Naruto punya Masashi Kishimoto.

Fic ini punya saya.

Enjoy please!

.

.

.

Sasuke mencetak three points disaat-saat menegangkan, SMAN 3 Konoha terancam mengalami kekalahan. Para pemain bersorak kalem, dalam hati deg-degan.

Sasuke sendiri tak menyangka, tapi yah lumayanlah. Keringat meluncur mulus dari dahinya buru-buru sapu tangan menghalang.

"Oy, Sasuke! Fokus!" Bukan ucapan selamat atau pujian sederhana yang didapat, tapi malah kena damprat oleh ketua club basket Hyuuga Neji, cuma gara-gara ngelap keringat doang.

Setelah berdecih Dan menggerutu singkat mengenai betapa pentingnya higieanitas, Sasuke Melanjutkan permainannya.

Permainan selesai dengan skor... Seri. Lumayanlah dari pada kalah, SMAN 7 Konoha memang sudah terkenal dengan Tim basketnya yang jagoan jadi gak kalah juga udah cukup buat bikin para pemain SMAN 3 Konoha mendesah lega.

Tapi tidak untuk Sasuke. Sasuke bukan orang yang ambisius mengenai kemenangan dalam olahraga kok, apalagi basket, toh dia ini yang bikin skor jadi seri. Tapi kenapa Naruto masih ngerasa ada yang salah gini ya?

Naruto menyingkirkan bungkus-bungkus makanan ringan yang berserakan di atas kursi kemudian duduk.

Sasuke masih aja berdiri di luar, bersikeras gak mau masuk. Emang sih, ruang loker yang habis dipakai sama lawan sparing mereka tadi lumayan kotor, ya tapi mau gimana lagi? Ruang loker SMAN 3 cuma satu, dan sebagai pihak yang ngajak sparingan, mereka harus rela memberikan ruang loker mereka.

"Pertandingan hari ini bagus sekali, tapi Kita harus evaluasi dulu, Naruto gua lihat lu sempet berhenti tadi, kecapean ya?"

"Ehehe, iya Kak... Tadi sempet kehabisan stamina" kata Naruto sambil nyengir.

Neji hanya geleng-geleng maklum, dalam hati mempertimbangkan Pencabutan dispensasi gak latihan yang pernah diberikannya pada Naruto. Habis katanya 'sudah terlalu jago' eh kesini-sini kecapean.

"Lu tuh Ace andalan sekolah Kita Nar, kalau aja tadi Sasuke gak ikut main Dan nyetak poin, Kita udah kalah telak."

"Ayolah... Itu tadi cuman sparingan aja kan? Selow aja Kali"

"Gak, Kita gak boleh nyepelein sparingan apalagi sama Smanju! Mulai besok lu harus ikut latihan rutin lagi."

"Ck, iya iya..."

"Untuk sparing berikutnya coba turunin tempo permainan, Kita harus tenang ngehadepin permainan mereka yang cepat"

"Siap Kak!"

"Untuk Sasuke, loh, Sasuke mana?"

"Ganti baju di toilet kak, tadi udah gua suruh masuk gak mau" jawab Kiba.

"Yasudah bilangin aja ke Sasuke, makasih udah mau bantuin ekskul kita."

"Wokeh Kak!"

.

.

.

Asal tahu aja, Sasuke itu bukan anggota basket. Dia cuma kebetulan lewat, kebetulan club basket butuh pemain, Dan kebetulan dia jago, jadi ya dia dipaksa main. Padahal waktu itu dia pengen ngadem di perpustakaan, nunggu di jemput Itachi, tapi sekarang? Dia harus berkutat dengan badan lengketnya yang berkeringat, Sasuke berniat mandi, nanti di rumah mandi lagi.

"Eh, Sasuke ya?" Sapa cewek beramput gulali yang kayak nya mau masuk ke kamar mandi cewek , namanya Sakura kalau gak salah, anak kelas sebelah. Cewek yang kalau di koridor lari sprint dan lompat dua kaki di tangga, gak tahu niatnya buat apa. Dilihat dari bajunya yang kotor, kayaknya cewek ini habis kegiatan ekstrakulikuler juga, baju olah raga putihnya ada noda kecoklatan tanah, keringat mengalir di dahinya yang lumayan lebar, dan rambut lepeknya menempel, nafas nya gak teratur juga, buset dah, habis ngapain sih? Karena gak betah ngelihat cewek di depannya, Sasuke pun masuk ke toilet tanpa berkata apa-apa lagi.

Sakura yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi jadi rada tersinggung. Elah, biasa aja kali, sambil dalam hati merutuk sebal. Sudah Dari dulu Sakura gak setuju sama kamar mandi perempuan Dan laki-laki yang bersebelahan, ada sih kamar mandi yang gak mepet, tapi jauh, Sakura udah keburu gak betah sama badan lengketnya.

Huh, pasti sekarang dia dianggap cewek jorok deh, dengan baju belepotan tanah begini, ah tapi bodo amat lah.

Setelah selesai bersih-bersih Sakura langsung ke tempat parkiran motor.

.

.

.

Rumah Sakura yang jarang di lewati angkot memang gak strategis, jadi paling enak ya Naik motor ke sekolah.

"STHOP!"

"E-eehh! Busyet dah! Lu mau bunuh diri?" Sembur Sakura kepada temannya Ino, setelah dengan beraninya melemparkan diri ke depan motor Sakura yang melaju pelan.

"Ehehe, lagian lu udah cabut aja pas kita lagi rapat"

"Apa hubungannya sama gue? Gua kan cuma ikut-ikutan karena gak ada kerjaan"

"Iihh! Tapi lu tuh berpengaruh banget buat club Kita Sakura! Pelatih aja suka sama lu!" Sergah Ino.

"Kan udah gue bilang! Gue gak mau terikat sama club tertentu, gue ini freelancer! Jangan sampe cheers jadi bergantung sama gue, gue ini orang sibuk loh!" Mata Sakura melotot, posisi duduknya sudah siap tancap gas.

"Udah sana lo ah! Gue capek!" Lanjutnya

"E-eh bentar-bentar, duh, jangan tabrak gue dong!" Jerit Ino.

Orang-orang sudah mulai memperhatikan Dua cewek yang rusuh banget di parkiran.

"Duh, makanya itu gue bilang, lu tuh salah satu flyer andalan cheers! Lagain pamor lu Naik di sekolah gara-gara cheers kan?" Kali ini Ino melotot ngotot.

"Bodo amat! Gua gak peduli! Awas ah Ino ih, gua capek!" Sakura merengek, badannya mulai terasa pegal-pegal. Gak kebayang dah kenapa si Ino masih bertenaga buat ngegangguin Sakura gini.

"Oke, gua mau minta tolong, bantuin divisi Danus buat menggalang Dana untuk bikin seragam baru" suara Ino mendadak serius.

"Ogah, besok gue ada janji sama club baseball, jadwal gua penuh" tolak Sakura mentah-mentah.

"Gue bayar"

"Deal"

Dan motor Sakura pun melaju keluar pagar sekolah.

.

.

.

Sasuke menatap ngeri Mobil di hadapannya, niatnya untuk menenangkan diri setelah segenap kegiatan sekolah pupus sudah.

"Ngapain kamu? Masuk gih, Mas capek" Tukas Itachi bete.

"Mas, lu gak pulang dulu ya kemarin?" Tanya Sasuke muram.

"Iya, Mas harus lembur di kantor, banyak kerjaan, buru ah"

Dengan segan Sasuke memasuki Mobil Itachi. Kakinya menginjak botol air mineral kosong, tumpukan kertas berserakan di belakang, Dan banyak bungkus makanan ringan bertaburan.

Kedua alis Sasuke berkedut, kepalanya mulai panas Dan pusing, nafasnya mulai tak terkendali.

Tenang Sasuke, tenang.

"Mas, lu lembur di Mobil?" Tanya Sasuke random berusaha untuk mengalihkan fokusnya.

"Hm?" Itachi menyahut asal, mata sayunya setengah fokus mengemudi, jelas bukan lawan bicara aktif.

"Eh Mas, udah gua aja yang nyetir"

.

.

.

"DONAT, DONATT! AYO, BELI DONAT~"

anak-anak divisi danus cheers cuma bisa nunduk-nunduk malu pasrah. Dengan bantuan Sakura Dan suara toanya tentu sangat membantu, tapi yah teriak-teriak di koridor rada gimana... Gitu.

"K-ka Sakura? Udah gak apa-apa Kita aja yang jualan" cicit salah satu anak divisi danus yang rata-rata kelas 10.

"Berisik! Ini gue bantuin juga biar cepat selesai! Jadi kalian tenang aja oke?!" sembur Sakura beserta kuahnya. Anak-anak yang disembur cuman bisa ngangguk-nganguk.

"DONAT! ADA YANG MAU BELI DONAT?" Sakura masuk ke salah satu kelas 11, anak buahnya malu-malu ngekor di belakang, freelancer Kita yang satu ini memang gak tahu malu.

"Mau dong Sak!" Teriak salah satu murid laki-laki Dari dalam kelas.

"Wes, habis ulangan bro? Biologi bukan?" Dilihat dari posisi tempat duduk yang terpisah-pisah, kayaknya kelas ini habis ulangan.

"Yoyoy"

"Eh, beneran? Mau atuh! Kertas mana kertas?" Sakura langsung rusuh, doi tadinya udah memasrahkan ulangan Biologi di jam terakhir buat jualan donat danus cheers.

"Eh, selow eh!" Karena meja-meja dipisah, alhasil tempat buat jalan semakin sempit. Jalan harus pelan-pelan supaya gak ada yang kesenggol.

Brak! Splash!

Deg!

Dan yah... Dengan gerakan seliar itu pasti bakal ada yang kesenggol.

"E-eh m-maaf!"

Alis Sasuke berkedut marah. Cairan lengket mulai terasa membasahi bagian dadanya. Warna coklat terbercak di seragamnya.

Dari awal Sasuke memang punya firasat buruk pas Naruto ngajakin makan mie ayam tadi. Selain dia memang lagi belajar buat jadi vegetarian, makanan berkuah Dan berminyak cukup untuk membuat Sasuke mewanti-wanti dirinya makan dengan hati-hati.

Tapi Dari sekian banyak orang kenapa dia...?

"S-sasuke?" Panggil Sakura mencicit.

Kelas tiba-tiba sunyi senyap. Anak-anak divisi danus mundur perlahan.

Sasuke marah, rasanya kepalanya panas, kesal, benci, jadi campur aduk, tapi dia gak tahu harus ngapain, bahkan dia gak sadar kalau tangannya sudah menggenggam erat pergelangan tangan Sakura.

"A-aduh, m-maaf, kyaaa!"

"Sasuke! OY!" Bahkan Teriakan Naruto tidak dapat menghentikan sohibnya itu.

Sakura ditarik disepanjang koridor, pergelangan tangannya mulai terasa sakit. Genggaman Sasuke terlalu kuat. Anak-anak di koridor menatap heran, tanpa berani ikut campur melihat Sasuke yang memunduk menahan marah.

Bruk!

Sakura dibanting di dinding koridor yang sepi.

Dan tentu saja,

"DUH, apa-apaan sih lo? Sakit tau! Lebay banget sih! Sini deh gue cuci! Atau mau gue ganti baru hah?"

Bukan Sakura namanya kalau tidak melawan.

Sakura sudah siap mental menerima semburan Dan omelan yang mungkin bakal di lancarkan oleh cowok di depannya ini, toh dia mengaku salah dan bersedia bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. Tapi respons yang didapat rupanya tidak sesuai ekspektasi. Sasuke bergeming, kepalanya masih menunduk dalam, kedua tangannya terkepal erat di sisi tubuhnya.

Sakura dapat melihat bahu lebar cowok itu bergetar, kemudian berhenti Dan oleng ke kanan.

"Eh?"

Dia pingsan?

.

.

.

TBC

.

Halo Readers sekalian! Terimakasih sudah mau mampir! Duh, bukannya ngelanjutin fic sebelumnya malah bikin lagi~ hehe, Jangan sungkan meninggalkan review! Apalagi saran yang membangun!

See you ~