Hai, minna... saya kembali dengan fanfic yang baru setelah lama hiatus :D Ini fanfic petama saya di Rurouni Kenshin, please read and review, kritik juga boleh kok

Kalau ada kesalahan, typo, dsb atau cerita saya jelek harap maklum yaaa... tidak ada manusia yg sempurna apalagi saya, hehehe

Ok. Happy reading minna...

Title: Our Daughter Asami

Pairing: Sanosuke x Megumi

Rate: T semi M

Disclaimer: Rurouni Kenshin bukan punya saya tapi punyanya Watsuki Nobuhiro sensei

(Gambar yang saya gunakan di sini juga bukan milik saya, saya cuman nemu kok *takut ada yang protes*)


Our Daughter Asami

Chapter 1

*Kedatangan Megumi ke Tokyo*

Megumi menerima surat dari Tokyo, surat itu ditulis oleh Genzai-sensei. Dia memberitahukan bahwa dirinya memerlukan bantuan Megumi untuk membantunya di klinik. Megumi bersandar di dinding depan rumahnya memperhatikan anak perempuan berumur 5 tahun yang sedang sibuk bermain sendiri sambil terus memegang surat itu. "Sudah 6 tahun sejak aku meninggalkan Tokyo" gumamnya.

Megumi hanya sesekali mengunjungi teman-temannya, Kenshin-gumi,di Tokyo. Kaoru masih sering mengiriminya kabar lewat surat. Kaoru sering mengabarkan keadaan dirinya dan suaminya, Kenshin, perkembangan anak mereka, Kenji, menceritakan hubungan Yahiko dan Tsubame, serta kabar tentang Ayame, Suzume dan Dr. Genzai. Namun Kaoru hanya sekali memberikan kabar tentang Sanosuke, dan kabar yang diberitahukannya pun bukan kabar yang menyenangkan.

Megumi ingat saat pertama kali dia menerima surat dari Kaoru, tepatnya 2 minggu setelah dia pulang ke Aizu. Kaoru memberitahukan bahwa Sanosuke sudah pergi meninggalkan Jepang. Disurat itu tertulis kalau Sanosuke pergi meninggalkan Jepang 5 hari setelah keberangkatan Megumi ke Aizu. Dia melarikan diri secara tiba-tiba karena dikejar-kejar oleh para polisi dan menjadikannya sebagai seorang buronan. Yang mengharuskan Sanosuke pergi meninggalkan Jepang dan dia memutuskan untuk berlayar menyeberangi lautan dan mengelilingi seluruh dunia dengan menggunakan kapal.

Megumi mendesah pelan mengingat hari itu. Dia begitu terkejut dan sangat sedih saat mengetahui orang yang selama ini dicintainya telah pergi jauh. "Tori-atama no baka! Aku tidak habis pikir, apa sih yang ada di dalam otaknya? Apakah dia berniat untuk menjadi seorang petualang? Oh, Kami-sama… Kenapa aku bisa mencintai orang yang seperti itu?" keluh Megumi waktu itu.

Tanpa sadar air mata jatuh ke pipinya "Okaasan, nani ga atta? Kenapa menangis? Okaasan sedang sakit?" tanya anak perempuan yang tiba-tiba berhenti bermain, mendekati ibunya dan menyeka air mata yang jatuh di pipi Megumi.

Megumi tersenyum, mengangkat anak itu kepangkuannya, mendekapnya dengan erat dan menciumnya dengan kasih sayang. "Iie. Okaasan baik-baik saja, sayang" jawab Megumi.

"Lalu kenapa Okaasan menangis? Okaasan jangan menangis lagi, Asami akan selalu di sini menemani Okaasan, Asami sayaaaang sekali sama Okaasan!" anak itu memeluk ibunya kembali.

"Kau adalah anugerah terindah yang Okaasan miliki, sayang!" balas Megumi.

Anak itu turun dari pangkuannya dan berlari ke halaman untuk bermain kembali, sesekali dia melambaikan tangan dan melemparkan senyum kearah Megumi yang masih duduk bersandar di dinding depan rumahnya. "Apakah dia sudah melupakanku? Apakah dia sudah menemukan perempuan lain di sana? Apakah dia sudah menikah dan memiliki anak?" tanya Megumi pelan. Teringat kembali olehnya saat malam terakhir mereka bersama. Menghabiskan malam yang romantis sebelum keberangkatannya ke Aizu keesokan harinya.

*Flashback*

Saat dia sedang sibuk mengemasi barang-barangnya, Sanosuke datang larut malam dan menggedor pintu klinik dengan sangat keras. Seperti biasa dia datang dalam keadaan mabuk dan tangan yang bersimbah darah. Megumi mendesah "Apa yang terjadi? Apakah ada sesuatu yang sangat serius?" tanya Megumi dari dalam dan berjalan cepat menuju pintu.

Sanosuke berdiri di ambang pintu, mengangkat tangan kanannya yang penuh darah. "Hai, Kitsune. Maaf, aku melakukannya lagi. Bisakah kau memeriksa dan memperbaikinya untukku?" Megumi memperhatikannya dengan tatapan yang sangat marah sambil menjepit hidungnya dengan jari telunjuk dan ibu jarinya.

"Aku pikir aku telah mengatakan kepadamu bahwa aku tidak memiliki obat untuk kebodohanmu, pemabuk!" Megumi memukul kepala Sanosuke berkali-kali sampai akhirnya dia mengizinkannya masuk. Megumi membuka perban yang penuh dengan darah, membersihkan lukanya dan membalutnya kembali dengan perban yang baru. "Kau harus belajar untuk tidak menggunakannya terlalu sering. Aku akan berangkat besok, kalau tanganmu terluka lagi maka kau akan kesulitan meminta bantuanku. Ok, selesai. Kau boleh pergi sekarang!"

"Aku tidak mau pergi!" Megumi mengangkat kepalanya dan memperhatikan Sanosuke. "Aku ingin tetap di sini!"

"Dengar Sano, aku sedang sibuk sekarang. Aku harus berkemas dan tidak bisa bertengkar denganmu saat ini"

"Siapa yang mengatakan aku datang ke sini untuk bertengkar denganmu?! Aku hanya ingin bersamamu malam ini, apakah itu salah?!"

Megumi kembali menatapnya dengan bingung. "Sano, apa maksudmu?"

Sanosuke mendekat dan mengambil tangan Megumi yang ada di pangkuannya dan meremasnya dengan lembut "Megumi, tidak bisakah kau tinggal di sini? Kau sangat dibutuhkan di sini, siapa yang akan membantu Genzai-sensei nanti? Semua teman-temanmu ada di sini, siapa yang akan mengobati Kenshin, Yahiko dan Jou-chan nanti kalau mereka terluka? Untuk apa kau kembali ke Aizu?" pintanya dengan muka memelas.

"Sano… aku tidak bisa tinggal di sini. Aku akan membuka klinik di Aizu dan aku akan mencari keluargaku" Megumi menundukkan kepalanya.

"Tidak bisakah kau tinggal di sini untukku? Aku mencintaimu, Megumi!" Megumi terkejut mendengarnya dan air mata mulai membasahi pipinya.

"Oh, Sano…" Megumi menarik tangannya pelan dari Sanosuke dan memegang pipinya. Dia membelai pipi Sano dan mencium bibirnya dengan lembut. Megumi tersenyum dan memeluknya. "Baiklah, kau boleh tinggal di sini malam ini. Aku rasa tidak ada salahnya menghabiskan malam terakhir dengan orang yang kita cintai tanpa bertengkar. Ini malam yang indah, bukan?" Sano membalas senyumnya.

Sanosuke terus berada di samping Megumi, dia melingkarkan kedua tangannya di pinggang Megumi dan kepalanya beristirahat di bahu Megumi. Sanosuke terus menerus bertanya kapan dia akan selesai dengan barang-barangnya. "Apakah kau sudah selesai?" Megumi hanya mendesah tanpa menjawab pertanyaannya. 2 menit kemudian dia mulai bertanya lagi "Kapan kau akan selesai?" Sanosuke semakin tidak sabaran. Dan hal itu terus menerus ditanyakan oleh Sanosuke sampai akhirnya Megumi kesal.

"Kenapa kau tidak membantuku agar aku cepat selesai dengan semua barang-barang ini? Kau hanya menambah bebanku saja dengan bersandar seperti ini padaku. Ku mohon bersikaplah dewasa, Sano!"

"Kau ingin aku bersikap dewasa, Megitsune?" goda Sanosuke dengan seringainya. Sanosuke membalikkan tubuh Megumi dan membuat mereka saling berhadapan dan menarik Megumi mendekat ke arahnya dan menciumnya dengan penuh gairah. "Cepatlah selesaikan pekerjaanmu, dan kau akan tau kalau pasienmu ini sudah dewasa, Onna-sensei!" telinga rubah muncul secara tiba-tiba dari kepala Megumi. Raut wajah Sanosuke berubah menjadi masam "Dari mana munculnya telinga-telinga itu?"

Megumi meletakkan tangannya di depan mulut, meliriknya dengan tatapan licik dan tertawa "Hohohoho… apakah benar begitu? Tapi aku tidak yakin kalau Tori-atama ku sekarang sudah dewasa?" Megumi terus tertawa dengan gayanya yang khas, Sanosuke menggeram kesal.

"Eerrrgghh… Kau lihat saja nanti, Kitsune-onna!"

"Baiklah, baiklah… aku sudah selesai sekarang. Apa kau bisa membuktikan ucapanmu baka tori?" tantang Megumi. Sanosuke dengan wajah kesalnya yang bermalas-malasan di samping Megumi langsung bangkit mendengar ucapan yang baru saja diucapakannya. Menarik Megumi keluar dari ruang prakteknya dan terus mencium bibir Megumi sampai mereka tiba di kamarnya.

Sanosuke mendorongnya ke dinding, menciumnya beberapa saat di sana sebelum dia menariknya jatuh ke futon. Sanosuke meletakkan kedua tangan Megumi di sisi kepalanya, dan meletakkan tangannya sendiri di atas tangan Megumi, mengunci gerakannya agar tidak bisa berontak. Sanosuke berada di atasnya, kedua kakinya menjepit pinggul Megumi. Megumi masih bisa merasakan aroma Sake dari mulut Sanosuke. Megumi tersadar "Sano…" erangnya pelan saat mereka melepaskan ciuman. "Kalau kau terus mabuk-mabukan seperti ini, itu tidak baik untuk kesehatanmu!"

"Che, ayolah Megitsune! Bukan saatnya kau menjadi dokter malam ini" katanya serak dengan seringai bodoh yang masih terpampang di wajahnya. "Kau adalah wanitaku sekarang" Tangannya bermain-main pada kimono Megumi dan melepaskannya perlahan-lahan. Megumi masih mengingat dengan jelas malam terakhir mereka saat dia menyerahkan seluruh dirinya kepada Sanosuke, dan dia tidak menyesal atas apa yang sudah mereka lakukan.

Dia tersenyum saat mengingat hal itu kembali, mereka terus dan terus melakukannya sepanjang malam. "Sano, kalau kita terus-terusan melakukan ini maka aku akan hamil" keluh Megumi.

Sanosuke hanya menjawab acuh "aku tidak peduli" katanya sambil terus sibuk melakukan 'kegiatan itu'. Megumi bahkan sampai lupa untuk menghitung, entah sudah yang keberapa kalinya mereka melakukannya malam itu.

"Aku heran, kau ini binatang buas atau apa, Sano?" komentar Megumi. "Kau terus melakukannya tanpa henti. Apa kau tidak lelah?" cetus Megumi yang mungkin agak kesal. "Setidaknya berilah aku waktu sebentar untuk beristirahat. Dengan kondisi tanganmu yang sakit kau bahkan terus mencengkramku dengan kuat, apa kau tidak merasakan sakit? Kau tau, aku sangat lelah. Jadi, biarkan aku beristirahat"

Megumi menarik selimut dan mulai memecamkan mata sebelum Sano berkomentar "baiklah, akan ku beri kau jeda sebentar" Megumi melotot ke arah Sanosuke "Kenapa kau melotot seperti itu?" tanyanya tidak peka. Megumi semakin mendengus kesal dan langsung berbalik. "Dengar Megumi, ini mungkin malam terakhir kita. Jadi aku akan melakukannya sesering yang ku mau. Bukankah kau sudah janji tidak akan bertengkar denganku?"

"Kapan aku berjanji seperti itu padamu dan apa maksudmu 'ini malam terakhir kita'? Aku hanya akan pergi ke Aizu, kau bisa saja menyusulku kesana kalau kamu mau. Dan aku akan benar-benar hamil kalau kau terus-terusan seperti ini"

"Sudahlah, jangan berdebat denganku cukup berbaring dan menikmatinya saja, biar aku yang akan melakukan semuanya. Serahkan saja semuanya padaku" Sano mengedipkan mata kirinya sambil kembali menyeringai.

Megumi mendesah pelan dan tersenyum sedikit serta memalingkan wajahnya dari tatapan menggoda Sanosuke "ck, kau ini… benar-benar tidak peka. Bagaimana kau akan bertanggung jawab nanti?" tanyanya iseng.

"Itu kita pikirkan nanti saja, sekarang kita lanjutkan 'aktifitas' kita yang tertunda" Megumi mulai rileks kembali dan memejamkan mata.

Keesokan harinya saat dia terbangun, Megumi panik mendapati dirinya tidur di samping Sanosuke tanpa busana. Mereka berdua masih tanpa busana dengan Sanosuke yang masih meringkuk di punggung Megumi. Dia masih bisa merasakan nafas hangat Sanosuke di lehernya, tangan Sano masih memeluk pinggangnya. Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi.

"Sanosuke… bangun!" perintahnya, namun Sanosuke hanya berbalik dan membelakanginya, dan kembali tidur. "Tori-atama!" teriaknya, kali ini Sanosuke menutup mukanya dengan selimut. Megumi harus mengguncangnya dengan keras sambil terus berteriak untuk membangunkannya. "Sanosuke, bangunlah! Aku harus segera berangkat sekarang!"

"Mou, Kitsune! Kau terlalu berisik" Sano terus menutup telinganya. "Apa kau harus berangkat sepagi ini? Tidak bisakah kita tidur sebentar lagi?" tanyanya dengan malas.

"Aku akan terlambat dan ketinggalan kereta kalau tidak buru-buru berangkat!" balasnya kesal.

"Aaahh… Megumiiiii…" rengeknya seperti anak kecil.

Megumi melotot ke arahnya. "Dengar bayi besar, aku-harus-segera-berangkat, mengerti?!"

"Apa kau tidak mau bersamaku lebih lama lagi? Kenapa sih kau harus terburu-buru begitu? Apa kau menyesal dengan semua ini?" muka Sanosuke masih merengut layaknya seorang anak yang sedang kesal.

Megumi tersenyum menanggapi tingkah kekanak-kanakan Sanosuke itu. "Aku tidak akan menyesal dengan semua ini, Sano!" jawabnya lembut dan mencium kening Sanosuke. "Namun, aku harus berangkat. Dan kau bisa mengunjungiku kapan saja kau mau" Sanosuke tersenyum. "Sekarang, bisakah kita berangkat?"

"Bisakah kita melakukannya sekali lagi, hm?" Megumi masih memandanginya dengan wajah datar. "Sekaliiiii saja, hanya sekali ini saja dan ini yang terakhir" Sano mengangkat kedua tangannya dan meletakkannya di samping pipi, masing-masing tangannya mengacungkan 2 jari, jari telunjuk dan jari tengah. Tingkah itu membuatnya semakin seperti anak kecil dengan menunjukkan wajah terimutnya kepada Megumi.

Melihat wajahnya yang imut, menggoda dan memelas itu Megumi tidak kuasa menolak keinginannya. Megumi menghela nafas "Apakah tadi malam belum cukup?"

"Kita hanya melakukannya 3 kali" jawab Sanosuke.

"Cuma 3 kali katamu? Aku rasa lebih dari 5 kali, karena kau terlalu sering melakukannya sampai kau lupa menghitungnya!"

"Tidak ada salahnya bukan kalau kita melakukannya sekali lagi?" bujuk Sano.

"Hhmmfftt… baiklah, tapi kau janji tidak akan lama"

Sano langsung mengangguk cepat "aku janji akan melakukannya dengan cepat. Janji janji janji…"

Megumi tertawa kecil "kau tahu, wajah kekanak-kanakanmu yang seperti itu lah yang membuatku menyukaimu dan kurasa aku akan merindukannya nanti "

Sanosuke menepati janjinya dan setelah semua selasai Sanosuke segera berdiri, mereka bersiap-siap, dan sebelum keluar dari kamar dia berbalik ke arah Megumi dan menawarkan tangannya kepada Megumi. Dengan senang hati Megumi menerima tawaran Sanosuke dan terus menggandeng tangannya dengan erat.

*End Flashback*

"Ahhh… aku benar-benar merindukan wajah itu lagi" gumam Megumi dalam lamunannya.

"Okaasan… Okaasan! Lihat, kupu-kupu itu lucu sekali! Kawaii" teriak Asami dengan keras menyadarkan Megumi dari lamunannya.

Megumi hanya tersenyum padanya "Kau semakin mirip dengannya" katanya pelan, yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.

Asami tumbuh dengan sehat, dia memiliki rambut berwarna coklat dan panjang serta warna kulit yang pucat seperti Megumi, matanya juga berwarna coklat seperti Sanosuke. Bibirnya mungil seperti bibir Megumi dan hidungnya persis seperti milik Sanosuke. Asami selalu berbicara dengan sopan kepada orang yang lebih tua dan orang yang belum dikenalnya, seperti yang sering diajarkan oleh Megumi. Namun terkadang dia juga sering menjadi kasar seperti Sanosuke kalau sedang marah, dan ada sebagian kebiasaan buruk Sanosuke yang melekat pada dirinya.

"Oh, Kami-sama… terima kasih kau sudah menganugerahkannya kepadaku. Aku sangat beruntung memilikinya" Setelah kepergian Sanosuke, Megumi mendapati dirinya sedang hamil. Dia tidak tahu harus berbuat apa, dia hanya bersyukur memiliki buah cintanya dengan Sano. "Sanosuke, kau benar-benar membuatku hamil saat itu" gumamnya waktu pertama kali dia tahu kalau dia sedang mengandung.

Megumi sempat berpikir untuk memberitahukan kepada teman-temannya, namun dia takut dan malu untuk mengatakannya kepada mereka. "Apa yang akan mereka pikirkan tentang diriku dan Sano nanti? Aku seorang gadis baik-baik, berpendidikan dan terhormat hamil sebelum menikah? Dan Sano yang mereka pikir tidak mungkin melakukan hal seperti itu" Sempat terbersit dipikirannya untuk mengabari Sanosuke, tapi Megumi tidak tau dimana Sanosuke berada sekarang.

Bahkan setelah sekian lama dia pergi, Sanosuke tidak pernah mengiriminya surat. Sesekali dia mengirim surat ke Tokyo, mengabarkan keadaannya di sana dan dimana dia berada. Dia menanyakan tentang kabar Kenshin, Kaoru dan Yahiko namun tidak pernah sekali pun menanyakan kabar tentang Megumi.

Apakah dia sudah tidak perduli lagi terhadapnya? Bahkan dia tidak mengucapkan selamat tinggal kepada Megumi, dia berpamitan kepada semua orang namun tidak kepadanya.

*Flashback*

Megumi tidak pernah memberitahukan teman-temannya tentang keadaan yang sebenarnya. Bahkan saat dia hadir dipernikahan Kenshin dan Kouru, Megumi juga tidak memberitahukan kalau dia sedang mengandung anak Sanosuke.

Setiap kali Megumi membalas surat dari Kaoru dia hanya mengatakan kalau dirinya baik-baik saja tanpa pernah menyinggung masalah kehamilannya. Dia terus bertahan seorang diri dengan perut yang terus membesar, mendengar setiap cacian dan makian dari orang-orang disekitarnya.

Tidak jarang dari mereka menyebutnya 'Pelacur!' karena dia hamil tanpa pernah menikah. Mereka sering menggunjingkannya saat berada di klinik, atau dimana pun dia berada. Walaupun tidak semua dari pasien-pasiennya bersikap seperti itu, hal itu sangat mengganggu untuknya. Bahkan hinaan mereka tidak berhenti sampai disitu, setelah dia melahirkan Asami mereka juga terus mengejeknya.

6 bulan setelah dia melahirkan, Kaoru memberi kabar kalau dirinya segera melahirkan dan dia memerlukan Megumi untuk membantu proses persalinannya. Megumi dengan terpaksa mengajak Asami yang masih sangat kecil ikut bersamanya pergi ke Tokyo. Baik Kenshin, Kaoru maupun Yahiko sangat terkejut melihat Megumi yang datang bersama dengan anaknya.

Kaoru langsung meluncurkan beribu-ribu pertanyaan untuknya. "Megumi-san, kapan kau menikah? Kenapa kau tidak mengundang kami saat acara pernikahanmu? Megumi-san dimana suamimu? Kenapa dia tidak ikut bersamamu kemari? Apakah kalian hanya datang berdua saja? Siapa nama anakmu yang cantik ini, Megumi-san? Berapa usianya sekarang?"

Megumi hanya tersenyum sedikit mendengar pertanyaan yang bertubi-tubi dari Kaoru. "Namanya Asami dan usianya baru 6 bulan" jawabnya singkat.

Kenshin berusaha menenangkan istrinya yang terus bertanya kepada Megumi. "Maa… maa… sessha rasa Megumi-dono agak kelelahan, de gozaru yo" Kenshin melingkarkan tangannya di bahu Kaoru. "Megumi-dono harus beristirahat dulu, Koishii" Megumi merasa sedikit tenang mendengar suara lembut dari Kenshin.

Yahiko yang dari tadi hanya berdiri dengan mulut terbuka lebar menawarkan diri untuk membantu mengangkat barang-barang Megumi ke kamar yang sudah disediakan. "Megumi, anakmu berumur 6 bulan, bukan? Kenshin dan Kaoru baru menikah tahun lalu dan baru sekarang mereka akan memiliki anak. Dan kenapa kau sudah memiliki anak yang berumur 6 bulan? Itu berarti kau sudah menikah saat kau masih berada di Tokyo, saat masih bersama dengan kami, Kenshin-gumi, tapi itu tidak mungkin. Sepertinya ada yang aneh?" gumam Yahiko penuh selidik.

'Anak ini masih sama seperti dulu, dia memiliki insting yang tajam dan juga pemikiran-pemikiran serta pernyataan yang sering membuatku kagum dan terkadang aku sedikit takut mendengar prediksinya tentangku dan Sanosuke. Ini juga yang membuatku takut berhadapan dengan Ken-san, dia mungkin mengetahui keadaanku yang sekarang. Tapi bagaimana caraku menghindari Ken-san?' Megumi bergumam dalam hati.

Megumi hanya diam, tidak merespon sedikit pun perkataan dari Yahiko. "Apa kau memungutnya? Tapi wajahnya mirip denganmu, dan sepertinya wajahnya juga tidak asing buatku. Apakah dia benar-benar anakmu, Megumi? Siapa suamimu dan siapa ayahnya?"

Mata Megumi melebar mendengar pertanyaan dari Yahiko 'Ini yang ku takutkan dari anak ini!' pikirnya. Megumi tidak menoleh ke arah Yahiko, dia berusaha menghindari kontak mata dengannya.

Megumi langsung berusaha melarikan diri darinya. "Ah… Aku lelah sekali. Terima kasih sudah mengantar kami ke kamar Yahiko-kun" dan dengan cepat menutup pintu kamar di depan wajah Yahiko.

"Aneh sekali… Kenapa dia sepertinya menghindari pertanyaan dari kami?" gumam Yahiko pada dirinya sendiri sambil menggaruk-garuk kepalanya.

Megumi juga menghindari Kenshin, saat dia memanggilnya untuk berbicara berdua. Dia akan selalu membuat alasan palsu untuk melarikan diri darinya. "Aku berharap Ken-san tidak mengetahui hal ini" desahnya lemah.

Setelah selesai membantu persalinan Kaoru, besok harinya Megumi segera pamit pulang ke Aizu. Mereka semua bertanya-tanya apa yang sebenarnya disembunyikan oleh Megumi, tingkahnya sangat aneh saat dia kembali ke Tokyo. Dan Megumi juga bertingkah sama seperti itu setiap kali dia datang berkunjung ke Tokyo.

Dia sadar kalau dia tidak bisa terus-terusan mencari-cari alasan untuk lari. Namun, dia tidak akan sanggup menghadapi kenyataan yang nanti akan datang menimpanya. Akhirnya Megumi memutuskan untuk tidak berkunjung ke Tokyo untuk sementara waktu sampai dirinya siap menceritakan semuanya kepada mereka.

Megumi juga sering membuat alasan untuk Asami setiap kali dia menanyakan tentang ayahnya. Asami sering menangis karena diejek oleh teman-temannya. Oleh karena itu dia sering menanyakan tentang ayahnya kepada Megumi. "Okaasan, di mana Otousan? Kenapa aku tidak memiliki ayah seperti teman-temanku?"

Megumi mencoba menenangkannya dengan memberikan alasan "Otousan sedang pergi jauh"

"Lalu, kapan Otousan akan pulang?" tanyanya lagi ingin tahu.

"Otousan adalah seorang petualang, dia sering berkeliling dunia. Oleh sebab itu dia jarang pulang"

*End Flashback*

Megumi kembali tersadar dari lamunannya. "Asami!" panggilnya. "Ayo masuk! Kita harus berkemas sekarang!" lanjut Megumi.

"Kita akan pergi, Okaasan?" tanya Asami, Megumi mengangguk. "Kita akan pergi kemana?"

"Tokyo. Kita akan pergi ke Tokyo dan tinggal di sana untuk sementara"

Megumi senang bisa kembali ke Tokyo lagi. Walaupun Aizu adalah kota kelahirannya namun setelah dia pulang ke Aizu tempat itu terasa asing baginya.

Mereka berangkat keesokan hari menggunakan kereta, Megumi memutuskan untuk langsung menemui Dr. Genzai tanpa mampir ke Kamiya dojo terlebih dahulu. Dia takut akan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan mereka tanyakan kepadanya nanti.

Dr. Genzai, Ayame dan Suzume menyambutnya dengan hangat dan mengajak mereka masuk. Tempat itu masih terlihat sama setelah sekian lama dia tinggalkan.

"Ayame-chan, Suzume-chan, aku tidak menyangka kalian sudah tumbuh sebesar ini! Pasti sekarang sudah banyak anak laki-laki yang mengejar kalian. Nampaknya Genzai-sensei agak sedikit kesulitan memiliki cucu yang cantik seperti kalian, ne?" kata Megumi riang.

"Apakah ini Asami-chan? Dia imut sekali, Megumi-san" tanya Ayame.

"Benar, dia adalah Asami. Asami, ayo beri salam kepada mereka?"

Asami membungkuk "Kon'nichiwa,nama saya Asami. Hajimemashite" mereka semua tersenyum mendengarnya berbicara.

"Dia anak yang sopan. Ayo, mari kita masuk!" kata Dr. Genzai. Mereka mengajaknya ke ruang tengah dan menyajikan teh untuknya.

"Terima kasih, Megumi. Kau sudah mau kembali kemari, aku sangat memerlukan bantuanmu di sini. Aku sudah mengajarkan beberapa ilmu kedokteran yang sederhana kepada Ayame dan Suzume, mereka juga terkadang membantuku di sini. Tapi aku masih memerlukan tenaga ahli untuk membantuku, dan akhir-akhir ini banyak sekali pasien yang datang berobat kemari. Kami bertiga sangat kewalahan menanganinya" Dr. Genzai memulai pembicaraan.

"Benar, Megumi-san. Kami sudah bisa menangani luka-luka ringan, seperti membersihkan luka, memasang dan mengganti perban untuk pasien" tambah Suzume.

"Ya, kami juga dapat menangani penyakit-penyakit ringan, seperti demam, batuk, sakit kepala dan sakit perut" timpal Ayame.

Megumi tersenyum ramah "Oh, itu bagus sekali, Suzume-chan, Ayame-chan. Anda tidak perlu sungkan untuk meminta bantuan saya, Genzai-sensei. Terima kasih anda masih mempercayakan saya di klinik anda. Saya merasa tersanjung sekali"

"Kau memang ahli dalam bidang kedokteran Megumi, aku bersyukur bisa mengenal orang sebaik dan sepandai dirimu" puji Dr. Genzai.

"Anda terlalu memuji, Genzai-sensei" jawab Megumi agak sedikit malu.

"Baiklah, sebaiknya kalian istirahat dulu. Ayame, Suzume, tolong antarkan Megumi ke kamarnya!" perintah Dr. Genzai.

"Hai" Ayame dan Suzume segera berdiri, Ayame membantu Megumi mengangkat sebagian barang-barang dan Suzume menggandeng Asami. Megumi menempati kamar yang dulu pernah ditempatinya.

"Tempat ini tidak berubah sama sekali" gumam Megumi.

"Kami memang selalu membersihkannya setiap hari, dan tidak pernah memindahkan barang-barang yang kau tinggalkan. Kami selalu berharap suatu hari nanti kau akan kembali kemari. Akhirnya permohonan kami terkabul" jawab Ayame. "Silakan masuk Megumi-san, Asami-chan. Beristirahatlah dulu, makan malam akan siap dalam 2 jam lagi"

"Arigatou, Ayame-chan, Suzume-chan. Aku juga senang bisa kembali kemari"

Ayame dan Suzume segera keluar dari kamar dan meninggalkan mereka tanpa menanyakan tentang Asami. Sebelum Megumi tiba di Tokyo Dr. Genzai terlebih dahulu memperingati cucu-cucunya, dia mengatakan jangan menanyakan apa-apa kepada Megumi tentang Asami.

Keesokan harinya Megumi memulai aktivitasnya seperti biasa di klinik. "Megumi, jangan terlalu memaksakan diri hari ini, kamu boleh istirahat sekarang" Megumi mengangguk kepada Dr. Genzai.

"Baiklah, saya juga berencana akan mengunjungi Kaoru dan yang lainnya di dojo setelah bekerja hari ini. Saya rasa sebaiknya kami pergi ke sana sekarang"

Megumi berjalan keluar namun dia berbalik ke arah Dr. Genzai sesaat setelah tangannya mencapai gagang pintu. "Ano… Genzai-sensei? Bolehkah saya mengajak Ayame serta Suzume ke sana?"

Dr. Genzai tersenyum padanya. "Silakan kau ajak saja mereka. Hanya tersisa 3 pasien di luar, aku bisa menangani mereka sendirian. Ayame dan Suzume sedang bermain bersama Asami di beranda"

Mereka berempat tiba di dojo dan disambut hangat oleh Kaoru yang sedang memperhatikan Kenshin mencuci. "Megumi-san!" teriak Kaoru yang langsung berlari dan memeluknya setelah melihat Megumi masuk ke halaman rumahnya.

Kenshin yang sedang mencuci langsung berdiri, Yahiko yang sedang melatih Kenji kenjutsu di halaman pun langsung berhenti dan berbalik ke arah mereka.

"Apakah ini Asami? Wah… dia cantik sekali. Kirei!"

Tanpa disuruh oleh Megumi, Asami membungkuk dan memperkenalkan dirinya. "Kon'nichiwa,nama saya Asami. Hajimemashite" Kaoru langsung tersenyum ramah padanya dan mempersilakan mereka semua masuk dan menyajikan teh.

"Kapan kau datang, Megumi-san? Rasanya sudah lama sekali saat kunjungan terakhirmu kemari" tanya Kaoru.

"Kami baru datang kemarin. Maaf aku tidak langsung kemari karena Asami terlihat kelelahan jadi kami langsung beristirahat di rumah Genzai-sensei. Hari ini aku sudah mulai bekerja di klinik"

"Oh, pantas saja… saat aku membeli tofu banyak yang membicarakanmu. Mereka bilang 'onna-sensei telah kembali!' ternyata mereka memang benar" sahut Yahiko.

Megumi memperhatikan Kenji yang duduk di antara Kenshin dan Kaoru. "Apakah ini Kenji? Dia sudah besar sekarang. Dia mirip sekali denganmu Ken-san" walaupun Megumi sudah tidak memiliki perasaan apa-apa lagi terhadap Kenshin namun dia masih sulit untuk menghilangkan kebiasaannya memanggil mantan hitokiri battousai itu dengan 'Ken-san' sang Rurouni pun hanya tersenyum padanya.

Kaoru melirik ke arah Asami yang terlihat bosan "Ne, Asami. Perkenalkan ini Kenji, dia seumuran denganmu. Nampaknya kau agak sedikit bosan. Kenji, ajaklah Asami bermain diluar!" Kenji berdiri dan mengajaknya keluar diikuti dengan Ayame dan Suzume.

"Ah, aku lupa!" kata Yahiko sedikit berteriak. "Aku ada janji dengan Tsubame, aku harus segera berangkat. Bye Megumi, mata ne!" Yahiko segera berlari keluar.

"Dia benar-benar sudah dewasa sekarang" kata Megumi dengan senyum. 'Dia semakin mirip dengannya!' katanya dalam hati, setelah melihat Yahiko dia kembali teringat akan Sanosuke. 'Namun, Yahiko jauh lebih baik dibanding dirinya. Dia tidak akan meninggalkan orang yang dicintainya tanpa mengucapkan selamat tinggal kepada mereka dan aku yakin Yahiko akan selalu mengirimi surat dan mengabarkan keadaannya kepada Tsubame kalau dia pergi suatu hari nanti. Tapi sepertinya dia tidak akan pergi meninggalkan Tsubame sendirian' teringat kembali olehnya saat Kenshin akan pergi meninggalkan Tokyo dan pergi ke Kyoto, saat itu dia hanya mengucapkan selamat tinggal pada Kaoru.

"Yah, kau lihat sendiri bagaimana tingkahnya sekarang. Dia benar-benar bertanggung jawab dengan pekerjaannya, dan selalu menepati janjinya. Aku rasa Tsubame adalah gadis satu-satunya untuk Yahiko. Oh iya, dia sekarang sudah menjadi instruktur di sini menggantikanku" Kaoru memberitahu Megumi. "Bagaimana denganmu, Megumi-san? Apakah keadaanmu baik-baik saja di sana?"

Megumi sedikit takut untuk menjawab pertannyaannya. "Hai, kami baik-baik saja. Aku juga berencana untuk tinggal lebih lama di sini untuk membantu Genzai-sensei"

Kaoru diam sejenak dan melanjutkan pertanyaannya dengan ragu-ragu "Dan Apakah Asa-" sebelum Kaoru melanjutkan perkataannya Kenshin mengangkat tangannya, meletakkan di pundak Kaoru dan membuat Kaoru diam.

"Ah… Megumi-dono, tinggallah di sini sebentar. Sessha akan membuatkan makan malam untuk menyambut kedatangan kalian, de gozaru yo" kata Kenshin ramah.

Kaoru melirik ke arah Kenshin dan Kenshin juga melihat ke arahnya dengan tatapan 'Jangan-mengatakan-apapun-tentang-masalah-kehidupannya' Kaoru nampak mengerti dan mengangguk.

"Tapi… kami tidak bisa terlalu lama di sini. Dan aku takut kami akan pulang terlalu malam nanti" jawab Megumi ragu.

"Megumi-dono tidak perlu khawatir, Yahiko akan mengantarkan kalian pulang nanti" jawab samurai berambut merah.

"Itu tidak perlu, nanti merepotkan" Megumi bersikeras.

"Itu sama sekali tidak merepotkannya, de gozaru. Yahiko sekarang tinggal di tempat Sanosuke, dia bisa pulang sekalian mengantarkan kalian" mata Megumi melebar mendengar nama yang disebut Kenshin, namun dia segera menutupi keterkejutannya dengan memejamkan mata dan menghirup tehnya.

"Baiklah, Ken-san" kata Megumi pasrah.

Kaoru menemani Megumi duduk di halaman sementara Kenshin menyiapkan makan malam. Megumi dan Kaoru hanya bercengkrama ringan sambil memperhatikan anak-anak yang bermain, mereka dapat mendengar suara teriakan Asami, suara cekikikan Ayame dan Suzume dan hanya sedikit terdengar suara Kenji.

Kaoru selalu tertawa sendiri mendengar suara Asami yang begitu nyaring, suara yang nyaring seperti itu mengingatkannya pada seseorang yang dikenalnya.

Megumi memperhatikan Kaoru "Ada apaKaoru-san?"

Kaoru menoleh ke arahnya. "Iie… Aku hanya teringat sesuatu mendengar suara Asa-" Kaoru langsung terdiam menyadari apa yang akan diucapkannya. 'Mungkin Megumi akan marah kalau aku mengatakan suara Asami sama nyaringnya dengan suara Sano' lalu Kaoru melanjutkan "Ah, aku hanya berpikir Asami terdengar berbeda sekali dengan Asami yang baru datang tadi. Dia begitu sopan dengan suara pelannya dan sekarang dia selalu berteriak. Hehehe" Kaoru memalingkan wajahnya dan memperhatikan anak-anak kembali.

"Asami memang seperti itu, dia memang terlihat sopan dan pemalu saat bertemu dengan orang yang belum dikenalnya. Namun, saat dia sudah akrab dengan mereka ya seperti itulah jadinya, suara Asami mengalahkan suara yang lainnya" jawab Megumi yang sekarang ikut-ikutan tertawa melihat tingkah anak-anak mereka.

"Asami cepat akrab dengan orang lain, ne? Yokatta na… Bagaimana saat dia di rumah Genzai-sensei, apakah dia selalu merengek minta pulang?" tanya Kaoru.

"Iie. Dia juga cepat beradaptasi di sana. Selalu ada Ayame dan Suzume yang menemaninya sehingga dia tidak pernah kesepian dan merengek untuk pulang kembali ke Aizu" Kaoru mengangguk mengerti.

Kenshin keluar dari dapur dan memberitahukan kalau makan malam sudah siap. "Omatase shimaimashita, de gozaru yo"

Tiba-tiba pintu pagar terbuka, mata mereka semua mengarah ke sana, Yahiko dan Tsubame muncul di balik pagar. "Tadaima" kata Yahiko.

"Okaerinasai" jawab Kaoru.

"Megumi-san!" teriak Tsubame pelan.

"Ara… Tsubame-chan. Kau terlihat cantik sekali dengan seragam itu" balas Megumi.

"Arigatou, Megumi-san. Ini seragam Akabeko yang baru" jawab Tsubame.

"Aku menceritakan pada Tae dan Tsubame kalau kau sudah kembali, Megumi. Dan dia ingin bertemu denganmu, jadi ku ajak saja dia kemari bersamaku. Tae meminta maaf tidak bisa menemuimu sekarang, dia harus menemani Katsu yang sedang sakit" jelas Yahiko.

"Tsukioka-san sedang sakit?" tanya Megumi prihatin.

"Yah, dia terena flu, tapi tenang saja Tae pasti akan mengurusnya dengan baik"

"Ayo kita masuk. Makan malam sudah siap!" ajak Kaoru.

Mereka semua masuk dan setelah makan malam selesai mereka bercengkrama sebentar dan berpamitan pulang.

"Arigatou, Kaoru-san, Ken-san" kata Megumi.

"Yah, kau harus bersyukur karena kali ini Kenshin yang memasak untuk kita, sehingga kita tidak perlu memakan masakan yang dibuat oleh busu!" ejek Yahiko.

Kaoru langsung memukul kepalanya dengan bokken (entah dari mana datangnya bokken itu, mungkin Kaoru selalu membawanya kemana saja). Mereka pun akhirnya pulang bersama Yahiko yang memiliki beberapa benjolan di kepalanya.

Disepanjang jalan Ayame dan Suzume terus tertawa cekikikan melihat Asami mengejek Yahiko. "Heh, anak nakal. Bisakah kau berhenti mengejekku!" sahut Yahiko kesal.

"Okaasan, lihat! Dengan benjolan yang bertumpuk-tumpuk seperti itu di kepalanya, Yahiko-nii-san tidak seperti tori atama lagi. Hahahaha…" Megumi hanya terdiam mendengar perkataannya. "Mungkin sekarang lebih mirip dengan badak bercula satu, hahahaha…" Ayame, Suzume dan Tsubame kembali tertawa.

Tsubame menutup mulutnya saat tertawa namun Yahiko mendengarnya, dia menatap kesal ke arah mereka "Ah, Gomennasai, Yahiko-kun" Tsubame melirik takut ke arah Yahiko.

"Kau menyebutku badak!" Yahiko berteriak pada Asami sampai mengeluarkan taringnya.

"Atau lebih tepatnya, badak merah yang bertaring dan bertanduk" kata Asami polos. (A/N: saya juga tidak tahu kenapa anak berumur 5 tahun bisa berkata seperti itu :P)

"Apa kau bisa percaya itu, dia mengatakan aku badak merah bertaring dan bertanduk!" kata Yahiko semakin kesal dan mukanya bertambah merah karena marah.

Mereka sampai di depan rumah Dr. Genzai "Arigatou, Yahiko-kun, Tsubame-chan, sudah mengantarkan kami sampai di rumah. Maaf atas perkataan Asami kepadamu" Megumi menoleh kearah Asami "Asami, ayo minta maaf!"

Asami membungkuk dan meminta maaf kepada yahiko, memperlihatkan wajah menyesalnya "hontou ni sumimasen, Yahiko-nii-san"

Yahiko meletakkan tangannya di atas kepala Asami dan tersenyum "Kau tidak perlu meminta maaf seperti itu padaku, anak bandel. Aku tidak marah padamu"

Asami menarik Yahiko turun, mendekat padanya, memeluk Yahiko dan mencium pipinya "Doumo arigatou, Yahiko-nii-san" Asami juga memeluk dan mencium pipi Tsubame "Arigatou, Tsubame-nee-san, oyasuminasai" Tsubame juga membalas pelukan Asami dan mencium pipi mungilnya.

Tsubame mangangguk "Oyasuminasai. Senang bisa bermain denganmu, Asami-chan" dan mereka berpamitan pulang.

Diperjalanan Yahiko tidak mengatakan sepatah kata pun, hanya terdengar suara sepatu mereka yang bergesekan dengan jalan.

"Mmm… Yahiko-kun?" panggil Tsubame ragu-ragu, memecah kesunyian.

Yahiko menoleh "Aa?" katanya singkat.

"Ada masalah apa? Dari tadi kau hanya diam saja. Apakah ada yang mengganggu pikiranmu?" Tsubame mengarahkan pandangannya ke bawah tidak berani melihat ke arah Yahiko.

"Iie, aku hanya sedang berpikir. Asami begitu mirip dengan Sano. Matanya, tingkahnya, entahlah mungkin dia hanya mengingatkanku pada Sano" balas Yahiko. Tiba-tiba Yahiko berhenti mendadak "Masaka?!" gumamnya pelan dengan mata terbelalak namun dia tidak berani melanjutkan perkataannya. Sementara Tsubame hanya diam dan masih menunduk.

"Ah, sudahlah!" kata Yahiko cepat dan tidak berani memikirkan yang macam-macam sampai akhirnya mereka tiba di rumah Tsubame "Arigatou, Yahiko-kun. Oyasuminasai"

Yahiko menganggukkan kepalanya sekali "Ja ne!" dan dia pun pulang ke tempatnya.

Hari-hari mereka berlalu seperti biasa. Terkadang Asami merengek untuk pergi ke dojo "Okaasan, aku ingin bermain bersama Kenji!" rengeknya. Asami terus merengek dengan suara nyaring sampai akhirnya Megumi menyerah dan mengantarkannya ke dojo.

Saat Asami berada di dojo, Yahiko juga selalu mengajarkan Kenjutsu kepadanya, mereka berlatih bersama Kenji. Sesekali Ayame dan Suzume ikut ke dojo, saat pasien tidak terlalu banyak atau saat mereka sedang bosan berada di klinik.

3 bulan sudah Megumi tinggal di Tokyo dan suatu hari Yahiko pergi ke klinik dengan berlari. Wajahnya pucat dan penuh dengan keringat.

"Yahiko, Nani ga atta?" tanya Dr. Genzai.

Megumi yang juga berada di ruangan yang sama langsung memandangnya dengan heran. "Duduklah, dan minum ini!" Megumi memberikan segelas air kepada Yahiko. "Ceritakan pada kami dengan tenang, Yahiko, apa yang sebenarnya terjadi? Apakah telah terjadi sesuatu pada Ken-san, Kaoru, atau Kenji?"

Yahiko menghela nafas dan menggeleng dengan cepat. "IieDemo…" Yahiko masih berusaha mengatur nafasnya.

"Ada apa Yahiko?" tanya Megumi semakin tidak sabar dengan raut wajah yang terlihat sedikit takut.

"SANO!" akhirnya Yahiko berhasil berteriak.

"Sano?" gumam Dr. Genzai dan Megumi bersamaan. Mereka saling berpandangan satu sama lain, Dr. Genzai menatap Megumi dengan heran dan seolah mengerti dengan pertanyaan yang tidak diucapkan Dr. Genzai, Megumi menggelengkan kepalanya kepada Dr. Genzai mengisyaratkan kalau dia juga tidak mengerti dengan perkataan Yahiko.

"Sano telah kembali!" Yahiko masih terengah-engah. "Dia kembali Genzai-sensei, Megumi!" kata Yahiko berusaha menyadarkan Dr. Genzai dan Megumi yang masih berdiri seperti patung. Tangan kiri Yahiko mengguncang lengan Dr. Genzai dan tangan kanannya mengguncang Megumi.


Dictionary

- Busu : Jelek (Yahiko sering memanggil Kaoru dengan sebutan itu)

- Jou-chan : singkatan dari Ojou-chan: nona/ panggilan untuk wanita muda (panggilan Sanosuke kepada Kaoru)

- Tori atama : kepala ayam (panggilan Megumi kepada Sano, terkadang Yahiko dan Kaoru juga memanggilnya seperti itu)

- Kitsune onna : rubah betina (panggilan Sano kepada Megumi)

- Megitsune : Megumi + kitsune (julukan yang diberikan Sano kepada Megumi)

- Yokatta na : syukurlah…

- Omatase shimaimashita : maaf telah membuat kalian menunggu

- Hontou ni sumimasen : saya benar-benar minta maaf

Maaf kalau ada kesalahan pada dictionary saya, maklum bahasa Jepang saya sangat cetek :)


***** Please Review *****