A/N: Setelah main FFXIII nonstop dan baca-baca ratusan fanfic, aku putuskan untuk nulis fanfic versiku sendiri. Hehehehe

Mungkin agak OOC, agak OOT, yang jelas ini cuma cerita mini.

HATI-HATI SPOILER! Tapi udah kupangkas, sih :)

Disclaimer: I own NOTHING.


#1 L'Cie and Its Power


Hidup Lightning sudah sukses berantakan. Seluruh isi kepalanya teraduk jadi satu dan membentuk sebongkah bola api yang siap meledak kapan saja. Badannya letih, perih, dan dia ingin mengamuk pada keempat orang yang ada di sekitarnya. Mereka baru saja berhasil kabur dari kejaran tentara PSICOM dan kini malah terperangkap di Lake Bresha yang dingin. Lightning yakin kalau dia terus terjebak dengan orang-orang ini, dia pasti akan gila.

"L'Cie. Orang-orang ketakutan setengah mati pada l'Cie padahal l'Cie cuma manusia biasa," Snow membuka pembicaraan. Matanya terpusat pada tanda l'Cie yang tercetak di lengan kirinya. Lelaki itu duduk paling dekat dengan api unggun kecil yang dibuat oleh Vanille.

Percaya atau tidak, Vanille membuat api unggun itu dengan sihir. Ya, sihir. Gadis itu mendapatkan sihirnya setelah dia menjadi l'Cie. Berguna sih, tapi Lightning tidak akan bilang trims pada Anima, fal'Cie yang mengubah mereka berlima menjadi l'Cie. Karena menjadi l'Cie berarti menjadi bom waktu. L'Cie memang diberikan kekuatan sihir, tapi mereka juga mengemban tugas yang entah apalah itu. Andai tugas itu selesai, mereka akan jadi kristal dan hidup abadi. Tetapi apa yang bisa kristal lakukan? Berpose dan diloak demi uang? Tidak ada artinya jika kau bisa hidup abadi hanya sebagai kristal. Dan andai mereka gagal mengemban tugas sampai batas waktu, mereka akan jadi Ci'eth—mayat hidup buas.

"Semuanya pasti baik-baik saja," kata Vanille. Dia gadis remaja yang mungkin seusia dengan Serah, adik Lightning. Tabiatnya manis dan ceria di mana pun dan kapan pun. Sesekali Lightning kepengin menunjukkan kerasnya hidup yang sebenarnya pada Vanille. "Iya kan, Hope?"

Hope duduk dekat sekali dengan Vanille. Dia kelihatannya akan menangis atau apa sebentar lagi. Lightning benci Hope. Hope cuma seorang bocah yang baru memasuki usia remaja. Sejak awal dia sudah menempel pada Vanille seakan Vanille adalah kakaknya. Dari yang Lightning amati, Hope ini pasti anak orang kaya yang selalu dimanja. Dan kalau sampai Lightning harus mengasuhnya, lebih baik dia tinggalkan saja Hope di suatu tempat. Terserah PSICOM mau menangkapnya atau apa.

Dan satu lagi, Hope juga l'Cie.

"Uh... Uh, ya..." gumam Hope.

"Aku sungguh kangen rumah," sahut Sazh, pria tertua dalam kelompok bodoh ini. Dia duduk di sebelah Snow, memandangi bayi Chocobo di tangannya yang terbungkus sarung tangan. Sejak awal Lightning tidak begitu paham pada jalan pikiran Sazh. Dia ini pasti ikut ke kereta Purge mau cari mati. Dia juga l'Cie sekarang dan itu salahnya sendiri. Lightning tidak mau disalahkan atas semua tanda l'Cie itu cuma karena dialah yang menyerang fal'Cie Anima duluan. Lagi pula, Lightning juga sudah dapat ganjarannya—dia juga jadi l'Cie.

"Jadi, kita l'Cie sekarang, kan?" sahut Snow. "Kira-kira kekuatan macam apa yang kita dapatkan?"

"Sihir," kata Sazh pasrah. "Seperti punya Vanille."

"L'Cie bisa mengontrol sihir," kata Vanille. "Aku bisa mengontrol sihir elemen dan sihir penyembuh. Tapi tidak begitu kuat. Tadi aku sudah coba praktikkan."

Gadis itu mempraktikkan sihirnya. Di satu tangan, muncul nyala api merah padam seperti yang tadi dia gunakan untuk membuat api unggun. Di tangan satunya, cahaya biru pucat yang menetramkan berpendar.

"Ho," gumam Lightning. Dia juga ingin tahu sihir apa yang dia peroleh. Gadis itu mengangkat satu tangannya, memusatkan pikiran dan membayangkan sesuatu yang mengerikan.

Seperti petir. Tidak bisa melindungi, hanya bisa menghancurkan.

Kemudian, percikan cahaya biru keunguan melentik dari jemarinya ke sebongkah kristal di kejauhan. Petir mendadak jatuh dari langit dan menghanguskan kristal itu. Lightning takjub, begitu pula dengan yang lainnya.

"Kau bisa sihir elemen juga," lapor Vanille.

Lightning mendengus saja padahal dia merasa sangat bangga. Setidaknya jadi l'Cie berarti dia bisa melukai siapa saja yang menghalangi jalannya. Biar mampus mereka semua.

"Keren," kata Sazh tak semangat. Dia berpaling pada Hope. "Kau bisa apa, Nak?"

Hope berjengit, melirik Vanille yang mengangguk padanya. Lalu anak itu menunjukkan kedua tangannya. Sama seperti Vanille, dia bisa mengendalikan sihir elemen dan penyembuh. Namun sihir api di tangannya menyala lebih terang ketimbang sihir api Vanille. Dia juga bisa mengganti api sihirnya dengan bunga es, percikan petir, dan gulungan angin.

"Menarik," kata Snow. "Aku bisa memainkan es. Lucu ekali."

Ucapannya dibuktikan dengan kemunculan bunga es di telapak tangannya. Lightning mendengus lagi.

Yang terakhir adalah Sazh. Dia mengendalikan sihir api juga. "Tidak buruk-buruk amat."

Lengkap sudah. Geng l'Cie ini adalah geng pesulap yang bisa membunuh. Lightning memijit pelipisnya, membuang napas dari mulut sampai mulutnya kering. Kalau sudah begini, bagaimana bisa melanjutkan hidup?

Derum mesin mengagetkan mereka. Lightning bersiap siaga, menghunus pedangnya. "PSICOM. Kita harus pergi."

Sesuai perintahnya, keempat lainnya berdiri dan waspada. Mereka mengekor saat Lightning bergegas mengambil jalan setapak yang ada.

Yeah, terserahlah dengan jadi l'Cie atau fal'Cie sekalian. Pokoknya jangan sampai tertangkap tentara PSICOM. Dengan gagasan tersebut, Lightning berlari makin kencang.


Bersambung ke cerita mini berikutnya :)

RnR?