Awan mendung menghiasi langit, sejauh yang bisa dipandang Piko dari jendela rumahnya.

Dingin.


Rayhan ̶ atau biasa dipanggil Aizen oleh temanya ̶ mengambil tasnya dan beranjak dari tempat tidur.

"ohayo, kaa-san." Dalam satu gerakan, dia menarik salah satu kursi di sekitar meja makan. Bau nasi putih menyerbak dari dalam mejik jar (Indonesia asli~) dan bersatu padu dengan bau ikan asin. Ya, mamanya masak sour vegetable with salted fish and hot rice. Menggugah selera dari dalam jiwa jawa Aizen, tapi juga bukan jenis sarapan yang tepat. "ohayo," balas emaknya sambil menaruh sesendok besar nasi ke atas mangkuk. "mau ikan asin?"

Aizen menggeleng pelan, diam-diam ngiler. Tapi apa dikata, udara dingin enggak cocok sama ikan asin. Aizen menuangkan beberapa sendok kuah sayur asem ke atas nasi putihnya dan menghela napas. "hari ini mungkin aku pulang agak telat…" gumamnya. "ada apa?" "tugas kelompok, bareng erza dkk."

Senyum nakal muncul di wajah ibunya. "erza? Yang mana lagi?"

"yang lain lagi… ah udah deh. Kaa-san nggak usah sok tau gitu," balas Aizen salah tingkah. Gara-gara salting, dalam satu suap besar, semua nasinya ditelan begitu saja. Kontan dia kesedek dan batuk berdarah.

"aizen kamu kenapa ̶ "

"anu, tomatnya keluar dari tenggorokan."

"oh."

Suatu pagi yang cerah, mungkin lebih berawan dan dingin, yang biasa di rumah Aizen.


Piko melangkah keluar dari pekarangan rumahnya dan menemukan seonggok kresek menghalangi jalan keluarnya. Dia diam seribu perasaan.

[SHOTA used Buang Sampah…

…it's VERY EFFECTIVE!]

Dan rintangan pertamanya pun beres.

Ini pertanda buruk lagi, pikirnya sedih. Tapi siapa dan apa dan kenapa…


20 menit berlalu sudah, tapi Aizen belum juga pergi dari kursinya. Mukanya perlahan berubah pucat, keringat dingin jatuh dari ujung dahinya ̶

"Ray, kamu kenapa?" tanya ibunya, satu tangan menempel ke jidat Aizen. "yaampun… panas banget toh kamu!"

"sumimasen, kaa-san…" tiba-tiba dia diri dari kursinya. Mukanya menandakan rasa-rasa penyesalan. Tasnya ditinggalkan gitu aja di samping kursi, tanpa di bawa ̶ dan langkahnya dipercepat. "hoi, hoi, Rayhan! Ada apa?"

Dan terdengar suara pintu dibanting.

Tak lama kemudian, terdengar suara benda terpental.

"RAYHANNN!"


"cepat minum obatnya."

"tapi kaa-san, obatnya pahit ̶ "

Ibunya Aizen mendecakkan lidah nggak sabaran. "kamu harus minum obat! Diare parah gitu masa nggak minum obat. Mau mati ya?!"

Aizen meringis pelan, lalu dengan ragu-ragu mengambil 2 butir obat diare dari tangan ibunya. Here I go, batinnya pelan. Suasana hati Aizen saat itu berubah drastis dari senang karena ada sayur asem, ke gundah gara-gara harus menghadapi obat pahit.

"katanya kamu suka yang pahit-pahit kayak si erza itu ̶ "

"manis-manis, kaa-san, manis! Dan kenapa ada nama erza disebutin?!" sergahnya esmosi. Wah, emak gua udah salah gaul stadium 3.

Emaknya mendengus. "terserah kamu deh. Udah, cepetan minum obatnya. Dan kalau merasa mampu, berangkat sekolah sana." Aizen berubah cerah lagi dan buru-buru nelen obatnya.

"Okaa-san! Aku berangkat dulu!"

Dan terdengar suara pintu dibanting.

Mamanya langsung bersiap untuk beres-beres (maklum, orang kantoran) dan mandi. Sampai terdengar bunyi benda terpental untuk kedua kalinya.

"RAYHANNN!"


ohohoh. Jangan timpuk ane…

Bukan fanfic dari manga/anime apapun, cuma fabic buat OC. Ato lebig tepatnya, OC yang terinspirasi dari RL.

And I'm not gomen. bahkan heroine belom muncul~