Tittle : you're my pet
Characters:
Hungary_M ( Elizabeta ) – Austria_P ( Roderich ) – Russia_M ( Ivan )
Rat : M
Genre : Angst – Hurt/ Comfort
Desc: Himaruya Hidekazu
A/N :
^_^ /
Hai.. sebelum na, ak ingin mengingatkan kalau cerita ini FULL OOC~ Hahaha… Daku hanya menggunakan nama dari character masing-masing dan ada beberapa perbedaan…
M ( master ) dan P ( pet ). Untuk apa? Akan dijelaskan didalam cerita. Ok~ mari kita mulai…
Pov: Roderich
-start-
(BGM : hetaoni - 'This is where I Fall')
Sebagai sesama mahluk hidup, kita harus bisa saling menghargai satu sama lainnya. Dengan demikian, kita bisa hidup saling berdampingan, saling membantu dan memperoleh kebahagiaan yang tidak bisa digantikan oleh apapun. Pernyataan tersebut sudah aku dengar sejak aku kecil, namun aku masih tidak mengerti seperti apakah bahagia itu.
Terlahir sebagai seorang manusia adalah suatu anugrah yang dapat kurasakan. Namun di dunia tempatku berada, terdapat dua macam manusia. Manusia yang terlahir normal, dapat mengerjakan segala hal tanpa ada suatu ikatan pernjanjian. Sedangkan manusia yang terlahir dengan darah setengah binatang, harus mendapatkan izin dari sang 'majikan' sebelum memulai sesuatu. Dengan kata lain, mereka harus menjadi 'peliharaan' dan mendapatkan dari 'majikan' jika tidak ingin di musnahkan.
Sejak kecil aku tidak pernah membayangkan akan ada seseorang yang akan membawaku dan memeliharaku dengan penuh perhatian. Elizabeta, seorang anak perempuan berambut kecoklatan sebahu, mengambilku ketika aku masih tertidur di sebuah lorong tanpa seorangpun yang memperhatikanku.
Ketika Elizabeta hendak menyentuhku untuk pertama kalinya, spontan aku langsung menghindar dan menatapnya dengan penuh curiga. Kehidupan kerasku mengajari untuk tidak mudah percaya dengan orang-orang disekitarku.
"Kucing manis… tenanglah… aku hanya ingin merawat lukamu…"
Elizabeta terus mendekatiku hingga menyudutkanku. Saat itu aku hanya bisa jatuh tertunduk sambil menyembunyikan tanganku diantara dada dan kedua kakiku. Kurasakan tubuhku terus menggigil ketakutan akibat trauma yang banyak kuterima dari sekelilingku.
"Hey, aku hanya ingin merawat lukamu… Ayo, kesini…"
Elizabeta mengulurkan tangannya dan menarik tanganku perlahan. Kutatap wajahnya sejanak dan seketika perasaan takutku mulai menghilang. Elizabeta menarik tangan kiriku ke hadapannya, membersihkan lukaku dengan air lalu membalutnya dengan kain putih.
Setelah selesai, dia mengusap kepalaku dengan lembut dan tanpa aku sadari, tubuhku jatuh di pelukannya. "Ne, maukah kamu tinggal dirumahku?"
"Eh?"
"Ya…" Elizabeta memegang wajahku dan menghadapkan ke arahnya. "Kamu begitu manis dan sebenarnya sudah lama sekali aku memperhatikanmu. Namun kamu yang lebih sering bersembunyi, membuatku sulit menemukanmu. Hingga akhirnya aku menemukanmu sekarang…"
Mendengar penjelasannya membuat tubuh dan wajahku terasa panas. Aku hanya bisa menundukan kepalaku dan bersandar padanya.
"Jadi, maukah kamu ikut ke tempatku? Atau kamu tidak mau jika memiliki majikan yang lebih muda darimu?"
Awalnya aku merasa ragu dan bingung dengan apa yang harus aku ucapkan padanya. Aku yang sudah terbiasa hidup sendirian, merasakan suatu gejolak didalam pikiranku. Aku tidak ingin sendirian lagi ketika ada seseorang yang ingin merawatku dan menginginkanku.
"Baiklah…" jawabku sambil mengangguk pelan. Elizabeta melepaskan pelukannya dan mengusap kepalaku lagi, namun usapannya kali ini cukup membuat rambutku lebih berantakan.
"Ah, namaku Elizabeta. Kamu bisa memanggilku dengan Eliz. Kamu sendiri?"
Aku hanya bisa menggeleng.
"Hmmm…" Elizabeta melipat kedua tangannya didepan dadanya. "Bagaimana kalau aku menamaimu Roderich?"
"R-ro…Roderich?"
"Yap! Mulai saat ini, namamu Roderich"
Ya, salam kenal semua. Aku seorang manusia berambut kecoklatan, bertelinga kucing dengan ekor panjang, berbaju lusuh, kotor dan tidak berharga. Mulai saat ini, Elizabeta adalah majikanku sekaligus yang memberiku sebuah nama, Roderich.
-ooo-
Tinggal bersama dengan Elizabeta menjadi kebahagiaan tersendiri dikehidupanku. Penuh perhatian dan cinta kasih, kurasakan sejak dia membawaku dan memeliharaku. Membawaku ke dokter untuk diperiksa, menandatangani surat perjanjian dan diakhiri dengan memberikan sebuah kalung sebagai tanda bahwa aku sudah mempunyai seorang majikan.
Bagi manusia sepertiku, mempunyai sebuah kalung dengan nama majikan yang tertera diatasnya seperti Elizabeta, menjadi sesuatu hal yang tidak dapat digantikan oleh apapun. Selain menandakan akan sutu kepemilikan, kalung tersebut menjadi sebuah isyarat kepada kelompokku jika ada seseorang diantara kami yang bertindak buruk. Menjadi sesuatu hal yang memalukan jika kita harus memakai kalung di tempat umum, kecuali di dalam rumah ataupun berjalan bersama dengan majikan masing-masing.
Aku baru mengetahui bahwa seorang majikan bebas menentukan dalam memakaikan kalung tersebut. Namun tidak jarang aku melihat salah satu anggota yang memakai kalung ditempat umum dan keadaan dia sendiripun lebih mengenaskan daripada situasiku saat ini. Ingin kami membalas dendam, tapi kami hanyalah manusia 'peliharaan' dan tidak mempunyai hak sama sekali untuk bertindak. Hanya bisa diam dan saling mengasihani satu sama lainnya.
Satu hari. Satu minggu. Satu bulan. Satu tahun. Waktu yang terus berlalu dengan penuh kebahagiaan. Elizabeta sungguh majikan yang baik! Setiap dia pulang sekolah, tidak lupa dia selalu mengusap kepalaku, memberikan sebuah ciuman kasih sayang dan membolehkanku tidur didalam kamarnya yang hangat. Bahkan dia memberikanku susu hangat sebelum beranjak untuk tidur.
Tidak terasa sudah 4 tahun Elizabeta merawat diriku. Saat ini Aku sudah berumur 22 tahun dan Elizabeta sendiri berumur 20 tahun. Hari-hari yang menyenangkan terus memenuhi keseharianku.
"Roderich, besok kamu bangun siang saja" pesan Elizabeta yang beranjak keatas tempat tidurnya dan menyelimuti tubuhnya sampai keatas lehernya.
"Kenapa?" ucapku bingung. Bagi kelompokku, sudah menjadi suatu kewajiban untuk bangun lebih pagi dan mengerjakan pekerjaan rumah majikan kami. Menyiapkan sarapan, mencuci pakaian, termasuk mengerjakan beberapa pekerjaan sesuai yang diperintahkan.
"Besok aku ingin bangun siang dan aku juga tidak mau kalau makananku sudah dingin"
"Baiklah…" patuhku dan memberikan hormat terakhir dihari itu sebelum kembali ketempat tidurku yang berada dipojok kamar ini.
"Selamat malam, Roderich…"
"Selamat malam, nona Elizabeta"
Keesokan paginya, Elizabeta mengajakku ke pasar swalayan untuk membantunya membawa barang. Tanpa ragu, aku langsung berjalan mengikutinya. Ketika kami hendak pergi, tiba-tiba saja ayah Elizabeta datang memangggilnya ke ruang tengah rumah ini dan membicarakan suatu hal yang cukup membuatku merasa risih.
"…A-APA?" seru Elizabeta kepada ayahnya.
"Ya… ayah kalah dan mau tidak mau harus menyerahkan Roderich…"
"Mengapa harus dia? Kenapa tidak barang yang lainnya? Tidak dengan 'barang' satu ini? Ayah… JAHAT!"
Kulihat dari kejauhan Elizabeta berlari keluar dari ruang tengah menuju tangga lantai 2, kamarnya. Perlahan kulewati pintu ruang tengah itu tanpa mengundang perhatian ayah majikanku dan berjalan menuju kamarnya. Kudapati Elizabeta duduk diatas tempat tidurnya dan terdengar isak tangis memenuhi kamarnya.
"Roderich…" Elizabeta menatapku dengan wajah yang penuh dengan air mata. "Mendekatlah…"
Tanpa sepatah aku berjalan mendekati Elizabeta, duduk di sebelah lututnya dan menyandarkan kepalaku ke pangkuannya. Jemarinya yang kurus menyentuh rambut coklatku dengan perlahan. Usapannya dia lanjutkan sampai menyentuh wajahku. Kututup kedua mataku sesaat dan kurasakan titik air jatuh menyentuh pipiku. Senyum Elizabeta yang selalu terukir diwajahnya tergantikan dengan isak tangis. Wajahnya dia dekatkan padaku dan menyandarkannya padaku.
"Roderich… maafkan aku" aku bangun menatapnya dan Elizabeta menarikku kepelukannya. "Aku tidak ingin berpisah denganmu, namun…"
Tanpa sepatah kata apapun, dapat kurasakan kesedihannya yang begitu mendalam. Kubalas memeluknya dan membiarkan air matanya membasahi kerah bajuku. Ditengah isak tangis Elizabeta, tiba-tiba saja terdengar suara pintu yang dibuka paksa dan memasuki ruangan besar ini dengan wajah geram. Ayah Elizabeta langsung menarik tanganku dengan kasar. Aku yang masih belum siap, langsung kehilangan keseimbangan dan sebagian tubuhku menyentuh lantai dengan kasar.
"A-ayah!" isak tangis Elizabeta sambil menarik tanganku yang terbebas. "Kumohon, jangan Roderich. Jangan ambil dia!"
"Maafkan ayah, Eliz. Tuan Ivan sudah menunggu di bawah dan ayah tidak ingin membuatnya menunggu lama." Ayah Elizabeta terus menarik tanganku. "Pelayan, tolong tahan Elizabeta dan.." langkah ayahnya terhenti sesaat dan menatap putrinya sejenak. "…jika kamu ingin memliki 'barang' seperti ini, besok akan ayah gantikan. Namun maafkan ayah karena ayah harus membawanya sekarang juga."
"T-Tidak! Ayah! Jangan bawa Roderich! Ayah boleh ambil barang apa saja, tapi tidak dengan Roderich!" perlahan genggaman Elizabeta terlepas dari pergelangan tanganku seiring ayahnya melanjutkan . "Roderich… Roderiiich!"
Isak tangis Elizabeta memenuhi pikiranku. Aku hanya bisa diam menunduk mengikuti langkah ayah Elizabeta. Ingin aku mendekap majikanku untuk terakhir jkalinya, namun aku tidak ada kuasa sama sekali.
"Roderich!" Elizabeta menahan langkahku lagi dengan memelukku dari belakang.
Ayah Elizabeta terlihat geram. Aku menundukan kepalaku sejenak dan meminta ayahnya untuk memberikan ruang sejenak bagi kami. Aku mengerti sekali kesedihan ayahnya ketika melihat putrinya menangis seperti ini.
"Nona Elizabeta…" aku memanggilnya sejenak dan dia menatapku sambil melingkarkan tangannya padaku. "Nona, tersenyumlah"
"Roderich… jangan pergi…"
"Maaf nona. Aku tidak punya kuasa untuk mengambil sebuah pilihan.."
"Tidak! Aku adalah majikanmu! Aku yang berkuasa atas dirimu!" isak tangis Elizabeta semakin deras.
Senyum sedih terukir diwajahku. Perlahan aku melepaskan pelukannya, mensejajarkan tinggi tubuhku, menghapus air matanya dan menghadapkan wajahnya kearahku.
"Nona Elizabeta…" kupaksakan diriku untuk tersenyum. "Terima kasih sudah merawat diriku yang tidak berharga ini. Sebelum nona mengambil diriku, aku sudah pasrah dan hanya percaya dengan takdir…"
Elizabeta masih terisak dan kuhapus air matanya dengan jariku. Dengan tangan kiriku, kulepaskan kalung 'kepemilikan' pemberian Elizabeta dan meletakannya pada genggamannya.
"…keceriaan dan perhatian yang nona berikan, membuat kehadiranku ada didunia ini. Tanpa anda, aku bukanlah apa-apa." kuhentikan perkataanku sejenak. "Nona, maukah anda tersenyum untuk terakhir kalinya? Kumohon"
Elizabeta menatapku dan mengangguk perlahan. Sulit, namun dia memaksakan dirinya untuk tersenyum. "Roderich… jaga dirimu…"
Aku mengangguk. "Jika memang takdir, suatu saat nanti kita bisa bertemu kembali…"
Elizabeta mengangguk kembali. Aku berdiri sejenak dengan sikap sempurna, berjalan mundur satu langkah dan memberikan hormat terakhirku padanya. "Terima kasih" kubungkukan tubuhku sejenak dan membalikan tubuhku untuk segera berjalan menuju lantai satu.
"Roderich…"
Suara lembut nona Elizabeta perlahan menghilang dari pendengaranku dan tergantikan dengan suasana dingin di ruang tamu rumah ini. Ayah Elizabeta sudah berdiri disebelah seseorang yang bertubuh tinggi, berambut kekuningan dengan syal berwarna kuning gading yang melingkari lehernya.
"Roderich, beliau adalah tuan Ivan. Majikan barumu"
Aku membungkukan tubuhku lalu menatapnya sejenak.
"Salam kenal. Semoga kita bisa menjadi keluarga yang baik, da~"
Entah apakah ini hanya perasaanku saja. Senyum tuan Ivan terasa menyenangkan, namun hawa tubuhnya terasa mengerikan. Ingin rasanya aku segera berlari darinya. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Ayah Elizabeta sudah menyerahkan diriku dan mulai saat ini, tuan Ivan adalah majikanku.
-end part 1 -
A/n : ^_^ hai~ sekian dulu cerita na sampe di sini~ hehehe.. maaf kalo ooc bangeeeet~ hikz~ baru part 1, tapi udah gak tega sama Roderich~ hikz..
Ok~
Maaf untuk kesalahan penulisan ataupun pengetikan~ sampai saat ini masih gak ngerti penulisan tanda baca… honyooooo~
Thanks buat udah baca… hehehe…
RnR please~? ^_^
