Naruto (c) Masashi Kishimoto
Canon in D (c) Johan Pachelbel
Antara Kita dan Musik (c) Chousamori Aozora
WARNING: AU, OOC, miss typo, music-fic (diperkirakan), judul tidak sesuai dengan cerita, alur berantakan, GJ, jelek, abal, bahasa santai untuk dialog, dll
Rate: T
Genre: Friendship/Romance
Pairing: SasuSaku
Flame diterima dengan senang hati
Tidak suka? Silahkan tekan tombol 'back' pada browser anda.
Selamat membaca
Summary: Sakura, si cewek penyuka musik sangar dan Sasuke, si cowok penyuka musik kalem. Apa jadinya kalau mereka digabungkan dalam hal musik dan di dunia nyata?
.
.
.
Senja yang sejuk di bulan Oktober, di mana kita bisa melihat beberapa bunga yang bermekaran. Atau mungkin, pemandangan yang sering kita jumpai adalah pohon-pohon yang mulai menggugurkan daun-daun kecoklatannya. Ditambah semilir angin yang semakin menusuk tulang tatkala mendekati musim dingin. Sungguh indah musim gugur di Konoha.
Gadis itu masih takjub akan pemandangan di sekitarnya, walaupun hanya pohon-pohon maple yang sedang meranggas, tetapi bisa membuat gadis itu kagum akan pemandangan yang tengah ia saksikan saat ini. Ah, dan jangan lupakan langit senja yang kemerahan, makin menambah daya tarik dari musim gugur kali ini.
Well, musim gugur memang selalu membuat gadis itu terkagum-kagum akan keadaan alam sekitar. Baik itu tumbuhannya maupun cuaca yang sejuk. Karena itulah, ia menyukai musim ini, tentu saja nomor dua setelah musim semi –musim ketika ia lahir.
Dan gadis itu masih asyik mengagumi pemandangan di sekitarnya, tak sadar ketika seorang gadis berambut pirang yang sebaya dengannya datang menghampirinya.
"Hei, Jidat! Daripada kau melamun tidak jelas, lebih baik kau berduet denganku saja. Mumpung kau sedang membawa biola kesayangan kakakmu itu." kejut gadis berambut pirang itu pada gadis yang masih asyik dengan dunianya –mengagumi karya Sang Pencipta. Dan gadis yang dikejutkan oleh gadis berambut pirang itu terkejut sebentar, kemudian sadar bahwa ia sedang dikejutkan oleh seseorang yang ternyata adalah sahabat kentalnya.
"Apa sih, Ino-Babi? Kau mengangetkanku saja. Aku kan sedang menghayati alam sekitar. Yah, kau tahu kan apa alasannya."
Dan gadis berambut pirang itu hanya bisa memutarkan bola matanya jenaka, "Yeah, tentu saja aku tahu Nona Jidat. Karena kau sedang ingin mendapatkan moodmu untuk bermain bass lagi kan?"
"Yap. Tepat sekali." jawab gadis yang dipanggil 'Nona Jidat' oleh sahabatnya itu asal-asalan.
"Daripada kau menggantungkan niatmu yang tidak jelas itu, lebih baik kau mendalami biola saja. Daripada bass. Bass kan tidak terlalu penting dalam sebuah band atau lagu kan?"
Gadis yang masih asyik memandangi pohon maple di depannya –atau lebih tepatnya di taman Konoha, mendadak jengkel akan perkataan sahabatnya. Seketika ia berikan death-glare andalannya kepada sahabatnya itu.
"Hei, hei. Aku kan cuma bercanda, Sakura. Peace!" canda sahabatnya itu, kemudian mengangkat telunjuk dan jari tengahnya sambil nyengir.
"Terserah," jawab Sakura pura-pura kesal, kemudian tertawa cekikikan. Lalu ia kembali memandang pohon maple itu. "ah, kau tadi minta duet? Boleh. Kau mau main lagu apa Ino?" tanyanya pada sahabatnya itu, kemudian meraih kotak biola yang sudah mulai lusuh. Namun jangan remehkan biola di dalamnya. Biarpun biola itu sudah lama sekali –biola yang merupakan warisan turun temurun di dalam keluarganya, tetapi suara biola itu masih merdu, tidak kalah dengan biola-biola mahal dan berkualitas yang sering dipajang di toko peralatan musik yang sering ia lewati.
Ia buka kotak biolanya, lalu mengambil bow dan rosin dari dalam kotak biolanya, dan ia mulai menggosokkan rosin biola itu ke atas bow biola kesayangan kakaknya itu. "Kau ingin lagu apa, Ino?"
"Apa ya..." pikir gadis berambut pirang itu sambil berpikir keras. "...uhm, aku bingung mau bermain dengan lagu apa." cengirnya kemudian, dan ia juga mengikuti kegiatan Sakura. Mengambil rosin dan bow dari dalam kotak biolanya, dan mulai menggosok bow itu dengan rosin yang dipegangnya.
"Bagaimana kalau Canon in D? Entah mengapa aku ingin memainkan lagu itu." jawab Sakura, lalu mengembalikan rosin itu ke dalam kotak biolanya. Setelah memastikan rosin biola itu aman pada tempatnya, ia mengambil biola tua kesayangan kakaknya itu, dan mulai memainkan beberapa nada, memastikan senar-senar biola itu tidak fals.
"Boleh, ide bagus Jidat!" cengir Ino (lagi) dan langsung disambut tatapan jengkel dari sahabatnya ketika ia memanggilnya dengan sebutan 'Jidat', "ayo kita mulai."
Sakura meletakkan biolanya di atas bahu kirinya, memastikan biolanya sudah bertenger nyaman di atas pundaknya. Ia kemudian mengangkat bownya, dan mulai memainkan intro melodi karya terkenal Johan Pachelbel. Terdengar suara merdu yang beroktaf rendah dari biola tua milik kakaknya itu. Tak lama kemudian, Ino segera menyusul permainan Sakura –memainkan melodi inti, dan menyatukan permainannya dengan permainan Sakura, sehingga terdengar harmonisasi yang indah dari kedua biola itu.
Sakura memejamkan matanya –berusaha untuk lebih menghayati permainannya. Angin sepoi-sepoi membelai lembut rambut kedua sahabat itu.
Alunan Canon in D itu rupanya mampu menghipnotis beberapa orang yang kebetulan lewat di dekat bangku taman tempat kedua sahabat itu menaruh kotak-kotak biola mereka. Hal itu terbukti dengan serombongan anak muda yang menghentikan canda tawa mereka ketika mereka melewati duo Sakura-Ino. Tentu saja bukan hanya rombongan anak muda itu yang mengagumi permainan mereka. Bahkan ada seorang pemuda yang duduk tidak jauh dari tempat duo Sakura-Ino sampai menghentikan permainan gitarnya ketika ia mendengarkan alunan lembut dari kedua biola itu.
Pemuda itu begitu menikmati permainan duet string itu, sampai ia –secara tidak sadar, melanjutkan permainan gitarnya kembali. Namun bukan untuk melanjutkan permainan sebelumnya, tetapi mengikuti melodi Canon in D itu. Namun ia harus menelan kekecewaan, karena duet string itu tiba-tiba terputus tak lama setelah ia mengikuti permainan kedua gadis tersebut. Dan setelah perhatikan, salah satu senar biola milik gadis berambut pirang itu tiba-tiba putus. Dan mau tidak mau, permainan harus dihentikan, karena gadis berambut pirang itu yang memainkan bagian melodi inti.
"Ah, sayang sekali." gumam pemuda itu. Dan ia memutuskan untuk pulang karena sudah tidak ada lagi kegiatan yang bisa ia lakukan di taman itu.
.
.
.
"Maafkan aku," sesal Ino kepada pengunjung taman yang mengeluh karena permainan yang terhenti di tengah jalan sekalingus pendengar permainan biolanya dan sahabatnya itu. "lain kali aku akan memainkannya lagi untuk kalian. Aku janji. Sekali lagi, maafkan aku." Katanya lantas membungkuk sopan tanda minta maaf.
Kerumunan itu berangsur-angsur membubarkan diri setelah permohonan maaf Ino. Ketika kerumunan itu sudah benar-benar membubarkan diri, barulah gadis berambut pirang itu berbalik menatap sahabatnya lalu nyengir lebar. "Yang tadi itu hebat!"
Yang diajak bicara hanya melontarkan kalimat sarkatis namun menyindir pada sahabatnya, "Yeah, hebat, sangat hebat hingga senar A milikmu terputus. Hebat sekali," katanya lalu memasukkan biola dan bow ke dalam kotak biolanya. "ayo pulang. Sudah hampir gelap. Aku tidak mau sampai dijadikan daging panggang untuk makan malam kalau aku telat sampai di rumah," lanjutnya sambil menutup kotak biolanya, dan menjinjing kotak biolanya.
"Iya, iya, Nona Jidat. Ayo!" ajak Ino kemudian menggandeng tangan Sakura yang tidak menjinjing kotak biolanya.
"Hei, lepaskan tanganmu dari tanganku. Aku tidak mau dianggap yuri oleh orang-orang," kata Sakura pura-pura kesal, namun cekikikan menahan tawa. "hanya bercanda. Ayo, kita harus bergegas."
"Iya."
.
.
.
"Sakura, kita berpisah di sini saja ya? Aku mau membeli senar. Kan senar A milikku putus. Tak apa ya?" ucap Ino, memasang wajah memelas agar sahabatnya itu mau menuruti kata-katanya.
Sakura hanya memutarkan bola matanya bosan. "Iya deh. Sekalian mau menemui kekasihmu kan? Jangan kau kira aku tidak tahu, Ino-Babi," jawabnya dengan menyipitkan matanya pura-pura kesal. Ino yang ditatap seperti itu hanya bisa nyengir, dan merona tentu saja.
"Begitulah," jawab Ino sekenanya. "ya sudah, sampai jumpa besok!" lanjutnya, lalu mendorong pintu depan toko peralatan musik itu dan masuk ke dalamnya sebelum Sakura sempat membalas ucapan terakhir Ino.
"Hah, anak itu. Selalu saja." gumam Sakura lalu segera beranjak meninggalkan toko peralatan musik itu.
.
.
.
Hari sudah gelap ketika Sakura sampai di kediaman keluarganya yang hangat. Ia langkahkan kakinya yang masih terbalut rok pendek dan kaus kaki panjang –seragam sekolah Konoha Senior High School, masuk ke dalam halaman rumahnya yang tidak begitu luas.
"Aku pulang!" ujar Sakura saat membuka pintu depan rumahnya, lalu melepaskan jaketnya di gantungan jaket dekat rak sepatu dan melepaskan sepatunya, menukarnya dengan sandal rumah. Cepat-cepat ia langkahkan kaki jenjangnya menuju dapur, dimana ibunya sedang menyiapkan makan malam.
"Sudah pulang, Sakura?" tanya Kushina, ibu Sakura.
Sakura masih melangkahkan kakinya menuju kursi di dekat meja makan, menaruh tasnya di atas lantai dan kotak biolanya di atas meja makan, kemudian menduduki kursi itu dan mengambil segelas air di atas meja. "Yeah. Nii-chan sudah pulang?" tanyanya kemudian meminum air yang dibawanya
"Sudah. Tapi dia tadi pergi lagi dengan temannya itu. Siapa namanya? Yang dulu sempat kaa-chan kira pacar baru kakakmu itu. Dida? Eh? Deda? Dedara? Siapa namanya?" tanya Kushina sambil memotong wortel menjadi potongan yang lebih kecil.
"Deidara-nii, kaa-chan, hihi. Ah, malah kukira dia itu kembarannya Ino. Tapi anggapan itu langsung kutepis, mengingat Ino adalah anak tunggal," jawab Sakura dan beranjak berdiri, mengambil kotak biola dan tasnya. "aku mandi dulu ya, kaa-chan."
"Oke, setelah itu lekas turun, ya? Bantu kaa-chan menyiapkan makan malam." seru Kushina dari dapur.
"Aye-aye, ma'am!" balas Sakura jenaka.
.
.
.
Sakura baru saja selesai mandi ketika ia menyadari bahwa kotak biola milik kakaknya masih berada di kamarnya. Cepat-cepat ia ambil kotak itu, dan menaruhnya di tempat sebelum ia mengambil kotak biola itu, tepatnya di atas meja belajar kakaknya.
Sebelum ia keluar dari kamar kakaknya, ia menaruh kertas memo di atas kotak biola itu. Isinya merupakan pernyataan jujur Sakura karena telah meminjam biola kakaknya, dan tentu saja permohonan maaf karena meminjam biola tersebut tanpa ijin dari kakaknya.
Tak lama kemudian, ia segera keluar dari kamar kakaknya dan masuk ke kamarnya sendiri. Langsung ia rebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur queen-size-nya dan menghela napas keras-keras. Ingin ia pejamkan matanya sejenak, namun permintaan sang ibu —atau lebih tepatnya perintah, membuat Sakura segera bangkit berdiri. Tentu saja menuju dapur, tempat favoritnya ibunya.
.
.
.
TO BE CONTINUED
A/N: Fiksi multi-chap pertama saya! Spesial buat koibito saya. Hehe. Ya, seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, ini adalah MUSIC-FIC. Jadi, kemungkinan di setiap chapter bakal ada unsur musiknya. Bisa instrumen atau mungkin lagu. Perlu di garis bawahi, genre musik yang bakal muncul gak hanya pop atau rock, karena ada kemungkinan saya memasukkan genre-genre seperti jazz, metal, klasik, atau semacamnya.
Terdengar ribet ya? Saya juga merasa nantinya akan ribet untuk chapter-chapter selanjutnya.
Yah, semoga readers-san menyukainya. Terimakasih sudah membaca! Jangan lupa tinggalkan jejak ya, agar saya bisa mengoreksi yang kurang dari chapter pertama ini.
Sekali lagi, terimakasih.
Salam hangat,
Sign
Chousamori Aozora
