Jimin pikir semuanya sudah berakhir.

Jimin pikir semuanya tidak akan berubah menjadi seburuk ini.

Jimin pikir, antifans yang membencinya itu tidak berniat mencelakakannya.

Jimin pikir, ia cukup dicintai untuk tidak dilukai.

Ternyata ia salah.

Ketika ia merasa tubuhnya terhempas dan suara tembakan dan jeritan memekik keras, hal paling menakutkan yang pernah dialaminya terjadi.

Darah dan air mata di mana-mana.

Aroma kematian yang menguar tajam.

Membumbung tinggi ke angkasa.

Cepat.

Pekat.

x

x

HEADSOT

(BTS Fict, VKook/JiKook, OOC, semi canon, BxB, typo(s), etc.)

(Fanfiction ini hanya fiktif belaka, cuma buah dari fikiran absurd saya yang kebanyakan ngayal. Jika terdapat kesamaan plot/cerita itu bukanlah factor kesengajaan saya. Dan ini semi-canon yang ga canon-canon amat, jadi maafkan jika banyak yang tidak sesuai apalagi mengenai sifat dan latar. Saya tidak kenal mereka secara personal dan tidak pernah ke luar negeri.)

Saya sarankan untuk membaca Haters terlebih dahulu sebelum membaca FF ini.

x

x

Yang Jimin sukai dari tour dunia adalah ia bisa pergi ke tempat-tempat yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Mencoba berbagai makanan unik dan mengetahui tradisi Negara lain terlepas dari budaya negaranya sendiri.

Jimin selalu suka mencoba makanan baru. Rasa yang baru. Keunikan rempah-rempat atau legitnya berbagai macam kudapan.

Jimin nyaris melupakan antifansnya. Ia tidak peduli lagi. Pagi itu ia benar-benar mendapatkan satu group hug untuknya sendiri. Bahkan Seokjin berulang kali memekik kalau ia adalah kesayangan Seokjin.

Semuanya nyaris sempurna. Nyaris saja.

Konser mereka yang sukses, tiket yang terjual habis dalam waktu kurang dari 10 menit, jutaan keping album mereka terjual, ketenaran yang mereka dapatkan, panggung megah, tata lampu yang indah dan kilatan blitz kamera di mana-mana. Jimin bahagia. Sungguh.

Apalagi ketika ia melihat bule-bule yang tidak lancar berbahasa Korea itu hafal lagu-lagu mereka. Ikut menyanyi bersama mereka.

Ada kebanggaan tersendiri di sudut hatinya. Bisa membawa musik mereka hingga ke kancah dunia.

Bolehkan Jimin sedikit lancang dengan berkhayal suatu saat ia bisa berkolaborasi dengan bintang Pop dunia? Tetapi sepertinya ia harus mulai membenahi bahasa inggrisnya yang sekacau kamar Jungkook, fikirnya.

Tidak lucu bukan jika ia bisa bernyanyi dengan fasih tetapi ketika interview ia hanya bisa mengucapkan kata seperti: excuse me, what's up man, thank you atau how much is this?

Semua itu kalimat berbahasa inggris yang ia bisa selain My name is Jimin, omong-omong.

Hari ini jadwal mereka kosong. Sebenarnya tidak benar-benar kosong, ada gladi resik untuk konser mereka di Chicago.

Sesaat setelah mobil berhenti di stadion yang megah itu, kumpulan fans langsung berteriak heboh.

"Dari mana mereka tahu kita ada gladiresik hari ini?" Bisik Yoongi.

Jimin hanya mengangkat bahu, "Entahlah, Hyung."

"Bukankah tidak ada di jadwal?"

Jimin mengangguk mengiyakan.

"Aku tidak pakai pakaian modis lagi," keluh Yoongi mengamati jaket bomber yang dikenakannya, "harusnya tadi aku make up dulu. Mataku pasti terlihat buruk, aku ngantuk."

Jimin terkekeh, "Sejak kapan Hyung tidak ngantuk memang?"

Yoongi mendengus sebal. Galak begitu akhir-akhir ini Yoongi mulai peduli pada penampilannya. Ia selalu memakai parfum mahal, pakaian mahal, make up mahal ketika akan bertemu fans. Ia bilang, ia harus terlihat sempurna di hadapan fansnya. Jika tidak nanti fansnya bisa pindah menjadi fansnya Taehyung si Bocah Gucci itu.

"Tidak apa-apa, Hyung. Kau tampan kok." Hibur Jimin.

"Aku memang selalu tampan."

Di sampingnya Jungkook terkikik.

Mereka sedang berjalan di hadapan fans yang entah mengapa jumlahnya sangat banyak itu.

"Berhenti dan berposelah sedikit." Bisik Managernya.

Mereka segera berhenti berjalan, berjajar rapi di hadapan fans sambil tersenyum manis dan melambai-lambaikan tangan.

Beberapa petugas keamanan saling berpegangan tangan sepanjang kumpulan fans yang membludak dan mencoba memasuki gerbang stadion.

Dari utara ada Seokjin, Namjoon, Taehyung, Hoseok, Yoongi, Jimin lalu Jungkook.

Jimin tidak berpikir ada hal buruk yang akan terjadi. Ia tetap pada posisinya.

Namun Jungkook berbeda.

Ia melihatnya.

Ada seorang wanita yang begitu menyita perhatiannya. Wajahnya merah padam, mengenakan jaket hitam dan t-shirt putih dengan tulisan VKook besar sekali. Ia berdiri di tengah-tengah fans lain. Jika fans lain berteriak heboh, ia berbeda. Wajahnya kusut luar biasa.

"Sudah, ayo masuk." Ajak Managernya.

Tepat ketika Hoseok menarik Yoongi yang terus mengerutu karena merasa pakaian yang dikenakannya buruk dan Taehyung berhenti berjalan untuk menunggunya dan Jimin, pandangan Jungkook terkunci pada wanita aneh itu.

Wanita itu menyeringai.

Jungkook merasa jantungnya berdentum keras.

Wanita itu, di tangannya yang terbungkus sarung tangan hitam mencuat pucuk senapan hitam yang berkilat menyeramkan.

Semuanya begitu cepat. Ketika wanita itu menodongkan senapannya, refleks Jungkook meraih Jimin dan Taehyung. Mendorong mereka yang keheranan kenapa tiba-tiba Jungkook mendorong mereka keras hingga nyaris terjatuh.

Wajah Jungkook pias. Panik luar biasa. Sepucat mayat seolah darah terhisap habis dari tubuhnya.

"LARI, HYUNG! LARI CEPAT!" Teriaknya keras sekali dengan raut penuh kengerian memandang semua Hyungnya. Tangannya menunjuk ke depan, menggiring mereka.

Anggota Bangtan, staff dan manager mereka keheranan karena tingkah Jungkook yang menurut mereka sangat aneh saat itu.

Namun tepat ketika Jimin hendak membuka mulutnya dan bertanya, Jungkook membalik wajahnya panik sebelum mendorong tubuh Jimin dengan tidak main-main. Membuat Jimin terjungkal dengan kepala membentur aspal di depan stadion dengan keras.

DOR!!

Suara itu menggelegar keras. Membuat Jimin merasa jantungnya berhenti ketika melihat Jungkook di hadapannya terjatuh bersamanya dengan wajah mengkerut nyeri.

DOR!!

DOR!!

Tembakan lainnya menyusul.

Begitu cepat semuanya terjadi. Kepanikan dan jeritan 'tak lagi terelakkan.

Hyungnya menjerit, fansnya berteriak, staff dan petugas keamanan yang kelabakan.

Keadaan begitu mencekam.

Jimin tidak bisa memproses apa yang terjadi. Semuanya terlalu mengejutkan. Terlalu tiba-tiba hingga otaknya terasa macet. Lalu 'tak lagi berfungsi.

Yang ia lihat hanya kepanikan, ketakutan, kengerian dan perasaan tertekan lainnya.

DOR!!

Orang-orang berlarian. Petugas keamanan yang memasang tubuh siaga di hadapan mereka mengeluarkan senjata.

"FUCK YOU, PARK JIMIN! I WILL KILL YOU JERK! YOU MUST BE DIEEE!" Teriakan penuh kebencian itu membahana. Kemudian ...

... DOR!!

Pandangan Jimin menggelap.

x

to be continued

x

Maapkeun karena malah bikin fict baru padahal yang lama aja terbengkalai.

Oia, Conclusion belum saya update ya, soalnya file nya ada di flashdisk. Saya belum sempet ke warnet, yang itu saya ketik di warnet soalnya. Kalau yang ini diketik lewat HP. Saya baru tahu lho kalau sekarang fanfiction udah ada aplikasinya dan bisa ngetik pake HP. Norak saya mah emang.

Ga curhat kok saya XD

With Love,

December D.