Title : Breath Taking
Main Cast : Oh Se Hun
Lu Han (GS)
Other Cast : Ye Zi Yu Do Kyung Soo (GS) Byun Baek Hyun (GS)
Kim Jong In Park Chan Yeol Kim Sae Ron
Genre : Romance, Family
Length : Twoshot
Rating : T
.
Ini salah satu Fic yang aku tulis bersama Not A Weak Girl. Hanya sebuah realisasi tantangan sahabat seperjuanganku untuk menulis Family Fic with Hunhan and Ye Zi Yu. Saat itu lagi marak-maraknya orang-orang membuat Fic dengan Ziyu yang imut itu! Ugh, , Dan, maafkan bahasanya ya. ^^
.
This Is FanFic!
.
Author POV
Seorang lelaki tampan berkulit seputih susu terlihat tengah membolak-balik map yang ada didepannya. Mata elangnya yang dibalut kacamata non-frame dengan teliti membaca isi dokumen yang sehari-hari ia periksa itu. Jari kurus panjangnya sesekali menggoreskan tinta dari pulpen yang ia pegang jika ada sesuatu yang dirasanya salah.
"Sehun-ah, aku tahu kau jenuh. Bagaimana kalau kau ikut aku breaving ke Panti Asuhan KwangJu?" kata seorang lelaki berkulit tan yang tengah mengerjakan sesuatu di mejanya, tak jauh dari meja Sehun. Sehun melepaskan kacamatanya lantas menatap Kai, sekretaris sekaligus sahabatnya itu dengan tatapan –maksudmu–?
"Ya, Panti Asuhan yang setahun terakhir kita danai. Setidaknya kita perlu kesana." Kata Kai. Sehun berpikir sebentar, Kai benar.
"Baiklah." Kata Sehun lalu bangkit dari kursinya dan memakai jas hitamnya. Tak berapa lama dua lelaki tampan itu keluar dari ruangan bernuansa broken-white itu.
"Apa yang harus aku lakukan disana?" tanya Sehun ketika mereka berdua memasuki lift. Kai terkekeh sebentar.
"Ah, kau hanya harus membicarakan beberapa hal kepada Kepala Panti Asuhan. Dan kalau kau mau, kau bisa menyapa anak-anak yang tinggal disana." Mendengarnya kening Sehun berkerut.
"Aku akan melakukan hal pertama." Kata Sehun singkat kemudian menekan tombol lantai satu. Tak lama lift itu tertutup dan bergerak turun. Yeah, Kai maklum atas jawaban Sehun itu. Ia mengirim pesan singkat kepada seseorang untuk menyiapkan mobil Sehun.
Oh Se Hun. Lelaki berumur 27 tahun yang sekarang sudah menjabat sebagai CEO dari Oh Corporation, perusahaan besar warisan Harabeojinya. Ia lulusan Oxford University dengan menyandang gelar Master serta IPK sempurna tahun lalu. Memang apa lagi yang Appanya tunggu kalau putra tunggalnya sudah sedemikian hebatnya diumur semuda itu? Sekarang Appanya menikmati hari-hari santainya dirumah bersama Eomma tercintanya.
Menghabiskan seluruh masa kecil serta masa remajanya dibawah didikan Harabeojinya, membuatnya menjadi pribadi yang keras kepala, keras hati, tak bisa dibantah, serta angkuh dan congkak. Benar-benar cetak sempurna dari didikan otoriter yang diterimanya. Yeah, sikapnya yang pongah itu tidak membuat cela sama sekali, malah makin menyempurnakan garis wajah yang memang terlahir dingin dan tegas itu.
"Pastikan agendaku kosong hari ini. Aku tidak mau tiba-tiba ada telepon mendadak tentang meeting." Kata Sehun saat lift terbuka.
"Aku tak akan mengajakmu ke sana kalau kau punya agenda, Sehun-ah." kata Kai. Mereka berdua keluar lift. Sehun hanya mengangguk pelan saat ada beberapa karyawan menyapanya. Sedangkan Kai hanya mengikuti dari belakang tanpa banyak bicara. Didepan gedung sudah ada Audi putih milik Sehun.
"Aku yang menyetir." Kata Sehun lalu masuk ke pintu kemudi. Kai langsung masuk dan duduk di samping Sehun. Sehun melepas jas dan dasinya yang terlihat mencekik itu, lalu menggulung lengan kemejanya hingga kesiku.
"Kembali ke stylemu, huh?" kata Kai sembari ikut melepaskan jas dan melonggarkan dasinya.
"Ini bukan acara resmi kan?" sahut Sehun lalu menyalakan mobil dan membawanya melaju.
Mobil audi putih itu melaju cukup kencang ke daerah pinggiran Kota Seoul. Sehun agak mengernyit saat Kai menunjukkan jalannya. Ia samasekali tidak menyangka kalau perusahaannya mendanai sebuah Panti Asuhan yang agak, yeah, terpencil.
"Kita sampai." Kata Kai lalu melepas seat beltnya dan keluar mobil. Begitupun dengan Sehun, ia melangkah keluar mobil dengan gayanya yang khas. Mata Sehun tertegun ketika menyadari dimana mobil mereka berhenti.
Sebuah bangunan yang tak terlalu besar dengan halaman yang begitu luas, terlihat sangat nyaman dan segar dengan berbagai macam pohon dan tanaman bunga yang ada. Halaman itu dipenuhi anak-anak kecil yang berlarian kesana kemari. Juga tampak beberapa anak yang lebih besar tengah bermain di ayunan dan perosotan yang berwarna biru itu.
Sehun merasakan ada sesuatu yang berbeda menerpa dirinya. Entahlah, semacam perasaan asing yang terasa hangat. Ia merasakan bibirnya akan tertarik membentuk sebuah senyum. Dan tanpa ia sadari, hal itu terjadi. Sebuah senyum tulus terukir dibibir tipisnya itu.
"Ya! Sehun-ah!" teriakan Kai menyadarkannya, membuat senyumnya itu menghilang cepat dan iapun berjalan mengikuti Kai masuk ke Panti Asuhan itu. Mengabaikan berbagai tatapan yang ditujukan padanya ketika ia melewati kerumunan anak kecil itu.
Sehun mengikuti Kai yang masuk ke dalam Panti Asuhan itu. Pintu itu sudah terbuka dan Sehun dapat langsung melihat ruangan paling depan di Panti Asuhan itu. Sebuah ruangan yang terlihat seperti lobi kantornya hanya saja lebih kecil dan ditambahi dengan berbagai interior yang menggemaskan seperti berbagai macam wallsticker khas anak kecil. Mereka langsung menuju pintu yang bertuliskan Kepala Panti.
Cklek!
"Annyeong..." sapa Kai ramah sambil memasuki ruang kepala panti itu. Seorang gadis paruh baya berwajah teduh yang tengah duduk dibelakang meja yang dipenuhi berbagai kertas berkas itu tersentak kecil dan langung berdiri saat melihat siapa yang datang.
"Ah. Annyeonghaseyo... Maafkan saya tidak menyambut anda, Kai-ssi. Oh! Maafkan saya atas ketidaksopanan saya, Sehun-ssi!" kata gadis paruh baya itu sambil membungkuk dalam. Sehun dan Kai membalasnya.
"Bukan apa-apa. Kami memang datang mendadak tanpa rencana." Kata Sehun, ia risih dengan hal itu. Kai terkejut sebentar, Sehun menanggapi?! Angin apa yang menerpanya?!
"Ah, ya. Sebelumnya kami memang tidak ada rencana, namun karena ternyata ada waktu luang kami memutuskan kesini untuk mengecek panti asuhan ini, Younghwa Ahjumma." Sambung Kai menyamarkan keterjutannya.
"Ah, saya benar-benar tidak enak. Apalagi Sehun-ssi datang kesini. Benar-benar tidak sopan dikunjungan pertama anda tidak menerima penyambutan dari saya." Kata Younghwa Ahjumma menyesal.
"Bukan masalah. Setidaknya saya harus mengunjungi Panti Asuhan ini, Y-Younghwa A-Ahjumma." Kata Sehun sedikit terbata diakhir kalimat. Kai tersenyum tipis mendengarnya.
"Ah. Kali ini Sehun yang akan menggantikanku, Ahjumma. Aku ingin segera bertemu dengan anak-anak manis itu!" kata Kai antusias. Younghwa Ahjumma terkekeh kecil.
"Mereka merindukanmu, Kai-ah." Sahut Younghwa Ahjumma. Selanjutnya setelah memberi kode pada Sehun Kai segera melesat meninggalkan ruangan itu.
"Silahkan duduk, Sehun-ssi." Kata Yonghwa Ahjumma mempersilahkan. Kemudian mereka berdua duduk di sofa cream yang tersedia di ruangan itu.
"Jangan memanggil saya seperti itu, Younghwa Ahjumma." Kata Sehun. Younghwa Ahjumma tersenyum lembut.
.
.
.
Kai yang sedang bercanda dengan anak-anak Panti Asuhan menolehkan kepalanya saat melihat lelaki familier berjalan mendekat padanya. Ia menurunkan anak perempuan yang sedang ia gendong lalu melambaikan tangannya ke Sehun.
"Bagaimana? Sudah selesai?" tanya Kai. Sehun mengangguk pelan sambil melihat jam tangannya.
"Kurasa aku akan melihat-lihat dulu." Kata Sehun memutuskan lalu berjalan meninggalkan Kai dan kembali masuk ke dalam. Kai hanya tersenyum maklum lagi.
"Baiklah. Apa kau tidak memerlukan Tour Guide?" teriak Kai. Sehun melambaikan tangannya membuat gestur tidak perlu. Kai masa bodoh dengan sahabatnya itu lalu melanjutkan acara bercandanya itu. Ia baru menyadari sesuatu, sedari tadi semua anak terdiam.
"Eh? Kenapa kalian semua diam, eoh?" tanya Kai bingung. Salah satu anak perempuan yang memakai baju biru bergambarkan beruang menatap Kai takut.
"Ahjussi tadi siapa, Kai Appa? Menakutkan sekali." Adu anak perempuan itu. Kai tertawa keras.
"Ahahaha, kau benar-benar lucu, Saeron-ah! Dia Sehun ahjussi." Kata Kai disela-sela tawanya.
"Apa Sehun Ahjussi baik hati seperti Kai Appa?" tanya Saeron. Kai menghentikan tawanya kemudian ia mengusak rambut Saeron pelan dan berkata.
"Ne, dia baik hati. Panggil dia Sehun Appa oke?" kata Kai.
"T-tapi, S-Sehun Appa menakutkan. Wajahnya seperti orang pucat yang suka menghisap darah di film Chanyeol Appa." Kata Saeron. Kai kembali tertawa keras mendengarnya
Aku penasaran bagaimana wajahmu saat mendengarnya, Sehun-ah. –batin Kai.
Sehun melangkahkan kaki melihat-lihat isi Panti Asuhan itu. Ia melewati kamar anak-anak yang tampak begitu rapi dan terawat. Keadaan Panti Asuhan itu layak, menurut Sehun. Saat ia sampai dibagian belakang Panti Asuhan, dibalik pintu kayu berwarna cokelat tua ia melihat sekelompok lelaki dan perempuan yang tengah sibuk memasak. Ia memicingkan mata kala ia mendengar gadis berambut cokelat terang bermata bulat berteriak mengkoordinasi yang lainnya.
"Ya. Jungsoo-ya, jangan lupa memasukkan kimchi untuk menu makan malam nanti ne!" teriak gadis itu.
"Ne, Kyungsoo Noona!" jawab lelaki yang dipanggil Jungsoo tadi.
"Do Kyung Soo, gadis yang bertanggung jawab dengan masalah dapur dan makanan." Gumam Sehun kemudian melangkahkan kaki jenjangnya lagi.
Saat ia melewati jendela besar di Ruang Makan yang menghadap ke halaman samping yang cukup terang, ia melihat seorang gadis bermata sipit dan seorang lelaki jangkung tengah mengangkat jemuran pakaian. Gadis bereyeliner tebal itu tampak bercanda dengan lelaki jangkung yang menandingi tinggi Sehun itu.
Byun Baek Hyun, gadis yang bertanggung jawab dengan kebersihan Panti Asuhan ini, dan Park Chan Yeol, kekasih Byun Baek Hyun yang ikut mengurusi Panti ini. –batin Sehun.
Mata Sehun bergerak mengamati ruangan yang ia lewati sejalan dengan langkah kakinya itu. Ia berhenti saat menyadari bangunan itu sudah habis, ia berhadapan dengan pintu yang terbuka lebar yang menampakkan halaman belakang yang berisi taman bunga yang sangat indah. Ia melangkahkan kaki keluar. Yup, pribadinya keras, namun Sehun tidak menolak keindahan sama sekali.
"Indah." Gumam Sehun sambil memejamkan matanya sejenak. Tak lama setelah meresapi angin sejuk beraromakan bunga basah yang menenangkan. Sehun membuka matanya. Mata Sehun langsung membulat saat melihat—
"Breathtaking."
—gadis berambut cokelat pekat tengah menggendong anak kecil yang terlihat sesunggukan dibahu sempitnya itu. Gadis itu menoleh kearah Sehun, memperjelas bagian tubuhnya yang membuat Sehun membeku ditempat. Mata rusanya yang berbinar teduh, dan Sehun menyukai itu. Gadis itu tersenyum tipis.
"O-Oh..." Sehun memegangi dada kirinya yang berdetak aneh dan merasakan nafasnya yang tercekat. Gadis itu tampak terkejut lalu berjalan cepat kearah Sehun.
"Chogiyo... Chogiyo... Apa anda baik-baik saja?" tanya gadis bermata rusa itu khawatir. Sehun seakan tidak mendengarnya. Matanya terpaku pada gadis yang tengah menggendong anak kecil itu. Sehun senang melihat pemandangan ini.
"Bagaimana bisa ada gadis cantik bermata rusa seperti ini?" Perkataan yang Sehun keluarkan tanpa sadar ini membuat Luhan mengerjapkan mata dengan pipi memerah.
"Y-ya?"
"Huaaaaaaaaa... Luhan Eomma! Ahjussi ini menakutkan! Dia seperti ahjussi jahat penghisap darah yang ada di film Chanyeol Appa! Huaaaaa, Luhan Eomma! Ziyu takut!" tangisan bocah lelaki kecil bernama Ziyu itu mengejutkan Sehun dari lamunannya.
.
.
.
Sehun tersenyum sendiri saat mengingat beberapa hari lalu saat ia mengunjungi Panti Asuhan KwangJu bersama Kai. Kejadian di taman belakang itu benar-benar membuatnya tak bisa menghilangkan senyuman di bibir tipisnya itu. Ia ingat betul suasana yang begitu awkward setelah tangisan kencang Ziyu yang takut padanya itu terdengar.
Gadis bermata rusa yang ia bernama Luhan itu cukup kesulitan menenangkan Ziyu. Sebenarnya Sehun sempat membantu, tapi ia terpaksa berhenti melakukannya, karena yang ia lakukan hanya membuat tangisan Ziyu tambah keras.
"Kau membuatku takut dengan tersenyum tidak jelas seperti itu, Sehun-ssi." Sindir Kai dan itu menyadarkan Sehun dari lamunannya. Senyum tipis Sehun langsung berganti dengan wajah datarnya.
"Diam dan selesaikan semuanya. Kau belum menyelesaikan laporan Panti Asuhan KwangJu." kata Sehun sambil bergerak gelisah. Kai menyeringai.
"Lalu laporan apa yang kau pegang huh?" kata Kai. Telak. Sehun terdiam saat menyadari laporan apa yang sedang ia baca.
"Sekarang sudah sore, dan kebetulan semua agendamu sudah selesai kan? Ikut aku ke sana. Palliwa." Kata Kai seraya melepas kacamatanya dan beranjak. Sehun memandang ragu.
"Aku tidak ikut, aku masih ada pekerjaan." Elak Sehun sembari berpura-pura membolak-balik laporan ditangannya.
"Aku sekeretarismu, jangan mengelak. Kau ingin ke Panti Asuhan itu kan?" kata Kai. Sehun terhenti. Kai benar, ia ingin kesana.
"Jangan munafik, Sehun-ah." Dan setelah mendengar itu Sehun mengikuti langkah Kai keluar dari ruangannya itu.
Selama perjalanan tak ada banyak pembicaraan. Kai sebenarnya ingin sekali tertawa dan menggoda Sehun yang entah mengapa terlihat gelisah dan gugup. Tangan pucatnya itu tak henti-henti meremas stir selama mengemudi. Namun yeah, Kai tak ingin mengganggunya. Kai tahu penyebabnya.
"Apa aku sudah bilang padamu kalau aku menyukai salah seorang gadis pengurus Panti Asuhan itu?" kata Kai tiba-tiba. Sehun terkejut, namun untung saja ia tak sampai kehilangan kendali. Wajahnya menegang.
'Apa gadis bermata rusa itu?' –batin Sehun gelisah. Sehun teringat saat Kai menceritakan tentang gadis yang ia sukai. Kai menyeringai melihat raut wajah Sehun itu.
"Siapa?" tanya Sehun, berusaha tenang.
"Yang jelas dia memiliki mata yang mempesona untukku." Kata Kai santai. Sehun merasakan nafasnya terhenti.
"Luhan?" Tanpa sadar nama yang ia pikirkan keluar begitu saja dari bibirnya.
'Gotcha!' Seringai Kai makin lebar.
"Hmm, Luhan... Matanya mempesona bukan—" —Kai sepertinya senang sekali mempermainkan Sehun saat ini. Kesempatan langka bisa mengerjai CEO diktator ini, kau tahu.
"—tapi bukan dia yang kumaksud. Do Kyung Soo." Lanjut Kai. Mendengarnya Sehun menghela nafas lega dan tersenyum tipis. Kai tertawa keras.
"Ahahahahaha... Kau takut aku menyukai Luhan huh? Kau menyukainya Sehun-ah?" Sehun kembali ke wajah datarnya.
"Tidak."
"Kau berbohong, Hun." Kata Kai menjengkelkan.
"Diam atau aku turunkan disini." Kata Sehun dingin. Kai tersenyum tipis.
"Baiklah."
Tak lama mereka sampai di Panti Asuhan itu. Sehun yang mengemudi pelan membuat mereka sampai disana menjelang waktu makan malam. Dari depan pintu utama dapat terdengar suara-suara antusias anak-anak kecil yang berteriak senang. Kai dan Sehun langsung melengang masuk dan menemukan Chanyeol keluar dari Ruang Younghwa Ahjumma bersama Baekhyun.
"Oh, anyyeong, Kai-ah, Sehun-ssi." Sapa Baekhyun. Chanyeol tersenyum lebar.
"Ya. Apa anak-anak sedang akan makan malam?" tanya Kai basa-basi.
"Yup! Kurasa kalian berdua bisa ikut makan malam disini." Sambung Chanyeol.
"Kurasa tidak sopan membedakan panggilan antara aku dan Kai." Kata Sehun datar. Chanyeol dan Baekhyun tersenyum canggung. Kai tersenyum minta maaf pada mereka berdua.
"Maaf, aku takut itu mengganggumu." Kata Baekhyun.
"Aku sama sekali tidak terganggu." kata Sehun lalu melengang masuk kedalam meninggalkan ketiga orang tadi.
"Tidak perlu aku jelaskan, kan?" kata Kai. Chanyeol dan Baekhyun terkekeh lalu mengikuti langkah Sehun.
Mereka berempat sampai di Ruang Makan yang bersambungan dengan dapur. Sehun dapat melihat Kyungsoo dan Jungsoo mengangkat panci besar beruap yang menguarkan harum sup yang hangat. Anak-anak tampak tak dapat diam dikursinya. Meja jati panjang itu telah penuh dengan piring serta sendok dan sumpit yang tertata rapi dihadapan masing-masing anak yang duduk.
Sehun melihat Luhan tengah membawa tumpukan mangkuk-mangkuk yang ia tebak untuk sup itu. Sehun refleks mendekat dan membantu Luhan membawanya. Luhan terkejut hingga mangkuk-mangkuknya sedikit oleng.
"A-ah, S-Sehun-ssi... A-anda datang." kata Luhan terkejut. Sehun menatap Luhan dengan sedikit senyum, ingat sedikit. Namun Luhan dapat menyadarinya.
"Lain kali lebih baik kau meminta bantuan yang lain ketika membawa mangkuk sebanyak ini." kata Sehun. Luhan tersenyum.
"Terimakasih." Kata Luhan. Mereka berjalan dan mulai meletakkan manguk-mangkuk itu disamping piring tiap anak. Orang dewasa lainnya tersenyum melihat Sehun dan Luhan.
"Eomma, Saeron takut." Kata Saeron saat Luhan dan Sehun sampai dikursi mereka. Luhan mengernyit.
"Kenapa?" tanya Luhan. Ziyu yang disampingnya cemberut.
"Seh-Sehun Ahjussi menakutkan." Cicit Saeron dan Ziyu bersamaan sambil menunduk. Luhan mengedarkan pandangannya dan melihat semua anak menunduk takut. Sehun menghela nafas pelan. Sehun dapat mendengar banyak kikikan tertahan dan dapat melihat Kai sampai membungkuk dan memegangi perutnya.
'Sebegitu menakutkankah aku?' –batin Sehun miris.
"Tidak. Kalian tidak boleh seperti itu, itu tidak sopan. Sehun Ahjussi orang baik, kok." Kata Luhan sambil tersenyum lembut. Saeron melirik Sehun takut.
"Benarkah? Eomma tidak bohong?"
"Tentu saja, Eomma tidak bohong. Bahkan Sehun Ahjussilah yang membelikan hadiah kemarin." Kata Luhan. Sehun jadi teringat boneka serta mainan yang ia kirim diam-diam kepada Younghwa Ahjumma untuk diberikan pada anak-anak panti. Luhan tahu itu?
"Maafkan kami, Sehun Ahjussi. Kami tidak sopan tadi." Kata Ziyu takut-takut. Sehun tersentak dari lamunannya, kemudian ia menyejajarkan tubuhnya diantara Saeron dan Ziyu. Ia mengusak rambut kedua anak manis itu pelan dan mengatakan—
"Aniya, gwaenchanha. Bagaimana sebagai permintaan maaf kalian memanggilku dengan Sehun Appa?" —beserta seulas senyum menawan. Senyum. Sehun tersenyum tanpa ada kesan terpaksa sama sekali. Oh, wajahnya benar-benar tambah menawan dengan senyumannya itu.
Kai, Kyungsoo, Baekhyun, Chanyeol, dan Jungsoo membelalakkan matanya terkejut. Sedangkan Luhan tersenyum tipis melihatnya.
"K-kau tersenyum?!" Kai mengatakannya dengan nada tak percaya.
"Ne!" jawab Saeron dan Ziyu bersamaan dengan wajah ceria. Itu diikuti dengan senyum lucu dari anak-anak lainnya.
"Eomma benar kan?" kata Luhan lembut. Semuanya mengangguk senang. Ia melirik Sehun yang telah berdiri. Sehun menatapnya penuh arti sebelum mulai lagi meletakkan sisa mangkuk yang dibawa Luhan.
Kyungsoo yang telah selesai membagikan sup lezatnya bersama Jungsoo serta Chanyeol dan Baekhyun yang telah selesai membagikan menu lainnya akhirnya duduk menyusul yang lainnya. Susunannya entah mengapa dibuat sedemikian rupa sehingga Sehun tepat di kursi utama yang biasa diduduki Younghwa Ahjumma yang kebetulan sedang ada urusan.
"Bagaimana kalau Sehun Appa yang memimpin doa?" kata Kai jahil dan disambut dengan anggukan antusias dari anak-anak kecil lucu itu. Sehun menghela nafas geli kemudian ia menggandeng tangan Kai yang berada disamping kanannya serta Luhan yang ada disamping kirinya, yeah, dengan sedikit canggung.
Kai menggandeng Kyungsoo, Kyungsoo menggandeng Jungsoo dan seterusnya. Begitu pula Luhan, Luhan menggandeng tangan Baekhyun, Baekhyun menggandeng tangan Chanyeol dan seterusnya. Semua yang ada di meja makan itu bergandengan tangan seraya memejamkan mata.
"Di dalam nama Tuhan yang bertahta di Kerajaannya. Terimakasih atas hidangan yang sudah Engkau berikan malam ini. Terimakasih atas berkat yang sebentar lagi akan hamba santap. Beri kami kekuatan untuk mencintai orang-orang yang kami sayangi. Di dalam nama Tuhan, kami berdoa. Amin."
Doa itu terasa begitu menyentuh hati. Kai hampir-hampir meneteskan air mata tak menyangka Sehun yang begitu dingin itu bisa berubah sehangat ini dalam waktu yang singkat. Mungkin ia masih tak banyak bicara dan hanya mengulas senyum tipis, tapi demi apapun, Kai senang akan itu.
"Selamat makan!"
"Woah... Supnya benar-benar enak, Kyungie Eomma!" pekik Ziyu. Kyungsoo tersenyum manis sekali.
"Kalau begitu habiskan oke?" kata Kyungsoo.
"Sehun-ah, kurasa ada sesuatu yang berbeda semenjak kau datang kesini." Kata Kai sembari menyendokkan sup kedalam mulutnya. Sehun menatap Kai datar, namun menyiratkan –diam-atau-kau-mati–. Namun Kai tak peduli itu.
"Apa?" kata Sehun. Kai menyeringai tipis.
"Atau, kau mulai menghangat karena Luhan? Kau merasakan sesuatu yang berbeda dengannya?" Itu sukses membuat Sehun dan Luhan hampir tersedak.
"Ehm." Luhan berdehem gugup lalu meminum air. Ia canggung sekali.
"Lalu bagaimana denganmu, kapan kau akan menyatakan cintamu padanya?" kata Sehun santai. Kai menegang.
"S-sehun-ah..." Kai terbata melihat mata Sehun yang menyiratkan –aku-akan membalasmu-Kkamjong–.
"Kau bilang kau menyukai Kyungsoo, bukan? Kapan kau akan memberitahunya perasaanmu?" kata Sehun. Sekarang Kai yang tercekat, lalu ia dikejutkan suara tersedak Kyungsoo, yang wajahnya semerah kepiting rebus.
Semuanya terkikik.
"Aku rasa tidak baik membicarakan ini selama kita ada di meja makan." Kata Luhan menetralisir keadaan. Ia mengatakannya dengan menahan tawanya.
"Appa." Suara anak perempuan mengalihkan mereka.
"Ne?" Serentak Sehun, Kai dan Chanyeol menoleh.
"Euhm, sekarang kami punya banyak Appa-Eomma ne?" ujar anak perempuan yang paling besar di Panti Asuhan KwangJu yang bernama Yunhee itu.
"Ah, ya. Kalian senang bukan?" kata Chanyeol sambil tersenyum konyol. Yunhee mengangguk senang.
"Baekhyun Eomma dengan Chanyeol Appa, Kyungsoo Eomma dengan Kai Appa, dan Luhan Eomma dengan Sehun Appa." Kata Yunhee. Luhan dan Kyungsoo kompak merona hebat.
"Kau pintar sekali." Ujar Sehun lalu mulai menyendokkan supnya lagi dengan seulas senyum tipis. Luhan makin merona.
"Bagaimana kalau kalian cepat menyelesaikan makan malam kemudian minum susu? Luhan Eomma tadi membelikan susu cokelat lho." Kata Baekhyun. Ia cukup mengerti keadaan yang lumayan canggung ini.
"Ya, eomma." Setelah itu makan malam berjalan dengan semestinya tanpa ada acara saling menggoda.
.
.
.
"Sekarang Ziyu tidur ya? Eomma mau membereskan makan malam dulu." kata Luhan sambil mencium kening Ziyu sayang. Sehun yang tengah berdiri disamping ranjang dengan memegang nampan berisi beberapa gelas susu yang telah kosong tersenyum.
"Jadi anak baik, oke?" Sambung Sehun. Ziyu tersenyum khas anak kecil.
"Sehun Appa, maafkan Ziyu sempat tidak sopan tadi. Ziyu kira Appa orang jahat yang suka menghisap darah di film Chanyeol Appa." Sesal Ziyu. Luhan terkikik sedangkan Sehun tersenyum tampan, sempat terlintas dibenaknya mengapa Ziyu sampai bisa menonton film bertemakan vampire itu, mungkin ia akan menanyakannya pada Chanyeol nanti.
"Tidak apa-apa." kata Sehun sambil mengasak rambut Ziyu dengan tangan kanannya.
"Kenapa Ziyu bisa berpikiran seperti itu?" tanya Luhan, ia ingin menjahili Sehun.
"Habisnya Sehun Appa putih sekali dan tidak tersenyum." Sehun terkekeh pelan mendengar penuturan polos anak berumur 6 tahun itu.
"Tapi setelah Sehun Appa tersenyum, Sehun Appa tidak menakutkan, kan?" lanjut Luhan. Ziyu tersenyum.
"Ya! Sehun Appa tampan seperti Ziyu!" Sehun terkekeh lagi.
"Cha! Nanti Eomma akan menyusulmu tidur. Appa pinjam Eomma sebentar ne?" kata Sehun, dan itu sukses membuat Luhan merona, lagi.
"Ya!"
"Jaljayo, Ziyu-ya." kata Luhan. Setelah mematikan lampu Sehun dan Luhan keluar.
Mereka berdua berjalan menuju dapur, Sehun dan Luhan mampu mendengar suara Kyungsoo dan Baekhyun dari dapur. Tampaknya mereka berdua baru saja selesai mengantarkan susu seperti mereka.
"Ah, sudah selesai? Kemarikan, biar aku dan Kyungsoo yang mencucinya." Kata Baekhyun sembari mengambil nampan yang Sehun bawa.
"Aku akan membantu." Kata Luhan cepat. Kyungsoo tersenyum misterius.
"Kurasa Tuan Oh membutuhkanmu, Nona Lu. Benar, kan, Sehun-ah?" kata Kyungsoo.
"Sayangnya itu benar sekali." kata Sehun. Luhan gugup.
"Cha! Pergi pergi pergi! Kami berdua yang akan menyelesaikannya!" kata Baekhyun. Luhan tersenyum pasrah lalu mengikuti Sehun yang ternyata membawanya ke taman belakang yang tampak cerah dengan bintang yang tersebar di langit sana.
Sehun terus melangkah sampai ke satu-satunya bangku taman yang ada dibawah lampu. Sehun duduk dan menepuk sisi sebelahnya, meminta Luhan duduk.
"Ada apa, Sehun-ssi?" tanya Luhan.
"Kurasa aku pernah bilang untuk tidak memanggilku seformal itu." kata Sehun tak suka. Luhan tersenyum tipis.
"Tak suka dibantah, hmm. Baiklah, ada apa, Sehun-ah?" Luhan mengulangi pertanyannya.
"Aku ingin tahu tentang kau, Lu." Deg. Luhan berdesir saat mendengar Sehun memanggilnya dengan panggilan itu.
"Untuk apa?"
"Kau yang bilang sendiri aku tak suka dibantah." Luhan terkekeh pelan.
"Apa yang mau kau tahu? Sebaiknya kau bertanya, itu akan lebih mudah. Aku tak tahu harus mulai darimana."
"Kau dibesarkan disini?" tanya Sehun.
"Ya. Aku dibesarkan disini. Youngwa Ahjumma menemukanku didepan Panti Asuhan. Beliau bilang waktu itu aku berumur 6 bulan. Dikeranjang bayiku ada surat yang Eommaku tinggalkan, hanya bersisi nama dan tanggal lahirku, dan, kalimat Eommaku sudah tidak sanggup mengurusku lagi. Dan ya, aku tumbuh bersama teman-temanku yang sebagian besar telah diadopsi, ada juga yang telah menikah." Luhan memulai ceritanya.
"Lalu kenapa kau tetap bertahan disini?"
"Aku tidak mau meninggalkan Panti Asuhan ini. Ini rumahku, aku juga ingin membalas budi pada Younghwa Ahjumma, sekalipun sebenarnya aku tak akan pernah bisa. Lagipula Kyungsoo dan Baekhyun juga tetap disini. Aku tak mau meninggalkan semuanya." jawab Luhan. Ia sendiri tak menyangka ia bisa seterbuka ini dengan Sehun.
Sehun memandang Luhan yang kini tengah menatap kedepan dengan seulas senyum dibibir peachnya itu. Sehun menatapnya penuh arti.
"Aku ingin tahu, kelihatannya kau dekat sekali dengan Ziyu, bahkan ia sekamar denganmu."
"Ya, aku menemukan Ziyu kecil menangis keras di depan Panti Asuhan. Waktu itu hujan deras sekali, tapi ia hanya berbalutkan kain tipis, padahal ia masih merah, dia sama sekali tidak berdosa. Bukankah dia hampir sama denganku?" kata Luhan sedih.
"Kau sangat mencintai Ziyu." Kata Sehun. Luhan mengusap air matanya yang tadi mengalir kecil lalu tersenyum.
"Ya, aku memang sangat mencintainya. Aku menganggapnya anakku sendiri. Mungkin suatu saat nanti aku akan mengadopsinya." Kata Luhan.
"Mengadopsinya? Saat kau sudah menikah?" tanya Sehun. Luhan mengangguk kecil.
"Kurasa Ziyu tak lama lagi akan benar-benar menjadi putramu, Lu. Kapan kekasihmu akan melamarmu?" tanya Sehun. Luhan tersenyum manis mendengar pertanyaan tersirat Sehun ini.
"Aku masih sendiri, Tuan Oh." Jawaban Luhan membuat Sehun tersenyum.
"Aku senang mendengarnya."
.
.
.
Everything has changed. Bisakah kita menyebutnya begitu? Sehun mengiyakannya. Sehun mengiyakan kalau Kai menyebutnya menjadi lelaki yang jauh lebih hangat ketimbang dulu. Ia lebih sering tersenyum, sekalipun belum selebar dan sesering Chanyeol tentunya.
Sudah jarang sekali ia menampakkan wajah dinginnya, sekalipun keras kepala, keras hati, dan tak bisa dibantahnya masih melekat. Setidaknya ia menjadi pribadi yang lebih baik. Hampir tiap hari ia meluangkan waktu untuk ke Panti Asuhan tiap sepulang kerja, tak jarang pula ia lembur semalaman hanya agar bisa di Panti Asuhan itu sejak pagi di hari berikutnya.
How can be? Luhan. Gadis cantik dan lembutlah itu jawabannya. Luhan mampu membuat hati Sehun menghangat dan merasakan sebuah rasa berbeda yang membuat jantung Sehun berdetak kencang dan memendarkan rasa nyaman yang kentara. Rasa yang membuat Sehun makin sering menunjukkan senyum menawannya.
Sehun jatuh cinta pada gadis bermata rusa itu. Semuanya juga tahu, bahkan Luhan sendiri. Namun sampai sekarang mereka masih seperti pertama bertemu, belum menjalin hubungan khusus.
"Kami bukan anak remaja SHS, Kai-ah." Begitulah jawaban Sehun ketika Kai menanyakan alasannya.
"Huh, memangnya kau tidak takut Luhan direbut lelaki lain? Dia gadis yang cantik, Hun-ah." kata Kai. Sehun terkekeh.
"Dia hanya mencintaiku. Lebih baik kau urusi saja kekasih barumu itu, kurasa ia masih suka malu bertemu denganmu setelah insiden-menyatakan-cintamu yang konyol itu." kata Sehun santai.
"Ya! Sialan kau! Itu bukan insiden!" protes Kai. Dan setelah itu akan dilanjutkan derai tawa keduanya.
Yah, kurasa aku tak perlu menjelaskan perasaan Luhan pada Sehun karena ia selalu merona malu dan tersenyum amat manis saat bersama Sehun bukan? Luhan yang setiap berada didekat Sehun dadanya berdetak menyenangkan. Kalian pasti sudah mengerti maksudku bukan?
"Eomma, aku rindu Appa." Rengek Ziyu yang berada dalam gendongan Luhan yang tengah menyiram bunga di Taman Belakang. Kegiatan rutin tiap sore hampir menjelang.
"Sehun Appa?"
"Ne. Aku rindu Sehun Appa." Kata Ziyu sedih. Luhanpun meletakkan alat penyiramnya kemudian memeluk Ziyu.
"Sehun Appa sedang bekerja, Ziyu-ya. Eomma yakin Sehun Appa akan kesini setelah pekerjaannya selesai." kata Luhan menenangkan. Ziyu cemberut.
"Eomma selalu mengatakan itu kemarin dan kemarinnya lagi! Ziyu rindu Appa!" rengek Ziyu makin keras. Ziyu benar, sudah tiga hari ini Sehun tidak datang ke Panti Asuhan. Tanpa memberi kabar sekalipun hanya pesan singkat atau voice mail.
Luhan sedikit murung menyadari kenyataan itu.
"Bagaimana kalau kita menelfon Sehun Appa?" kata Luhan sambil mengeluarkan ponselnya. Ziyu seketika cerah dan mengangguk antusias.
"Untuk apa menelfon kalau aku sudah ada disini, heum?" suara Bass itu mengejutkan Luhan dan Ziyu. Ziyu tersenyum lebar kemudian turun dari gendongan Luhan dan berlari ke siapa yang datang. Luhan tersenyum lega.
"Cha! Putra Appa merindukan Appa heum?" kata Sehun saat meraih Ziyu dalam pelukannya. Ziyu mengangguk cepat.
"Ne! Appa kemana saja?! Ziyu tidak suka tidak ada Appa!" kata Ziyu lucu. Itu membuat Luhan terkekeh saat mendekat.
"Bukankah ada Eomma?" tanya Sehun.
"Tapi aku lebih suka kalau Appa dan Eomma bersama Ziyu." Jawab Ziyu polos. Sehun melirik Luhan yang tengah merona.
"Kalau begitu untuk permintaan maaf, bagaimana kalau kita jalan-jalan keluar? Appa ingin mengajak kalian ke suatu tempat." Kata Sehun.
"Kita?"
"Ya, Ziyu, Appa dan Eomma. Kita bertiga." Lanjut Sehun.
"Ya!"
"Bagaimana dengan yang lainnya, Sehun-ah? Kurasa mereka semua akan merengek ikut." Luhan buka suara. Sehun tersenyum tampan.
"Aku sudah membawakan sesuatu untuk mereka, aku juga sudah meminta ijin pada Younghwa Ahjumma. Kelihatannya kau tidak suka menghabiskan waktu bertiga denganku. Memangnya kau tidak merindukanku?" kata Sehun. Luhan menggeleng tak percaya.
"Kau benar-benar. Cha! Eomma akan mengambil tas dan mantel dulu oke? Baik-baik sebentar dengan Sehun Appa." kata Luhan sembari mengasak rambut Ziyu sayang. Ziyu mengangguk. Setelah itu Luhan pergi kekamarnya mengambil tas dan mantel untuknya dan Ziyu. Sedangkan Sehun dan Ziyu berjalan ke luar.
"Kita akan kemana Sehun-ah?" tanya Luhan saat mereka sudah berjalan bersama.
"Ke suatu tempat."
"Kau membuatku penasaran." Kesal Luhan. Sehun terkekeh. Mereka disambut keramaian khas anak kecil saat mereka tiba di Lobi. Luhan tersenyum melihat banyak sekali boneka dan mainan yang sedang dimainkan anak-anak. Juga ada beberapa camilan yang mahal di meja lobi.
"Yo! Kalian mau kemana?" tanya Chanyeol.
"Hanya menghabiskan waktu bersama Luhan dan Ziyu." Jawab Sehun dengan senyum diwajahnya. Chanyeol tersenyum penuh arti.
"Keluarga kecilmu, huh?" Goda Chanyeol.
"Tentu saja." Luhan merona lagi dengan jawaban yang meluncur ringan dari bibir tipis Sehun itu.
"Jaga sikapmu, oke! Ada Ziyu bersama kalian!" teriak Chanyeol saat mereka bertiga menjauh keluar.
"Aku tidak semesum Kai, Chanyeol-ah." kata Sehun menghiraukan rona merah di pipi Luhan.
Mereka masuk ke mobil audi putih yang terparkir manis di halaman. Setelah memasang seat belt, dan sedikit berdebat karena Ziyu ingin dipangkuan Luhan, akhirnya mobil itu melaju.
"Ziyu-ya." kata Sehun.
"Ya, Appa?" Anak manis itu menolehkan kepalanya ke Sehun begitu juga dengan Luhan.
"Apa Ziyu mau tinggal bersama Appa?" tanya Sehun. Luhan dan Ziyu mengernyit.
"Tinggal bersama Appa? Dimana?" tanya Ziyu polos. Sehun tersenyum tipis.
"Di rumah Appa tentunya." Luhan merasa tak keruan sekarang mendengar kalimat Sehun itu.
"Tidak. Ziyu tidak mau tinggal bersama Appa. Kalau Ziyu tinggal bersama Appa Ziyu tidak bisa tidur dengan Eomma." Kata Ziyu cemberut.
'Sebenarnya apa mau Sehun mengatakan ini?' –batin Luhan.
"Berarti Ziyu mau tinggal dengan Appa kalau ada Eomma menemani Ziyu?" tanya Sehun dengan nada yang—err, menggoda. Luhan tersenyum malu.
'Jadi ini maksudmu. Astaga, kau...'
"Ya!" jawab Ziyu semangat. Sehun dan Luhan sama-sama tersenyum, bedanya Luhan dengan semburat merah muda dipipinya.
"Baiklah. Secepatnya Ziyu dan Eomma akan tinggal bersama Appa." Kata Sehun sambil menambah kecepatannya. Sudah ada restu dari Ziyu untuknya melangkah lebih maju.
Sehun membawa mobil audinya itu ke sebuah pantai. Nampaknya matahari akan segera tenggelam melihat warna jingga mulai berpendar di ujung pandangan. 'Keluarga kecil' itu turun dan mendekat ke arah pantai. Mereka sama sekali tidak melepas alas kaki, mereka hanya akan menikmati sunset di sini. Hmm, mungkin?
"Kenapa kau membawa kami ke sini?" tanya Luhan sembari menurunkan Ziyu yang sudah merengek ingin minta turun bermain pasir.
"Jangan main air, Ziyu-ya." kata Sehun menghiraukan pertanyaan Luhan.
"Iya, Appa!" Sehun menarik Luhan menjauh sedikit dari Ziyu.
"Hanya ingin saja." Katanya sembari melepas kaitan tangannya dengan Luhan.
"Terserah." kata Luhan kesal. Sehun terkekeh.
Kemudian hanya ada diam untuk beberapa saat. Mereka berdua sama-sama mengawasi Ziyu yang tengah mengejar ombak yang beriak kecil.
"Kau berbeda, Sehun-ah." kata Luhan tiba-tiba. Sehun menoleh.
"Berbeda bagaimana?"
"Kau jauh lebih hangat dari sebelumnya. Kau lebih sering tersenyum sekarang." Kata Luhan tulus. Sehun tersenyum mendengarnya.
"Salahkan saja gadis bermata rusa yang telah membuatku berbeda itu, Lu." Luhan terkekeh pelan, lalu ia menghadap ke Sehun.
"Aku senang kau menyayangi Ziyu." Kata Luhan dengan binar bahagia dimatanya. Sehun mendekat hingga jarak mereka begitu tipis.
"Sama seperti aku menyayangi dan mencintai Eommanya." Kata Sehun sambil menatap mata dan bibir Luhan bergantian, seakan meminta kepastian Luhan untuk melangkah lebih jauh. Luhan memejamkan matanya dan saat itu juga Sehun meraih tengkuk Luhan dan menciumnya dalam. Melumatnya halus penuh perasaan.
Tangan Sehun yang satunya memegangi pinggang Luhan yang terasa lemas didalam dekapannya itu. Setelah mengecupnya dalam, Sehun melepas tautan itu.
"Saranghae." Kata Luhan, setelah mendengarnya Sehun membawa Luhan ke pelukannya. Rusa ini sekarang miliknya.
"Aku juga, Luhan."
Tanpa Luhan ketahui, Sehun mengambil sesuatu dari kantong celananya. Sebuah kotak biru beludru kecil itu ia buka menggunakan satu tangan. Ia mengambil cincin berlian manis dari dalamnya dan memasangkannya pelan pada jari manis Luhan yang menggantung bebas.
Luhan melepas pelukannya dan melihat tangannya heran. Namun tak lama Luhan tersenyum haru dengan mata berkaca-kaca.
"Caramu benar-benar tidak romantis." Kata Luhan sambil tetap memandangi cincin yang melingkar manis di jarinya.
"Apa yang kau harapkan dari lelaki seperti aku?" kata Sehun sambil tersenyum tampan sekali. Luhan terkekeh dengan air mata mengalir dari mata indahnya.
"Kau milikku, dan akan selalu seperti itu. Kau tak memiliki hak untuk pergi dariku, sama sekali tidak ada." Kata Sehun.
"Kau tetap pemaksa dan keras kepala, Tuan Oh." Kata Luhan sambil memeluk Sehun. Ia benar-benar bahagia.
"Itulah aku." Jawab Sehun.
"Appa Eomma! Ziyu ingin berfoto dengan matahari!" Suara Ziyu membuat pelukan itu terlepas. Namun tak ada yang merasa terganggu sama sekali.
.
.
.
Luhan tak dapat menyembunyikan kebahagian yang ia rasakan. Kyungsoo dan Baekhyun terus saja menggodanya sekalipun kejadian 'tidak romantis' itu sudah lama berlalu. Setiap saat akan ada senyum indah yang terpasang di bibir Luhan. Seakan-akan senyum itu menjadi hal permanen dibibirnya.
"Kapan pangeranmu itu akan mengunjungimu? Sudah seminggu ini dia tidak terlihat sama sekali. Huh, apa dia tidak merindukan tunangan manisnya ini?" kata Baekhyun. Luhan dan Jungsoo sepakat tertawa pelan.
"Bukankah Luhan Noona sudah bilang kalau Sehun Hyung sedang ada perjalanan bisnis ke Jepang seminggu ini?" kata Jungsoo. Baekhyun membawa memasukkan pakaian yang telah kering ke keranjang yang ia letakkan dibawah.
"Ah, aku lupa! Aku terlalu cemburu dengan cincin Luhan yang bagus sekali itu! Kapan Chanyeol akan memberiku cincin sama seperti Luhan?" kata Baekhyun pura-pura kesal. Luhan membawa masuk karanjang berisi pakaian keringnya itu kedalam.
"Ahahaha, kau benar Baekkie Noona." Tawa Jungsoo.
"Oh iya, Kyungsoo dimana?" tanya Luhan saat ia memberhentikan langkahnya.
"Kudengar dia dan Younghwa Ahjumma sedang ada tamu, mungkin yang akan mengadopsi, Lu." Jawab Baekhyun.
"Oh, sekarang siapa ya?" gumam Luhan. Tiba-tiba dari dalam tampak Kyungsoo yang tengah berlari kencang dengan raut wajah kacau.
"Kyungsoo-ya?"
"L-Luhan-ah, mereka orangtua kandung Ziyu. Mereka akan mengambil Ziyu." Kalimat itu sukses membuat keranjang yang Luhan bawa terjatuh begitu saja.
"A-apa? Apa m-maksudmu?" Kyungsoo memasang wajah menyesal saat melihat raut wajah Luhan yang benar-benar shock. Luhan merasakan sebagian dunianya akan runtuh.
.
Tbc
Pertama kalinya aku membuat ending chapter yang seperti ini. Sebenarnya bukan gayaku. Tapi, ya sudahlah. Adakah yang mau menunggu kelanjutannya?^^
Anne 2016-07-16
