그가을

That Autumn

Casts :

Lee Sungmin

Cho Kyuhyun

Leeteuk

Choi Siwon

And other casts

Rated : T

Disclaimer :

FF ini sepenuhnya milik author yg miskin ide.

All casts belong to God, their family, SMEnt & ELF

BUT,

I hope KyuMin is mine XD

Warning :

Gender Switch, OOC, typos, out of EYD, abal

No summary

KyuMin as always ^^


HAPPY READING ^0^

.

.

.

Langit mulai gelap, cahaya bulan mulai menggantikan tugas sang penguasa siang, menerangi setiap manusia yang masih belum terlelap dalam mimpi indahnya. Menemani berbagai aktivitas yang masih dilakukan oleh sebagian orang.

22.45

Jam pun sudah menunjukkan waktu yang semakin larut. Namun dihiraukan oleh seorang yeoja yang masih terduduk di sofa ruang tengah sebuah rumah mewah. Tanpa penerangan sama sekali. Yeoja itu hanya terduduk dalam diam.

"Nona Lee Sungmin, kau sedang apa?" tanya seseorang sambil merangkul pundak yeoja itu Lee Sungmin. Tapi tidak ada tanggapan dari yeoja itu.

"Nona, ini sudah malam.. Lebih baik kau tidur, ne?" kata orang itu lagi.

"Ahjumma, apa tadi malam oppa pulang?" tanya Sungmin. Yeoja yang dipanggil ahjumma itu terdiam sejenak sebelum menjawab.

"Ani…" jawab ahjumma itu.

Ting.. Tong..

Ahjuma itu Leeteuk, segera menyalakan lampu lalu membukakan pintu rumah itu.

"Tuan Muda Lee?"

Mendengar nama oppa-nya disebut, Sungmin pun segera menghampiri Leeteuk di depan pintu rumahnya.

"Oppa?" kata Sungmin.

"Mianhae, Donghae sangat mabuk…" kata yeoja yang bersama Donghae oppa Sungmin.

"Nuguseyo?" tanya Sungmin dingin.

"Aku teman Donghae, Lee Hyukjae imnida…" jawab yeoja itu.

"Kau yeoja ke berapa yang diajak minum oleh oppaku?" tanya Sungmin lagi.

"Mwo?"

"Sudahlah Nona Lee, lebih baik sekarang Tuan Muda Lee kita bawa ke kamar saja.." kata Leeteuk menyela perbincangan Sungmin dan Hyukjae. Sungmin melirik tajam ke arah Hyukjae lalu beranjak menuju kamarnya sendiri tanpa membantu kedua orang yang susah payah membawa Donghae ke kamarnya.

.

.

..

Pagi ini matahari bersinar cerah. Namun udara tetap terasa sejuk. Embun-embun yang menempel di dedaunan menambah kesan sejuk pagi ini.

Sungmin sudah duduk di meja makan besar di rumahnya. Ia sudah bersiap berangkat ke sekolahnya. Dirinya sudah rapi dengan seragam sekolahnya.

"Oppa belum bangun?" tanya Sungmin saat Leeteuk mengantarkan sarapan untuk Sungmin.

"Belum, nona…" jawab Leeteuk.

"Aku tidak lapar, aku berangkat!" pamit Sungmin lalu bergegas berangkat ke sekolahnya.

.

Begitulah Lee Sungmin. Seorang yeoja berumur 17 tahun yang terkenal dengan sikap angkuh, dingin, egois dan keras kepala. Sungmin tidak pernah ambil pusing dengan semua yang ada di sekitarnya. Kecuali oppa-nya.

Sungmin sangat menyayangi oppa-nya. Oppa-nya adalah satu-satunya keluarga yang dimilikinya. Orang tua Sungmin meninggal 2 tahun yang lalu dalam sebuah kecelakaan tunggal. Entahlah apakah itu benar atau tidak karena memang tidak ada korban lain selain orang tuanya. Tapi oppa Sungmin tahu sesuatu tentang kecelakaan orang tua mereka itu.

Oppa Sungmin Lee Donghae, kini menjabat sebagai CEO Lee Corporation. Appa mereka dulu adalah CEO Lee Corp., setelah kematiannya Donghae lah yang menggantikan posisi appa-nya di perusahaan keluarga Lee itu. Bisa dibilang Donghae adalah CEO muda, karena di usianya yang baru 24 tahun ia sudah bisa menjabat sebagai CEO perusahaan sebesar Lee Corp.

Sayangnya Donghae selalu mengabaikan kasih sayang Sungmin sejak kematian orang tua mereka. Donghae tahu Sungmin sangat menyayanginya, ia pun begitu. Tapi kalau Donghae tetap menghiraukan Sungmin, yeoja itu dalam bahaya. Ia tidak mau lagi kehilangan orang yang sangat disayanginya.

.

.

.

Donghae baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, tapi Donghae masih enggan meninggalkan ruang kerjanya. Lalu namja itu mengambil secarik kertas dan menuliskan sesuatu di atasnya.

Setelah menulis sebuah surat di kertas itu, ia melipatnya lalu memasukkannya ke dalam amplop. Ia menyimpan surat itu di dalam laci meja kerjanya. Setelah yakin surat itu tersimpan dengan baik, Donghae segera beranjak pulang.

.

Donghae memasuki rumahnya yang sudah gelap.

'Pasti Sungmin dan Leeteuk sudah tidur' pikir Donghae.

Ia menyalakan lampu untuk menerangi jalannya menuju kamarnya. Tapi ekor matanya menangkap sesosok manusia yang tengah tertidur di sofa. Donghae segera menghampiri orang itu.

"Sungmin-ah…" kata Donghae sambil menggoyangkan pundak Sungmin perlahan, mencoba membangunkan yeoja itu.

"Oppa?" kata Sungmin begitu membuka matanya.

"Cepat masuk ke kamarmu.." perintah Donghae. Namun saat Donghae hendak meninggalkan Sungmin, yeoja itu justru menahan Donghae.

"Oppa…" panggil Sungmin. Donghae tidak menanggapi. Ia hanya menunggu Sungmin melanjutkan kalimatnya.

"Oppa… Apa yang sebenarnya terjadi pada abeoji dan eomma?" tanya Sungmin.

"Ini sudah malam, kau harus segera tidur…" balas Donghae.

"Oppa! Jawab pertanyaanku!"

"Jangan bodoh, Lee Sungmin.. Kau tahu mereka kecelakaan…"

"Bukan itu! Aku tahu ada seseorang yang ingin menyakiti abeoji dan eomma…"

"Jangan kekanakan! Atas dasar apa kau berpikiran bodoh seperti itu?"

"Katakan padaku, oppa…"

"Tidurlah, besok kau masih harus sekolah…"

"Shireo!"

"Ya, Lee Sungmin!"

"Shireo! Sebelum kau mengatakan yang sebenarnya padaku!"

"Terserah kau saja, aku lelah…" kata Donghae lalu beranjak meninggalkan Sungmin. Leeteuk yang mendengar perbincangan barusan hanya bisa menghela napasnya berat.

.

.

.

Sungmin berjalan di sepanjang koridor kelasnya. Dengan wajah angkuh dan arogannya ia melewati setiap siswa-siswi yang berkasak-kusuk tentangnya. Entahlah apa yang mereka bicarakan tentang Sungmin, Sungmin tidak akan ambil pusing.

Sungmin memasuki kelasnya lalu duduk di bangkunya. Ia merebahkan kepalanya di atas meja.

"Lee Sungmin!"

Sungmin mengangkat kepalanya dan mendapati Lee Taemin sepupunya, sudah berdiri sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya.

"Mwo?" tanya Sungmin malas.

"Kudengar Donghae oppa pulang dalam keadaan mabuk beberapa hari yang lalu… Apa itu benar?" tanya Taemin.

"Apa urusanmu?"

"CEO macam apa itu? Pulang dini hari dalam keadaan mabuk? Sungguh tidak pantas!"

Sungmin tidak menanggapinya. Tidak penting berdebat hal seperti itu dengan sepupunya.

"Lebih baik oppa-mu turun saja dari jabatannya… Dia tidak bisa memimpin perusahaan sebesar Lee Corp. dengan baik…" kata Taemin lagi. Sungmin tetap tidak menanggapi.

"Aku heran, kenapa kau sangat menyayangi oppa-mu? Padahal setelah kematian orang tuamu, Donghae oppa jadi mengacuhkanmu, bukan?" tanya Taemin lagi dengan nada mengejek. Sungmin tetap diam, tidak berniat menjawab maupun membalas perkataan Taemin.

"Ya, Lee Sungmin! Apa kau tidak bisa bicara? Oh, aku tahu… Jangan-jangan kau menyukai Donghae oppa…" kata Taemin.

"Kau sudah selesai bicara? Aku ingin tidur sebentar sebelum pelajaran dimulai, kalau kau sudah selesai, kau bisa pergi…" kata Sungmin lalu kembali merebahkan kepalanya di atas meja.

"Ah, satu lagi… Sejujurnya aku juga tidak ingin melihat Donghae oppa menjadi CEO, kalau kau rasa appa-mu lebih pantas, maka bersainglah secara sehat! Dan bukankah kau yang menyukai Donghae oppa?" lanjut Sungmin.

.

Sungmin POV

Bel pulang sekolah pun berbunyi. Aku segera keluar dari kelasku. Aku ingin cepat pulang dan mengerjakan semua PR-ku lalu seperti biasa, menunggu kepulangan Donghae oppa.

Kriinggg…

Aku segera mengambil ponselku yang kuletakkan di tas. Aku melihat nama Leeteuk ahjumma di layar dan segera menjawab telepon darinya.

"Ne, ahjumma…" kataku begitu menjawab telepon Leeteuk ahjumma.

"No-Nona Lee, kumohon kau jangan terkejut… Kumohon kau tetap tenang mendengar berita ini, ne?" kata Leeteuk ahjumma di seberang telepon.

"Ada apa?"

"Tuan… Tuan Muda Lee Donghae… Dia kecelakaan dan sekarang koma di rumah sakit…" kata Leeteuk ahjumma.

Aku tercekat. Apa yang baru saja kudengar? Donghae oppa kecelakaan? Apa-apaan ini? Donghae oppa… Andwae… Andwae…

Aku segera berlari ke halte bus terdekat. Aku segera memasuki bus yang kebetulan sedang berhenti. Setelah beberapa menit akhirnya aku sampai di rumah sakit. Aku menanyakan kamar Donghae oppa pada salah satu perawat dan segera menuju kamar oppa.

Cklek.

Kulihat Leeteuk ahjumma dan pengacara Choi ada di dalam. Keduanya hanya menatap iba tubuh lemah Donghae oppa yang terbaring di ranjang rumah sakit.

"Ahjumma… Apa yang terjadi?" tanyaku sambil mendudukkan diriku di samping ranjang oppa.

"Belum ada konfirmasi langsung dari pihak kepolisian tentang kecelakaan Donghae-ssi, karena tidak ada CCTV di sepanjang jalan itu… Selain itu korban lainnya juga masih belum sadarkan diri…" jelas pengacara Choi.

"Donghae oppa akan baik-baik saja kan?" tanyaku.

"Ne, Nona Lee.. Tentu saja…" jawab Leeteuk ahjumma.

"Pengacara Choi, Donghae oppa akan baik-baik saja kan? Donghae oppa akan segera sadar kan?" tanyaku lagi. Setetes air mata pun jatuh.

"Ne.. Kuharap juga begitu…" jawab pengacara Choi.

"Ne… Oppa pasti akan baik-baik saja… Oppa, kau harus segera sadar… Kita harus mencari tahu kebenaran tentang kecelakaan abeoji dan eomma 2 tahun lalu… Kita akan melakukannya kan oppa, hmm?" tanyaku sambil menggenggam tangan Donghae oppa.

"Ireona, oppa… Jebal, ireona…" kataku sambil membenamkan mukaku di punggung tangan Donghae oppa.

.

.

.

Normal POV

Sudah 3 hari sejak kecelakaan Donghae. Dan itu berarti Donghae sudah koma selama 3 hari. Setiap hari Sungmin menginap di rumah sakit. Ia ingin menjadi orang pertama yang melihat Donghae sadar.

Sungmin tidak pernah mau jika Leeteuk menyuruhnya istirahat di rumah. Setiap hari, sepulang sekolah sampai berangkat ke sekolah lagi, waktunya dihabiskan di kamar inap Donghae.

Cklek.

"Annyeonghaseyo, Nona Lee…"

"Ah, ne pengacara Choi…" balas Sungmin saat pengacara Choi Choi Siwon, masuk ke kamar inap Donghae.

"Kau tidak pernah pulang, nona?" tanya Siwon.

"Ani.. Oppa sedang ada disini, untuk apa aku pulang?" balas Sungmin.

"Istirahatlah sebentar di rumah, kau bisa sakit jika terus menemani Donghae disini…"

"Kau tidak perlu mengaturku, pengacara Choi…"

Siwon hanya menghela napasnya.

"Korban lain yang kecelakaan bersama oppamu sudah sadar sejak 2 hari yang lalu.. Ia baik-baik saja… Sekarang polisi sedang memeriksanya…" kata Siwon.

"Baguslah… Kalau perlu penjarakan saja dia…" balas Sungmin.

"Nona Lee, kau tidak boleh begitu…"

"Kenapa tidak boleh? Dia sudah menyebabkan oppaku seperti ini…" kata Sungmin.

"Dia tidak salah, justru Donghae yang salah… Donghae mengantuk saat menyetir dan menabrak orang itu…"

"Mwo? Apa katamu? Hah~ Omong kosong!"

"Aku bicara yang sebenarnya, Nona Lee Sungmin…"

"Kalau kau datang hanya untuk menyalahkan Donghae oppa, lebih baik kau pergi…" kata Sungmin. Siwon menghela napasnya sekilas lalu berdiri dari duduknya.

"Aku permisi, Nona Lee…" kata Siwon lalu beranjak dari tempatnya.

.

.

.

Brak!

"Oppa!"

Sungmin langsung memeluk tubuh Donghae yang masih terbaring di ranjang rumah sakit. Bedanya, sudah tidak ada lagi alat medis yang terpasang di tubuh Donghae.

"Oppa! Ireona! Ireona, oppa!" kata Sungmin sambil mengguncang-guncang tubuh Donghae.

"Nona Lee…" panggil Siwon sambil menyentuh kedua bahu Sungmin tapi ditepis oleh Sungmin.

"Apa yang terjadi? Bagaimana ini terjadi?" tanya Sungmin.

"Oppa tidak boleh meninggal! Oppa tidak boleh meninggalkanku! Oppa… Ireona!" kata Sungmin lagi.

"Nona Lee, tenanglah…" kata Siwon lagi.

"Nona Lee, tenanglah, nona…" kata Leeteuk sambil menangis dan merangkul tubuh yeoja itu.

"Oppa… Andwae, oppa… Hiks… Ireona…" isak Sungmin.

"Nona Lee, tenanglah…" kata Leeteuk masih sambil merangkul Sungmin dan terisak.

"Oppa! Oppa, jebal… Jangan tinggalkan aku… Hiks.." isak Sungmin lagi, masih sambil memeluk tubuh Donghae.

Yeoja itu masih terkejut dengan kepergian oppa-nya. Satu-satunya keluarga yang dimilikinya. Isakan terus keluar dari mulutnya, hingga akhirnya tubuh yeoja itu merosot dan kesadarannya pun hilang.

.

.

.

Banyak orang berkumpul di ruangan itu untuk memberikan penghormatan terakhir. Di bagian depan ruangan terpajang foto seorang namja dengan jas hitam dan kemeja putih. Namja itu terlihat sangat tampan.

Namja dalam foto itu adalah Lee Donghae. Namja yang baru saja meninggal karena kecelakaan. Semua yang hadir merasa kehilangan dan sedih atas kepergian Donghae yang begitu mendadak. Terlebih yeoja yang hanya diam saja depan foto Donghae Lee Sungmin.

Sungmin hanya menatap foto Donghae dalam diam. Ia tidak ikut bersama Leeteuk dan Siwon yang sedang menyambut setiap tamu yang datang untuk memberi penghormatan terakhir.

"Nona…" panggil Leeteuk lembut sambil merangkul kedua bahu Sungmin.

"Nona lebih baik istirahat dulu… Sejak tadi nona hanya duduk disini… Apa nona tidak lelah?" kata Leeteuk dengan sangat lembut. Ia tidak mau tambah merusak suasana hati Sungmin yang kacau.

"Shireo." jawab Sungmin singkat. Leeteuk hanya menghela napasnya sekilas.

"Baiklah kalau begitu…" kata Leeteuk lalu meninggalkan Sungmin dan menghampiri Siwon yang masih sibuk menyambut tamu yang terus berdatangan.

.

.

.

Siwon memasuki rumah Sungmin. Rumah itu semakin sepi. Tidak seperti beberapa tahun yang lalu. Beberapa tahun yang lalu biasanya Siwon dan Donghae akan bermain PSP selepas Siwon bekerja. Teriakan-teriakan kemenangan atau kekalahan seringkali mengganggu Sungmin yang sedang belajar.

Siwon tersenyum mengingatnya. Sejak kematian Tuan dan Nyonya Lee rumah ini jadi sepi. Donghae jadi bersikap dingin terhadap Sungmin. Padahal Siwon tahu, Donghae sangat menyayangi adiknya itu. Sungmin pun jadi semakin dingin dan tak acuh terhadap lingkungan sekitarnya.

"Oppadeul, jangan berisik!" kata Sungmin.

"Jangan belajar terus, Sungmin-ah!" balas Donghae.

Siwon tersenyum mengingatnya. Ia sangat merindukan momen itu.

"Pengacara Choi?" kata Leeteuk saat mendapati Siwon sedang berdiri di ruang tengah rumah keluarga Lee.

"Ne, ahjumma… Annyeonghaseyo…" balas Siwon.

"Ne, annyeong haseyo… Ada apa Pengacara Choi kemari?" tanya Leeteuk.

"Oh, aku ingin bertemu Nona Lee.. Dia sudah pulang dari sekolah kan?" tanya Siwon.

"Ne… Biar kupanggilkan sebentar, ne?" kata Leeteuk. Siwon mengangguk lalu Leeteuk pun pergi ke kamar Sungmin yang berada di lantai 2.

Beberapa saat kemudian Leeteuk pun turun diikuti Sungmin. Leeteuk pamit untuk kembali ke dapur, sedangkan Sungmin segera menghampiri Siwon.

"Ada apa?" tanya Sungmin saat dirinya sudah duduk di hadapan Siwon.

"Nona Lee, besok ada rapat petinggi perusahaan jam 2 siang… Kuharap nona bisa hadir…" kata Siwon tanpa basa-basi. Sungmin hanya tersenyum hambar.

"Untuk apa aku datang? Apa kalian akan menjadikanku CEO baru?"

"Aku tidak tahu, nona… Lebih baik kau hadir besok…"

"Apakah aku harus datang? Kau tahu kan aku malas menghadiri rapat-rapat seperti itu?"

"Ne.. Tapi aku tetap berharap nona bisa hadir besok… Aku akan menjemput nona di sekolah…"

"Kenapa kau jadi mengaturku?"

"Jwisonghamnida, nona… Aku tidak bermaksud begitu…"

"Terserah kau saja…" kata Sungmin lalu meninggalkan Siwon.

.

.

.

Siwon dan Sungmin berjalan menuju ruang rapat para petinggi Lee Corp. setelah sebelumnya Sungmin sudah mengganti baju seragamnya. Seperti kata Siwon kemarin, hari ini ia menjemput Sungmin untuk menghadiri rapat petinggi Lee Corp.

"Hari ini kita akan membicarakan perekrutan CEO baru.." kata Siwon.

"Ne."

"Nona Lee, apa kau gugup?" tanya Siwon.

"Ani." Jawab Sungmin singkat.

Cklek.

Sungmin dan Siwon memasuki ruang rapat. Sungmin langsung mendudukkan dirinya di kursi CEO yang biasa diduduki Donghae dan appa-nya.

"Kita mulai saja rapatnya…" kata Sungmin.

"Agenda hari ini perekrutan CEO baru bukan? Siapa kandidatnya?" tanya Sungmin.

Hening. Tidak ada yang menjawab pertanyaan Sungmin.

"Apa kalian akan menjadikanku CEO?" tanya Sungmin lagi.

"Jujur saja, aku keberatan jika Nona Lee yang menjadi CEO perusahaan ini… Dia masih terlalu muda…" kata salah satu pemegang saham.

"Ne.. Kurasa Nona Lee belum bisa menjadi CEO…" timpal yang lain.

"Lagipula Nona Lee masih duduk di bangku SMA dan dia tidak mungkin meninggalkan sekolahnya untuk mengurusi perusahaan bukan?" kata yang lainnya.

"Apa ada yang ingin berpendapat lagi?" tanya Sungmin.

Hening…

"Tidak ada? Kalau begitu kita putuskan saja sekarang…" kata Sungmin.

"Nona Lee… Apa tidak terlalu cepat?" tanya Siwon.

"Perusahaan ini tidak mungkin mengalami kekosongan jabatan dalam waktu lama bukan?" balas Sungmin.

"Ne.. Tapi Nona "

"Sudah kuputuskan… Direktur Lee, anda sebagai CEO baru perusahaan ini… Hal lainnya tentang perekrutan siapa pengganti kursi anda kuserahkan semuanya padamu.." kata Sungmin.

"Ta-tapi, Nona Lee… Kau yakin?" tanya Direktur Lee.

"Ne! Kurasa anda cocok menempati jabatan ini… Kalau anda tidak bersedia, akan kuserahkan pada Pengacara Choi… Bagaimana?" kata Sungmin.

"Ah, baiklah… Aku bersedia…" jawab Direktur Lee.

"Baiklah… Rapat selesai!" kata Sungmin lalu beranjak dari ruangan itu.

.

"Nona Lee… Kau yakin menyerahkan jabatan itu pada Direktur Lee?" tanya Siwon saat mereka sudah ada di mobil Siwon. Siwon dan Sungmin sedang dalam perjalanan pulang.

"Ne… Waeyo?"

"Aniyo… Aku hanya tidak ingin perusahaan jatuh ke tangan yang salah…"

"Apa kau pikir Direktur Lee orang yang salah?"

"Ah, bukan begitu maksudku…"

"Lagipula dia ahjussi-ku… Apa salahnya? Dia juga menginginkan jabatan itu, bukan?"

"Nona Lee…"

"Sudahlah, Siwon-ssi… Aku lelah… Jangan bicara lagi.." kata Sungmin lalu memejamkan matanya.

.

.

.

Malam ini Sungmin kembali termenung sendirian di meja makan rumahnya. Sungmin memang masih sedikit ragu menunjuk ahjussi-nya sebagai CEO baru Lee Corp. Sungmin tahu sejak harabeoji-nya meninggal, ahjussi-nya itu sangat menginginkan jabatan CEO perusahaan. Tapi malah appa Sungmin yang menduduki posisi itu.

Lama Sungmin dalam diam, akhirnya ia mengambil ponselnya. Ia mencari kontak Siwon lalu menghubunginya.

"Ne, Nona Lee… Ada apa?" tanya Siwon begitu mengangkat telepon Sungmin.

"Apa aku mengganggumu?" tanya Sungmin.

"Ani, nona… Ada apa?"

"Pengacara Choi, tolong urus surat kepindahanku, ne?"

"Mwo? Apa yang kau bicarakan, nona?"

"Aku ingin pindah sekolah… Kau bisa mengurusnya untukku, bukan?"

"Nona akan pindah kemana?"

"Molla… Kumohon, anggaplah ini permintaanku sebagai temanmu… Oppa…"

Siwon tidak menanggapinya.

"Siwon oppa~" panggil Sungmin karena tidak ada tanggapan dari Siwon.

"Tapi, nona "

"Kumohon, Siwon oppa… Anggaplah ini permintaanku sebagai dongsaeng sahabatmu…"

"Sungmin-ah… Kau yakin?"

"Ne…"

"Baiklah…"

"Gomawo oppa…"

"Ne…"

Tut.

Sungmin menghela napasnya. Ia sudah mengambil keputusannya sendiri. Ia harus mantap dengan keputusannya.

"Nona Lee… Kenapa diam saja? Kau tidak makan?" tanya Leeteuk.

"Ah, ne ahjumma… Aku makan…" balas Sungmin. Leeteuk tersenyum. Setidaknya orang yang dirawatnya sejak kecil ini sudah mau makan meskipun sedikit.

"Ah, sup ini terlalu asin…" kata Sungmin.

"Jeongmal? Ah, akan kuambilkan yang lain, ne?" tawar Leeteuk.

"Tidak perlu ahjumma… Aku juga tidak ingin makan…" jawab Sungmin.

"Ahjumma…" panggil Sungmin.

"Ne, nona…"

"Ahjumma tidak ingin pulang kampung? Disini sudah tidak ada siapa-siapa lagi…"

"Apa yang nona bicarakan? Masih ada nona disini… Tentu saja aku akan menemanimu…" jawab Leeteuk.

"Ani ahjumma… Aku ingin ikut denganmu… Bawa aku ke kampung halamanmu, ne?"

"Nona… Apa maksudmu?"

"Aku ingin meninggalkan kehidupanku di Seoul, ahjumma… Aku ingin tinggal di kampung halamanmu…"

"Tapi nona, bagaimana dengan sekolahmu? Bagaimana dengan perusahaan?"

"Memangnya di desamu tidak ada sekolah? Aku bisa melanjutkannya disana… Tentang perusahaan, sudah ada CEO baru yang akan mengurus perusahaan…"

"Tapi nona "

"Kumohon ahjumma… Aku ingin meninggalkan Seoul… Kita berangkat besok pagi, hmm?"

"Nona… Kau yakin?"

"Tentu saja ahjumma…"

"Baiklah kalau begitu…"

Sungmin pun tersenyum mendapat persetujuan Leeteuk.

"Ahjumma… Bantu aku berkemas setelah ini, ne?" tanya Sungmin.

"Ne…" jawab Leeteuk sambil tersenyum meskipun ia masih ragu membawa Sungmin ke desanya.

.

.

.

TBC