AnimeNaruto Rated: T
Indonesian, Humor & Friendship,
Akatsuki & Naruto .U , P: 06-05-2011 U: 06-05-2011
Akatsuki Airlines
by Hikaru Kin
Disclaimer: Naruto©Masashi Kishimoto
Akatsuki Airlines©Hikaru Kin
Rate: T
Genre: Humor & Friendship
Warning: OOC, Typo, gaje, dll
Summary: Akatsuki punya perusahaan penerbangan?
Mungkin ga? Bagaimana kalau dalam sebuah pesawat, Akatsuki
jadi awak pesawatnya dan Naruto CS penumpangnya?
Bagaimana kehebohannya?
Ini adalah sebuah kisah tentang para anggota Akatsuki
yang tergabung dalam 'Akatsuki Airlines'.
•
•
•
•
•
DON'T LIKE, DON'T READ!
HAPPY READING!
Chapter 1
"Hei, semuanya! Coba lihat ini!" teriak Naruto sambil menunjuk selembar kertas yang ditempelkan pada sebuah tiang listrik. Sontak semua murid KHS berlari dan menghampiri Naruto. Yap, sekarang sudah waktunya pulang bagi semua murid KHS.
"Apaan sih, Naruto? Teriak-teriak gitu," ucap Kiba.
"Coba kau lihat ini!" perintah Naruto sambil menunjuk selembaran yang tertempel. "Hei, Teme! Cepat ke sini!" panggil Naruto. Nampak Sasuke yang tengah berjalan dengan wajah malas, menghampiri Naruto.
"Ada apa, Dobe?" ucapnya malas-malasan.
"Coba kau lihat ini!" tunjuk Naruto.
"Hn?"
"Bagaimana?" tanya Naruto.
"Telah dibuka Akatsuki Airlines. Sebuah perusahaan penerbangan terbesar seantero jagad. Dalam rangka hari jadi kami yang pertama, dengan ini kami menjual paket promo liburan dengan harga yang fantastis dan berbeda dari yang lain. Dan, bla…. bla…. bla…. Segera hubungi kami di 08XXXXXXXXXX! Buruan tiket terbatas. Kesempatan hanya sekali dan tidak akan diulang lagi. Karena kalau sering-sering bangkrutlah kami! Hahaha…. tertanda Kakuzu. Heh?" raut wajah Sasuke seketika berubah. "Promosi macam apa ini? Katanya terkenal seantero jagad. Tapi, nempelnya di tiang listrik. Gag modal amet," gerutu Sasuke.
"Itulah hebatnya kami, un!" ucap seseorang yang tiba-tiba saja muncul dengan jubah hitam bercorak awan merah. Dengan rambut pirang panjangnya dapat diketahui kalau ia Deidara.
"Hah? Kau! Siapa kau?" ucap Naruto yang tampak kaget melihatnya.
"Waah, kakak cantik," ucap Kiba yang tersepona–eh–terpesona dengan kedatangan Deidara.
"Baka! Aku ini cowok tahu, un!" omel Deidara. Kiba langsung pundung di ujung jalan. "Eh? Kenapa dia?" tanya Deidara. Naruto dan Sasuke mengangkat bahu tanda tak tahu. "Biarkan sajalah! Jadi, bagaimana? Apa kalian tertarik, un?" tanya Deidara yang menyender di tiang listrik karena ga ada tempat buat nyender lagi.
"Bagaimana ini, Teme?" tanya Naruto pada Sasuke.
"Hn? Kenapa jadi aku?" jawab Sasuke bingung.
"Apa kau tertarik, eh? Kalau kau mau, aku akan ikut," tambah Naruto.
"Memangnya kenapa? Apa hubungannya denganku?" tanya Sasuke. Deidara hanya diam memperhatikan Sasuke dan Naruto. Dalam hati ia komat-kamit baca mantra tanpa segelas air putih yang memang sangat ia butuhkan sekarang ini. Bukan untuk nyembur pasien, tapi memang saat ini ia kehausan karena teriknya matahari. Kalau ia pulang tanpa bawa calon penumpang, habislah ia.
….O….O….O….
Di tengah perjalanan pulang, Ino dan Sakura bertemu dengan seorang pemuda berambut merah dan memakai jubah hitam motif awan merah. Sama seperti Naruto dan Sasuke yang tiba-tiba dihampiri oleh Deidara yang menawarkan promo penerbangan 'Akatsuki Air', hanya saja kali ini berbeda. Selembarannya tidak ditempel dan tidak juga disiarkan di televisi, melainkan langsung dibagi.
"Konichiwa!" sapa orang itu. Dengan canggung, Sakura dan Ino membalas sapaan pemuda itu.
"Konichiwa. Tolong jangan culik kami. Besok akan ada ulangan harian, kalau kami tidak datang pasti Orochi-sensei akan menghukum kami menghitung sisik ular kesayangannya. Aku mohon," melas Ino. Sakura sweatdrop.
"Eh? Siapa yang mau nyulik kalian? Memangnya aku terlihat seperti penjahat?" tanya pemuda itu.
"Tidak juga, sih. Tapi kalau di komik kesukaanku, ada penjahat yang mirip denganmu. Memangnya ada apa?" tanya Ino.
"Syukurlah. Ah, perkenalkan, aku Akasuna no Sasori. Cukup panggil aku Sasori saja," jelas pemuda itu yang ternyata bernama Sasori. Sebenarnya sih ga nyambung sama pertanyaannya.
"Bukan itu maksudku! Aku bukan menanyakan namamu, tapi apa yang ingin kau katakan tadi?" jelas Ino sekaligus bertanya.
'Sasori baka! Tetap tenang…' batin Sasori. "Gomen. Aku hanya memperkenalkan diri supaya tidak mencurigakan dan lebih meyakinkan. Jadi begini, kami dari Akatsuki Airlines ingin menawarkan promo penerbangan dalam rangka hari jadi kami yang pertama. Ini selembarannya, silahkan dibaca. Apa kalian berminat?" promosi Sasori.
"Dibaca aja belum," ucap Ino enteng. Tanpa ia sadari sekarang tampak perempatan di dahi Sasori.
'Sabar Sasori. Ingat pesan Kakuzu tadi. Kalau kau pulang tanpa membawa calon penumpang… maka…'
GLEK. Sasori meneguk ludah.
"Ehehe… silahkan dibaca dulu," ucap Sasori dengan tawa yang dipaksakan, sambil menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.
"Hm? Bagaimana forehead? Apa kau mau?" tanya Ino pada Sakura. Sakura mengangguk. "Baiklah kebetulan sekali minggu depan liburan. Baiklah kami mau. Tapi tunggu persetujuan yang lain dulu,"
"Baiklah. Kalian dari KHS, kan?" tanya Sasori
"Iya," jawab Sakura
"Ku dengar KHS akan mengadakan tour akhir tahun, benar tidak?" tanya Sasori lagi.
"Iya. Dan, tahun ini tournya giliran kelas XI," jawab Sakura. "Bisa dibilang angkatan kami," lanjutnya.
"Oh, begitu. Baiklah! Terima kasih atas infonya, ya! Jaa… sampai bertemu lagi," pamit Sasori yang langsung melengos pergi. Sementara itu, Sakura dan Ino saling tukar pandang dan mengangkat kedua bahu mereka. Dalam hitungan detik mereka pun berbalik dan kembali melanjutkan perjalanan pulangnya.
"Hei Ino, memangnya yang lain mau ikut?" tanya Sakura.
"Entahlah, forehead. Memangnya kenapa?" balas Ino.
"Tidak. Aku hanya merasa aneh saja. Selama ini aku belum pernah dengar tuh yang namanya Akatsuki Air," ucap Sakura curiga.
"Benar juga, ya. Aku juga belum pernah dengar. Tapi, ya sudahlah," balas Ino. "Emang aku pikirin!"
"Hm, memangnya tahun ini tournya kemana, sih?"
"Oh, kalau tidak salah sih ke Ottogakure,"
"Ottogakure ya?"
"He-eh, memangnya kau tidak tahu, forehead?"
"Ya, begitulah. Kabar terakhir yang kudengar, kita akan ke Sunagakure,"
"Hah? Sunagakure? Yang benar saja! Liburan kok di padang pasir,"
"Ehem," terdengar suara deheman seseorang. Tapi, Ino masih saja melanjutkan kata-katanya. Ia tidak perduli, karena menurutnya itu suara deheman Sakura.
"Kau tahu forehead, berapa tong air yang kita butuhkan kalau kita liburan di Suna? Berapa banyak sunblock yang harus kupakai? Huh, merepotkan sekali. Kalau saja Tsunade-sensei merekomendasikan tour kita ke Suna, aku tak ak–"
"Ehem. Kalau tour tahun ini ke Sunagakure, maka aku tak segan-segan menjemurmu di tengah-tengah padang pasir dan tak akan aku berikan air setetes pun. Apa kau mengerti, Yamanaka?" ucap orang itu yang ternyata adalah Gaara! Uwooo! Ada Nii-channya author! *ditendang readers*
"Ga–Gaara! Ehehe… peace! Damai itu indah," elak Ino. Yang benar saja, ia harus melawan Gaara yang notabene adalah panitia penyelenggara tour. Bisa-bisa namanya di coret dari daftar.
"Huh, kau juga Ino. Sudah tahu ia dari Suna. Masih saja kau teruskan ucapanmu," omel Sakura.
"Tapi, aku tidak tahu kalau ia di belakang kita forehead," bela Ino.
"Hah, mau bagaimana lagi. Hei Gaara, memangnya apa isi gentong ini?" tanya Sakura.
"Dokumen dan data-data siswa yang ikut tour. Memangnya kenapa?"
"Tidak. Hanya saja, kenapa kau tidak menggunakan tas atau apa gitu selain gentong ini?"
"Males banget. Kalau pakai tas, muatnya dikit. Selagi ada gentong yang ga dipakai, ya sudah ku ambil saja," jawabnya enteng. Seketika readers, author dan main chara sweatdroped. Secara! Masa ganteng-ganteng pake gentong? OMG! Nii-chan, kau mempermalukanku. *plakk
"Pake gentong? Idih, aneh banget tuh orang," gumam Ino, kali ini Gaara tidak mendengarnya karena berada beberapa langkah di depan keduannya. Sepanjang jalan, tak ada yang memecah keheningan. Ketiganya diam, hanyut dalam pikiran masing-masing. Hingga seseorang datang. Seseorang dengan topeng lollipop oranye, Tobi, datang dan teriak-teriak ga jelas.
"Hai… hai… hai… Tobi anak baek! Tobi anak baek! Iya kan, senpai?" pekik Tobi kepada seseorang disebelahnya. Gaara, Ino dan Sakura terdiam di tempat dengan wajah yang tak elit. Mulut menganga atau bahasa kerennya cengo melihat tingkah Tobi yang bisa dibilang, ehm… autis.
"Kalian siapa?" tanya Sakura bingung.
"Eh? Jadi kalian ga kenal sama Tobi?" tanya Tobi. Ketiganya menggeleng. "Huwe… senpai… mereka… mereka jahat! Masa ga kenal sama Tobi. Kalian kejam!" rengek Tobi sambil memukul-mukul tiang listrik. "Huwe… sakit, senpai! Tangan Tobi sakit!" rengeknya lagi.
"Eh?" Sakura, Gaara dan Ino makin bingung saat ini. Yang benar saja ada orang seaneh Tobi tepat di depan mereka. Bahkan lebih parah dari Naruto.
"Tobi! Kau ini! Malu-maluin, ah! Ehehe… maaf ya! Harap dimaklumi!" ucap seseorang disebelah Tobi. "Em, ini! Kami hanya ingin memberikan selembaran ini. Silahkan dibaca!" lanjutnya sambil menyerahkan selembaran tersebut.
"Akatsuki Air? Bukannya ini selembaran yang dibagikan orang berambut merah itu, ya? Siapa namanya? Sa-sa-sa," Ino tergagap mengingat nama pemuda berambut merah yang tadi ia temui di jalan.
"Sasori?" ucap orang disamping Tobi yang memakai jepit rambut bunga di kepalanya, Konan.
"Ah, iya dia. Kalian kenal?"
"Tentu saja. Ia rekan kami," jawab Konan.
"Oh, begitu ya,"
"Kalau begitu, kami pamit dulu, ya. Masih banyak selembaran yang harus kami bagi," pamit Konan. "Ayo, Tobi!"
"Ba-baik, senpai. Jaa semuanya. Tobi anak baek pamit dulu, ya!" pamit Tobi.
"Ah, iya. Hati-hati, ya!" balas Sakura.
"He-em. Kalian semua, Titi DJ ya!" sambung Tobi.
"Apaan tuh Titi DJ? Bukannya itu nama penyanyi, ya?" ucap Ino yang memang ga tau maksud dari Titi DJ tersebut.
"Ih, senpai cantik-cantik kok ga gahol, seh!" sindir Tobi.
"Eh? Apa kau bilang?" ucap Ino sewot.
"Iya. Senpai cantik-cantik kok ga tau apa itu Titi DJ. Gak gahol banget tau ga sih!" ejek Tobi lagi dengan gaya yang terbilang, ekhem… gahol bin lebay.
"Emangnya apaan?" Ino tampak tak terima diejek seperti itu.
"Titi DJ itu, hati-hati di jalan, senpai!" jelas Tobi sambil mengangkat-angkat jari telunjuknya.
'Sial! Awas kau, ya!' geram Ino dalam hati. "Oh, begitu," ucap Ino dengan senyum yang dipaksakan. Sementara itu, Gaara dan Sakura yang melihatnya tampak menahan tawa mereka yang tampaknya akan…
"Mbuahahahahahaha…" pecah atau bahasa kerennya jebol. Nah lo, satu korban Tobi hari ini, Yamanaka Ino.
"Arrghhh… Kalian…" Ino yang sudah tak tahan lagi, meluapkan emosinya.
1… 2… 3…
BLETAK
"Aduh…" Nah lo, kejadian kan. Yap, readers tau sendiri lah, pasti dijitak. Kalau dijewer, kan bunyinya ga gitu. Hahaha… hmmph*dibekep readers*
….O….O….O….
At Markas Akatsuki…
Semua anggota Akatsuki kini tengah terkulai lemas tak berdaya di atas sofa empuk yang baru saja dibeli oleh Kakuzu kemarin. Semuanya tampak sibuk merenggangkan otot-otot tubuh yang kram akibat berkeliling Konoha demi menawarkan promo Akatsuki Airlines dan juga demi menyelamatkan masa depan mereka yang terancam oleh janji-janji keramat extra pahit Kakuzu(?).
"Bagaimana hasilnya?" tanya Pein selaku leader dari Akatsuki.
"Yah, lumayanlah. Tapi, aku memiliki sedikit info dan mungkin akan sangat berguna," ucap Sasori.
"Apa itu?" tanya Pein.
"Jadi begini. Tadi, ada dua orang murid KHS yang berkata padaku kalau akan diadakan tour yang memang rutin dilaksanakan tiap tahunnya di KHS. Namun, ya, mereka belum mendapatkan transportasi," jelas Sasori.
"Hm, bagus juga. Kurasa ini bisa jadi target utama kita," Pein manggut-manggut. "Apa kau tahu ke mana kira-kira mereka akan tour?"
"Kalau tidak salah ke Ottogakure,"
"Ottogakure ya," ucap Pein sambil manggut-manggut (lagi), ga tau deh entah ngerti atau engga. "Baiklah, kurasa Akatsuki Air akan segera diterbangkan," ucap Pein mantap.
"Maksudnya, leader-sama?" tanya Itachi yang tampak tak mengerti.
"Ya, tunggu apalagi. Minggu depan, Akatsuki Air akan diterbangkan."
"Ta-tapi, kita kan tidak punya awak pesawat. Bagaimana mungkin pesawatnya bisa terbang?" ucap Itachi.
"Tentu saja bisa," jawab Pein.
"Heh? Lalu siapa yang akan menjadi awaknya?" tanya Itachi lagi.
"Tentu saja kalian. Memangnya siapa lagi?" ucap Pein enteng. Sambil bersedekap, meremehkan resiko yang mungkin bisa terjadi. Hedeh, ini orang! Ckckckck… -_-
"APA?" semua anggota Akatsuki terlihat syok minus Pein dan Tobi.
"Kau gila, leader-sama! Bagaimana mungkin kami bisa menerbangkannya!" bentak Itachi.
"No… no… no…. Tentu saja bukan kalian semua," ucap Pein. Yang lain menghela nafas lega. "Tapi, Itachi dan aku yang akan menjadi pilot dan co-pilot nya. Bagaimana?" sambung Pein. Itachi langsung jantungan. "Hoy Itachi! Jangan acting gitu deh! Basi tahu!" Itachi langsung bangun dan nyengir ga jelas.
"Diangetin, senpai!" sambung Tobi.
Oh, pura-pura ternyata.
"Terus caranya gimana?" tanya Itachi.
"Ya belajarlah. Di mana-mana juga orang kalau ga bisa pasti belajar. Anak TK aja belajar. Masa kita kalah. Hello… Akatsuki kalah sama anak TK? Apa kata dunia?" jawab Pein sangat enteng mengikuti iklan pajak.
"Ha ha ha… lucu?" Itachi sewot.
"Menurutmu?"
"Aarrrghhh!" Itachi teriak frustasi dan langsung lari masuk ke dalam kamarnya. Alhasil, pintu lah yang menjadi pelampiasannya. Anggota lain hanya mentapnya sambil menahan tawa.
"Yaah… Ngambek!" ledek Kisame.
"HAHAHAHAHAHA…" tertawalah mereka semua. Reaksi yang jarang mereka tampakkan di depan masyarakat umum. Kecuali Tobi, lain hal bila ia menjadi seorang yang kalem bak putri raja. Bayangkan aja Tobi jalan di catwalk dengan anggunnya menggunakan kebaya, sanggul dan ah, sudahlah intinya neh saja gitu.
"Hahaha… ha-ha- aha… ha… ha," Kisame masih tertawa padahal yang lain sudah diam. Seketika tawanya terhenti ketika mendapat deathglare dari semua anggota Akatsuki (-Itachi).
"Ayo, lanjutkan lagi ketawanya! Ahaha… ahaha.. ha, cepat!" ucap Pein. Kisame bergidik ngeri.
"Ah, tidak usah, leader-sama!" ucap Kisame.
"Haha… haha… sudah puas ketawanya?"
"Ti–tidak, leader-sama," ucap Kisame sambil menunduk.
"Kenapa? Tertawa saja, silahkan!" ancam Pein.
"…" tak ada jawaban.
"Hmmphfht…" terdengar suara menahan tawa.
"Apa? Siapa yang nyuruh kalian tertawa, hah?" Pein tampak marah.
"Tidak ada leader-sama," jawab mereka. Pein beranjak dari sofanya dan berjalan mengelilingi semua anggota Akatsuki yang tengah berdiri dengan wajah menunduk layaknya mengheningkan cipta ketika upacara bendera berlangsung setiap senin pagi, kalau tidak hujan tentunya.
"Itachi… Kemari kau!" panggil Pein dengan suara yang terbilang horror. Itachi langsung berlari dan berbaris di sebelah Kisame dengan wajah yang juga tertunduk. Pein tampaknya sangat marah sekarang. Lihat saja, semuanya tak berkutik bahkan ada yang hendak meneteskan air mata. "Jangan nangis! Cengeng sekali," bentaknya tepat di wajah Deidara. Alhasil, Deidara yang semula menahan air mata agar tidak jatuh pun sia-sia, tubuhnya bergetar hebat sekarang ini. "Menangis… menangis saja yang kalian bisa. Mau jadi apa kalian ini kalau bisanya hanya menangis, menangis dan menangis, hah? Bangga kalian?" semprot Pein sejadi-jadinya.
"…"
"…"
"…"
"…."
Tuh kan, diem semua. Wah, serem nih jadinya. Pein yang tiba-tiba saja berubah, membuat semua yang ada di ruangan itu merinding.
"Apa lihat-lihat, hah!" bentak Pein. Sasori yang tadi curi-curi pandang melihat rekan-rekannya terdiam, mengurungkan niatnya. "Apa kalian tahu? Apa kalian tahu, kalau selama ini aku selalu menahan emosiku dan berusaha sabar meladeni kalian? Tak pernah sedikit pun kalian memperdulikan aku, kan?" curhat Pein.
KRAUK… KRAUK…
"Kau juga author! Tenang sedikit dan jangan memotong ketika aku sedang berbicara!" bentak Pein pada author. Lah? kok author juga dimarahin? *plakk
"…"
"…" Sunyi senyap bak kuburan di malam Jum'at kliwon, sekarang menyelimuti ruang keluarga(?) Akatsuki. Tak ada yang berani bersuara, kecuali Pein.
"Kalian tidak peduli, kan? Mulai sekarang… aku…"
"Leader-sama," gumam Konan.
"Uhuk-uhuk," Zetsu terbatuk-batuk.
"Nih, minum obat batuk! Dalam hitungan detik pasti dahaknya langsung encer," ucap Pein yang entah kenapa langsung melemparkan satu botol kecil obat batuk merk 'BOH'.
"Eh?"
"Sudah? Baiklah, aku lanjutkan," ucap Pein. "Mulai besok, kalian akan ku ajarkan dengan prinsip disiplin, dengan kata lain cara keras," lanjut Pein.
"Hah?" yang lain kembali kaget dan syok.
"Ya, kalian harus mematuhiku. Kalau kalian melanggarnya, lihat saja nanti konsekuensinya. Mulai besok kita akan mulai pelatihan awak kabin. Dan ingat! Aku yang nanti akan menjadi instruktur kalian! Bwahahaha… Kalian akan mati ditanganku!" ucap Pein sangat mantap dan mengepalkan kedua tangannya.
Michika ni aru mono
Tsune ni ki wo tsuketeinai to
Amari ni chikasugite
Miushinatte shimaishou
Tiba-tiba saja handphone Pein berdering. Dengan gaya alay bin lebay, ia pun mengangkat handphonenya dan menjauh mencari tempat yang tenang untuk menelpon. Beberapa saat Pein pergi, mereka langsung saling tukar pandang dan… berlari menuju Pein dengan mengendap-endap.
"Ah, iya. Baiklah, besok saya akan segera ke sana. He-em, Arigatou," Pein mengakhiri percakapannya. Semua anggota Akatsuki langsung berlari menuju tempat semula. Sepertinya ini pembicaraan yang serius.
BUK… BUK…BUK…
TAP… TAP… TAP…
BUK… BUK… BUK…
TAP… TAP… TAP…
GEDUBRAK…
GLINDING…. DUK… DUK… DUK
"Aduh, sakit. Senpai tolongin,"
Ternyata yang tadi itu suara Tobi! Oalah! Tuh anak jatuh menggelinding di tangga. Karena mereka semua terburu-buru dan jubah tobi yang memang kebesaran membuatnya jatuh gara-gara keinjek ujung jubah hitamnya sendiri. Dan akhirnya… jeng… jeng… jatuhlah Tobi dengan efek samping sakit pada kakinya dan kepalanya yang menghantam dinding.
"Eh? Bunyi apaan, tuh?" ucap Pein curiga. "Siapa di sana?" tanya nya lagi. Semua anggota Akatsuki (-Pein) langsung gemetaran, bingung dan takut kalau mereka ketahuan nguping. Tiba-tiba muncul bohlam dari kepala Itachi.
"Meaow… aku kucing," ucap Itachi dengan suara yang menyerupai kucing jadi-jadian. Menurut sebagian orang bahkan author sendiri menyadarinya, alasan yang dibuat Itachi sungguh tidak masuk akal. Namun apa daya, author tak kuasa dan mentok alasannya, ya itu tadi. Ga masuk akal a.k.a gaje. Masa ada kata-kata, 'Aku kucing'. Okey, back to the story!
"Oh, kucing," ucap Pein tak sadar. "Eh? Kucing kok bisa ngomong?" tanya Pein bingung plus cengok.
"Eh? Aku kucing stalker. Ih, apa yang ga mungkin sih di jaman sekarang. Jangankan kucing bisa ngomong, kucing lari saja bisa, kok. Meaow…" lanjut Itachi ngawur masih dengan suara yang dibuat-buat. Yang lain hanya bisa terkekeh dalam hati.
Hebatnya, Pein bisa-bisanya percaya sama omongan Itachi yang kelewat akal. "Oh, begitu ya," ucapnya. Tanpa menghiraukan lagi, Pein berjalan ke arah dapur. Sekedar membasahi kerongkongannya yang kering sehabis berbicara dengan kucing keriput jadi-jadian. *dibakar Itachi*
Kesempatan baik itu, digunakan para Akatsuki untuk kembali ke ruangan mereka berkumpul. Sebelum Pein kembali tentunya.
"Ahaha… kau ini ada-ada saja, Itachi. Mana ada jaman sekarang kucing bisa ngomong. Dongeng kali, hahaha…" tawa Hidan. "Demi Jashin-sama, ini sungguh aneh, ahaha…" lanjutnya.
"Sampai Kakuzu jadi dermawan dan rajin menolong pun ga bakal ada," ledek Konan. Kakuzu memonyongkan bibirnya. Biasa kesel. *dicincang Kakuzu*
"Tapi, bisa-bisanya leader-sama percaya sama omongannya Itachi-senpai!" ucap Tobi.
"Kebanyakan mikirin pearching kali," celetuk Sasori yang langsung mengundang tawa Deidara.
"Hahaha… leader-sama, leader-sama!" Deidara geleng-geleng kepala.
(Catatan: Apabila kalian mencurigai sesuatu, usahakan untuk menganalisanya terlebih dahulu. Jangan mudah percaya dengan alasan yang tidak masuk akal.)
'Oh, ternyata mereka, ya?' batin Pein yang sekarang berada di balik pintu. 'Pantas saja tadi ada kucing ngomong. Eh, ternyata si kakek keriput itu?'
"Ekhem. Jadi, kucing hebat yang bisa ngomong itu, Itachi ya? Ternyata jaman sekarang ada kucing jadi-jadian yang keriputan, ya?" cibir Pein yang langsung membuat semua yang berada di ruangan tersebut terdiam namun tak terpaku(?).
Kisame yang berada di sebelah Itachi pun menyenggol-nyenggol lengan Itachi, tapi Itachi tetap tak bergeming. Merasa dikacangin Itachi, Kisame melampiaskannya kepada Konan dengan cara menendang-nendang kaki Konan. Berbeda dengan Itachi, kali ini Konan membalasnya dengan cara menginjak kaki Kisame. Alhasil, Kisame hampir berteriak, tapi dengan sekuat tenaga ia menahannya.
"Ku-kucing? Kucing apa leader-sama?" tanya Itachi mengalihkan pembicaraan.
"Kucing jadi-jadian. Hiy… serem…" acting Pein pura-pura ketakutan.
"Hiiiy…" ucap yang lain.
"Dan tampaknya ia berkeliaran di sini," ucap Pein menakut-nakuti yang lain. Tampak semuanya bergidik ngeri (-Pein), bukan takut karena cerita Pein, tapi takut terhadap Pein yang auranya mulai berubah. Pasti akan berakhir pahit, sepahit janji-janji keramat Kakuzu. *ditabok Kakuzu*
'Bersiap-siaplah kalian! Tunggu saja besok, hahahaha…'
….oOo…TBC…oOo….
A/N:
Hah… akhirnya selesai juga! Hm, arigatou buat Mi-chan yang sudah bantuin Hika dalam pembuatan fic ini.
Ini fic pertama Hika yang masih newbie di ffn. Jadi, mohon maaf kalau dalam fic ini masih banyak kekurangan dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Tapi, Hika akan tetap berusaha memperbaiki kekurangan-kekurangan itu. Jadi mohon bantuannya.
Menurut readers semua bagaimana dengan fic ini? Kependekan? Hika menerima kritik dan saran yang membangun. No Flame!
Mohon koreksinya ya, semua! Boleh minta pendapatnya? Review, please!
Arigatou gozaimasu…
*Hikaru Kin*
