Title : Pendar
Main Cast : Lu Han (GS)
Oh Se Hun
Genre : Romance
Length : Ficlet
Rating : T
.
Hanya sebuah Fic ringan yang aku tulis saat ada dua orang terdekatku yang iri satu sama lain (aku dijadikan tempat curhat mereka berdua, bayangkan T,T), dan aku menuangkan cerita satu sisi saja disini. Just hope you like it! ^^
.
This is FanFic!
.
.
Luhan tersenyum tipis saat matanya mengangkap bayangan Baekhyun yang tengah tertawa ceria didepannya bersama teman-teman mereka. Luhan juga disana, ia juga mendengar lelucon yang Chanyeol lontarkan ditengah jeda waktu mata kuliah mereka, ia juga dianggap diantara mereka; namun hatinya berdenyut miris saat perasaan iri tak asing menerpa dadanya. Baekhyun, Byun Baek Hyun, siapa yang tidak mengenalnya? Gadis manis bereyeliner dengan segala keceriaan yang selalu mengelilinginya, yang selalu menebarkan hawa hangat saat berada dilingkup persahabatan mereka, yang juga menjadi mood booster bersama Chanyeol kekasihnya. Baekhyun seperti matahari di musim panas. Dan Luhan merasa iri.
Bukan karena Chanyeol, ia sama sekali tidak menaruh rasa lebih pada sahabat bertelinga peri itu. Pun ia mempunyai orang lain dihatinya. Ia hanya iri dengan pembawaan Baekhyun yang seperti matahari. Ia iri karena Baekhyun lebih baik darinya; Baekhyun selalu membawa senyum cerianya ke siapa saja sedangkan ia hanya bertahan dengan senyum tipisnya; Baekhyun selalu bisa menjadi penyemangat dilingkup persahabatan mereka sedangkan ia bertahan dengan sikap pasifnya; Baekhyun mempunyai banyak sekali teman diluar sana sedangkan ia hanya dekat dengan orang-orang dilingkup persahabatan mereka. Ia seperti bulan dimalam hari. Berpendar redup tanpa arti. Bandingkan dia dengan Baekhyun; persis seperti apa yang menjadi fakta, ia akan menghilang jika tak ada sinar matahari. Ia hanya memantulkan, sedangkan gadis itu menjadi sumbernya.
"Ah, aku lupa kalau kelasku dimulai lebih awal. Maafkan aku, aku pergi dulu ya?" Luhan tidak mau berlama-lama dengan perasaan irinya jadi ia memutuskan untuk berbohong.
"Uhm! Jangan lupa nanti jam 3 kita hangout, oke?" Baekhyun menjawabnya dengan nada manis yang membuat Luhan ingin menangis. Luhan mengangguk pelan sambil tersenyum, mencoba menyembunyikan apa yang ia rasakan.
"Aku tidak akan lupa. Jja ne, Kai-ya, Kyungsoo-ya, Chayeol-ah, Baekhyun-ah, Sehun-ah…" kata Luhan lalu meninggalkan meja itu dan melangkahkan kaki meninggalkan kafetaria kampus.
Luhan berjalan menelusuri koridor fakultas Seni dengan wajah sedikit menunduk, menghindari tatapan—entah apa—orang-orang yang tidak ia sukai. Seolah berpasang-pasang mata itu tengah menelanjanginya dan menilai dirinya; dan ia tak pernah menyukainya barang sedikitpun.
"Hei, Luhan!" Seseorang menepuk bahunya dari belakang dan saat Luhan menoleh, ia menemukan Sehun tengah melempar senyum tipisnya. Luhan ikut tersenyum tipis.
"Kelasmu juga lebih cepat?" Luhan kembali berjalan dan Sehun ikut berjalan disampingnya. Lelaki muda berparas tampan itu menggeleng pelan.
"Tidak ada kelas cepat. Mungkin kau lupa sekarang kita akan ke kelas yang sama Luhan." Kata Sehun dengan nada bicara sedikit aneh. Luhan tersentak dan mengulas senyum kakunya.
"A-ah…"
"Kenapa kau berbohong? Kau beruntung mereka tidak tahu kalau kita akan mengambil kelas yang sama." Sambar Sehun cepat dengan nada sedikit geram. Luhan mengeratkan pegangannya ke tali tas selempangnya.
"Maafkan aku…" lirih Luhan. Sehun tiba-tiba meraih dan menggenggam tangannya dan itu membuatnya berhenti, mereka berhenti didepan perpustakaan yang sepi. Luhan menatap takut kearah Sehun yang kini tengah memasang raut wajah kerasnya.
Sehun mengangkat wajahnya dan menatap tepat ke mata Luhan. "Dua tahun," katanya. "dua tahun kita menjalin persahabatan dan aku sering mendapati kau bertingkah seperti ini. Apa kau tidak sadar yang lain mulai merasa curiga? Mereka mulai beranggapan kalau tidak nyaman bersama kami, Luhan… Mereka menganggap kau tidak suk—"
"Aku nyaman bersama kalian, aku suka bersama kalian… Aku sangat bersyukur bisa mendapat sahabat seperti kalian… Aku tidak pernah berhenti bersyukur untuk itu…" Luhan memotong cepat kalimat Sehun sebelum Sehun mengeluarkan kalimat yang mungkin akan menyentil hatinya.
"Lalu kenapa, Luhan? Akhir-akhir ini kau sering sekali pergi lebih dulu, dan, kau jarang menghabiskan waktu dengan kami… Kau mungkin bisa membohongi mereka, tapi tidak denganku…"kata Sehun sedikit frustasi. Luhan menggigit bibirnya saat merasakan matanya mulai berkaca-kaca. Ia memang menyadari, diantara semuanya Sehunlah yang paling peka terhadap apa yang ia lakukan dan apa yang terjadi padanya. Lelaki itu selalu tahu jika ada yang salah dengannya. Dan untuk masalah ini, jujur Luhan agak terganggu mengetahui Sehun menyadari hal ini. Sungguh, ia hanya tak ingin terlihat buruk dimata seseorang yang sangat berarti ini.
"Maafkan aku…" lirih Luhan. Sehun beralih memegang kedua bahu Luhan dan memaksa Luhan mengangkat wajahnya. Lelaki itu sedikit terkejut melihat Luhan setengah terisak. Sehun mengguncang bahu Luhan yang terasa rapuh itu pelan.
"Kenapa kau menangis? Seberat itukah masalahmu? Katakan Luhan, katakan padaku… Tidak akan ada yang mendengarnya disini." Desak Sehun. Sungguh ia tidak tahan melihat mata Luhan yang sungguh terlihat mendung itu.
"Maafkan aku… Aku… Aku… Aku merasa iri dengan Baekhyun dan itu mengangguku. Aku tidak ingin menyakitinya dengan perasaan iriku, jadi kupikir sedikit menjauh adalah baik…" lirihnya. Berusaha tidak menangis saat mengatakannya.
"Iri?"
Luhan mengangguk pelan. "Baekhyun seperti matahari, dia menyebarkan rasa hangat dari sinarnya, dia selalu bersinar terang dan membuat sekitarnya menjadi cerah sama sepertinya. Tapi aku, aku dengan pribadi tertutupku, aku yang hanya menjadi pelengkap diantara kalian, aku yang tidak memberikan apapun untuk kalian; aku dan Baekhyun sangat berbeda. Dia matahari dan aku hanya bulan yang memantulkan sinarnya… Aku, aku merasa tidak berguna… Aku, aku merasa jelek diantara kalian…" kata Luhan dengan sedikit terisak, ia sudah tidak mampu menahan aliran air matanya lagi. Dadanya sungguh terasa sakit dan sesak.
"Aku merasa seperti parasit, aku tidak bisa melakukan apapun dan tetap berada diantara kalian menerima kebahagiaan… Baekhyun, dan kalian, terus memberi padaku sedangkan aku hanya menerima tanpa bisa balas memberi… Maafkan aku menyakiti hati kalian, tapi sungguh aku hanya berusaha agar… agar…"
"Luhan." Sehun memotong perkataan kacau Luhan dan kembali memaksa Luhan untuk menatapnya. Ia menatap Luhan serius dan mengeratkan tangannya dikedua bahu Luhan.
"Sekarang dengarkan aku. Kalau kau bilang kau hanya menerima dan tidak balas memberi; kau salah. Kau selalu menjadi pengontrol kami saat kami mulai terlalu melampaui batas; kau selalu berhasil menjadi es saat kami tengah terbakar api; kau selalu memberikan hawa sejuk menenangkan bagi kami; apa kau tidak menyadarinya?" Sehun tersenyum lembut saat melihat Luhan mengerjapkan matanya tak mengerti.
"Kau memang tidak seperti Baekhyun dengan segala keceriaannya, itu karena kau adalah Luhan. Dan Luhan bukan seorang parasit. Dan kalau kau merasa kau tidak berguna dan jelek; apa kau tidak pernah melihat tatapan kagum orang-orang padamu? Aku selalu mendengar orang-orang mengatakan bahwa Luhan adalah gadis pendiam yang menarik, mereka melihatmu sebagai gadis yang cantik, kecantikan klasik yang mungkin jarang ada saat ini. Kau tetap bertahan dengan pribadi tenangmu dan kau tidak terpengaruh kebisingan dunia sekitarmu. Apa kau tahu banyak yang mengagumimu? Kau berpikir kau tidak membawa sinar hangat, tapi pendar cahaya lembutmu selalu bisa menyebarkan ketenangan…"
Luhan membulatkan matanya. Lagi-lagi Sehun tersenyum tipis melihat ekspresi wajah Luhan.
"Kau tahu," katanya sambil menurunkan pegangannya dari bahu Luhan ke kedua tangan Luhan yang menggantung, Sehun menggenggamnya erat, sangat erat. "Kalau kau merasa kau tidak berarti karena kau hanya bulan yang memantulkan cahaya matahari, tepis pikiran itu. Abaikan kau hanya memantulkan cahayanya, karena setidaknya kalau kau tidak bisa menghangatkan sekitarmu, kau telah berhasil menyejukkan hati seseorang Luhan. Aku, kau menyejukkanku dengan pendar cahaya lembutmu. Kau menyejukkanku dengan cara yang menyenangkan, yang bahkan tidak kau sadari. Tepis semua perasaan insekurmu; kau cantik, kau berarti, dan kau… Kau, astaga, bagaimana aku mengatakannya… Aku yakin kalimatku benar-benar aneh..." Sehun tersenyum malu diakhir kalimatnya membuat senyum Luhan terkembang. Rona merah tipis dikedua belah pipi Sehun membuat hati Luhan menghangat.
"Kau, membuat orang-orang menyukai dan mencintaimu dengan caramu sendiri… Bisakah aku mengatakannya demikian?" lanjut Sehun. Dan Luhan tak mampu mengatakan apapun dan melakukan apapun selain memeluk Sehun erat-erat dengan aliran mata bahagianya.
"Aku… Aku tidak tahu aku bisa seberarti itu, seberharga itu dimatamu… Terimakasih…" kata Luhan disela-sela isakannya. Sehun tersenyum tulus sambil membalas pelukan Luhan.
"Luhan," kata Sehun sambil menyesap aroma rambut Luhan. "aku mencintaimu. Dan kau harus tahu kau jauh lebih berharga, jauh lebih berarti, dari apa yang kau pikirkan. Bulan selalu hadir ditengah kegelapan malam, dan ia mempunyai harga untuk itu."
Luhan mengangguk kacau dalam pelukan Sehun, membenarkan semuanya dan memilih untuk percaya. Sehun selalu bisa mengerti dirinya, itu yang ia yakini.
Kau tidak perlu iri dengan kehangatan matahari, kalau nyatanya kau bisa menyejukkan hati orang yang kau cintai dengan pendar cahaya lembutmu. Bulan selalu setia menghiasi malam kelam, dan itu tak bisa dikatakan tidak berarti. Semua mempunyai harga masing-masing.
.
END
.
Ada yang berpikiran sama dengan apa yang aku sampaikan di Fic ini? ;) There's no? Oh, okay... ,
Aku mempunyai satu lagi yang seperti ini—but it's Broken!HunHan. Kalau ada yang mau akan aku post, kalau nggak, ya nggak. ^^
.
Anne 2016-07-16
