"Tertawalah kamu, sebelum tertawa itu dilarang."-pesan guru Matematika saya.
.
.
.
Disclaimer : Saint Seiya © Masami Kurumada
Saya hanya seorang fans yang mengapresiasi lewat karakter – karakternya. Segala kenistaan disini adalah unsur kesengajaan, maaf jika banyak kesalahan. Ini fic pertama saya difandom ini, jadi kalau gak 'ngeh' dihati, silahkan ngomong. :D
Genre : Humor abal
.
.
.
Pagi yang cerah di Sanctuary, sinar matahari giringan Dewa Apollo bersinar hangat menyinari kawasan keramat itu. Burung – burung kecil berkicau nyaring sambil terbang riang mengitari kedua belas kuil ditambah kuil Papacy dan Athena's Chamber. Tapi entah kenapa kicauannya semakin nyaring bahkan terdengar seperti jeritan saat melintasi atas kuil Sagittarius.
"Yayy...! kakak hebat deh! Sekali panah langsung dapat dua!" seruan atau bisa dibilang auman singa muda Aiolia terdengar sampai ke kereta mataharinya Apollo. Bikin sang Dewa banting setir (?) supaya mataharinya tidak oleng.
Usut punya usut, ternyata sang pemilik kuil sedang mencari sarapan untuk dirinya, adiknya, juga lima orang tamu tak tahu diri yang sekarang sedang duduk melantai dengan tenang mengelilingi meja makan. Sebenarnya Aiolos telah menyiapkan sarapan buatannya sendiri untuk pagi ini bersama sang adik tercinta. Tapi entah dia sial atau bagaimana, tiga juniornya beserta seorang saint senior seperti dirinya ditambah kembaran sahabatnya tiba – tiba mengetuk pintu, dan dengan watadosnya mereka bilang ingin numpang sarapan. Mereka adalah Milo, Camus, Aphrodite, Shura, dan Kanon.
Kenapa hanya lima? Dimana enam yang lain? Kalau – kalau pembaca sekalian bertanya, Aldebaran tidak ambil bagian karena sedang sakit flu. Biar kata Saint paling macho juga, dia tetap manusia biasa (dengan postur tubuh luar biasa tentunya). Jadi sakit itu normal. Sebabnya sih simpel, karena tidak ingin dikatai sebagai Saint yang IQ-nya paling jongkok se-Sanctuary, sang Taurus kita ini mencoba menunjukkan bahwa dia tidak hanya tahu makan dan masak saja. Dipilihlah kuil Aquarius yang punya perpustakaan paling lengkap dan Camus selaku pemilik kuil sebagai mentornya. Karena terlalu lama mendekam di kuil paling ujung keempat itu, Alde yang tidak biasa dengan tempat dingin, langsung hatchiu – hatchiu setelahnya.
Mu sebagai sahabat serta tetangga yang perhatian, berbaik hati mengantarkan sang pemilik konstelasi banteng itu ke rumah sakit. Sekalian beli obat anemia, katanya. Resiko tukang reparasi cloth, harus berjuang sampai titik darah penghabisan (dalam arti sebenarnya). Saga yang sedang bertengkar (lagi) dengan sang adik, berinisiatif menemani dua juniornya itu. Sang Gemini Kakak beralasan ingin me-refresh otaknya, terlalu lama memandang wajah Kanon entah kenapa membuat hasrat melempar-seseorang-ke-dimensi-lain-nya bangkit seketika. Sepertinya dia lupa kalau Kanon itu kembarannya, yang notabenenya punya wajah identik dengan dirinya.
Dohko seperi biasa, nongkrong di air terjun Rozan. Shaka, tidak usah ditanya lagi. Dia emang paling ogah keluar dari kuilnya. Sejak zaman Saori masih imut - imutnya pas bayi sampai jadi amit – amit pas besar, kerjaannya kalau bukan ceramah tentang dirinya, bertarung, ya meditasi. Kalau Deathmask sih, dia lagi sibuk menghias kuilnya. Soalnya kemarin dia dapat 'hiasan' baru. Walau disini saya ketik 'menghias', tapi hias – menghias khas Deathmask benar – benar bakal bikin ahli feng shui depresi seumur hidup.
Cukup menengok dari pintu masuk, kita langsung dapat melihat sang pemilik nama asli Angelo (Pffttt? Angelo?! Mana ada malaikat kayak dia! Malaikat maut sih iya) dengan sangat perlahan – lahan merobek potongan kulit dari kepala, memisahkannya hingga seluruh jaringan kulitnya pisah seutuhnya, melepaskan kedua bola mata sebelum diberi pengawet, kemudian...
Atas saran sang Pemanah Cinta kita, adegan tadi saya sensor. Yukk langsung skip ke abang Aiolos aja.
Karena Aiolos adalah senior yang baik hati, tidak sombong, rajin menabung serta disayang sama penulis (?) dia tidak mungkin mengusir secara halus dengan memanah satu – satu mereka. Jadi, dengan berat hati seberat badannya Saint Taurus, sang penjaga kuil kesembilan itu mengizinkan mereka masuk serta berusaha memutar otak menangani kendala makanan yang ada. Benar pemirsa, Sagittarius Aiolos yang baik hati, tidak sombong, rajin menabung serta disayang sama penulis (kok kayak deja vu, ya?), kekurangan bahan makanan!
Daripada nyolong dombanya si Mu, mending dia memakai cara halal yaitu berburu. Cerdas sekali, senpai! Tepuk tangan...!
"Siapa dulu dong! Aiolos!" nyengirnya sambil membersihkan panah emasnya dari dua burung yang sudah almarhum itu. (gayanya pake panah emas!)
"Gitu aja bangga!" dengus Milo salah satu tamu tak diundang. Waduh, sudah numpang, belagu lagi. Disampingnya ada Camus yang kelihatan tak enak hati pada tuan rumah (eh ralat!) tuan kuil, sambil sesekali men-deathglare sahabatnya. Ya, Camus memang selalu tahu diri. Milo-lah yang mengajaknya atau bisa dibilang memaksanya kemari, dengan alasan ganti suasana. Pasalnya, sarapan sehari – hari yang selama ini dia santap adalah buatan Camus. Dan sama seperti pemiliknya, masakannya juga sama dinginnya. Milo sampai berpikir jangan – jangan sahabatnya itu masak pakai kulkas, bukannya kompor.
"Emang kamu bisa?" Aiolos yang hampir putus kesabarannya segera menyerahkan panah beserta busurnya kepada Aiolia. Takutnya nanti anak panahnya malah nyasar ke tubuh saint Scorpio yang urat malunya hampir tidak ada ini.
"Itu mah, keciiill..!" Milo berdiri dengan angkuhnya, dan melangkah cepat menuju sang senior berambut coklat. Camus berdecak, melihat aksi sombong sang sahabat. Sementara Shura, Aphrodite, dan Kanon malah berbisik – bisik sendiri.
"Emang Milo bisa?" Aphrodite berbisik.
"Paling – paling dia pake Scarlet Needle." Ujar Shura.
"Wah, kasihan burungnya. Mati kesakitan mereka!" Kanon prihatin.
Shura mengangkat alis, "Kamu pernah rasa?"
Kanon mengangguk, "He-eh. Sakit banget, tauk! Kayak diakupuntur pake tanduknya si Alde."
"Elo pernah diakupuntur pake tanduknya si Alde?" sang Pisces membulatkan matanya menatap Kanon bahkan mendekatkan wajahnya ke wajah sang kembaran Gemini sampai lawan bicaranya mundur saking ngerinya.
"Biasa aja dong! Hampir ciuman nih. Gue gak ridho first kiss gue diambil sama bence kayak loe!" Kanon merinding, sembunyi dibelakang Camus yang masih duduk dilantai dengan kalem.
"Yahh, gak kena ya." Aphrodite manyun, serangan kaget yang motif utamanya adalah mencium Kanon gagal total. "Padahal si Saga udah gue cium. Kalo kembarannya belum, gak sreg rasanya."
"HAHH?!" Shura, Kanon, dan Camus pucat seketika. Sementara Aphrodite senyum malu – malu sambil gigit sebatang mawar yang entah dia ambil darimana.
"Gak tahu ya? Emang Saga belum cerita? Huh... padahal pas dia masih jadi Pope palsu, hot banget lho. Ketagihan gue..."
PRAAANGG...
Shura, Kanon, dan Camus beserta Aphrodite yang dibibirnya masih bertengger mawar, segera berbalik menatap Aiolia yang mematung dengan nampan serta gelas – gelas pecah yang tadinya mau dia suguhkan kepada tamunya, berserakan dilantai. Mulutnya menganga, badannya gemetar, dia buru – buru berjongkok dan membersihkan kekacauan yang dia buat sebelum ngacir ke dapur. Mencuci telinga sucinya yang terkontaminasi ucapan Aphrodite.
"Khu khu khu... adiknya si Aiolos masih polos ternyata." Tidak merasa bersalah, Aphrodite malah ketawa dengan nistanya. Dia kemudian balik memandang ketiga saint dihadapannya yang bukan lagi pucat malah sudah ungu, sambil menyodorkan bunga, "Kalian kenapa? Penasaran ya? Mau coba juga!"
"NAJIS...!" Ketiga saint itu segera kabur ke teras dengan kalang kabutnya.
"Lah? Kalian kenapa?" Milo yang sedang mengelap kuku jari telunjuknya menatap heran ketiga temannya yang ngos – ngosan dengan wajah layaknya terong. Ungu tua. Apalagi Camus, bahkan rambutnya yang hijau lumut jadi aneh begitu. Persis waktu dia dulu kerja paruh waktu jadi Spectre.
"Kalian kelaparan sampai segitunya, ya?" Aiolos tidak jadi marah, dia pikir karena kelamaan berburu, mereka jadi tidak tahan dan kelaparan. Diam – diam pemanah kita yang satu ini mencatat dalam otaknya, bahwa ciri – ciri orang kelaparan adalah wajahnya berubah warna jadi ungu. Ampun deh, bang!
"Tenang. Gue udah dapat banyak burung buat dimakan kok." Sekali lagi Milo tersenyum angkuh sambil menunjuk burung – burung yang menggelepar sekarat dilantai teras, dengan kuku jari telunjuknya yang merah. Total ada lima belas. Sementara Aiolos yang jutek, cuman memutar bola matanya jengkel.
"Milo, 'kan kasihan." Camus yang kulitnya sudah jadi normal kembali, akhirnya dapat berdiri dengan tegap. "Cepat matiin mereka. Kasihan kesakitan begitu."
"Gimana sih, Mus. Resiko tekhnik ini 'kan memang kesakitan sebelum ajal gitu." Milo tidak ambil pusing.
"Jadi beneran, loe pake Scarlet Needle?" Shura juga kembali normal. Kanon saja yang masih membatu. Dia tidak habis pikir, kakaknya yang super jaim itu ternyata... (gak disambung karena terlalu mengerikan untuk diketik).
"Sudah, sudah. Ayo bawa masuk! Sebelum kita ditangkap Komnas HAU karena menyiksa burung!" dengan bijaksana Aiolos memerintah.
"HAU?" Milo, Camus, dan Shura mengangkat alis kompak.
"Hak Asasi Unggas!"
Mereka bertiga terjatuh komikal dengan suara 'brukk' yang keras
Aiolos yang telah selesai memasak hasil buruannya dan Milo, segera menghidangkannya diatas meja. Dia terkejut mendapati Aphrodite yang duduk sendirian diujung meja sementara kelima yang lain termasuk adiknya berada diujung yang lain. Terlihat jelas sekali kalau mereka berusaha menghindar dari sang pecinta mawar. Yang lebih membuat terkejut lagi, wajah Aiolia yang juga senada dengan warna wajah Kanon.
'Lia juga kelaparan ya?' pikirnya dalam hati.
Akhirnya, sarapan mereka dimulai dengan tenang, dan itu tidak wajar. Seingatnya, jika sarapan dan kelaparan ditambah dengan Aiolia, Milo, Kanon, dan Shura, maka akan menghasilkan sarapan yang binal dan ganas. Tapi entah ada angin apa, mereka malah makan dengan sangat kalem sekali. Kalau Camus sih pengecualian, biar se-Sanctuary banjir pun, dia mungkin cuma diam, menghela napas, lalu berenang ke tempat yang lebih tinggi. Tapi INII! Gak Aiolia, Milo, Kanon, Shura banget, gitu lho!
"Eww! Gue gak nyangka loe pintar masak, Los!" Aphrodite yang sedang memperagakan sarapan-cantik berkomentar dengan semangatnya. "Apa nama masakannya?"
Aiolos hanya tersenyum kalem, dia yang sedang sarapan-bangsawan mengunyah daging burung masakannya pelan. Kemudian membersihkan bibirnya dengan serbet sebelum menjawab (yayy... berwibawa amat, bang!). "Namanya, Burung Bawang Goreng Antares."
"Uhukk!" Aphrodite keselek sendok. Aiolos buru – buru memberi minum sang Saint Pisces sambil menepuk – nepuk punggungnya. Dia terpaksa turun tangan saat melihat adiknya beserta seluruh peserta sarapan yang lain tidak melakukan apa – apa. Bahkan dia mendengar sumpahan seperti, "Syukurin loe!", "Mati aja sekalian!" via telepati dari mereka.
"Bahh! Jadi ini bekas tancapan kuku merahnya si Scorpio?!" Aphrodite berdiri sambil mencak – mencak, setelah sendok yang nyangkut dikerongkongannya keluar. "Kenapa gak bilang dari tadi sih!?"
"Memangnya kenapa?! Salah gitu?!" Milo melempar sendoknya ke meja dan menatap tajam Aphrodite. Tapi dia buru – buru nunduk lagi karena takut dicipok. Ternyata dia sudah mendengar cerita menyakitkan dari Camus tentang kejadian tadi. Mulai dari aksi percobaan penciuman kepada Kanon dengan modus kaget terperangah, hingga terbukanya kedok sang Pope-wannabe, yang sukses bikin Milo merinding setengah mati.
"Kan jijay, Mil..!" Aphrodite mencak – mencak lagi.
Dan sang pemilik konstelasi kalajengking itu merasakan merinding bagian kedua saat mendengar namanya disingkat begitu. Kalau Camus yang manggil gitu sih, hayo aja!
Masih tersenyum kalem, Aiolos menyeletuk, "Tapi masih enak'kan?"
"I-iya sih..." Aphrodite duduk kembali.
"Kalau begitu, sok atuh dihabisin." Kalimat terakhir sang kakak sukses membuat Aiolia meragukan darah kakaknya yang katanya Yunani asli.
Mengabaikan cara mendapatkan bahan makanan yang terkesan mainstream itu, semuanya kembali menikmati sarapan mereka dengan berbagai gaya. Dua gaya telah dibahas diatas, yaitu gaya sarapan-cantik-nya Aphrodite, dan sarapan-bangsawan milik Aiolos. Sedangkan kelima yang lain maunya sih sarapan-elegan, tapi malah jadi sarapan-diam-diaman-hindari-tatapan-Aphro-chan (?).
"Milo, nanti malam saya nginap di kuil kamu, ya." Mohon Camus via telepati.
Milo yang sedang minum air segera tersedak begitu mendapat telepati tak terduga itu. Camus mau bermalam di kuilnya? Yang berantakannya lebih parah dari reruntuhan kapalnya mamanya Hyoga? Camus yang itu? Sahabatnya yang Aquarius itu? Ciyusan nih?! (Milo lebay deh!).
"Gak apa – apa kalau kamu gak mau. Saya nginap di kuil Libra saja. Mumpung Dohko masih di Rozan." Camus bertelepati lagi menyadari tidak adanya jawaban dari Milo.
"Boleh – boleh aja sih. Tapi kok tumben, biasanya saya yang nginap di kuil kamu." Milo akhirnya bertelepati juga. "Kangen ya?"
"Jangan pikir yang aneh – aneh! Saya Cuma gak mau diapa – apain sama Aphrodite nanti malam."
Milo menepuk dahi Shura menyadari kekeliruannya (sebenarnya dia mau tepuk dahinya sendiri, tapi takut tambah oon, jadi sasarannya orang yang dari lahirnya memang sudah oon. Ya, kayak makhluk disamping kirinya ini). 'Benar juga, 'kan kuilnya Camus dekat sama kuilnya Aphrodite, tetanggaan malah. Camus yang lagi tidur 'kan unyu banget. Nanti si bence itu naksir berlebihan lagi!' inner Milo.
"Kamu tadi bilang 'apa' kalau saya lagi tidur? Ungu?"
Milo menelan ludah sambil pelan – pelan hadap kanan, kearah Camus yang sekarang sedang menatapnya dengan satu alis terangkat. Dia lupa kalau koneksi telepati mereka masih berlangsung. Untung si Camus ini orangnya rada kuper, kurang tahu bahasa gaul. Bisa – bisa Milo mendekam seumur hidup di icecoffin kalau ketahuan Camus pernah dibilang unyu alias imut. Camus tidak unyu apalagi imut. Dia Cuma lucu aja. (Sama aja keless..!)
"Ahh... nggak kok. Maksudnya kamu kalau tidur suka pake selimut ungu, gitu." Biar pakai telepati juga, ngeles tetap lancar. Dasar playboy cap dua kalajengking!
"Ohh..." tiba – tiba Camus menyadari sesuatu, "Bukannya selimut saya warnanya biru tua, ya? Kamu 'kan yang belikan."
Tidak menanggapi telepati Camus, Milo malah sibuk menuhin mulutnya dengan daging burung goreng.
"Aaaaaagggghh..." sendawa besar Aphrodite berkumandang (suara orang sendawa bagaimana ya?). Dia kemudian cekikikkan malu – malu, bikin yang lihat jadi pengen kabur aja. Apalagi si Kanon. "Masakan loe emang te o pe begete banget, Los! Tahu gini udah gue jadiin suami deh dari dulu."
Sial bagi Aphrodite, kalau saja kalimat diatas tidak dia ucapkan, sarapan ini pasti berakhir dengan bahagia. Sayangnya kata – kata yang keluar tak dapat ditarik kembali, dan si Saint Pisces sama sekali tidak mempersiapkan apa – apa guna menanggulangi dampak yang ada. Para pembaca disarankan berlindung ke Saint terdekat, sekali lagi disarankan berlindung ke Saint terdekat, sebelum...
"LIGHTNING PLASMA!"
... singa Sanctuary mengamuk.
BRAAKKK...!
Walau jurus mendadak tadi hanya menyerempet bahu Aphrodite, tapi sakitnya bukan main. Pemuda yang tidak jelas gendernya itu bahkan sempat terdorong beberapa meter kebelakang. Kanon spontan membakar cosmo-nya, siap – siap kabur dengan Another Dimension kalau – kalau situasi semakin panas. Begitu juga dengan dengan Shura yang telah mengangkat tangan kanannya bersiap melancarkan Excalibur, disampingnya ada Milo yang mengacungkan Antares-nya, dan Camus yang membuat seisi kuil mendadak sedingin kutub. Jika keadaan semakin gawat, dengan amat sangat terpaksa pemuda asal Perancis itu akan menghentikannya menggunakan icecoffin.
Sementara Aiolos, sangat aneh mengingat dia yang punya refleks paling bagus se-Sanctuary malah duduk bengong ditempatnya. Sama sekali tidak bergerak seinci pun. Ada sebabnya sih, pertama karena tidak menyangka sang adik akan mengamuk, bahkan mengeluarkan jurus andalannya saat sedang sarapan. Kedua karena terkejut dengan perkataan Aphrodite bahwa dirinya akan dijadikan 'suami'. Walau yang terakhir itu lebih mendominasi.
Aphrodite berusaha berdiri walau terhuyung. Mimik kesakitan diwajahnya berubah menjadi murka melihat bahu kirinya yang tidak terlindungi cloth terluka amat dalam, bahkan sampai mengeluarkan darah. "Loe apa – apaan sih, Lia?! Nyerang orang mendadak kayak gini?!" dia tak habis pikir.
"Loe yang apa – apaan!" Aiolia sang tersangka penyerangan segera berdiri sambil menunjuk sang Pisces berambut batu pirus itu, "seumur hidup gue gak akan pernah sudi punya kakak ipar makhluk jadi – jadian macam loe! Mending Saori deh, walau manjanya amit – amit cabang bayi!"
Oh... jadi karena itu...
Rasanya semua yang ada dalam kuil Sagittarius itu minus Aiolia, ingin sekali jatuh terjungkal mendengar alasan sang singa mengamuk. Tapi ditahan begitu melihat kondisi yang rasanya tidak pas. Akhirnya Aiolos-lah yang mencoba menengahi selaku saint tertua diantara mereka.
"Tenang, Lia. Jangan emosi. Kakak juga ogah kok punya affair sama dia." Ucapnya sambil berjalan kearah adiknya.
"Tapi dia keterlaluan, Kak! Dia udah godain kakak! Lia Cuma gak mau kakak bernasib sama kayak Saga!" tiba – tiba saja Aiolia menunduk, cara bicaranya berubah jadi formal. Kelakuannya sebelas dua belas kayak anak kecil yang ketahuan nyolong mangga tetangga. "Lia salah ya, kak?"
Aiolos mengerutkan kening. Dia buru – buru menoleh menatap Kanon yang entah kenapa jadi ungu lagi. Kemudian kembali mengarahkan pandangannya ke adiknya, "Memangnya Saga kenapa?"
"Fufufufufu..." Aphrodite cekikkikan lagi. Membuat Aiolos yang tidak tahu apa – apa segera menatapnya. "Loe juga sama polosnya ya, Los. Si Saga keterlaluan deh, gak cerita – cerita sama teman baiknya. Tapi gak apa – apa deh." Kedipan nakal yang menciptakan gambar hati imajinasi segera dia layangkan kepada Aiolos, "Selain Gemini, hatiku masih cukup kok buat Sagittarius~"
BRAAAKKKKK...!
Meja makan dibanting Aiolia dengan brutalnya. "KELUAR LOE! KELUAAARR! Godain orang lain sana! Jangan kakak gue..! LIGHTNING PLASMA..!"
Aiolos panik, dia refleks menerjang sang adik hingga terjerembab dilantai. Menghentikan hujaman jurus yang cukup binal menyerang sang pemilik konstelasi ikan kembar. Sementara Aphrodite tidak tahu lagi bagaimana nasibnya sekarang dijadikan dartboard Lightning Plasma bertubi – tubi. Camus yang sudah ambil kuda – kuda (kedua tangannya yang menyatu diacungkan diatas kepala dengan kedua kaki dibuka lebar – lebar) bersiap – siap melerai mereka semua dengan jurus andalannya, tapi tidak jadi karena keburu diseret duluan oleh Shura dan Milo.
"Kalian berdua lepaskan saya! Mereka semua harus dihentikan!" pemilik surai kehijauan itu berusaha memberontak, tapi Saint Scorpio dan Capricorn yang mencengkram masing – masing tangannya masih terus berpacu keluar dari jangkauan Lightning Plasma sang singa.
"Mus, sudah! Abaikan saja mereka. Jangan ikut campur!" Shura yang berbicara. "Sekarang fokus saja untuk keluar hidup – hidup dari sini!"
Camus baru sadar kalau tujuan pelarian mereka bukanlah pintu keluar kuil, melainkan Kanon yang sudah normal kembali warna kulitnya. Cosmo sang Gemini adik masih terbakar walau tidak seheboh milik Saint Leo yang sedang stay-on-the-floor diterkam kakaknya sendiri. "Non! Cepetan!" Milo belingsatan dengan paniknya kearah sang Sea Dragon (atau mantan Sea Dragon?).
"Pegangan kalau begitu..." udara disekitar mereka bergetar hebat kemudian berputar spiral, membuka ruang dimensi lain ditengah – tengah kuil. Kejadian yang menandai kaburnya mereka berempat via Another Dimension.
Dari ruang kosong, muncul pusaran udara yang menggetarkan sekitar tempat itu. Perlahan – lahan dari pusat putaran, ruang dimensi lain terbuka. Menjatuhkan tiga makhluk berzirah emas beserta seorang berpakaian biasa sebelum menutup kembali dengan cepatnya.
BUGG!
Suara benda berjatuhan segera terdengar diteras belakang kuil Gemini, menampakkan tiga orang Saint yang tengkurap dengan pose tak elit. Sementara orang keempat yang berambut biru panjang, mendarat mulus dengan kaki menjejak tegak dilantai.
"Ohh... kepalaku!" Shura mencoba berdiri sambil mengusap dahinya yang benjol bekas dicium oleh teras kuil berlambang manusia kembar.
"Mus, gak apa – apa?" Milo yang jatuh dengan pantat duluan, menoleh menghadap sang sahabat yang kondisi dahinya identik dengan sang Saint Athena paling setia itu. Walau sakitnya lumayan, tapi Camus mengangguk sebagai jawaban, pertanda dia baik – baik saja.
"Gimana sih, Non?! Another Dimensionnya kok gak mulus sih?" Shura memegangi dahinya yang cenat – cenut.
Kanon yang tidak terluka tubuhnya tapi terluka batinnya, dibuktikan dengan wajahnya yang murung sedari tadi, menghela napas sebelum menjawab, "Sorry deh kalo gitu, gue gak fokus. Tahu kalau kembaran loe punya hubungan sama makhluk gak jelas macam Aphrodite itu sakitnya DISINI, woii!" mantan Marina itu membuat gesture depresi dengan mimik sedih sambil tangan kanannya menyentuh dada kirinya.
Shura, Milo, dan Camus speechless seketika. Tidak menyangka Kanon orangnya lumayan alay ternyata.
"Eh? Kalian kok pada terkapar disini?" suara lembut khas sang Aries bersurai lembayung segera memecahkan speechless ketiga Saint Athena yang paling seksi itu. Mereka yang ditegur begitu segera berdiri dari kondisi mereka yang memang cukup memalukan.
Bersama sang empunya suara, Aldebaran dengan mata berair serta hidung merah juga muncul dibalik pintu kuil Gemini. Selang beberapa detik, pemilik asli cloth Gemini juga menampakkan diri. Yang mengakibatkan berubahnya ekspresi Kanon, Shura, Milo, dan Camus menjadi seperti err... jijik bercampur heran. Dan sepertinya Saga menyadarinya.
"Non, kamu gimana sih? Nggak ngajakin mereka masuk." Saga mencoba bersikap biasa walau tatapan mereka berempat membuatnya resah. Dia minggir sedikit, memperlebar pintu masuk mempersilahkan tamu tidak diundangnya itu, "Ayo, Shur, Mil, Mus. Masuk keda..."
"Saya kecewa sama kamu, Saga."
ZIIIIIINGGGG...
Kalimat dingin yang diucap oleh lidah dingin Camus yang super dingin membuat suasana jadi dingin seketika (pemborosan kata!). Demi apa, Camus yang itu bilang kayak begini! Pakai ekspresi datar lagi. Saga Kaget. Kanon cengo. Milo shock. Shura terperangah. Mu membelalakkan mata. Aldebaran bersin – bersin.
"Eh? Memangnya saya pernah salah apa?" awkward, Saga buru – buru mencoba mencairkan suasana. "Saya minta maaf deh, kalo begitu."
"Nggak perlu." Camus berbalik menaiki tangga sambil menarik Milo yang masih diam ditempat. Tidak percaya dengan ucapan sang sahabat yang biasanya tidak sefrontal itu. "Ayo Milo, kita pulang!"
Saga menaikkan satu alisnya bingung, heran bagaimana sang Saint Aquarius berkelakuan tidak biasa. Saat Milo yang diseret Camus bergegas pergi, dia lalu menoleh pada Kanon dan Shura meminta penjelasan. "Camus salah minum obat, ya?"
"Kamu yang salah minum obat!" Shura tiba – tiba murka sambil menunjuk – nunjuk muka Saga emosi. "Apanya yang normal? Apanya yang beretika? Kamu menyalahi semua nasehat yang selama ini kamu berikan pada saya!"
Saga mengernyitkan dahi tidak mengerti. Ini, apa lagi ini? "Maksudnya apa sih? Saya kok jadi bingung begini?"
"Diam, Saga! Bukan Cuma Camus, saya juga kecewa sama kamu!" Shura kembali mengamuk. "Saya salah selama ini, menganggap kamu sebagai panutan. Saya tahu isi dalam kamu, dan saya kecewa. Saya menyesal pernah punya perasaan sama kamu!"
"..." Mu diam.
"..." Saga diam.
"..." Kanon diam sambil sweatdrop.
"Hatsyyiiiiii...!" Aldebaran... udah tahu 'kan?
"E-eh?" Shura menutup mulutnya secepat kilat, wajahnya merona seketika. Sadar bahwa dia telah mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dia ucapkan. Tepat dihadapan orang 'itu' sendiri! Miris pemirsa!
"Ka-kamu... " Saga menelan ludah, "... pernah suka sama saya?"
Shura diam seribu huruf dan aksara, wajahnya merah padam layaknya kepiting rebus ("Woii...! jangan pake kepiting! Dia itu kambing!" teriak Deathmask dari kuil Cancer) maksud saya kambing rebus. Dan dengan langkah tegak maju jalan, sang Saint Capricorn segera ngacir dari sana. Menyebabkan munculnya beragam tanda tanya dalam kepala keempat makhluk dibelakangnya.
'Ini beneran Shura, nih? Shura dibawah payung hitam itu?'
'Bahaya..! Ternyata kembaran gue banyak fansnya! Kok gue nggak ya? Padahal muka kita berdua 'kan sama.'
'Ohh... jadi karena itu, kenapa Shura kayaknya lengket banget sama Saga pas mereka jadi Spectre. Refleksi cintanya ternyata."
'Wah, obatnya gak manjur nih. Dari tadi gue bersin gak berhenti – berhenti... '
Setelah tersadar dari kekagetan mereka selama entah berapa lama, Kanon segera berbalik menghadap sang kakak. Tapi sebelum mulutnya sempat membuka, Saga duluan menghardiknya.
"Apa? Kamu mau marah juga?!" bersamaan dengan suaranya yang membesar, matanya mendadak berubah merah diikuti rambutnya yang memutih seketika. Wow, say welcome to Saga-Ares.
Mu dan Aldebaran segera mundur sambil pasang kuda – kuda siap membakar cosmonya. Walau dalam hati masing - masing tidak menyangka bahwa diri Saga yang satu itu bisa muncul tiba – tiba. Kiranya mereka, sudah hilang saat Saga bunuh diri tempo hari.
"Ditanya kok diam?! Jawab dong! Kamu bisu ya!" Saga-Ares kembali membentak sang adik yang mulai keringat dingin. "Yang disana juga!" dia menunjuk Mu dan Aldebaran yang semakin beringsut mundur, "Situ kenapa tambah jauh? Takut sama saya?! Cih! Cemen. Ditegur dikit langsung keder. Saint apaan!"
Mu yang memang respek sama sang Gemini Cuma menunduk diam. Sang Taurus sekarang sedang tidak mood untuk melawan dikarenakan kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkan. Semantara Kanon, walau saudara sendiri juga, tapi dia lumayan takut dengan sisi abangnya yang ini.
'Ampun deh! Abang gue satu ini kalau baik, baik banget. Kalau jahat, jahat banget. Bahkan bisa sampe setingkat ama Sumanto!'
"A-anu, anu... tadi Aphrodite bilang ka-kalau... " Kanon tidak sanggup melanjutkannya.
"Apaan?"
"Kalau..."
"Hm?"
"Ka-kalau, kalau..."
"Galaxian Explo—"
"I-iya! Iya! Gue ngomong, gue ngomong. Turunin tangan loe sekarang. Lukain adik sendiri itu dosanya besar lho!" Kanon panik sambil mengangkat tangannya menyerah. Membuat sang kakak yang telah berniat memaksa sang adik bicara dengan jurus andalannya, segera mengurungkan niatnya. Tapi cosmonya masih tetap membara.
Kanon menelan ludah banyak – banyak, mempersiapkan mental sekaligus lidahnya. "Kalau, loe. Sama Aphrodite ..."
"APHRODITE SIALAAAANNN! PENGGOSIP EDAAANN! SINI SAYA BUNUH KAMU!"
"WOII! JANGAN LARI WOII! DENDAM KESUMAT GUE BELUM TERBALASKAN!"
Pagi itu, yang tidak bisa dibilang tenang. Tambah tidak tenang dengan adanya seorang Saint 'cantik' berlari binal menaiki anak tangga Sanctuary seolah – olah dikejar singa ganas dan titisan dewa perang. Ehh... walau secara kiasan itu bukan 'seolah – olah' lagi. Sambil berteriak – teriak panik, sang reinkarnasi Pisces Albafica itu membuat heboh seluruh penghuni kuil – kuil disana. Sehingga menyebabkan Shaka yang paling anti dengan keributan, mengamuk seketika.
"Bisa diam tidak?! Mau saya hilangkan panca indera kalian satu – satu, hah?!" bahkan sang Virgo telah membuka kedua matanya. Mampuslah kau, Pisces Aphrodite.
"Ada apaan sih? Rame banget." Deathmask yang belum selesai 'menghias' dinding kuilnya, keluar dan bertanya (sambil berteriak) kepada Kanon, Mu, dan Aldebaran yang sedang ngemil daging-entah-apa bersama Aiolos, sekaligus menonton aksi kejar – kejaran itu dari teras belakang kuil Gemini.
"Itu, si Aiolia sama Saga lagi nguber – nguber Aphrodite. Mau dibunuh katanya. Eh tapi, kalau dilihat dari komposisi cosmo yang ada. Kayaknya Shaka juga ikutan." Aiolos menjawab enteng diikuti anggukan dari Kanon, Mu, dan Aldebaran. Dia lalu mengangkat piring yang dia bawa dari kuil Sagittarius, "Mask, ada burung goreng, nih. Mau nggak?"
Deathmask yang memang belum sarapan buru – buru turun ke kuil dibawahnya dan segera mengambil tempat pewe disamping sang pemanah. Dia mencomot bagian daging yang mirip sayap lalu mengunyahnya cepat – cepat, "Emang kenapa? Athena bikin sayembara buat bunuh Aphrodite, ya?" sang Cancer bertanya kembali dengan tenangnya. Walau kesannya dialah teman dekat sang Saint Pisces (mereka berdua selalu sama – sama. Berkhianat pada Athena, barengan. Pas jadi Spectre juga kompakan) tapi sama sekali tidak ada rasa khawatir dalam nada bicaranya.
"Sayembara?" Mu yang polosnya hanya bisa dikalahkan oleh Shun adiknya Ikki segera membayangkan Saori lengkap dengan gaun putih berkibarnya sedang berdiri dialun – alun kota Athens sambil berbicara pakai toa yang dipegang Tatsumi, 'Perhatian semuanya, rakyat Yunani, barang siapa yang dapat membunuh Pisces Aphrodite, bagi laki – laki akan saya jadikan pembantu laki – laki saya. Dan bagi perempuan akan saya jadikan pembantu perempuan saya. Info lebih lanjut sekaligus pendaftaran peserta, silahkan hubungi Tatsumi—ya, lelaki botak disamping saya. Harap membawa perkakas masing – masing didepan kuil Pisces pada hari yang ditentukan. Terima kasih, dan salam tiga jari."
Sang Aries segera menggeleng kuat – kuat, menghilangkan gambaran aneh dalam kepalanya.
"Memangnya kenapa bertanya?" Kanon mengembalikan pertanyaan kembali kepada Deathmask.
"Nggak kenapa – kenapa sih. Cuman, kalau emang beneran dibunuh. Kepalanya kasih gue aja ya. Buat pajangan di kuil gue." Deathmask menyengir sadis, membuat teman – temannya mengernyitkan dahi. Tidak mengerti dengan hobi sang penjaga kuil ketiga itu yang mereka rasa lain daripada yang lain.
"Terserah deh." Meskipun begitu, Kanon tetap menjawab.
"Ini beneran loe yang masak, Los?" Deathmask mengambil daging ketiganya, "Gue baru tahu kalo loe pintar masak. Saga egois, gak bilang – bilang! Tau gini udah gue—"
"Apa?!" Aiolos men-deathglare sang Saint Kepiting dengan tatapan mautnya. Cosmo emas mulai melingkupinya, membuat Deathmask yang merasa tidak melakukan kejahatan apa – apa bingung seketika. "Kamu mau jadikan saya suami kamu juga?!" Sang Saint Sagittarius berniat melempar panahnya, tapi keburu ditahan oleh Aldebaran yang menang tubuh daripada Aiolos.
"Eh eh..! nggak kok!" Deathmask berdiri panik diperlakukan begitu. "Biar kata jomblo juga, tapi gue masih normal ya! Lagian sambungannya bukan itu kok, tapi koki pribadi. Udah tau gue sibuk ngurus kuil, jadi diri sendiri gak keurus."
"Mengurus kuil? Atau memporak – porandakan kuil?" Mu menaikkan alis. (eh? Mu gak punya alis 'kan?).
"Makanya! Cari pacar dong. Biar ada yang ngurus." Kanon berkomentar sambil menyomot sisa daging dari piring Aiolos.
"Emang ada yang mau sama gue?" Deathmask menaikkan alis. (nah ini baru benar!).
"Ada kok!"
"Siapa?"
"Gue!"
Deathmask melongo dengan suksesnya bersama Mu. Heh? Kanon nembak dia? Seriusan nih? Sementara sang tersangka penembakan sedang mengemut tulang burung tanpa merasa risih dengan apa yang baru dia ucapkan tadi. "Kenapa diam?" Tanyanya masih dengan mulut penuh tulang (doyan apa kelaparan, mas?).
"Ja-jadi. Loe beneran nembak gue?" Detahmask bertanya malu – malu kepiting.
Sang mantan Marina menggigit tulang burungnya kemudian menelannya dengan suara 'glek' keras. "Loe gak denger apa yang gue bilang tadi?"
"O-oohh..." Deathmask merona merah dengan sangat OOC-nya. "Jadi, loe nunggu jawaban gue nih?"
Kembar Saga itu mengorek giginya karena ada tulang yang nyangkut, sambil satu alisnya terangkat naik. Seolah berarti, 'menurut loe?'
"Gue, iya aja deh."
"Huhh..." Mu mendengus, "Apaan itu yang katanya 'normal'?!"
"Syirik aja loe, Mu!" Kanon membela 'pacar' barunya. "Makanya, Shaka ditembak dong! Kasihan itu anak satu berharap terus, cuman gengsi aja dia ngomongnya."
"Eeehh... permisi." Aldebaran dengan suara serak memutus pembicaraan 'intens' duo Aries ex-Sea Dragon itu, "Kalau mau lovey-dovey-an entar aja ya. Ini Aiolos ditenangin dulu." Mereka lupa bahwa kakak Aiolia itu masih mengamuk dalam kungkungan sang Taurus. Akhirnya gabungan tiga Gold Saints plus satu mantan Marina berhasil mewaraskan kembali sang pemilik zirah emas Sagittarius, walau ada sedikit insiden anak panah nyasar juga getokkan maut busur emas yang meramaikan suasana.
"Ehm..." Aiolos yang telah tenang kembali, sedang duduk mengembalikan image-nya yang telah hancur lebur, "Maaf, saya jadi agak sensi kalau ada yang memuji masakan saya."
Wow, dunia memang sudah terbalik sepertinya, pikir penunggu kuil Cancer itu takjub.
"Aphrodite." Seolah membaca pikiran Deathmask, Kanon yang memberi penjelasan. "Dia tadi muji masakan si Aiolos, pake bilang mau dijadiin suami lagi. Aiolos terang aja nolak, tapi si Aiolia duluan ngamuk dan... " dia menunjuk Aphrodite yang dikejar Aiolia bagai ikan teri dikejar singa sambil melanjutkan, "... dan begitulah jadinya."
Deathmask mengangguk paham. Dia diam – diam menulis nama sang Saint Leo dalam daftar nama orang – orang yang tidak ingin dia cari gara – gara.
"Ngomong – ngomong soal Aphrodite..." Mu menoleh kearah sang pemilik surai pendek bewarna biru tua, "Emang bener, kalau Saga, sama Aphrodite... eh, punya hubungan?"
Deathmask mengerutkan kening tidak paham, dia memandang Mu seolah – olah sang Aries bertanya 'apakah dirinya akan bermeditasi besok bersama Shaka'. "Hubungan apaan? Perasaan Saga emoh banget dekat – dekatan sama si Aphro. Mana bisa punya hubungan mereka! Aduh, Domba! Kamu terlalu banyak baca fanfic Saga-Aphrodite kayaknya!"
"Tapi, bukannya mereka pernah..." Kanon mengisyaratkan dengan kedua tangannya yang dibuat membentuk mulut, lalu menempelkannya rekat.
Spontan sang Cancer tertawa dengan hebohnya bahkan sampai mengagetkan Aiolos yang dari tadi diam saja. "Myowaahahahaa... Trus kalo mereka pernah begitu, memangnya kenapa?" dia mencoba mengendalikan dirinya dari serangan tawa tiba – tiba. Apalagi ditambah dengan keempat kameradnya yang sekarang sedang menatapnya penasaran bercampur melongo. "Dengar ya... dengar." Deathmask menarik napas dalam – dalam. "Kalian tau kenapa Saga pas nyamar jadi Pope palsu selalu pake topeng?"
"Supaya kedoknya sebagai Pope palsu tidak terbuka." Mu, Aldebaran, Kanon, dan Aiolos menjawab serempak.
Deathmask menggaruk kepalanya yang sebenarnya memang gatal. "Iya juga sih. Tapi bukan itu tepatnya. Ganti pertanyaan deh. Kenapa Aphrodite mau – mau aja disuruh berkhianat sama Saga?"
Semuanya kecuali sang pemberi pertanyaan mulai berpikir. Benar juga, pikir mereka. Kenapa? Kenapa makhluk paling cantik tapi tidak membuat tertarik itu bisa setia begitu sama Saga?
"Karena... si Aphro pernah lihat muka Saga, pas itu orang lagi berendam kecipak – kecipuk di spanya kuil Papacy. Dan dia langsung fall in love at first sight!" Deathmask mengakhiri penjelasannya denga tepukkan tangan. "Dan yaa... loe pada tau 'kan gimana sifatnya Aphro, main nyosor aja gak tau malu. Karena itu Saga terusan pake topeng, sembunyiin mukanya dari Aphrodite. Dan karena itu juga Aphrodite jadi pengikutnya si Saga. The End dah!"
"Jadi, yang dibilang sama Aphrodite itu... " Aiolos bergumam menggantung.
"Cuma gosip tentu saja!" Deathmask mengambil kembali daging yang sudah dingin dari piring Aiolos. Semuanya mengikuti.
Mereka berlima segera melanjutkan acara menonton mereka dengan ditemani masakan buatan Aiolos. Adegan kejar – kejaran Aiolia-Saga-Shaka VS Aphrodite belum berakhir ternyata. Tapi prediksi Aiolos, laga epic itu akan segera menyentuh akhir saat dia merasakan cosmo Shaka dan Saga yang mulai mendekati indera kedelapan.
Ahh... pagi di Sanctuary, dan kata tenang memang mustahil berada dalam satu kalimat. Karena selalu ada kekacauan yang mengisi kekosongan. Walau sang Virgo selalu mewanti – wanti dengan kampanye 'Tenang itu Indah', tapi bagi mereka yang lain 'Kekacauan lebih Indah lagi'.
THE END
.
.
.
.
.
Milo : Ngg... sudah?
Saya : Iya, sudah.
Camus : Segitu saja?
Saya : Iya, segitu saja.
Aiolos : Sejak kapan refleks saya paling bagus se-Sanctuary?
Saya : Lho? Bukannya kamu ya, yang pertama kali tahu kalau Saga punya rencana ngebunuh Athena.
Aiolos : (tepuk jidat) Iya juga ya.
Shura : Fitnah itu! FITNAHH! Saya sama sekali gak punya perasaan apa – apa sama Saga! Suerr! (mencak – mencak)
Mu : Trus kenapa kamu mau satu rombongan sama Saga pas nyerang Sanctuary waktu itu?
Shura : Se-sebenarnya... (mendadak malu – malu) saya bukan ngikut si Saga. Ta-tapi, sama Camus...
Camus : (membeku seketika).
Milo : Loe naksir Camus? (emosi).
Shura : Emang gak boleh ya? (berlagak polos).
Milo : GAKK! SERATUS PERSEN GAK BOLEH! (siap – siap ngacungin Antares).
Shura : (Angkat Excalibur).
Saya : Wahh... banyak pairing bertebaran ya! (terharu).
Kanon : Dasar Author penyebar Crack Pairing! Masa' gue yang kece ini dipasangin sama itu kepiting rebus! 'kan abstrak jadinya. Kalau sama Angelina Jolie sih hayo aja!
Deathmask : Lagian siapa juga yang mau sama orang plin – plan kayak loe?! Marina bukan, Saint juga bukan! Gak jelas amat! Loe juga Thor! Kenapa gue dibikin OOC? Seumur hidup sampai hidup tiga kali juga gue gak pernah tuh tersipu malu kayak gitu!
Saya : (jadi kambing congek).
Aphrodite : Woii! Jadi gimana nih nasib gue? Gue gak terima digantung kayak gini!
Saya : Saya biarkan pembaca saja yang berimajinasi.
Deathmask : Gak seru ah! Kepala Aphrodite gak jadi buat gue. (manyun)
Aphrodite : Diem loe, Kepiting Rebus!
Deathmask : Serah gue dong, Ikan Mas Koki!
Aphrodite : Kepiting!
Deathmask : Ikan Mas!
Aphrodite : KEPITING!
Deathmask : IKAN MAS!
Saya : Ya... silahkan bagi pembaca mengapresiasi fic pertama saya difandom SS. Review, fave, atau apapun sangat saya hargai sebagai newbie. :D
