Diclaimer : TAKASHI RUMIKO

Title: Thanks For Everything

Pairing : Inuyasha X Kagome

All Stars :

Kagome, Inuyasha, Kouga, Sesshomaru, Shota, Nenek Kaede, Shippo, Sango, Kohaku, dll.

Genre : Tragedy, Romance

Rate : T

Author : Hwarang Ichikurasaki

Chapter 1

"Ayah! Ibu! Jangan tinggalkan Kagome dan Shota!" ucap seorang gadis.

Terdengar suara tangisan seorang gadis kecil, tangisan diantara gemuruh hujan yang sangat deras. Suara petir menyambar-nyambar, dan mereka pulalah yang menjadi saksi bisu akan tragedi dimalam yang sangat sunyi itu. Seorang gadis kecil dan seorang anak kecil yang harus mengakui kalau kedua orang tuanya telah pergi, pergi untuk selama-lamanya.

"Kakak! Aku takut, ayah dan ibu kenapa?" tanya seoarng anak kecil.

"Shota? Jangan takut, kakak selalu ada disini!" jawab sang kakak.

"Kakak!" anak kecil itu mulai ketakutan.

'Kamisama, bisakah aku menjalani ini semua? Bisakah aku dan Shota bertahan setelah ini? Kenapa ayah dan ibu begitu cepat meninggalkan kami? Kenapa semua ini harus terjadi pada mereka?' gumam gadis itu dalam hati.

Dua orang kakak beradik harus hidup sendirian tanpa mempunyai keluarga yang lain, merekalah Kagome Higurashi dan Shota Higurashi. Kagome berumur 10 tahun dan Shota berumur 6 tahun. Dari umur sekecil itu, mereka harus hidup sendiri tanpa adanya belaian kasih sayang kedua orang tuanya.

-7 tahun kemudian-

"Sampai bertemu besok Kagome, dan jangan lupa akan pertandingan maraton minggu depan!" sapa Sango.

"Tentu! aku tidak akan melupakan pertandingan itu, Sango!" jawab Kagome dengan tersenyum.

"Bagus! Aku tahu kau orang yang sangat bersemangat!" ucap Sango semangat 45.

Kedua sahabat itu berpisah setelah seharian menghabiskan waktu disekolah. Kebanyakan murid pada umumnya, sepulang sekolah mereka segera menuju rumah atau sekedar berjalan-jalan dengan teman-temannya. Tapi semua itu tidak berlaku untuk Kagome, karena dia harus berjuang mencari uang untuk memuhi kebutuhan sehari-hari dan membiayai sekolahnya, juga adiknya.

"Gomen! Saya harus mengerjakan tugas di sekolah dulu!" ucap Kagome sambil membungkuk dan meminta maaf.

"Tidak apa Kagome, gantilah pakaianmu karena pengunjung sudah banyak," jawab nenek Kaede.

Nenek Kaede selalu memaklumi keterlambatan Kagome, dia sangat paham dan mengerti keadaan Kagome. Baginya, Kagome sudah seperti anaknya sendiri. sebenarnya Nenek Kaede ingin sekali mengangkat Kagome dan Shota sebagai anaknya. Tapi dia tidak yakin kalau Kagome mau menerimanya, maka dari itu Nenek Kaede memberi pekerjaan pada Kagome di kedainya.

Kagome segera berlari menuju ruang ganti pakaian. Ia segera mengganti pakaiannya dengan pakaian kerja. Kagome sangat menikmati pekerjaan itu. Baginya semua pekerjaan akan terasa ringan jika dilakukan dengan perasaan bahagia. Dan hal itulah yang membuat Kagome terlihat selalu ceria, walaupun sebenarnya ia memikul beban yang sangat berat dipundaknya.

Tidak terasa malam pun semakin larut. Dikala semua orang sudah terlelap tidur, Kagome baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Saat Kagome hendak pulang nenek Kaede memanggilnya.

"Kagome! Sudah malam, kau menginap dirumah nenek saja ya?" tawar nenek Kaede.

"Tidak apa-apa! Lagian kasihan Shota dirumah sendirian," jawab Kagome tidak mau merepotkan nenek Kaede.

"Kau yakin? Apa perlu nenek suruh orang untuk mengantarmu?" tanya nenek Kaede.

"Tidak perlu nek! Kagome bisa pulang sendiri, nenek tidak perlu khawatir!" jawab Kagome mantap.

"Tapi?" nenek Kaede sedikit khawatir.

"Kagome akan baik-baik saja!" ucap Kagome.

Kagome memeluk nenek Kaede sebentar kemudian melangkah meninggalkan nenek Kaede. Sebenarnya setiap malam nenek Kaede selalu khawatir jika Kagome pulang malam-malam, tapi Kagome selalu menolak jika mau diantar. Kagome adalah tipe orang yang tidak mau merepotkan orang lain.

Hening dan sepi, seperti itulah keadaan jalan menuju rumah Kagome. Tapi Kagome sudah terbiasa akan suasana itu. Saat berada ditikungan, tiba-tiba langkahnya terhenti. Bagaimana tidak terhenti kalau tiba-tiba jalannya tertutupi segerombolan pemuda. Bisa dipastikan kalau mereka sedang berkelahi. Kagome melihat seorang pemuda sedang dikeroyok segerombolan pemuda yang lain. Melihat kejadian itu, Kagome langsung teringat kejadian 7 tahun silam, dimana kedua orang tuanya dibunuh oleh segerombolan orang tak dikenal dirumanya sendiri.

"Hentikan...!"

Teriakan Kagome membuat para pemuda itu menengok kearahnya. Mereka terlihat terkejut melihat kedatangan Kagome.

"Apa? Hentikan? Siapa kau berani menyuruh kami?" tanya pemuda itu pada Kagome.

Seorang pemuda dengan rambut panjang yang diikat kebelakang menghampiri Kagome dengan tatapan membunuh.

"Aku? Aku adalah seseorang yang tidak suka kekerasan!" ucap Kagome mantap.

"Terus apa maumu nona?" tanya pemuda itu.

"Mauku?" ucap Kagome dengan nada bertanya.

"Iya!" jawab pemuda itu dengan sinis.

"Lepaskan orang itu!" ucap Kagome keras.

"Apa pedulimu dengan dia? Apa kau mengenalnya?" ucap pemuda itu dengan suara tinggi.

"Aku memang tidak mengenalnya, tapi aku paling tidak suka penganiayaan," jawab Kagome mantap.

"Kalau kami tidak mau menurutimu bagaimana? Apa yang mau kau lakukan?" ucap pemuda itu mulai sombong.

"Aku akan menghajar kalian!" ujar Kagome keras.

"Apa? Apa aku tidak salah dengar? Hai kawan-kawan! Apa kalian mendengar ancaman gadis ini?" pemuda itu terdengar mulai mengejek.

Terdengar suara tawa dari teman-teman lelaki yang sombong berada tepat di depan Kagome. Sepertinya mereka meremehkan Kagome. Kagome yang mulai sebal dengan mereka akhirnya langsung mendaratkan tendangan tepat diperut laki-laki yang ada didepannya. Dan dengan seketika membuat laki-laki itu tersungkur. Melihat kejadian itu teman-teman yang lainnya melongo.

"Perempuan sialan!" ucap pemuda itu.

"Kau yang sialan!" ucap Kagome dengan tetap waspada.

Terlihat laki-laki itu memegangi perutnya kesakitan akibat tendangan Kagome. Salah satu teman dari laki-laki itu berusaha membantu laki-laki itu bangun.

"Kenapa Kalian diam saja! Hajar perempuan sialan ini! Dasar bodoh!" ujar pemuda itu dengan nada marah.

Dengan segera teman-temanya menuju kearah Kagome. Kagome yang sudah bisa menebak situasi langsung memasang kuda-kuda, juga waspada akan serangan mereka. Dan ternyata dugaan Kagome benar. Mereka langsung maju menyerang Kagome. Tapi karena kelincahan Kagome, dia behasil menghindar dari pukulan-pukulan para lelaki itu. Dengan cepat pula Kagome menyerang mereka dengan pukulan, tendangan, juga tinjuan yang bertubi-tubi mengenai mereka. Dan akhirnya satu persatu dari mereka tersungkur tidak berdaya. Mereka lari terbirit-birit. Tinggalah disitu Kagome, lelaki yang sudah tidak berdaya karena terluka, dan lelaki sombong dengan rambut yang dikucir belakang.

"K... au?" ucap pemuda itu gugup.

"Kenapa? Apa kau takut?"

Kagome berjalan kearah laki-laki yang tadi sudah meremehkannya. Laki-laki itu hanya menelan ludah melihat Kagome.

"Kau mau apa?" ucap pemuda itu semakin gugup.

"Aku? Aku hanya ingin mengingatkanmu, jangan pernah meremehkan wanita. Tidak semua wanita itu lemah, kau mengerti!"

Teriak Kagome sambil mencengkeram krah lelaki itu. Laki-laki itu ketakutan melihat mata Kagome yang menyala-nyala. Dengan keringat dingin, lelaki itu berusaha melepaskan cengkeraman Kagome. Akhirnya dengan sudah payah dia berhasil melepaskan cengkeramn itu dan langsung berlari kabur.

"Aku tidak kalah! Tunggu pembalasanku!" ucap pemuda itu sambil lari terbirit-birit.

Terdengar suara ancaman dari pemuda sombong itu, tapi itu semua tidak membuat Kagome takut atau yang lain. Sejak kepergian orang tuanya, Kagome belajar ilmu bela diri dengan alasan untuk menjaga dirinya dan adiknya. Orang-orang yang mengenal Kagome pun sudah mengakui kemampuan bela diri kagome. Kagome juga menjadi guru karate anak-anak di kompleks tempat tinggalnya.

Kagome menghapiri lelaki yang tersungkur diujung jalan. Perlahan-lahan Kagome memperhatikan pemuda itu. Pemuda itu terlihat tidak lemah, tapi kenapa dia bisa babak belur begini? Mungkin karena dia dikeroyok hingga sampai seperti ini.

"Kau tidak apa-apa?"

"..."

Diam, dan pemuda itu menatap tajam Kagome. Seperti ingin mengatakan sesuatu. Tapi karena lukanya yang lumayan parah, dia hanya diam membisu.

Menyadari kalau pemuda itu terluka parah, Kagome segera membantunya berdiri dan memapahnya. Kagome tidak kenal pemuda itu, juga tidak tahu dimana rumahnya. Akhirnya Kagome memutuskan untuk membawanya kerumahnya.

-Setelah sampai di rumah-

"Shota! Apa kau sudah tidur?" panggil Kagome dari halaman rumah.

Terdengar langkah kaki sedikit berlari mendekati pintu, dan tidak lama kemudian pintu itu terbuka.

"Kakak? Kenapa baru pulang?" tanya Shota heran.

"Bantu kakak memapah orang ini, nanti kakak jelaskan di dalam," ungkap Kagome pada Shota.

Shota segera membantu kakaknya memapah pemuda itu masuk kedalam rumah. Sesampainya di dalam, Kagome membaringkan pemuda itu di kasur lantai ruang tv.

"Shota, tolong ambilkan air hangat dan handuk!" perintah Kagome.

"Baik kak!" ucap Shota menurut.

Tak lama kemudian Shota datang dengan membawa panci dan handuk, kemudian menyerahkannya pada Kagome.

Dengan pelan Kagome membersihkan noda darah di wajah pemuda itu. Pemuda itu hanya memejamkan mata. Mungkin karena parahnya luka yang dideritanya.

"Shota, tolong ambilkan kotak P3K di ruang tengah!" suruh Kagome pada adiknya.

"Iya!" jawab Shota menurut.

Shota segera bangkit dan berlari menuju ruang tengah mengambil kotak P3K. Sementara Kagome masih membersihkan luka di wajah pemuda itu. Tanpa sadar Kagome memperhatikan pemuda itu. Matanya terlihat indah walaupun terpejam, wajahnya putih, wajah yang oriental dan rambut putihnya sangat halus.

"Kakak! Ini kotaknya!"

Terdengar suara Shota mengagetkan Kagome. Dengan segera Kagome menerima kotak P3K itu dari Shota. Dengan sigap Kagome mengabil plester untuk memplester luka-luka yang ada diwajah pemuda itu. Setelah semua beres, Kagome mengambil selimut dan menyeimuti pemuda itu.

"Kakak! Apa tidak sebaiknya baju kakak ini diganti? Kelihatannya sangat kotor!" ucap Shota sambil menunjukkan baju pemuda itu.

Kagome lalu memperhatikan baju yang dikenakan pemuda itu. Ternyata memang benar. Baju itu sangat kotor.

"Betul juga! Gantikan pakai bajumu ya? Kakak mau mandi dulu," ucap kagome sambil berjalan.

"Ok!"

Kagome meninggalkan Shota dan pemuda itu di ruang tv, sedangkan Kagome sendiri masuk kedalam kamar untuk membersihkan badannya.

-Setelah beberapa saat-

Kagome sudah selesai mandi, dan dia langsung menuju ruang tv untuk melihat keadaan pemuda itu.

"Shota! Apa dia sudah sadar?" tanya Kagome pada Shota.

"..."

Shota diam sambil menggelengkan kepalanya.

"Sebaikanya kau tidur, besok kau kan sekolah!" kata Kagome sambil mengelus rambut Shota.

"Iya! Oh iya kak, tadi aku menemukan ini di saku celananya!"

Shota memberikan dompet yang ia temukan di saku celana pemuda itu pada kakaknya. Kagome segera terima dompet itu dari tangan Shota. Ia langsung membuka dompet itu, berharap dari situ dia menemukan identitas pemuda itu. Ternyata benar, didalam dompet itu Kagome menemukan kartu pelajar. Dan disitu tertera jelas nama 'Inuyasha'.

"Oh, namanya Inuyasha!" ucap Kagome sambil membaca tulisan di kartu pelajar itu.

"Kakak tidak kenal orang ini?" tanya Shota kemudian.

"Tidak!" jawab Kagome singkat.

"Apa? Kupikir kakak ini adalah temannya kakak, lalu kenapa kakak malah membawa orang ini kesini?" Shota mulai memprotes perbuatan Kagome.

"Bukan, tadi dia dikeroyok orang! Dan kakak menolongnya. Karena kakak tidak tahu identitasnya, makanya kakak bawa dia pulang," jelas Kagome.

"Haduh kakak ini bagaimana sih? Kalau ternyata dia jahat bagaimana? Kalau dia hanya berpura-pura bagaimana?" ucap Shota khawatir.

"Sudahlah Shota, kau tidak perlu khawatir seperti itu. Kakak yakin dia bukan orang jahat. Kau bisa lihat kan kalau lukanya itu luka beneran?" ucap Kagome sambil menunjuk luka Inuyasha.

"I...iya sih! Tapi?" ucap Shota ragu.

"Kau jangan khawatir!" ucap Kagome sambil tersenyum.

"Cepatlah tidur sana, sudah malam!" Kagome mulai mengingatkan Shota.

"Terus kakak kapan tidurnya?" tanya Shota kemudian.

"Ah, kalau kakak gampang!" ucap Kagome menggampangkan.

"Ya sudah, Shota akan tidur disini saja. Sambil mengawasi orang ini," ucap Shota kemudian.

"Terserah kau sajalah!" kata Kagome sambil menguap.

Mereka berdua akhirnya tidur disamping pemuda itu. Tidak terasa suara kokok ayam membangunkan mereka. Begitu juga dengan pemuda itu, yang diketahuinya bernama Inuyasha.

"Aku dimana?" tanya Inuyasha.

"Kau sudah sadar?" tanya Kagome kemudian.

"Kau siapa?" tanya Inuyasha lagi.

"Perkenalkan namaku Kagome Higurashi, kau bisa memanggilku Kagome. Ini adikku, namanya Shota Higurashi," ucap Kagome sambil menggandeng Shota.

"Kau yang menolongku semalam?" tanya Inuyasha.

"Iya, kakak yang menolongmu!" imbuh Shota.

"Terimakasih banyak! Tapi seharusnya kau tidak usah menolongku," ucap Inuyasha sambil membuang muka.

"Apa yang kau katakan? Kau ini bodoh ya? Kakak sudah menolongmu dan kau bilang kau tidak mau ditolong?" Shota mulai kesal pada Inuyasha.

"Sudahlah Shota!" ucap Kagome melerai.

"Ih kakak ini! Mana bisa seperti itu? Kakak sudah mempertaruhkan nyawa, masa kakak diam saja diperlakukan oleh laki-laki tidak tahu diri dan tidak tahu terimakasih ini?" Shota smakin tidak terima.

"Sudahlah shota, terserah dia! Yang penting kita sudah menolongnya. Kalau setelah ini dia mau bunuh diri itu haknya!" jelas Kagome.

Mendengar kata-kata Kagome, Inuyasha langsung termenung. Dia sadar apa yang baru saja dilakukannya salah. Dia tidak mengahargai niat baik orang yang telah menolongnya.

"Gomen! Bukan maksudku seperti itu," ucap Inuyasha singkat.

Hanya kata-kata itu yang keluar dari mulut Inuyasha. Setelah itu Inuyasha diam dan hanya menatap kosong ke arah jendela.

'Sebenarnya orang ini kenapa?' gumam Kagome dalam hati.

~~~ T B C ~~~

Ini fanfict pertamaku difandom ini, maaf yak kalau tidak memuaskan.

Selama ini aku hanya menjadi pengunjung di fandom ini.

Tapi setelah aku mengulang menonton Inuyasha, aku jadi punya ide untuk membuat fanfict difandom ini.

Para senpai tolong dibantu koreksi ya?

REVIEW