PRESENT
.
.
.
River Flows in You
.
.
.
CAST
Park Chanyeol
Byun Baekhyun
Do Kyungsoo
Aracelli
Arlo
.
.
.
M
.
.
.
Chanbaek / ChanSoo (Slight) / (GS)
"Ayah!" Pekik anak perempuan berusia 10 tahun pada ayahnya yang sedang sibuk berkutat di dapur menyiapkan sarapan.
"Sudah siap?" Sahut sang ayah sambil mengaduk susu hangat agar bubuk susu tersebut bercampur jadi satu dengan air hangatnya.
"Sudah. Tapi maafkan aku yang lagi-lagi lupa bagaimana cara memasang tali sepatu. Apakah ayah bisa membantuku?"
Sang ayah melirik ke arah anak perempuannya yang duduk di sofa menanti jawabannya.
"Tunggu sebentar ya sayang."
"Ok."
Dua gelas susu hangat dan beberapa roti panggang siap untuk disantap. Sang anak perempuan berteriak kegirangan, karena kali ini ayahnya berhasil membuat roti itu tidak hangus.
Tanpa menunggu lama-lama, Sang ayah berjongkok di depan anaknya dan memasangkan tali sepatu tersebut.
"Anak ayah sudah cantik." Puji pria berusia 35 tahun itu.
"Terima kasih,Capt!"
Puteri kesayangan pria itu mengecup singkat pipi ayahnya sebagai tanda terima kasih.
Setelah itu mereka memulai sarapan bersamanya. Tanpa terasa ini sudah hari ke-20 mereka melewatkan hari bersama, hanya berdua saja.
Park Chanyeol pria berusia 35 tahun yang berprofesi sebagai owner dari kedai kopi di pinggir jalan kota Seattle, Amerika. Sudah 15 tahun ia tinggal disini, rasanya sulit untuk meninggalkan Seattle karena baginya kota ini sudah seperti sebagian dari hidupnya.
Park Chanyeol mempunyai dua orang anak, yaitu Aracelli berusia 10 tahun dan Arlo yang masih berusia 3 tahun. Tapi sudah 20 hari Arlo tidak tinggal bersamanya melainkan bersama ibu mertuanya dengan alasan Park Chanyeol terlalu berat jika harus mengurus kedua anaknya sekaligus.
Lalu dimana dan siapakah istri dari pemuda itu? Ya, dia adalah Do Kyungsoo. Seorang wanita keturunan korea yang sejak lahir sudah menjadi warga negara Amerika. Pertemuannya dengan Chanyeol adalah ketika wanita itu sedang menghadiri pesta pernikahan sepupunya di Korea. Tak sengaja mereka bertemu disana. Dan sepertinya Tuhan menakdirkan mereka untuk berjodoh, hanya menjalin kasih beberapa bulan saja, akhirnya Chanyeol memutuskan untuk menikahi Do Kyungsoo dan hijrah ke Amerika meninggalkan segala kehidupannya di Korea.
Mereka berdua merintis dari 'Nol' dengan cara mencari peruntungan di dunia usaha, yaitu membuka sebuah kedai kopi. Berkat kegigihan mereka berdua, yang awalnya mereka tidak mempunyai pegawai sekarang mereka sudah bisa memperkerjakan empat orang pegawai di kedainya.
Kedai kopi yang diberi nama 'ChanSoo Coffee' itu memiliki konsep yang cukup unik di kalangan kedai kopi yang ada di Seattle. Mereka tetap mempertahankan kultur Korea mereka dan bagi siapa saja yang berbelanja dengan nominal tertentu maka para pengunjung akan mendapatkan souvenir yaitu oleh-oleh khas Korea.
Selain kopi, ChanSoo couple juga menyediakan beberapa kue-kue khas korea. Dan para pengunjung juga bisa merasakan sensasinya menikmati secangkir kopi sambil merasakan lezatnya Kimchi dan bakso ikan.
"Bu, Arlo sedang apa?" Tanya Chanyeol lewat telepon.
"Ia baru saja bangun tidur. Oh ya, apa kau sudah mengantar Aracelli sekolah?" Jawab ibu mertua Chanyeol
"Hmm.. Hari ini Aracelli pulang sore, karena dia ada les tari. Jadi bisakah ibu menjemputnya tepat waktu?"
"Kau jangan khawatir nak. Serahkan semua pada ibu."
"Sshhh..." Chanyeol mendesis pelan, ia memijit dahinya. "Maafkan telah merepotkanmu,bu." Tambahnya.
"Kan sudah ibu katakan, jika kau merasa kerepotan mengurus anak-anakmu. Serahkan saja Aracelli pada ibu, biar kami disini yang mengurusnya. Kau fokus saja pada kedaimu itu."
"Tidak bu, aku tidak ingin membebanimu."
"..."
"Baiklah bu, sampai jumpa nanti malam ya."
"Jaga kesehatan dan makanmu,nak."
PIP
Chanyeol melempar asal ponselnya, dan mulai mengedarkan pandangannya ke seluruh arah. Rumah sederhana yang sudah ia tempati selama 8 tahun ini begitu berantakan bahkan sepertinya tidak layak untuk disebut rumah.
Banyak baju-baju yang berhamburan, mainan milik Aracelli dan Arlo yang berserakan dimana-mana. Bahkan beberapa tumpukan buku milik putrinya pun sudah tidak jelas bentuknya.
Kepala Chanyeol hampir pecah. Ia melirik jam, sudah hampir siang dan ia harus bergegas ke kedainya. Tapi jika tidak sekarang, kapan lagi?
Chanyeol kasihan pada puterinya yang setiap malam harus bersin-bersin karena debu yang ada dirumahnya. Mungkin karena sudah 20 hari, rumah itu tidak pernah dibersihkan.
Chanyeol terduduk di pinggir ranjang yang juga sangat berantakan itu. Ia menunduk, mencari sesuatu di dalam gelapnya.
"Hai..."
Chanyeol menaikkan kepalanya, mendengar suara lembut yang menyapanya. Suara itu berasal dari sampingnya.
"Hai, Kyung." Sahut Chanyeol.
Ia melihat sosok wanita berpakaian serba putih tersenyum dengan rambut yang terurai indah. Wajahnya sungguh berseri dan tentunya keibuan.
"Maaf baru bisa menemuimu, Chan. Bagaimana kabarmu dan anak-anak?" Tanya Kyungsoo.
"Kenapa kau pergi lama sekali, Kyung? Aku sangat merindukanmu. Kami semua baik-baik saja."
Kyungsoo memeluk erat lengan suaminya. Ia menyenderkan kepalanya disana. Terasa sangat nyaman dan hangat, berbeda dengan suhunya sekarang yang sangat dingin dan hampa.
"Kau harus semangat menjalani hidup ini. Bukankah kau sudah berjanji padaku."
Chanyeol mengusap-usap lembut kepala sang istri dan mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
Malam ini kota Seattle di guyur hujan yang lumayan deras. Sudah 10 menit yang lalu kedainya tutup, dan para pegawainya juga sudah pulang. Hanya ada ia sendiri disana. Sang ibu mertua, Ny. Do sudah beberapa kali menghubunginya untuk menanyakan kapan ia akan datang menjemput Aracelli. Akhirnya setelah semua sudah bersih, Chanyeol segera bergegas untuk pulang.
"Permisiiiii..."
Chanyeol terkejut mendengar suara yang berasal dari ambang pintu kedainya. Suasana kedai sudah sangat gelap, jadi pria itu hanya bisa melihat siluet sosok yang baru saja datang.
"Hmm.. Siapa wanita itu?" Batin Chanyeol berjalan ke arah sosok tersebut.
"Maaf kami sudah tutup." Sahut Chanyeol semakin mendekat.
Sosok itu ikut terkejut saat ia mendapati seseorang yang datang dari kegelapan.
"Astaga!" Pekik wanita itu.
"Maaf Nona kedai kami sudah tutup. Jadi..."
"Boleh aku meneduh sebentar. Aku baru datang dari Korea, dan Taxi ku mogok diujung jalan sana. Ini sudah terlalu malam, aku tak sengaja melihat kedai kopi korea ini, jadi aku pikir sesama orang korea pasti akan saling membantu." Tutur wanita itu.
Park Chanyeol melihat kondisi wanita yang mungilnya hampir sama dengan istrinya itu sedikit kacau. Ia basah kuyup dan membawa dua buah koper besar yang jika dilihat nampaknya cukup berat.
Ia kasihan pada wanita itu, ini sudah tengah malam dan sebagai laki-laki tentunya ia tidak akan tega membiarkan wanita itu kehujanan seorang diri.
"Tujuanmu kemana?"
"Aku sedang mencari hotel terdekat. Apa disini ada hotel atau motel mungkin?"
Chanyeol terdiam sejenak, ia memikirkan sesuatu. Chanyeol teringat akan kamar kecil miliknya bersama Kyungsoo di lantai atas.
"Bagaimana jika kau tidur saja di kamar ku."
"Hah? Maksudmu?" Wanita itu membulatkan matanya. Pernyataan Chanyeol begitu ambigu di pendengarannya.
"Maaf nona, maksudku di lantai atas ada kamarku yang tidak ditempati. Kau bisa menggunakannya untuk malam ini."
"Lalu kau sendiri bagaimana?"
"Aku mempunyai rumah, dan sebenarnya aku sudah harus bergegas. jika kau mau, kau bisa menempatinya."
"B-baiklah.. Terima kasih sebelumnya."
Chanyeol mengangguk.
"Oh ya, pagi-pagi sekali aku sudah pergi dari sini. Kira-kira kedai ini buka pukul berapa?"
"Tenang saja, akan ada pegawaiku yang datang pagi nanti. Jadi kau bisa memberikan kunci kamar padanya."
"Ok kalau begitu."
Chanyeol mengeluarkan kunci dari dalam tas kecilnya dan memberikannya pada wanita itu.
"Terima kasih Tuan, anda sudah begitu baik padaku."
"Sudahlah, anggap saja aku membantumu karena kita sesama orang korea."
Park Chanyeol mengantar wanita itu hanya sampai tangga saja, karena ia sedikit terburu-buru.
"Oh ya, siapa namamu?" Tanya Chanyeol.
"Astaga, sejak tadi kita terus saja berbicara hingga lupa memberi tahu nama kita masing-masing. Aku Byun Baekhyun."
"Aku Park Chanyeol."
Keduanya saling berjabat tangan dan melempar senyum satu sama lain.
Baekhyun merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang berukuran sedang itu. Ia mengganti pakaiannya yang kuyup dengan kemeja putih yang sedikit kebesaran.
Dikamar kecil inilah saksi bisu Chanyeol dan Kyungsoo menghadapi dunia dan menjalani hidup mereka bersama. Baekhyun bisa merasakan atmosfer yang sedikit berbeda dikamar ini.
"Hmm siapa ini?"
Mata sipit itu menangkap sebuah frame photo yang ada diatas nakas samping ranjangnya. Wanita ayu sedang duduk di ayunan dengan sangat bahagia. Wanita itu adalah Do Kyungsoo. Ia melirik ke arah perut wanita yang ada didalam photo tersebut, sepertinya wanita itu sedang hamil terbukti dari perutnya yang menonjol. Baekhyun bertanya-tanya siapa wanita ayu itu?
"Apakah ini istri tuan itu?" Gumam Baekhyun.
Chanyeol akhirnya sampai juga di kediaman keluarga Do. Saat itu suasana rumahnya sudah sangat sepi dan gelap. Ada perasaan tidak enak menyelimuti pria itu, karena ia datang sangat larut.
Ia melangkahkan kakinya ke lantai dua, dimana itu adalah kamar bekas Kyungsoo ketika ia masih gadis dulu. Disana ia menemukan kedua malaikatnya, yaitu Aracelli dan Arlo yang sudah terlelap.
Chanyeol menatap kedua anaknya. Wajah Aracelli begitu mirip dengan Kyungsoo, sementara Arlo memiliki wajah perpaduan antara Kyungsoo dan dirinya.
Ini adalah pemandangan favoritnya. Setelah seharian bekerja semua rasa lelahnya hilang ketika melihat dua malaikatnya tertidur dengan pulas.
"Kau baru sampai?"
Chanyeol mencium kening anak bungsunya. Kemudian mengangkat tubuh sang puteri dan menggendongnya seperti anak koala.
"Ya bu, maaf aku pulang terlambat." Sahut Chanyeol singkat.
Ny. Do berdiri di ambang pintu, wanita itu terlihat sangat lelah mungkin karena harus mengurus kedua cucunya itu.
"Apa mereka nakal?" Tanya Chanyeol dengan suara sepelan mungkin.
"Wajar jika mereka bersikap nakal, mereka masih anak-anak, Chan."
Chanyeol melewati ibu mertuanya begitu saja dan pergi keluar dari kamar melangkahkan kakinya ke arah lantai bawah.
"Kau mau langsung pulang?"
"Ya bu, aku sudah sangat lelah. Hari ini pengunjung kedaiku lumayan ramai."
"Yasudah, hati-hatilah dijalan. Besok waktunya ibu dan anak-anak berkunjung ke kedaimu. Jangan lupa itu,nak."
"Baik bu. Sampai jumpa."
Ny. Do menatap kepergian menantunya dengan tatapan nanar. Ia merasa kasihan dengan menantunya itu. Tapi sudahlah, semua serahkan saja pada Tuhan.
Hari sudah pagi dan cuacanya sangat cerah setelah semalaman hujan cukup deras. Suara burung-burung gereja terdengar indah.
Baekhyun terbangun dari tidurnya, bukan karena indahnya kicauan burung gereja melainkan karena suhu pendingin ruangannya terlalu dingin pagi ini.
Wanita berusia 27 tahun itu tidak suka udara yang terlalu dingin. Di Korea saat musim salju, wanita yang sedang menjalani pertukaran mahasiswa S2 itu hampir pernah mati karena hipotermia untungnya Tuhan berkehendak lain, ia masih menginginkan wanita itu hidup.
"Brrrrrr... Kenapa kamar ini dingin sekali? Mana remote AC-nya, aku sungguh kedinginan." Ujar Baekhyun meraba-raba meja nakasnya mencari remote AC.
Mata sipitnya mengerjap lucu, pasalnya ini masih terlalu pagi. Dan Baekhyun bukan tipe wanita yang bisa bangun di pagi hari. Soal ucapannya semalam, itu hanya basa-basi pada Park Chanyeol agar ia benar-benar mendapatkan pertolongan dari pria itu.
PIP
Baekhyun mematikan pendingin ruangannya. Matanya masih sangat mengantuk, ia memutuskan untuk melanjutkan tidurnya. Lagipula, semalam Park Chanyeol mengatakan padanya bahwa kedainya akan buka siang hari. Jadi masih ada waktu 6 jam untuk Baekhyun bersantai.
Sementara di kediaman Park Chanyeol.
"Ayah, besokkan hari minggu. Bolehkah besok seharian aku menemani ayah di kedai?" Tanya Aracelli disela-sela sarapannya.
"Kau mau menemani ayah? Tapi bagaimana dengan Arlo? Dia pasti akan kesepian karena kau tidak datang ke rumah gema untuk menemaninya bermain."
*Note: Gema - Grandmother (sebutan kesayangan Anak-anak ChanSoo)
Aracelli mengerucutkan bibir tebalnya, sebenarnya anak itu merasa sedikit bosan dengan rutinitas barunya, yaitu Sekolah, pergi ke rumah Gema-nya dan menemani Arlo seharian sampai tertidur kemudian terbangun di tempat yang berbeda. Aracelli merindukan masa-masa dimana hidupnya tidak seperti anak yang terluntang-lantung.
"Kau marah,hem?" Chanyeol menoleh ke arah puterinya. Ekspresi Aracelli sungguh menggemaskan, mirip sekali dengan Kyungsoo ketika ia sedang merajuk padanya.
"Aku rindu ibu.." Lirih Aracelii
DEG
Chanyeol terenyuh mendengarnya. Ia tau cepat atau lambat semua ini pasti akan terjadi. Kesibukannya membuat ia jadi tidak bisa berpikir untuk menemukan alasan apa yang tepat untuk anak-anaknya kelak jika mereka mulai merindukan Do Kyungsoo yang tak lain adalah ibu mereka.
"Ini baru hari ke-21.. Masa kau sudah merindukan ibu?"
"Bahkan sejak hari pertama aku sudah merindukannya. Kenapa ibu harus pergi, yah? Apa ia tidak menyayangi kita?"
Mulai terdengar isakan dari puterinya. Sebagai ayah Chanyeol tidak tau persis bagaimana cara menenangkan anaknya, semua adalah tugas Do Kyungsoo. Pria itu hampir frustasi melihat tubuh anaknya yang bergetar sambil memanggil-manggil ibunya.
"Chan..."
Chanyeol melirik kesana-kemari melihat dimana sumber suara itu. Do Kyungsoo berdiri disalah satu sudut rumahnya, jaraknya hanya beberapa meter saja dari posisi Chanyeol.
"Aku harus bagaimana?" Sahut Chanyeol dengan gaya berbicara sedikit berbisik.
"Usap punggungnya dan katakan bahwa aku mencintainya. Sangat mencintainya.."
"Hanya itu?"
Do Kyungsoo mengangguk, ia melirik ke arah Aracelli dengan tatapan nanar. Sungguh menyedihkan hatinya melihat anaknya seperti itu. Ia meneteskan air mata, ingin sekali memeluk sang puteri dan mengatakan bahwa ia akan selalu ada.
Perlahan dan tentunya dengan sangat kaku, Chanyeol mendaratkan tangan besarnya di punggung sang anak. Ia mulai mengusapnya lembut. Berharap usaha ini benar-benar akan berhasil.
"Sayang.. Tenanglah. Kau harus percaya bahwa ibu sangat mencintaimu. Bahkan melebihi cintanya pada ayah. Ibu hanya pergi, tapi cinta dan kasih sayangnya tetap tumbuh dihati kita." Ujar Chanyeol tanpa sadar ada setetes air mata yang keluar dari sudut matanya.
Aracelli menoleh ke arah ayahnya. Ia menatap mata besar yang hampir sama seperti miliknya itu. Tak lama kemudian ia memeluk Chanyeol sambil terpejam.
"Maafkan aku ayah, aku sudah membuatmu cemas. Aku berjanji tidak akan meragukan rasa cinta ibu ataupun ayah terhadap aku dan Arlo."
Chanyeol tersenyum, ia merasa lega karena Aracelli sudah tidak menangis. Ia melirik ke tempat Do Kyungsoo berdiri tadi. Menggelengkan kepalanya guna menyuruh istrinya untuk berhenti menangis.
"I Love you.." Ujar Chanyeol pada Kyungsoo hanya dengan gerakan mulutnya saja.
CEKLEK!
"Yaampun!" Pekik Chanyeol melihat sosok wanita yang ia beri pertolongan semalam ternyata masih tertidur dengan pulasnya, bahkan dengan posisi tidur yang sangat sembarangan
"Nona Byun..." Panggil Chanyeol
Baekhyun merasa ada yang sedang memanggilnya. Meskipun suara itu pelan, tapi cukup terdengar jelas. Ia mulai membuka matanya perlahan, memastikan siapa gerangan.
Matanya menangkap sosok tinggi yang berdiri di depan pintu. Masih terlalu buram, karena Baekhyun masih sangat mengantuk. Ini masih pukul 1 siang, biasanya wanita itu bangun pukul 2. Benar-benar wanita yang malas dan manja.
"Nona Byun bangunlah.."
Otak Baekhyun mulai bekerja, ia mulai mencerna suara yang terdengar dikupingnya itu. Setelah berhasil mencerna, ia mulai menyadari bahwa itu adalah Park Chanyeol.
Ia segera terbangun dari tidurnya. Saat ini keadaannya lumayan berantakan, dengan rambut yang tidak karuan, suara yang parau dan wajah yang sedikit sembab. Baekhyun jauh dari kata Cantik.
Ia mendudukan tubuhnya dan melihat malu-malu ke arah Park Chanyeol yang bersedekap menanti penjelasan darinya.
"Maaf Tuan, mendadak aku terkena flu. Kau sendiri tau semalam aku kehujanan, dan aku begitu kedinginan. Jadi aku tertidur hingga siang."
"Yasudah tidak apa-apa. Turunlah, aku akan memberikanmu sarapan dan obat."
"T-tidak perlu tuan, kau sudah sangat baik padaku. Aku bersiap-siap saja ini sudah sangat siang." Baekhyun melirik ke arah jam di ponselnya.
"Ayahhhhhh..."
Chanyeol terkejut mendengar suara yang berasal dari lantai bawah. Sial! Mereka sudah datang, bagaimana jika mereka melihat Baekhyun disini.
"Sepertinya ada yang datang." Ujar Baekhyun dengan polosnya.
DUG
DUG
Suara langkah berat menaiki anak tangga menuju ke atas.
"N-nona Baek..." Ujar Chanyeol panik dan sedikit terbata-bata.
"Ayahhhh..."
"Chan..."
Kini Ny. Do dan kedua anaknya sudah berada di atas. Chanyeol menunduk pasrah, dan yang pasti ia akan berusaha menjelaskan yang sebenar-benarnya.
"Kau sedang apa, Chan? Kenapa tidak menyahut kam..."
Mata Ny. Do terbelalak saat ia melihat seorang wanita sedang berada di atas ranjang milik Chanyeol dan Kyungsoo.
"S-siapa kau!" Teriak Ny. Do
"Ibuuuu..." Ujar Arlo dengan polosnya.
Mendengar ucapan Arlo seketika semua yang disana menoleh ke arah anak laki-laki yang sungguh belum mengerti apa-apa. Ny. Do menutup mulut cucu kesayangannya.
Ny. Do menatap sinis ke arah Chanyeol yang wajahnya sedikit meringis. Mulutnya sulit untuk menjelaskan karena ia tidak ingin terjadi kesalahpahaman.
Ny. Do bisa merasakan pegangan Aracelli di tangan kirinya semakin mengeras. Anak kecil itu melihat pemandangan yang tidak sepantasnya.
"Kau sungguh keterlaluan, Park Chanyeol."
Ny. Do bergegas pergi membawa kedua cucunya, meninggalkan Chanyeol dan Baekhyun.
"Tuan.. Maafkan.."
"Tunggu sebentar, nona."
Chanyeol pergi menyusul ibu mertuanya. Ia melihat Ny. Do masih dekat dan ia mempercepat langkahnya.
"Ibuuu.. Dengarkan aku dulu, bu. Ini tidak seperti yang ibu lihat dan pikirkan." Chanyeol menghadang Ny. Do. Wanita itu sama sekali tidak mau melihat ke arahnya. Bahkan Aracelli nampaknya juga ketakutan karena melihat pertengkaran antara Gema dengan ayahnya.
"Aku tidak menyangka beraninya kau membawa wanita itu kesana. Jadi ini alasan kenapa semalam kau pulang terlambat?"
"..."
"Laki-laki pada dasarnya memang sama. Sadarlah Park Chanyeol, ini masih terlalu dini untuk kau memulainya." Suara Ny. Do meninggi.
"Bahkan anak-anakmu juga masih belum mengerti. Kenapa secepat itu kau ingin mencari pengganti putriku. Hixs.. Hixs.."
"Bu.. Aku mohon dengarkan penjelasanku dulu."
"Apa yang ingin kau jelaskan?"
Chanyeol tersenyum miris, ia mengusap satu persatu kepala anak-anaknya. Arlo asik dengan dunianya sendiri berada di gendongan Ny. Do.
"Wanita itu..."
Chanyeol mulai menjelaskan kejadian yang sebenarnya pada Ny. Do sedetail mungkin. Ia mencoba untuk tetap tenang, meski sang mertua masih menunjukkan ekspresi marahnya. Pria itu hanya berharap Ny. Do bisa percaya, karena ia sudah sangat jujur.
"Aku sangat mencintai putrimu, dan aku tidak mempunyai pikiran untuk menggantikan posisinya."
Chanyeol meraih tangan Ny. Do yang digunakan untuk menggandeng Aracelli. Ia mencium punggung tangan mertuanya.
"Maafkan aku, bu. Ku mohon.." Lirih Chanyeol.
"Sampaikan maaf ku pada wanita itu. Dan suruh ia cepat meninggalkan kedai. Ibu lelah, lebih baik pulang saja." Notasi Ny. Do memelan tapi tetap dingin. Pada intinya, ia tidak menyukai keberadaan Baekhyun disana.
"Baiklah, akan aku panggilkan Taxi."
Chanyeol kembali ke kedainya dengan nafas yang sedikit tersenggal. Ketegangan yang terjadi tadi benar-benar hampir membuatnya frustasi.
"Boss..."
Chanyeol dikejutkan oleh salah satu pegawainya, Kim Jongdae sang Barista yang merupakan sahabat karibnya.
"Ada apa?" Sahut Chanyeol tanpa menoleh ke arah Jongdae.
"Wanita itu sudah pergi..."
Chanyeol melirik ke arah tangga sebentar kemudian berpindah ke arah Jongdae.
"Kapan?"
"Saat kau keluar tadi. Ia seperti terburu-buru, mengenakan kemeja kebesarannya dan menggeret dua buah koper. Tapi, tadi ia sempatkan untuk membeli kopi dan menitipkan ini padaku." Jongdae memberikan sebuah kertas dan beberapa lembar uang pada Chanyeol.
"Yasudah, aku kembali bekerja dulu." Timpal Jongdae.
Chanyeol membuka kertas tersebut dan mulai membacanya.
"Tuan.. Maafkan aku atas apa yang terjadi barusan. Aku sungguh tidak enak pada ibu mertua dan kedua anakmu. Rasanya ingin sekali membantumu menjelaskan pada ibu mertuamu, tapi aku rasa itu bukan hal yang tepat. Beliau hanya akan semakin marah. Suatu saat, jika ada kesempatan bertemu dengannya dijalan. Aku akan meminta maaf secara resmi padanya. Sampaikan maafku pada beliau dan tentunya juga istrimu. Oh ya, aku juga ingin mengucapkan terima kasih atas kebaikan Tuan. Rasanya, hampir tak percaya bisa bertemu dengan orang sebaik Tuan di kota seperti ini. Uang yang aku berikan mungkin tidak akan cukup untuk membalas kebaikan Tuan, aku akan selalu mendoakan yang terbaik untuk Tuan. Salam, Byun Baekhyun."
Chanyeol tersenyum simpul setelah membaca isi surat tersebut. Ia meletakkan surat Baekhyun di dalam laci pribadi Chanyeol dan ia melanjutkan bekerjanya.
Ini hari minggu, saat ini Chanyeol bersama kedua anaknya sedang berada disuatu tempat yang lumayan sejuk karena banyak pepohonan dan rumput-rumput hijau menutupi tanah.
Aracelli dan Arlo sibuk bermain kejar-kejaran tanpa mempedulikan sang ayah yang kini sedang berdiri mematung menatap ke satu titik, yaitu sebuah batu nisan yang bernamakan Do Kyungsoo.
Ya, ini adalah hari ke-22 Do Kyungsoo meninggalkan dunia ini, dan itu rasanya sudah seperti 22 tahun lamanya.
Wanita itu meninggalkan suami dan dua orang anak yang cantik dan tampan. Apa penyebab kematian Do Kyungsoo?
*Flashback On
Hari itu adalah hari ulang tahun Arlo yang ke-3 tahun. Do Kyungsoo mempunyai ide untuk membuatkan putra kecilnya pesta kecil-kecilan yang hanya akan dihadiri oleh keluarga terdekat.
Ibu dua anak itu menyulap ruang tamunya menjadi ruangan yang sangat indah, dengan nuansa balon-balon berwarna putih-biru navy, tak lupa pita-pita berwarna senada yang ia pasang di setiap sudut ruangan. Kyungsoo menyukai warna biru dan Chanyeol menyukai warna putih. Kenapa Kyungsoo memilih warna sesuai dengan kesukaannya dan juga suaminya? Karena mengingat wajah sang anak yang juga perpaduan darinya dan Park Chanyeol.
Kue tart sederhana yang ia buat khusus untuk si tampan Arlo. Bayi mungilnya itu masih terlelap dari tidur siangnya, ini masih pukul 3 sore. Sementara sang puteri sulungnya, sibuk merapihkan terompet dan topi di atas meja.
"Bu.. Apa ulang tahunku nanti ibu juga akan membuatkan pesta untukku seperti ini?" Tanya Aracelli.
"Kau mau pesta yang bagaimana sayang?"
"Aku ingin semuanya serba putih, bu. Bukankah itu sangat indah." Aracelli membayangkannya.
"Baiklah, ibu akan melakukannya nanti. Sayang, bisa kau bangunkan adikmu. Ibu harus memandikannya, karena ini sudah sore."
"Kenapa Gema dan ayah belum datang? Apa mereka lupa?"
"Ibu akan menghubunginya lagi. Ayo sekarang bangunkan adikmu dulu ya, setelah itu kau juga harus bersiap-siap. Pakaianmu sudah ibu letakkan di atas ranjang ya sayang."
Aracelli berlari kecil ke arah Do Kyungsoo, ia mengalungkan tangannya dileher sang ibu kemudian mencium pipinya dengan penuh sayang.
"Sayangkuuuu..." Gumam Kyungsoo.
Setelah selesai bersiap-siap. Kyungsoo yang masih berada didalam kamarnya, duduk di depan cermin rias menatap dalam dirinya di pantulan cermin tersebut.
Hari itu ia sangat cantik, dengan Long dress putihnya tak lupa rambutnya ia kuncir tinggi memperlihatkan sebuah anting kecil manis yang Chanyeol berikan untuknya saat ulang tahun Do Kyungsoo ke- 33 sebulan lalu.
"Ya sayang.. Apa semuanya sudah beres?" Sahut Chanyeol dari seberang telepon.
"Kau dimana? Apa sudah bersama ibu?"
"Kami sedang di toko mainan, ibumu kebingungan memilih mainan yang cocok untuk Arlo."
Keduanya terkekeh kecil.
Tiba-tiba dada kiri Kyungsoo merasa sangat nyeri, ia sedikit meringis.
"Sayang..." Panggil Chanyeol
"..."
Sekuat tenaga Do Kyungsoo menahan rasa sakit didadanya. Keringat membanjiri tubuh dan merusak sedikit riasannya.
"S-sayang cepatlah pulang.. Arlo sudah menunggumu." Suara Do Kyungsoo melemah membuat Chanyeol sedikit curiga.
TOK
TOK
"Ibuuuu.. Apa aku boleh masuk?" Teriak Aracelli dari luar.
Do Kyungsoo berusaha sebaik mungkin, ia menghapus keringat yang membasahi wajahnya tadi dan berusaha untuk tersenyum.
"Masuk saja sayang. Tidak dikunci." Sahut Kyungsoo.
CEKLEK
Seorang gadis kecil yang berpakaian sama dengan sang ibu itu masuk bersama adiknya yang jalannya masih belum begitu lancar.
"Kemarilah sayang..."
"Iiibuuuuu..." Ucap Arlo dengan aksen cadelnya membuat Kyungsoo gemas. Ia menyambut tangan putranya kemudian memangkunya.
Aracelli berdiri disamping ibunya, menatap kagum pada kecantikan yang dimiliki oleh sang ibu. Meskipun wajah mereka sangat mirip tapi tubuh mungil ibunya tidak diwariskan pada Aracelli, gadis itu memiliki tubuh yang tinggi seperti ayahnya.
Do Kyungsoo menyisir rambut Arlo dan membenarkan dasi kupu-kupu bermotif polkadot yang bertengger di kerah kemeja putranya.
"Duduklah disini.." Kyungsoo meletakkan putranya di atas ranjang. Kini perhatiannya beralih ke Aracelli, anak itu membiarkan rambutnya terurai yang menurut Kyungsoo itu kurang rapih.
Wanita itu menyisirkan rambut sepinggang milik anaknya kemudian mencepolnya dengan sangat rapih. Tak lupa ia meletakkan sebuah pita berwarna biru navy di cepolan Aracelli.
Do Kyungsoo menatap bahagia ke arah anak-anaknya. Ia sangat bersyukur atas anugerah yang diberikan Tuhan, bisa memiliki suami tampan yang baik dan bertanggung jawab serta dua orang anak. Lengkap sudah hidupnya.
Tak lama Chanyeol dan Ny. Do datang. Mereka membawakan hadiah untuk Arlo. Ny. Do memberikan sebuah hadiah robot-robotan transformer sementara Chanyeol memberikan sebuah miniatur Kunci yang terbuat dari emas putih. Saat di tanyai apa tujuannya memberikan itu, Chanyeol menjawab bahwa itu sebuah lambang tanggungjawab yang akan Chanyeol serahkan pada putranya kelak. Apa yang ia bangun sekarang, akan ia turunkan untuk putranya.
Setelah itu, mereka memulai pesta sederhana ala mereka. Arlo tampak senang meski ia sepenuhnya belum mengerti.
Chanyeol melihat ke arah sang istri yang juga sangat bahagia, ia beruntung memiliki Do Kyungsoo dalam hidupnya. Wanita itu menjalankan kodratnya sebagai istri dan ibu dengan sangat baik. Tak ada alasan bagi pria itu untuk berpaling dari wanita seperti Do Kyungsoo.
Setelah acaranya selesai, Ny. Do memutuskan untuk menginap disana. Entah, malam itu ia merasakan langkah begitu berat untuk meninggalkan rumah itu.
Chanyeol sedang menidurkan kedua anaknya. Sementara Ny. Do dan Kyungsoo berada di dapur membersihkan sisa-sisa piring kotor.
"Bu..."
"Yaa Kyungsoo, ada apa?"
"Maukah ibu berjanji satu hal padaku?"
"Ada apa sebenarnya kyung, kenapa tiba-tiba kau meminta ibu untuk berjanji?" Tanya Ny. Do tanpa curiga.
"Ibu akan selalu menjaga dan menyayangi anak-anakku."
DEG
Pernyataan sang anak begitu misterius dan membuat Ny. Do bertanya-tanya. Ia menatap dalam mata bulat anaknya, mencari-cari maksud dari semuanya.
"Apa maksudmu, kyung? Memangnya kau mau kemana?"
"Tidak bu. Aku hanya merasa tidak ada wanita sebaikmu. Jadi aku benar-benar mempercayakan semua pada ibu."
PLAK
Ny. Do menjitak pelan kepala putrinya.
"Bodoh! Ku pikir apa, kau sungguh membuat ibu takut. Sudahlah, lanjutkan lagi."
Do Kyungsoo tersenyum memperhatikan sang ibu yang sibuk dengan kegiatannya.
Chanyeol memeluk Kyungsoo dari belakang, istrinya sejak tadi memunggunginya. Sebenarnya ia sedikit kesal, tidak seperti biasanya Kyungsoo bersikap seperti ini.
Tanpa pria itu ketahui, saat ini Kyungsoo sedang menahan rasa nyerinya lagi. Sudah 10 menit rasa. Nyeri itu datang lagi. Tangan Kyungsoo berkeringat dan sangat dingin. Ia tidak ingin memperlihatkan rasa sakitnya pada Chanyeol. Rasa sakit yang sudah ia rasakan beberapa bulan belakangan ini. Ia hanya tidak ingin membuat Chanyeol khawatir.
"Sayang.. Kau sudah tidur?" Lirih Kyungsoo.
"Belum. Aku tidak bisa tidur."
"Kenapa? Apa ada masalah?"
"Ya, istriku tidak ingin tidur menghadapku. Entah apa yang sedang ia pikirkan. Padahal ia tau bahwa aku tidak bisa tidur tanpa menghirup aroma nafasnya itu." Sindir Chanyeol sedikit mengeluh.
Perlahan Kyungsoo membalikkan tubuhnya dan melihat wajah suaminya yang memasang ekspresi cemberut.
"Bagaimana sekarang?" Kyungsoo memastikan.
Chanyeol menoleh ke arahnya, menatap sang istri yang sangat cantik itu. Melingkarkan tangannya di pinggang ramping milik Do Kyungsoo. Mereka saling berhadapan dengan jarak yang sangat dekat.
"Kau sepertinya kelelahan, wajahmu sangat pucat sayang. Tidurlah.." Ujar Chanyeol mengecup singkat bibir Kyungsoo.
"Aku belum bisa tidur. Aku sedang memikirkan sesuatu."
"Apa itu?"
"Jika aku yang lebih dulu pergi meninggalkan dunia ini, apa kau akan menikah lagi?"
DEG
"Kau sedang memikirkan hal itu? Jadi itu yang kau pikirkan selama memunggungiku tadi?"
Kyungsoo mengangguk.
"Astaga Kyungsoo, aku sungguh..."
"Jawab saja pertanyaanku tadi." Potong Kyungsoo.
"Hmm.. Aku tidak akan menikah lagi. Aku akan hidup bersama kenangan-kenangan kita. Itu sudah cukup sayang."
BLUSH
Pipi Kyungsoo memerah, ia begitu senang mendengarkan jawaban sang suami. Tapi Kyungsoo tau, suaminya itu tidak bisa hidup seorang diri.
"Tapi bagaimana dengan nasib anak-anak? Mereka membutuhkan sosok ibu."
"Kyungsoo. Ku mohon hentikan memberikan pertanyaan konyolmu itu."
"Bagaimana?"
Sejenak Chanyeol terdiam, ia bertanya-tanya apa yang membuatnya Kyungsoo seperti ini.
"Dengar Kyungsoo, aku akan mengurus anak-anak semampuku agar mereka tidak merasa kekurangan akan kasih sayang orang tuanya. Apa itu sudah cukup?"
Kyungsoo tersenyum tipis, ia bisa merasakan keraguan yang ada dimata Chanyeol.
"Sayang..." Panggil Chanyeol.
"Yaaa..."
Chanyeol mendekatkan wajahnya ke arah Kyungsoo, ia mencium bibir sang istri dengan sangat lembut membuat Kyungsoo terpejam. Tanpa sadar tangannya berpindah ke tengkuk suaminya agar suaminya memperdalam ciuman hangat itu.
Chanyeol berubah posisi, kini ia berada di atas tubuh mungil istrinya. Ia mengecup kening, kedua mata dan hidung Kyungsoo.
"Aku mencintaimu." Ujar Chanyeol.
Dan mereka pun melewatkan malam dengan bercinta. Chanyeol merasakan kerinduan yang teramat pada istrinya, entahlah ada yang aneh malam itu. Kyungsoo lebih banyak menitikan air matanya ketika Chanyeol bertubi-tubi mengatakan cinta padanya. Dan pria itu menyimpulkan bahwa istrinya hanya sedang menangis bahagia.
"KYUNGSOOOOOOOO!"
BRAK!
"Chan kenapa kau berteriak?" Tanya Ny. Do
Matanya tercengang ketika mendapati Chanyeol sedang menangis sambil merengkuh tubuh sang istri yang hanya tertutup oleh selimut tipis dalam keadaan tidak sadarkan diri.
"K-kyungsoo..." Lirih sang ibu terduduk lemas di ambang pintu.
Ya, Saat Chanyeol terbangun dari tidurnya ia menemukan istrinya dalam keadaan tidak bernafas. Do Kyungsoo meninggal dunia, tanpa mengucapkan perpisahan padanya.
Ia sangat tak percaya, istrinya meninggal dunia dalam keadaan seperti ini. Bahkan ia tidak pernah mengetahui penyakit apa yang telah diderita oleh Do Kyungsoo selama ini. Chanyeol begitu menyibukkan diri di Kedai hingga ia tidak memperhatikan kesehatan sang istri.
Chanyeol dan Ny. Do kini berada di sebuah rumah sakit. Setelah kematian Do Kyungsoo, tak sengaja Ny. Do menemukan sebuah berkas riwayat milik anaknya. Ia segera memberitahu Chanyeol, dan mereka langsung berniat untuk mencari tahu.
"Aku turut berduka cita atas kepergian Ny. Kyungsoo." Ujar dokter Steve, dokter yang menangani Kyungsoo.
"Tolong ceritakan apa yang tidak aku ketahui dok." Chanyeol membenarkan posisi duduknya, ia begitu penasaran.
"Hixs... Hixs..." Ny. Do terisak.
"Semua itu bermula ketika Ny. Kyungsoo ditemukan pingsan di halte bus sepulang dari rumah ibunya. Ketika sadar, ia mengatakan padaku bahwa akhir-akhir ini ia sering merasa sakit didada kirinya dan diakhiri dengan rasa sesak. Aku memintanya untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Hingga akhirnya, aku mengdiagnosa Ny. Kyungsoo menderita penyakit jantung."
"J-jantung?" Lirih Chanyeol.
"Ya, ia menderita penyakit jantung. Ia memintaku untuk merahasiakan semua ini dari keluarganya. Ny. Kyungsoo dua minggu sekali melakukan pemeriksaan, tapi sayang sekali kondisinya semakin lama semakin melemah. Mungkin karena pola hidup Ny. Kyungsoo yang kurang disiplin atau bisa jadi ia terlalu lelah."
"Puteriku akan melakukan apa saja demi keluarganya. Mungkin ia terlalu lelah mengurusi kedua anaknya tapi ia tidak pernah mengeluh padaku. Hixs.. Hixs.."
"Sekali lagi, aku turut berduka cita nyonya.
Chanyeol dan Ny. Do keluar dari ruangan dokter Steve dengan perasaan yang sangat sedih. Kenapa mereka baru mengetahuinya setelah kepergian Do Kyungsoo. Chanyeol sangat menyesal, ia begitu kecewa pada dirinya sendiri. Ia berjanji mulai detik ini akan bersikap proktektiv pada keluarganya.
*Flashback End
Lamunan Chanyeol tersadar ketika tangannya tergenggam oleh sebuah tangan mungil yang sangat dingin, siapa lagi kalau bukan Do Kyungsoo.
"Kau mengingatnya lagi?" Tanya Kyungsoo.
"Aku kecewa padamu, Kyung." Sahut Chanyeol sambil menyeka air matanya.
"Semua sudah jalannya, Chan. Tak ada yang perlu disesali. Yang terpenting sekarang kau harus melanjutkan apa yang harus kau perjuangkan."
"..."
Kini pandangan mereka berdua beralih ke arah Aracelli dan Arlo yang sejak tadi asik dengan dunia mereka.
"Kemarin ibumu marah padaku. Ia mengira aku sudah memiliki penggantimu. Hanya karena ada seorang wanita yang aku tolong."
"Hehehehe... Benarkah? Siapa wanita itu?"
"Nona Byun. Ia berasal dari korea. Tapi ia sudah pergi, karena ibu mu tidak menginginkan wanita itu ada di kedai lama-lama."
"Dasar ibu.. Sifat pencemburunya masih saja." Ujar Kyungsoo terkekeh kecil.
"Hati-hati nak! Nanti kalian terjatuh.." Teriak Chanyeol memperingati anak-anaknya.
Baekhyun yang baru saja membersihkan flatnya nampak kelelahan. Tapi ada yang lebih penting dari sekedar melanjutkan tidur panjangnya sebelum besok ia memulai kuliah dikampus barunya, yaitu Makan karena ia sudah kelaparan.
Selain tidak bisa menahan rasa kantuk ia juga tidak bisa menahan rasa lapar. Menundanya sebentar saja akan timbul rasa pusing yang luar biasa.
Baekhyun pernah di gossipkan hamil saat duduk di bangku SMA karena ia menunda makan siangnya disekolah. Ia merasa pusing yang berujung mual. Tak urung, banyak teman-teman sekelasnya mengira bahwa gadis itu hamil. Padahal ia hanya merasa lapar.
Ia masih sangat buta dengan jalanan kota Seattle, GPS di ponselnya menjadi pilihan yang tepat walau hanya sekedar ingin menemukan sebuah taman kota yang mungkin bisa ia gunakan untuk mencari ketenangan.
Gadis manja bermata sipit itu baru pertama kalinya menginjakkan kaki di Amerika. Ia terlahir dari keluarga berpendidikan dan juga lumayan terpandang di Seoul. Meskipun manja dan malas tapi ia memiliki otak yang cerdas, itulah yang membawa gadis mungil itu ke Seattle.
Restaurant cepat saji menjadi pilihannya. Ia memesan dua porsi untuk ia makan sendirian, masa bodo dengan beberapa pasang mata yang menatap heran dan tak percaya padanya. Bagaimana bisa gadis sekecilnya mempunyai selera makan yang banyak. Ah tidak peduli karena yang terpenting Baekhyun kenyang.
"Ayah aku mau es krim cone."
"Iya sayang tunggu sebentar."
Mata Baekhyun menangkap ke arah sampingnya, dimana Park Chanyeol dan kedua anaknya baru saja datang dan mengantri untuk memesan makanan.
"Hai Tuan!" Panggil Baekhyun mengangkat tangannya.
"Nona Byun..."
"Ayah, bukankah itu wanita yang kemarin ada di Kedai?" Tanya Aracelli.
"Ya sayang kau benar." Jawab Chanyeol canggung.
Baekhyun berlari kecil ke arah duda beranak dua itu.
"Halooo apa kabar?" Sapa Baekhyun dengan senyum tiga jarinya. Ia begitu ceria.
Aracelli menatap dingin ke arah Baekhyun.
"Tuan, kita bertemu lagi disini."
"I-iyaa. Kau sedang makan disini?"
"Hmm yaa.. Disana mejaku." Baekhyun menunjuk mejanya dengan dagu.
"Hai adik kecilll. Siapa nama kalian?"
Aracelli tak menjawab, ia malah mendekatkan tubuhnya pada Chanyeol. Baekhyun memakluminya, pasti sulit bagi anak seusia Aracelli untuk mengakrabkan diri dengan orang asing.
"Kenalkan aku Byun Baekhyun." Baekhyun mengenalkan diri, ia menjabarkan tangannya berharap kedua anak dari pria yang baik hati itu mau menyambutnya.
Cukup lama Aracelli menatap tangan mungil milik Baekhyun. Hingga akhirnya Chanyeol menuntun tangan sang anak agar mau menyambutnya.
"Kenalkan ini Aracelli, nona Byun dan yang ini Arlo." Sahut Chanyeol
"Wah nama yang sangat indah. Ngomong-ngomong boleh aku tau, apa arti namamu, cantik?"
Aracelli melepaskan jabatannya dengan Baekhyun.
"Hmm kata ibu, Aracelli itu adalah sesuatu yang berasal dari surga." Kata Aracelli.
"Wowww, ibumu sangat pintar memberimu sebuah nama. Terbukti kau juga sangat cantik."
Baekhyun berhasil membuat Aracelli tersenyum, tatapan tajamnya mulai berubah menjadi tatapan binar. Bahkan kini mata bulatnya membentuk sebuah 'eye smile'.
Baekhyun merogoh saku celananya, dan ia mengeluarkan beberapa cokelat koin yang semalam ia beli di swalayan.
"Ambillah... Ini adalah bukti permohonan maafku atas kesalahpahaman yang terjadi waktu itu."
Aracelli melirik ke arah Chanyeol, dan ia mendapatkan persetujuan dari ayahnya.
"Terima kasih.. Nona.."
"Hey, jangan panggil aku nona. Panggil saja aku Baekhyun Eonnie. Bagaimana?" Potong Baekhyun.
Aracelli tersenyum, ia mengangguk menyetujui tawaran Baekhyun. Wanita itu kemudian memperlihatkan jari kelingkingnya ke arah Aracelli.
"Jadi, kita berteman kan sekarang?" Baekhyun memastikan. Tanpa pikir panjang anak sulung dari Chansoo couple itu mengindahkan permintaan Baekhyun.
Ny. Do mencoba untuk mengerti situasi saat ini, dimana seorang wanita asing bernama Byun Baekhyun telah hadir di antara cucu-cucu dan menantunya.
Park Chanyeol akhirnya menceritakan perihal kematian Do Kyungsoo. Awalnya Baekhyun tidak menyangka bahwa pria yang baik hati itu adalah seorang duda. Tapi itulah kenyataannya. Tidak ada yang bisa mengelaknya, bahkan Chanyeol sendiri tidak pernah berharap bahwa dirinya akan menyandang status duda dalam waktu secepat itu.
Kedekatan mereka sudah memasuki minggu kedua. Dan selama 2 minggu belakangan ini, Aracelli kerap kali meminta sang nenek untuk pergi menemaninya berkunjung ke kedai ayahnya hanya untuk bertemu dengan Byun Baekhyun.
Ny. Do masih belum mau terlalu mengakrabkan diri pada Baekhyun. Setiap mereka bertemu, Ny. Do hanya berbasa-basi menegur seperlunya, selanjutnya memilih untuk membantu para pegawai di dapur atau beristirahat dikamar lantai dua.
Vanilla milkshake menjadi pilihan Baekhyun sore ini. Sepulang dari kampus, gadis itu mampir ke kedai Park Chanyeol.
"Ini dia... Vanilla milkshake anda dan kue berasnya." Ujar Chanyeol menyajikan pesanan Baekhyun.
"Wow.. Kue beras!" Pekik Baekhyun. Seketika hatinya jadi merindukan Korea.
Baekhyun mengunyah kue beras tersebut dengan sangat khidmat. Begitu lezatnyaaa..
"Kalau boleh tau, bagaimana rasanya Baek?" Tanya Chanyeol duduk di kursi depan Baekhyun.
"Hmm sangat Lezat, Chan."
Semenjak memutuskan untuk dekat dengan keluarga Park Chanyeol, Baekhyun dilarang oleh duda itu untuk memanggilnya dengan embel-embel.
"Aku jadi rindu Korea." Lirih Baekhyun.
Chanyeol melihat wajah sendu Baekhyun, ia bisa merasakan kerinduan yang ada pada wanita itu. Chanyeol berpindah posisi menjadi duduk disamping Baekhyun.
"Tenanglah. Kau kan bisa menghubungi orang tuamu." Chanyeol mengusap lembut lengan sempit Baekhyun.
BLUSH
Apa ini? Kenapa jantung ini berdegup sangat kencang. Padahal Chanyeol hanya mengusap lengannya tanpa adanya niatan khusus. Tapi kenapa Baekhyun malah merasakan telah terjadi sesuatu dihatinya.
"Hey kenapa kau diam,Baek?"
"Kau benar Chan, aku sampai lupa sudah dua minggu aku tidak menghubungi keluargaku." Jawab Baekhyun menutupi kecanggungannya.
"Ehemmm!"
Chanyeol dan Baekhyun terkejut melihat sosok Ny. Do berdiri dihadapan mereka dengan mata yang memicing. Chanyeol segera melepaskan tangannya dan berdiri.
"Ibuuu.. Kau sudah bangun?"
"Ya, anak-anak masih tertidur. Ibu ingin pulang. Oh ya, apakah nanti malam Arlo jadi tidur ditempatmu?" Jawab Ny. Do datar.
"Ya bu, aku sangat merindukan bayi kecil ku itu. Sudah sebulan aku tidak tidur bersamanya."
Ny. Do mengangguk. Ia kembali menoleh ke arah Baekhyun dengan tatapan yang sulit di artikan. Baekhyun menunduk kecil guna memberi salam pada wanita yang sudah tidak muda lagi itu.
Baekhyun merasa bahwa Ny. Do sepertinya tidak menyukai kehadirannya. Tapi disini Baekhyun tidak pernah berniat untuk hal-hal muluk lainnya. Cukup berteman dengan keluarga Park sudah sangat bersyukur karena disini ia seorang diri. Lagipula, Aracelli adalah gadis yang baik, mereka bisa saling berbagi hal-hal wanita lainnya.
Chanyeol sibuk menghitung pengeluaran dan pemasukan hari ini disalah satu meja yang kosong. Kedainya sudah tutup. Hanya ada pria itu dan Kim Jongdae disana. Tidak, Baekhyun dan anak-anak juga masih ada di lantai atas menunggu Park Chanyeol menyelesaikan pekerjaannya.
"Bawa saja pekerjaanmu ke rumah. Apa kau tidak kasihan pada mereka? Ini sudah pukul 11 malam, Boss."
Suara Kim Jongdae membuyarkan konsentrasi Park Chanyeol. Sudah dua cangkir kopi ia habiskan tanpa sadar.
"Aku pantang membawa pulang pekerjaanku, karena jika sudah sampai dirumah aku adalah seorang ayah bukan lagi Park Chanyeol yang kau temui di Kedai."
Kim Jongdae hanya menggeleng mendengar jawaban dari sahabatnya itu.
"Yasudah kalau begitu aku pergi dulu. Karena Min Seok sudah menungguku dirumah." Pamit Jongdae dan dibalas anggukan Chanyeol tanpa menoleh ke arah Jongdae.
Akhirnya selesai juga. Ia bernafas lega karena hari ini Kedainya mendapatkan keuntungan yang lumayan. Chanyeol pernah berjanji pada Kyungsoo, bahwa ia akan membelikan mobil yang lebih besar untuk keluarganya. Karena saat ini ia hanya memiliki sebuah Mini Cooper tahun 1976 berwarna Cokelat Mocca. Hasil dari jerih payah Chanyeol sebagai hadiah ulang tahun pernikahannya yang kelima.
Chanyeol melangkahkan kakinya ke lantai dua, memastikan apa yang terjadi disana. Hatinya merasakan ketenangan saat ia mendapatkan kedua malaikatnya tengah tertidur di pelukan Baekhyun, wanita yang akhir-akhir ini hadir mengisi kekosongan yang ada.
Chanyeol rasanya tidak tega membangunkan Baekhyun, ia harus berterima kasih pada wanita itu karena secara tidak langsung ia sudah membantunya meringankan beban mengurus kedua anaknya. Sayang sekali, kebaikan Byun Baekhyun tidak berhasil menyentuh hati Ny. Do.
"Haiii Chan..."
Chanyeol tersenyum dan melirik ke arah sampingnya, malam ini Do Kyungsoo sangat cantik berbeda dari biasanya.
"Dua minggu. Sepertinya kau sangat sibuk diduniamu,Kyung." Sahut Chanyeol.
Do Kyungsoo tersenyum melihat ke tempat anak-anaknya berada. Tampak gurat bahagia diwajahnya.
"Wanita itu... Kalian sangat akrab ya?" Tanya Kyungsoo.
"Kau cemburu?"
Kyungsoo meraih tangan suaminya. Ia menciumi punggung tangan tersebut kemudian menggesekan ke pipi tembamnya.
"Sepertinya ia sangat cocok dengan anak-anak kita dan juga dirimu, Chan."
"Apa maksudmu?" Chanyeol melepaskan pegangan tangannya, ia memundurkan langkahnya kemudian keluar dari kamar menuju lantai dasar diikuti oleh Do Kyungsoo.
"Anak-anak kita membutuhkan sosok ibu. Aku rasa kau saja tidak cukup."
"Kau sudah gila? Tidak ada yang bisa menggantikanmu di hati anak-anak ataupun diriku." Chanyeol menyibukkan diri di meja kasirnya.
"Aku mengerti. Tapi apa kau pernah menyadari jauh mereka masih sangat kecil, mereka sangat membutuhkan sosok ibu yang mengurus mereka dirumah selama kau pergi bekerja."
Chanyeol menoleh ke arah Kyungsoo yang memasang ekspresi sedikit memelas.
"Jangan memasang wajah seperti itu, Kyung. Kau tau, aku tidak akan mengubah keputusanku. Lagipula, Baekhyun.. Aku hanya menganggapnya teman."
"Tapi wanita itu sepertinya menganggapmu lebih dari itu. Mana ada seorang wanita yang rela menghabiskan waktunya hanya untuk menemani mu dan anak-anak kita?"
"..." Chanyeol menatap dalam mata istrinya. Saat ini ia tidak tau harus menjawab apa, karena hatinya memang tidak merasakan apapun ketika bersama Baekhyun.
Chanyeol mendudukkan dirinya di anak tangga. Ia mengusap rambutnya asal-asalan. Pikirannya begitu kalut akibat permintaan konyol sang istri.
"Chanyeol..." Lirih seseorang. Kali ini bukan Do Kyungsoo karena suaranya sangat jauh berbeda.
Chanyeol mendongakkan kepalanya, Baekhyun berdiri dibelakang pria yang sedang dalam keadaan kalut.
"Kau kenapa? Aku mendengar kau seperti sedang bertengkar. Tapi dengan siapa?"
Baekhyun mengedarkan pandangannya, melihat siapa yang bertengkar dengan Chanyeol tadi. Tapi suasana Kedai saat ini sungguh sepi dan gelap, hanya ada lampu kecil yang selalu menyala di sepanjang anak tangga. Bulu kuduk wanita itu sedikit merinding, tatkala ia melihat tidak ada siapa-siapa disana.
"Baek..."
Baekhyun duduk disamping Chanyeol. Anak tangga yang tidak terlalu lebar itu membuat tubuh keduanya berhimpitan hingga tidak ada jarak satu senti pun.
Chanyeol meraih tangan Baekhyun yang lumayan dingin akibat suhu kamar. Perlahan tapi pasti, Chanyeol mulai mencium tangan milik wanita itu. Reflek membuat Baekhyun merona. Duda itu membelai lembut anak rambut yang menutupi wajah wanita yang kini sedang terlena oleh perlakuannya itu. Seolah terbawa suasana, tanpa meminta izin Chanyeol mencium bibir Baekhyun.
"Mmhhh... Chan." Baekhyun melenguh saat ia merasakan ciuman yang diberikan oleh Chanyeol. Tanpa sadar kini tangannya sudah melingkar di leher Park Chanyeol.
Tangan besar Chanyeol mulai mendarat di dada Baekhyun dan meremas secara pelan-pelan. Sungguh, meski ini bukan yang pertama kali bagi Baekhyun tapi ia merasa ada yang berbeda. Perlakuan lembut sang duda membuat seolah-olah Baekhyun adalah seorang perawan yang harus di perlakukan secara hati-hati agar ia tidak merasa tersakiti.
Chanyeol mulai membuka kancing pakaian Baekhyun, dan kini payudara Baekhyun terekspose dengan indahnya dihadapan Chanyeol. Dengan lihai pria itu melepaskan Bra hitam yang wanita itu kenakan.
Sejenak ia menghentikan kegiatannya membuat Baekhyun bertanya-tanya. Tapi kemudian, pemuda itu menarik tangannya dan menuntun ke sebuah sofa yang terletak disudut Kedai yang tidak terkena sorotan lampu.
Chanyeol berhasil menanggalkan seluruh pakaian gadis mungil yang kini sedang bersamanya dan menanti kejutan-kejutan yang diberikannya dengan pasrah. Pasrah karena Baekhyun menyukai Park Chanyeol.
Kembali lagi, Park Chanyeol menciumi wajah Baekhyun dan turun hingga ke leher serta dada wanita itu. Baekhyun yang pasrah hanya bisa menggelinjang sambil memejamkan matanya. Betapa mahirnya seorang Park Chanyeol malam ini.
Chanyeol berdiri dan membuka semua pakaiannya, ia menuntun kepala Baekhyun yang sedang posisi duduk untuk mengulum kejantannya itu agar memancing birahinya. Baekhyun ternyata juga pandai dalam hal kulum-mengulum seperti ini. Ia begitu lembut dengan permainan lidahnya.
"Ssshhhhh..." Chanyeol mendesis merasakan sesuatu menyetrum dibawah sana. Ia menjambak rambut Baekhyun kuat-kuat menandakan bahwa saat ini birahinya sudah berada di puncak.
Kemudian Chanyeol mengangkat tubuh Baekhyun, meminta Baekhyun untuk membelakanginya dalam keadaan setengah berdiri dan sedikit menungging.
Penis Chanyeol sudah sangat keras layaknya sebuah pentungan baseball. Ia butuh sebuah lubang hangat yang sempit agar hasratnya bisa tersalurkan.
Chanyeol membasahi jari tengahnya dengan air liur kemudian menggesekannya di daging kenyal yang berada diantara mulut vagina Baekhyun.
"Sssttthhh.. Ahhh Channn..."
Semangat Chanyeol semakin mejadi ketika ia mendengar desahan Baekhyun. Ia mulai mengatur posisi sepas mungkin, agar penisnya bisa masuk dengan sempurna.
JLEB
"Ssssttttthhhhh..."
Penis Chanyeol berhasil masuk membuat Baekhyun melenguh, tubuhnya yang berkeringat membuat Baekhyun semakin Seksi.
Chanyeol mulai menghentakkan penisnya dan dibalas oleh gerakan berlawanan oleh Baekhyun membuat gesekan diantara keduanya semakin terasa nikmat.
Baekhyun menyerahkan dirinya pada Chanyeol malam ini. Tanpa sadar ia menunjukkan perasaannya pada pria itu. Ya, Baekhyun tak bisa menolak Chanyeol karena ia memang menyukai duda beranak dua itu. Tapi bagaimana dengan Chanyeol? Saat ini yang ia tau, ia hanya merindukan sebuah kehangatan dan juga melampiaskan kemarahannya pada Kyungsoo.
Sejak tadi Park Chanyeol melihat istrinya masih ada disana, duduk di salah satu kursi yang kosong sambil memperhatikan kegiatan sang suami bersama wanita lain. Kyungsoo hanya tersenyum samar melihat itu semua.
Pagi harinya, Baekhyun tersadar bahwa dirinya sudah kembali ke dalam kamar bersama dengan Aracelli dan Arlo disampingnya. Bahkan, pakaiannya sudah terpasang seperti semula. Baekhyun sulit mengingat kejadian tadi malam setelah moment bercintanya dengan Park Chanyeol karena ia sangat lelah akhirnya tertidur di sofa.
Baekhyun turun ke bawah untuk melihat Sang pujaan hatinya disana. Dengan langkah sepelan mungkin ia mulai menyelusuri jalanan itu.
Bibir tipisnya menyungging ke atas membentuk sebuah senyuman saat ia melihat Park Chanyeol masih tertidur di sofa dengan mulut yang setengah terbuka.
Baekhyun menuju ke dapur dan membuatkan secangkir kopi untuk Chanyeol. Pria itu harus bangun, karena harus mengantar Aracelli sekolah.
"Haii.. Selamat pagi.." Sapa Baekhyun dengan lembut tepat ditelinga peri milik Chanyeol.
Chanyeol menggeliat sebentar sampai akhirnya ia menarik leher Baekhyun dan memeluk leher wanita itu seperti selayaknya sebuah guling.
"Chan... Hati-hati nanti kopinya tumpah."
Chanyeol mulai membuka matanya perlahan, mebiasakan sinar matahari yang masuk ke dalam matanya.
"Baekhyun.. Kau!" Ujar Chanyeol sedikit terkejut.
"Ya ini aku. Ada apa Chan? Kau sepertinya sedikit terkejut."
Chanyeol mengerjap kemudian membenarkan posisinya menjadi duduk.
"Ini minumlah.. Setelah itu kau harus mengantar Aracelli sekolah."
"Memangnya ini pukul berapa?"
"Ini sudah pukul 6 pagi, chan. Kau tidak perlu khawatir, aku akan mengurus puterimu."
Baekhyun memberikan gelas berisikan kopi itu kemudian pergi meninggalkan Chanyeol yang masih belum sepenuhnya tersadar.
Chanyeol kembali teringat kejadian semalam, ia benar-benar menyesal telah melakukan hal itu pada Baekhyun. Wanita itu pasti sudah menaruh harapan yang lebih padanya. Kini, ia merasa masalahnya semakin runyam saja.
"Kau bersama wanita itu semalam?" Tanya Ny. Do saat Chanyeol menyerahkan Arlo padanya.
Sial, kenapa sepagi in Ny. Do sudah ingin mengajaknya berdebat. Setelah kejadian semalam, kepala Chanyeol hampir pecah dan kini ia malah harus mendapatkan pertanyaan sinis dari sang mertua.
"Nanti malam aku akan menjelaskannya padamu. Aku sedang terburu-buru karena harus mengantar Aracelli ke sekolah. Aku pergi."
Chanyeol berlari kecil ke arah mobil. Ny. Do melihat Baekhyun duduk disamping Chanyeol sambil memangku Aracelli. Melihat itu Ny. Do sedikit merasa miris, harusnya yang saat ini duduk disana adalah Do Kyungsoo bukan Byun Baekhyun. Tapi... Rasanya Ny. Do benar-benar sudah pasrah.
Setelah mengantar Aracelli sekolah, kini saatnya mengantar Baekhyun ke kampus. Terpaksa wanita itu meminjam Kaos polos milik Chanyeol, walaupun sangat kebesaran tapi tak masalah baginya.
"Aku minta maaf atas kesinisan mertuaku." Ujar Chanyeol disela-sela mengemudinya.
"Apa? Oh itu..."
"Aku hanya takut kau merasa risih dengan sikapnya yang seperti itu, Baek."
"Aku mengerti. Mungkin sebagai orang tua, ia masih belum bisa menerima kenyataan. Apalagi kehadiran orang baru di antara kalian."
"Ya kau benar, aku juga memikirkan hal yang sama"
Sampailah mereka di depan gedung kampus Baekhyun.
"Terima kasih, Chan." Ujar Baekhyun sambil membuka seatbelt.
Saat Baekhyun ingin turun dari mobil, ia menyempatkan diri untuk mencium pipi Park Chanyeol. Namun sayang, tubuh Chanyeol menolak, ia malah menjauhkan dirinya dari jangkauan Baekhyun, membuat wanita itu sedikit terkejut.
"Chan.. Kau kenapa?"
"Maaf Baek.. Aku.."
DEG
"Baiklah. Tidak apa-apa, aku pergi dulu."
Baekhyun membuka pintu mobilnya, tapi Chanyeol menahan lengan wanita itu. Membuat Baekhyun kebingungan dengan sikap Chanyeol.
"Baekhyun, soal semalam..."
"..."
"Aku ingin kau melupakannya. Anggap saja kita tidak pernah melakukan apapun."
PLAK
Sebuah tamparan keras mendarat bebas di pipi Chanyeol. Baekhyun merasa kecewa dengan sikap Chanyeol yang tidak jantan itu. Ia pergi meninggalkan Chanyeol dan menutup pintu mobilnya dengan sangat keras membuat Chanyeol sedikit tersentak.
BLAM!
.
.
.
TBC
.
.
.
Haiii.. Pertama kalinya ini bikin twoshoot setelah kemarin bikin oneshoot. Dan ini slight-nya Chansoo, jadi maafkan buat yang para anti Chansoo. Dan yang suka Chansoo, aku seneng bisa bikin kalian cerita walaupun Kyungsoo hanya sekelibat-sekelibat aja munculnya. Maklum, soalnya dia kan ilusi si Dobi.
Kenapa judulnya 'River Flows in You'? Itu nanti bakal terjawab di chapt selanjutnya.
Inget ya, ini cuma twoshoot! Jadi jangan berharap bakal ada chapter ketiga ataupun keempat. :D
Abis nyelesain twoshoot ini, inshaallah bakal fokus sama 'Annyeong Oppa' dan 'My Monster Sister' deh ya.
Ini juga pertama kalinya bikin fanfic Rated M, setengah mati ngayalin adegan-adegan NC sambil nahan hasrat supaya enggak ikutan mupeng. Hha
Yaudah gak mau ngomong panjang lebar, cuma mau minta Reviewnya aja. Kira-kira ini layak dilanjutin atau enggak? Gitu aja..
Gomawo :D
