Kid and The Cat

Naruto Fanfiction by Akai Girl

Disclaimer Masashi Kishimoto

Genre : …

Rate : T

Warn : AU, Very OOC, Typo(s), Ngga sesuai EYD, cadel-cadel-an, Sho-ai, Pedo!Sasuke, Chibi!Naruto, dll.

.

.

Jarum jam pendek telah menunjuk ke arah angka 2 dimana matahari sedang bersinar dengan teriknya tepat di atas kepala. Langit bersinar dengan cerah diiringi suara hewan-hewan musim panas yang mulai berdengung nyaring di telinga.

Di bawah teriknya sinar matahari musim panas yang menyengat kulit, Sasuke Uchiha melangkahkan sepatu ketsnya dengan perlahan. Keringat meluncur turun dari balik dahinya yang terhalang helaian surai raven. Sebenarnya ia terlalu malas untuk keluar rumah apalagi udara musim panas yang lembab membuat kulit porselennya mengering. Namun apa daya perintah ibunya tidak bisa di tolak juga perkataan-perkataan panas Itachi yang menyudutkannya membuat kesal.

Dan disinilah Sasuke berakhir dengan setelan baju hitam tertutup yang justru menguras cadangan energinya. Oleh karenanya Ia berjalan dengan lambat di bawah terik sinar matahari musim panas untuk pergi ke toko serbaguna melaksanakan perintah ibunya.

Sasuke merogoh saku jaketnya mengeluarkan sebuah kertas yang bertuliskan daftar barang-barang yang harus di belinya. Ia membaca daftar belanjaannya dengan seksama hingga tak memperhatikan jalanan.

"Lilin, untuk apa ibu membeli lilin?" Gumamnya datar, tak begitu tertarik sebetulnya meskipun kedua alisnya bertaut keheranan. Dan ia tak begitu peduli kemudian.

Sasuke memasukkan kembali daftar belanjaannya. Langkahnya melewati jembatan beton yang dibawahnya terdapat sungai kecil. Aliran airnya tampak bening berkilauan terkena terpaan cahaya matahari dan terlihat menyegarkan. Sasuke tidak akan mungkin berpikir untuk menyegarkan diri di sungai, seperti saat ia masih bersikap kekanakan dulu saat masih duduk di bangku sekolah dasar.

Perhatiannya teralih pada sesuatu berwarna kekuningan dengan sedikit gradasi oranye berbulu tebal yang melakukan gerakan-gerakan kecil di antara rerumputan hijau di pinggir sungai. Sepasang Iris onixnya tak berkedip ketika memperhatikan gumpalan berbulu yang tampak lucu yang membuatnya diliputi rasa penasaran. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya Sasuke yang selalu bersikap dingin dan memiliki ekspresi wajah yang terkesan datar memiliki ketertarikan dengan benda-benda lucu. Dan jangan ungkit lagi koleksi boneka-boneka yang ia sembunyikan rapat-rapat di dalam lemarinya yang terdapat ruang rahasia.

Sasuke melangkah perlahan menuruni bagian hulu sungai yang ditumbuhi rerumputan hijau, jalanan beraspal berjarak cukup jauh dari hulu sungai menjadikan sungainya masih terjaga kebersihannya dan tampak alami, sesuatu yang jarang di temukan di daerah perkotaan yang padat.

Memelankan langkahnya sedikit mengendap, Sasuke tak ingin Kucing yang diincarnya kabur. Ia mendekat berjongkok di rerumputan. Segera menjulurkan tangannya mengelus helaian bulu kekuningan yang kemudian merespon gerakannya.

"Meow." Kucing tersebut mengeong pada Sasuke. Lantas bergelayut manja pada tangan porselennya, menggesek-gesekkan kepalanya yang berbulu tebal pada jaketnya. Senyum kemenangan terbentuk di bibir Sasuke. Ia belum pernah merasa begitu bahagia seperti sekarang sebelumnya.

Desisan suara terdengar dari mulut seseorang menggelitik telinganya dari belakang dengan tiba-tiba dan tanpa disadarinya. "Nii-chan."

Kegiatan Sasuke terinterupsi oleh sebuah suara imut yang berasal dari belakangnya. Ia merasakan sesuatu yang sedikit berat membebani punggungnya. Lantas Sasuke menoleh mengalihkan pandangan pada sesosok anak kecil dengan penutup kepala bertelinga kucing atau entahlah Sasuke tidak begitu yakin dengan bentuknya. Bocah kecil yang berusia sekitar 5 tahunan tersebut kini tengah memeluk punggungnya, menatapnya dengan sepasang manik sapphire besar yang mengintimidasi.

"Hei–Uwaa." Sepertinya Sasuke ingin sekali terlonjak bahagia jika saja tubuhnya tidak di dorong sehingga terjerembab mencium rerumputan. Sasuke membalikan badan, menatap tajam bocah kecil yang tengah berusaha mengendong kucing temuannya dengan susah payah, bahkan tinggi mereka berdua hampir sama.

Sasuke menatap datar bocah dihadapannya. Sebenranya Ia tidak tahan, ingin membantu anak kecil yang tengah kesusahan tersebut.

Sasuke berdiri membersihkan bajunya yang kotor sejenak, Ia mengambil satu langkah mendekat, anak kecil itu memasang posisi siaga melindungi sang kucing di balik punggung, mungkin ia ingin terlihat seperti superhero yang menjadi tontonan anak-anak di TV.

"Nii-chan, jangan mendekat. Kau ingin menculik Kyuubi kan? mengakulah. Atau kau juga ingin menculik Naluto–Uwaa."

Naluto? Jadi namanya Naluto. Sasuke berpikir sejenak. Ia tak memperdulikan Naruto sesaat. Naruto mulai berlari menggelingi Sasuke diikuti kucingnya–Kyuubi yang justru terlihat gesit, mungkin Kyuubi berpikir Naruto mengajaknya bermain.

"–Uwaa. Ahh. Penjahat." Naruto berteriak sembari terus berlari berusaha menarik perhatian ibu-ibu yang tengah berjalan melewati jembatan.

Sasuke yang menyadari maksud tindakan Naruto mendelik tajam, ia menarik topi Naruto yang semula berkibar-kibar kemudian mendudukan diri di rumput memeluk anak itu erat. Tangannya membungkam bibir Naruto dari balik pelukan eratnya tersebut.

"Mhhmm Ghhm." Gumam Naruto tidak jelas.

Tangan Sasuke terlepas ketika ibu-ibu tersebut menghilang dibalik tikungan jalan. Ia menghela nafas, sedikit bersyukur tidak harus memberikan penjelasan pada ibu-ibu yang nyatanya tidak terlihat peduli. Sasuke menatap tangannya yang basah dipenuhi air liur kemudian mengusapkannya ke rumput. Perempatan timbul di dahi Sasuke saat Naruto justru menjulur-julurkan lidah seakan mengejeknya.

"Naluto, kan?" Tanya Sasuke kalem setelah emosinya telah menyurut berkat keberadaan Kyuubi yang kini bermain-main di kakinya.

"Bukan. Tapi Nal-luto." Naruto berusaha menekankan namanya yang tetap saja terucap dengan cadel.

Otak jenius Sasuke langsung mengerti maksud bocah kecil itu. "Naruto." Ia kembali bertanya. "Berapa usiamu sekarang?"

"6." Kyuubi mendekat menggesek-gesekkan punggungnya manja ke kaki Naruto yang membuat perhatian bocah tersebut teralih.

Iris onix Sasuke melayang kearah Naruto memandangi tingkah bocah yang tengah asik bermain dengan Kyuubi. Sekilas ia mendapati tiga garis halus samar di pipi Naruto saat bocah itu tertawa. Lantas Sasuke bertanya. "Apa itu tanda lahir?"

"Aku menggambalnya dengan spidol pelmanen milik Iluka-sensei agal telihat milip Kyuubi."

Jawaban Naruto yang polos membuat Sasuke ingin tertawa namun dia mencoba menahannya dengan tetap menunjukkan raut wajah datar.

Naruto mendekat menunjukkan pipinya tembemnya yang dihiasi tiga tanda mirip kucing dikedua sisinya. Cengiran terbentuk di wajah berkulit coklatnya yang tembem membuatnya terlihat manis dengan kulit kecoklatan yang diterpa sinar matahari sore. "Coba peganglah."

Dengan ragu Sasuke mengangkat tangannya mengelus pipi kecoklatan Naruto. Kulit Naruto terasa sangat halus ketika bersentuhan dengan telapak tanganya. Ia ingin sekali mencubit gemas pipi Naruto yang menyerupai bentuk kue mochi kenyal.

Namun ada satu hal yang Sasuke lupakan sejak awal. Kemudian sebuah pertanyaan yang sejak awal ingin ditanyakan terlintas di kepala. Ia memegang bahu Naruto, menatap manik sapphirenya serius melupakan Kyuubi yang melompat-lompat mencoba menangkap serangga. "Bagaimana kau bisa berada di sini sendirian?"

Naruto terdiam wajahnya tertunduk dalam. Raut wajahnya sangat berbeda dari sebelumnya.

Sejenak keheningan benar-benar menyelimuti mereka hingga dengungan serangga pun enggan terdengar. Naruto mulai memutar-mutar tas kecil yang tersampir di bahunya, sedangkan Sasuke tetap dengan tatapan mengintimidasi meminta penjelasan.

Naruto mengangkat wajahnya, manik sapphire kembarnya berkilat-kilat di bawah terpaan sinar matahari yang terhalangi oleh gumpalan awan. "Kaa-san menghilang. Hiks.."

.

.

Tanpa terasa bayang-bayang matahari semakin memajang, matahari mulai merosok kearah barat. Sasuke menengadah memperhatikan langit yang perlahan-lahan berubah dari biru cerah, bercorak warna kemerahan dan kemudian menjadi hitam keseluruhan. Malam telah tiba. Kumpulan titik-titik kecil bercahaya menghiasi langit menemani bulan sabit yang menerangi langit malam. Lampu-lampu jalan telah menyala menerangi jalan beraspal yang justru cenderung sepi, hanya satu dua mobil yang lewat melesat dengan cepat.

Perhatian Sasuke teralih saat genggaman di tangan kanannya mengerat. Ia menoleh menatap Naruto yang berjalan di sebelahnya, Kyuubi berjalan dibelakang mengekori mereka berdua sembari memperhatikan daerah sekitar yang asing untuknya.

"Aku ingin es klim lagi."

Sasuke menatap es lilin di tangannya yang hanya tinggal separuh. Saat tiba di toko ia hanya membeli satu bungkus es lilim yang berisi 2 batang es didalamnya. Ia dengan sangat terpaksa mengajak Naruto juga Kyuubi menemainya ke toko serbaguna yang memang terletak cukup jauh. Sesuatu di dalam sudut hatinya melonjak gembira. Toh, ia berjanji pada Naruto akan mengantarnya sampai bertemu ibunya dan ia juga telah menyelesaikan barang pesanan ibunya meski sedikit terlambat pulang.

Dia tidak mungkinkan membiarkan Naruto seorang diri di pinggir sungai setelah mengetahui kenyataan bahwa Naruto hilang atau kehilangan ibunya. Naruto berkata semula mereka bertiga –Ayah, Ibu dan Naruto plus Kyuubi yang tidak dihitung– berniat pergi ke festival musim panas di kuil terdekat sekaligus berdoa di kuil. Mereka tidak begitu menghafal daerah sekitar karena baru saja pindah ke daerah Tokyo satu bulan yang lalu.

Dan saat itu mobil yang mereka tumpangi berhenti di perempatan jalan yang sepi menuju toko yang terletak di pinggir jalan. Naruto sangat antusias saat mobil berhenti, ia mengira perjalanan telah usai dan mereka tiba di festival. Ia turun dari mobil menuntun Kyuubi tanpa sepengetahuan ibunya, berlari kegirangan tak tentu arah saat ibunya lengah. Dan akhirnya mereka berakhir di pinggir sungai. Itulah akhir cerita Naruto yang sedikit dimengerti Sasuke dengan bahasa cadelnya.

Sasuke menghela nafas, melepaskan pegangan tangan mereka. Tangannya mengelus puncak kepala Naruto yang mencapai setinggi lengannya. "Baiklah.. Ini." Ia memberikan es lilinnya pada Naruto, membuat bocah itu melompat-lompat kecil. Sepertinya Kyuubi juga ikut senang dengan mengeong di belakang sana.

Udara malam mulai terasa dingin berhembus menerpa tubuh Sasuke membuatnya bergidik kecil. Ia terus melangkah atas jalanan beraspal meski kedua kakinya pegal, meminta untuk diistirahatkan. Lama mereka berjalan cukup membuat Naruto dan dirinya kelelahan. Sesekali Naruto akan mengeluh tidak jelas pada Sasuke. Sasuke mengeratkan genggaman pada kantong kertas belanjaan yang didekapnya erat. Ia menyingkap lengan jaketnya, melihat jam tangan yang jarum pendeknya menunjuk kearah angka 7.

Sayup-sayup terdengar suara keramaian juga mulai terlihat deretan lampu menyala terang dari kejauhan. Sasuke memasang pendenggaran mencari dari mana sumber suara berasal. Sedikitnya ia bersyukur karena suara tersebut berasal dari sebuah kuil yang ia ketahui jaraknya tidak begitu jauh lagi.

"Festival." Pekik Sasuke yang tanpa sadar mengucapkannya bersamaan dengan Naruto.

"Ayo, Sasuke-nii kesana." Naruto mulai berlari menunjuk kejauhan.

Sasuke mengikuti langkah lari kecil Naruto. Ia melirik Kyuubi di belakang yang berjarak cukup jauh dengan langkah kecilnya. Kemudian ia memutar haluan, menggendong Kyuubi mendekapnya di dada dan kembali berlari menyusul Naruto.

TBC

.

Happy Birthday Sasuke-kun and B'Day for me too in 21 July /kemarin.

Ini fic persembahan buat Ultah Sasuke. Tapi disini Sasuke kok jadi OOC banget ya. Akai menistakan Sasuke tapi dia bahagia banget dengan chibi Naruto dan kucingnya. Btw, usianya Sasuke berapa ya? Kalo akai sih udah bertambah tua 1 tahun /ngga mau sebut merek :P

Sampai jumpa di chapter 2, karena Akai ngetiknya ngebut ini fic jadi Twoshoot. Semoga selesai.

Mind to Review..