Kaki

.

.

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Enjoy!

.

.

Dua bertengkar, satu mendengus. "Idiot!" Gerutu si pendengus. Dua orang lainnya tetap setia beradu argumen pedas. "Bersyukurlah, Naruto! Setidaknya kaki mu lebih ramping dari kakiku!" Ucap seorang gadis berambut nyentrik –merah muda. "Tetapi kakimu lebih halus dari aku, Sakura-chan!" Balas Naruto sangsi. "Kau ini, dasar! Kau mengatakan bahwa kakiku halus seolah olah kau iri! Astaga, Naruto, kau laki-laki!" Seru Sakura, suaranya meninggi satu oktaf. "Idiot, diamlah" Dengkingan tertahan berasal dari pemuda dengan gaya rambut aneh –pantat ayam jika ingin tahu. "Baiklah-baiklah, aku diam, Sasuke-kun!" Ujar Sakura mulai tenang sambil menyilangkan jari di depan mulutnya. "Bagus kalau begitu! Lagipula kau yang memulai." Nada bicara Naruto sangat santai rupanya. Sakura berusaha menahan kedutan di pelipisnya. "Pulang, atau kalian akan terjebak di sini sampai besok." Titah Sasuke, lalu pergi. Sakura dan Naruto hanya bisa mengikuti Sasuki dan saling beradu tatapan tajam dengan atmosfer panas menguar di sekitarnya. Sebut saja, Sasuke sudah menggunakan sebuah kekkai, entah apa itu. Sasuke mengenal itu melalui manga yang sering di baca oleh Itachi, kakaknya.

"Aku duluan Sasuke-kun, Naruto!" Ucap Sakura ceria setelah sudah sampai di depan rumahnya. Melupakan perdebatan bodoh antara dirinya dan Naruto, gadis itu tetap memberikan senyuman lebar kepada kedua pemuda itu. Naruto membalas lambaian tangan dan senyum Sakura tanpa beban. Sasuke tak habis pikir. Ia sebenarnya sangsi jika dua teman kecilnya ini adalah manusia pada zaman ini. Hanya mendengus, lalu pemuda itu kembali fokus pada perjalanannya.

"Whoaaa lihat itu! Kakimu benar-benar indah, Sakura-chan!" Ujar Naruto, kentara nada iri di dalamnya. "Menjijikkan!" Seperti biasa, Sasuke mendengus kasar, lalu menjauh dari kedua sahabatnya. Ia tidak ingin membuang uang nya untuk ke dokter telinga –kau tahu maksudku. "Itu menjijikkan, bodoh! Aku harap korneamu masih dalam keadaan baik, Naruto. Kaki berukuran paha-babi-penuh-lemak ini kau bilang indah? Lihat kakimu! Astaga, demi jidat Godaime-sama! Kakimu –yang seorang lelaki– bahkan lebih kecil dari kakiku. Mana bisa gadis kerempeng seperti aku memiliki kaki sebesar ini?" Dengking Sakura frustasi. Pelajaran olahraga sangat Ia benci. Salahkan saja seragam olahraga laki-laki yang bercelana sepanjang lutut. Dengan begitu, Sakura bisa melihat kaki-kaki yang menurut Sakura kecil dan indah. Sakura frustasi. Ia menghampiri Sasuke yang sedang bersandar di bawah pohon. Dengan ekor matanya, diam-diam Sakura memperhatikan Naruto yang sedang bermain basket bersama Kiba. Iri hati Sakura semakin menjadi. Dengan kaki yang lebih kecil darinya, bahkan Naruto lebih kuat darinya. Sedangkan Sakura, hanya kaki besar yang penuh lemak.

"Kau diet, Sakura-chan?" Tanya Naruto saat melihat porsi makan malam gadis itu –melihat bahwa porsi makan Sakura sekarang hanyalah seperempat porsi makan nya dan Sasuke. "Tak ada nasi? Kau cari mati?" Delik Sasuke heran. "Apa peduli kalian? Lagipula ini rumahku, dan aku yang memasaknya. Jadi aku simpulkan bahwa tak ada yang salah." Jawab Sakura santai sambil menyuapkan salad ke mulutnya. Salad dengan porsi seperempat milik Naruto dan Sasuke. Poin tambahan, Sakura tidak memakai nasi. Gadis itu mulai tak waras. "Jika ini karena kakimu, sudahlah, Sakura-chan! Kau hanya menyiksa dirimu sendiri jika seperti ini." Ujar Naruto prihatin. "Bersyukurlah kau masih memiliki sepasang kaki!" Desis Sasuke, lalu beranjak ke luar –untuk pulang; rencana menginap dibatalkan secara sepihak olehnya. Bahkan makan malamnya belum tersentuh sama sekali. Naruto menghela nafas, mengelus pundak Sakura lembut, lalu menyusul Naruto. Sakura mulai mengisak kecil. Ucapan Sasuke menohok tepat di ulu hatinya. Pemuda itu benar, seharusnya Ia bisa lebih bersyukur.

Derap langkah tergesa-gesa menggema di sebuah lorong rumah sakit. Dua pasang kaki tak berhenti berjalan, dua pasang mata tetap fokus mencari tujuan. Dua remaja itu gusar luar biasa. Satu jam yang lalu, Itachi mengabarkan kepada salah satu dari mereka, bahwa Sasuke kecelakaan –tabrak lari. Centauri 208. Naruto yakin itu ruangannya. "Bagaimana keadaannya, Itachi-nii?" Tanya Sakura kalut saat sudah masuk ke ruangan itu dan melihat sosok Itachi. "Kaki." Bisik Itachi ambigu, lalu beranjak keluar. Itachi mengerti, mereka bertiga butuh waktu. Naruto dan Sakura bukan orang bodoh. Sakura mulai mengisak. Naruto menenangkan Sakura dalam rengkuhannya.

Ranjang rumah sakit itu sedikit berderit. "Sasuke-kun!" Pekik Sakura tertahan saat melihat pergerakan lemah dari Sasuke. Naruto menghampiri ranjang Sasuke, tanpa suara. Beberapa kali Sasuke mengerjap lemah, memandang Naruto dan Sakura bergantian untuk sesaat, lalu kembali memejamkan matanya. "Jangan tidur lagi, Teme! Dasar pemalas!" Suara Naruto sedikit bergetar. "Aku tidak mati, Dobe." Ujar Sasuke lirih, masih setia memejamkan matanya. Ia merasakan usapan lembut Sakura pada bagian kakinya. Dia sedikit merasa aneh. Ada yang janggal. Sasuke menyibak perlahan selimut rumah sakit itu. Ia sedikit mendelik, lalu Sakura mendekapnya erat. Naruto hanya membuang muka sambil menggenggam erat tangan Sasuke, menguatkan. Sakura berusaha untuk tidak mengisak, tidak ingin membuat Sasuke semakin rapuh. Tetapi gadis itu sedikit berjengit saat merasakan bajunya basah. Ia tersenyum maklum, tangannya mengusap lembut punggung lebar Sasuke. Ia dan Naruto tahu, Sasuke menangis dalam diam. Sasuke bukan seorang yang melankolis. Wajar jika Ia shock ketika mengetahui bahwa ia telah kehilangan sepasang kakinya. Ia cacat.

Seminggu kemudian, Sasuke kembali ke rumah. Tak ada sambutan hangat di depan pintu. Seperti biasa, kedua orang tuanya sibuk bekerja. Celotehan Naruto dan tawa hangat Sakura yang mengantarnya. "Otouto! Maaf aku tidak bisa menjemputmu. Di sini sangat merepotkan." Ucap Itachi yang muncul dari dalam dapur, lalu membungkuk untuk memeluk Sasuke di kursi roda. Sasuke tak bergeming. Itachi melihat sekilas bahwa ada lingkar hitam samar di mata adiknya. Naruto mengelus pundak Itachi singkat. Itachi mengerti, ia tersenyum maklum.

"Aku berhenti." Ujar Sasuke datar. Ucapannya barusan membuat dua pasang mata mendelik padanya. "Apa-apaan kau ini?! Mereka semua merindukanmu, Teme! Mereka sudah meyakinkanku bahwa mereka akan cepat mengerti tentang keadaan mu!" Cerca Naruto, suaranya meninggi. "Perdebatan bodoh kalian." Desis Sasuke. Sakura terbelalak. Ucapan Sasuke kembali menohoknya. Rasanya bahkan lebih sakit dari kejadian Makan-malam-yang-berantakan itu. Sakura membisikkan kata maaf beberapa kali. Beberapa detik kemudian, ia mulai mengisak sambil menggenggam tangan Sasuke erat. Naruto menyadari apa yang terjadi. Segera Ia membawa dua sahabatnya dalam dekapannya. Sasuke diam, tetapi tangannya terkepal erat –Naruto tahu akan itu. Sakura mengisak, air matanya semakin deras. Genggaman tangannya pada tangan Sasuke berpindah untuk mengelus punggung Naruto. "Maafkan kami, Sasuke. Kami bodoh, aku tahu itu." Bisik Naruto pelan dengan suara bergetar.

Sepuluh tahun kemudian...

"Tou-chan!" Jerit seorang anak perempuan berumur 5 tahun kepada pria dewasa yang sedang berkutat dengan laptopnya. "Ada apa, Sarada?" Ucap lelaki dewasa itu sambil membawa Sarada ke pangkuannya. "Anak laki-laki di kelasku selalu mengejekku. Mereka mengatakan bahwa kakiku seperti lemak babi yang membusuk. Kenapa kakiku besar, Tou-chan?" Jelas anak itu sambil memeluk ayahnya. "Sarada-chan, Sasuke-kun, ada apa?" Sebuah suara lembut membuat ayah dan anak itu menoleh ke ambang pintu. Sarada meloncat, dan memeluk ibunya. Lalu mengadu seperti apa yang telah ia katakan pada Tou-chan nya –Sasuke. Sasuke hanya tersenyum maklum, lalu menggerakkan kursi rodanya untuk menghampiri Sakura yang sedang menenangkan dan memberi pengertian kepada Sarada. Isakan Sarada telah berhenti. Gadis kecil itu melepaskan pelukannya dari sang Ibu. Ia berdiri di depan Sasuke dan kursi rodanya, beberapa kali mengerjapkan matanya lucu. Sedetik kemudian, Sarada mengecup lembut kedua kaki Sasuke, lalu melompat naik kepangkuan Sasuke. "Maafkan aku, tou-chan." Ujar Sarada polos, lalu mengecup kedua pipi tirus Sasuke bergantian. Sakura menghampiri mereka berdua, lalu merengkuh kedua permatanya dengan hangat.

.

.

-End-

.

.

A/N :

Hei, kembali dengan fanfic baru. Untuk fanfic Debate nya, belum sempet di bikin-_- Fanfic yang ini ngejar waktu, takutnya idenya keburu hilang :v

Bagi yang udah baca, review please. Buat fans nya Sasuke, jangan marah ya :v Author sendiri juga fans nya Sasu-chan