil dan sederhana, sekaligus berantakan.
Tempatnya kecil, disini hanya terdapat satu kamar mandi, toilet, dan kamar tidur. Ruang tengahnya yang tak terlalu besar di penuhi berbagai macam buku, selama bertahun-tahun dia tidak bisa menghilangkan hobi—tidur ditutup dengan buku terbuka di wajahnya— membacanya.
Baiklah, memang dia 'agak' benci belajar di masa lalu. Tapi membaca komik dan beberapa literatur juga tidak menyakitkan bukan!?
Dia tidak memiliki rak dan buku-buku yang melimpah ruah itu berserakan di lantai dan sebagian berada di dalam kerdus. Hanya sofa panjang berwarna hitam dan sebuah Televisi saja yang merupakan benda lain selain buku di ruangan tersebut.
"Hmm..."
Karma mengangkat foto itu tinggi agar bisa dilihatnya sambil berbaring. Pria yang 'agak' mirip dengannya, lumayan ganteng ya?-Tunggu apa yang dia pikirkan!? Itu targetnya! Kenapa dia mengagumi targetnya?!.
"Dia hanya kepala sekolah, apa untungnya seorang CEO membunuh kepala sekolah?"
Terlebih lagi seorang kepala sekolah Kunigaoka.
Memiringkan kepalanya Karma bergumam lagi "Aku sama sekali tidak mengerti. Tapi mau bagaimana lagi, seorang pro sepertiku harus mengerjakannya huh"
Ah, dia ingat sekarang—lebih tepatnya untuk diingatkan penjelasan dari lembaran tersebut—.Asano Gakushu anak dari kepala sekolah menyebalkan yang memiliki ide brilian untuk membuat sistem kelas End, yang sangat ditakuti murid lain. Dan sekarang mantan ketua OSIS menyebalkan itu mengantikan ayahnya yang licik itu.
"Tapi tetap saja...Apa gunanya membunuh orang menyebalkan itu? mau membuat Kunigaoka heboh?"
Orang menyebalkan ini, adalah targetku.
Sebelumnya Koro-sensei lalu orang ini. Kenapa untuk membunuh orang menyebalkan rasanya, menyakitkan sekali?
Apa yang kukatakan? Ini bukan pertama kalinya aku mendapatkan target selain Koro-sensei. Dan setiap target berhasil kubunuh dengan sukses, kurasa hanya Koro-sensei saja yang mustahil dibunuh...
"Tapi...Untuk Asano ini...Apa aku akan berhasil membunuhnya?"
To be Continue
A/N:
Hi! salam kenal akhirnya saya menampakan diri dengan cerita Gaje disini.
Maaf kalau ada Typo mau bagaimana lagi, cerita ini di bangun super cepat sih. Dari pertama jatuh cinta pada Karma lalu cari pair yang cocok di fandom ini, ketemu deh Asano dan Karma. Itu mah kemarin, lihat animenya di bagian S-2nya aja belum selesai masih di tengah-tengah. /masih pengistirahatan mata/ soalnya yang S-1 saya habiskan satu malam.
Jadi ceritanya, kemarin itu masih habisin setengah anime S2 nya, lalu observasi deh dan menemukan beberapa fic kawai.
Maa... yang penting salam kenal : )
Semoga saya bisa menambah asupan para Shipper pairing ini
Thank you for reading !
