"Chanyeol ada waktu? Bisa kita bertemu sebentar, ada hal yang ingin kukatakan padamu."- Baekhyun.

Chanyeol tau suatu hari itu akan datang, mungkin esok, atau lusa, minggu depan, bulan depan jika Chanyeol boleh berharap mungkin itu adalah tahun depan namun nyatanya suatu hari itu merupakan hari ini.

Chanyeol sudah mengetahuinya sejak lama dan dia pikir dia telah cukup mampu mempersiapkan diri. Atau setidaknya Chanyeol berharap seperti itu.

"Oke, aku akan menjemputmu."

Terkirim.

Layar ponselnya Chanyeol pandangi lekat pada sosok dirinya dan Baekhyun. Itu foto musim panas tahun lalu, mereka berada di pantai dengan langit biru cerah sebagai latarnya. Senyum tersungging manis bahkan masih berhasil menulari Chanyeol dalam eskpresi serupa tiap kali memandanginya berulang.

"Tidak-tidak, aku akan datang sendiri. Di tempat biasa oke?" Baekhyun membalas.

Chanyeol sedikit kecewa namun tak ada yang bisa dia lakukan untuk itu. Lelaki bertubuh tinggi itu bangkit dari duduknya, mengambil jaket di lemari dan mengenakannya dengan cepat. Kunci motor di nakas di raihnya kemudian sebelum keluar dari kamar.

Langit telah gelap dengan hembusan angin terasa menggigit kulit. Chanyeol sedikit khawatir apa Baekhyun memakai pakaian cukup hangat malam ini. Baekhyun akan terserang flu jika tidak.

Sebelum sampai di taman, Chanyeol menyempatkan diri mampir ke kafe untuk mendapatkan secup latte panas yang menjadi kesukaan Baekhyun. Uapnya menggepul hangat dan terasa nyaman bersentuhan dengan ari Chanyeol.

Dia sampai kurang dari setengah jam kemudian dan telah mendapati sosok Baekhyun disana.

Lelaki itu mengenakan hoodie kuning kesukaannya dengan beanie cokelat menutupi helai rambut yang selalu Chanyeol sukai itu. Baekhyun menempati salah satu ayunan dan mengayunkannya dengan pelan.

Chanyeol selalu mengatakan Baekhyun seperti anak-anak berusia 10 tahun, tak hanya wajahnya pun dengan sikapnya yang kadang sangat kekanak-kanakkan.

Baekhyun terlihat suka namun tak pernah mencegah Chanyeol untuk berhenti melakukannya.

Hidungnya sedikit merah, ketika menghembuskan nafasnya uap menggepul keluar dari sana.

"Oh kau sampai?" Baekhyun mendongak dengan senyum terulas dari belah bibirnya yang tipis.

"Apa kau menunggu lama?" Chanyeol sedikit banyak merasa khawatir. Satu tangannya menangkup wajah Baekhyun, menempelkan telapak tangannya yang besar berusaha menyalurkan hangat pada lelaki bertubuh mungil itu.

"Rumahku hanya berjarak satu blok dari sini Chanyeol." Baekhyun mencibir main-main akan ekspresi panik Chanyeol.

Chanyeol tak menanggapi, "ambil ini." Dia menyerahkan cup latte yang dibawanya kepada Baekhyun. Lelaki itu menerimanya, sedetik kemudian berkerut lantas gelagapan melihat Chanyeol mulai menarik zipper jaket yang dia kenakan.

"Aku memakai baju 3 lapis Chanyeol, aku tidak kedinginan oke?"

"Wajahmu seperti bekuㅡ"

"Aku baik-baik saja. Pakai jaketmu lagi." Baekhyun memotong.

"Tapiㅡ"

"Kumohon... berhenti memperlakukanku seperti ini."

Chanyeol tertegun. Lidahnya berubah kelu tanpa tau harus berujar apapun. Baekhyun menatapnya sendu tanpa cahaya dan Chanyeol mulai memaki dirinya sendiri harus terluka oleh hal itu.

"Ada yang ingin kukatakan padamu." Baekhyun berkata lagi, pelan sedang tangan tanpa sadar menggenggam cup sedikit lebih erat.

"Akuㅡ"

"Apa kau masih merasa terganggu olehku?" Chanyeol memotong cepat menarik kesimpulan yang selalu dia pikirkan. "Aku bisa merubah sifatku jika itu menganggumu."

"Kau baik," Baekhyun menjawab. "Sangat baik, hanya saja aku..." Baekhyun menggantungkan kalimatnya sedang belah bibirnya dia gigiti kini.

Chanyeol tau, sangat tau bahkan hanya dengan melihat bagaimana ekspresi Baekhyun di depannya.

"Aku tak bisa melanjutkan ini Chanyeol." Pelan suara Baekhyun nyatanya menciptakan gema dalam indera Chanyeol. Jantungnya ikut bertalu pula, meramas sudut hatinya oleh retak yang berulang dia coba pertahankan.

"Aku tidak mencintaimu..."

Chanyeol tau hal itu, sejak dulu dan Chanyeol pikir dia akan baik-baik saja ketika Baekhyun mengakuinya secara langsung. Chanyeol pikir dirinya pun akan siap, nyatanya dia tak setegar itu.

Tangan Chanyeol terkepal berusaha keras menguatkan dirinya sendiri untuk satu pertanyaan dalam kepalanya. "Mengapa?"

Baekhyun menatap penuh sesal, perlahan menunduk untuk sebuah gelengan yang mengawali.

"Aku tidak memiliki alasan." Dia melirih. "Aku hanya tidak mencintaimu seperti itu..."

Chanyeol tak sadar bagaimana dinding mulutnya dia gigiti, kuat sampai rasa besi terkecap di atas lidahnya. Lehernya terasa kaku ketika Chanyeol paksa mendongak untuk menangkap langit kelam di atasnya.

Bulan bersembunyi di balik awan tanpa satupun bintang menemani. Bulan terasa sepi, sama seperti dirinya yang kosong oleh sejumput kalimat yang selalu dia takuti.

"Maafkanㅡ"

"Jangan." Chanyeol lekas menyela. "Jangan ucapkan itu, kau tak harus..." Dia kembali menunduk mencari wajah Baekhyun yang balas menatap dirinya.

Chanyeol memaksa senyum berbanding terbalik dengan embun di sudut matanya. "Boleh aku menyimpannya?"

Semua kenangan yang harus Baekhyun jalani dalam kepalsuan bersamanya. Nyatanya disana hanya Chanyeol, Baekhyun tak pernah sekalipun. Tanpa alasan mengapa, Baekhyun bilang dia hanya tak memiliki perasaan yang sama.

Di awal tahun ajaran baru, Chanyeol merasakan jantungnya hendak meledak oleh senyum menawan milik Baekhyun. Lelaki itu cantik, dia baik dan apapun yang ada dalam dirinya adalah sempurna.

Chanyeol menyukainya sejak awal pertemuan mereka di tahun pertama sekolah menengah dan memendam perasaannya nyaris 2 tahun. Tahun lalu Chanyeol memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya,

"Maafkan aku..."

Tapi yang Chanyeol ketahui Baekhyun tidak memiliki perasaan apapun sebagai balasan atas ungkapannya.

"Tapi kita bisa berteman."

Tapi lagi, setidaknya Baekhyun memberikan kesempatan. Menjadi teman walau buncahan perasaan itu tak jua bisa Chanyeol enyahkan.

3 tahun nyaris berlalu, Chanyeol masih bertahan dan Baekhyun nyatanya pun sama.

Mungkin 3 tahun itu mulai terasa membosankan, mungkin juga Baekhyun telah muak hanya sekedar melihat Chanyeol berada di sekitarnya. Maka malam ini Baekhyun ingin melepaskan belengguannya... belenguan perasaan Chanyeol, belengguan perasaan yang tak bisa Baekhyun balas.

"Kita masih berteman." Baekhyun menarik senyum kala mengatakannya. "Tapi," dia menggantungkan kalimatnya lagi. Sesaat kembali menunduk menatap cup latte di tangan. "Kau tak harus melakukannya lagi Chanyeol, semuanya."

Chanyeol berubah panik tau betul apa maksud kalimat itu. Bola matanya yang bulat bergerak kacau pun tapak kaki tanpa sadar dia tarik kian mendekat pada posisi Baekhyun.

"Aku tidak keberatan melakukannya."

Baekhyun memiliki senyum yang cantik dan Chanyeol selalu ingin melihat dan mempertahankannya. Dia selalu ingin memastikan Baekhyun baik-baik saja, untuk hal sepele seperti serangga yang terbang ke arahnya, atau terik matahari yang membakar kulitnya, hembusan angin musim dingin yang selalu Baekhyun benci, timun di dalam sup dalam mangkuknyaㅡhal-hal seperti itu Chanyeol selalu ingin memastikan Baekhyun tak harus berkerut kesal karena hal itu.

Chanyeol senang melakukannya dan dia tak keberatan sama sekali. Namun taunya Baekhyun tidak... dia mungkin jengah, terganggu atau mungkin risih bagaimana Chanyeol selalu berada dalam pandangannya.

Chanyeol tau hal itu hanya saja dia tak pernah ingin untuk mengerti.

Chanyeol kembali terpekur diam tanpa kata apapun yang ingin dia katakan. Dia mengecap besi lagi di dalam mulutnya, kian lama kian banyak sampai ludahnya berubah merah oleh darah.

Baekhyun menatapnya lagi lalu menarik nafas panjang sebelum mengulas senyum hambar di mata Chanyeol.

Baekhyun selalu terpaksa bersama dengannya, Chanyeol tau hal itu hanya saja dia enggan untuk mengakuinya.

"Sudah malam, pulanglah." Baekhyun berucap setelahnya. "Terima kasih untuk lattenya, berkendara hati-hati oke?"

Baekhyun bangkit dari duduknya, tak berniat menunggu lebih lama untuk sebuah respon yang Chanyeol berikan. Sejak awal hubungan mereka hanyalah keputusan sepihak dari Chanyeol maka ketika mengakhirinya bukan masalah jika itu adalah keputusan sepihak dari Baekhyun.

"Aku akan mengantarmu." Chanyeol benar tak mampu menahan diri lebih lama lagi.

"Aku bisa pulang sendiri." Baekhyun berujar cepat, mencegah Chanyeol kembali memaksa hal yang tak pernah Baekhyun sukai.

Namun Chanyeol lagi-lagi menjadi si bebal yang sama. Zipper jaket miliknya dia turunkan lalu melepaskan kain tebal itu dari tubuhnya. Dia mengejar Baekhyun, tanpa kata segera memakaikan jaket miliknya itu pada tubuh Baekhyun membuat tubuh mungil itu tenggelam dalam balutan pakaian miliknya.

"Chanㅡ" Baekhyun mencolos atas apa yang Chanyeol lakukan.

Chanyeol mengabaikannya lagi lalu meraih satu tangan Baekhyun dalam genggaman, erat seolah tak ingin melepasnya walau sedetik. "Ayo." Ajaknya kemudian.

Baekhyun mempertahankan posisinya pada tempat yang sama tanpa berpindah seinci pun. Dia menatap tangannya yang hilang dalam genggaman Chanyeol lalu perlahan menariknya lepas dari cengkraman lelaki itu.

Chanyeol untuk kesekian kalinya tertegun. Matanya kembali kosong menatap tautan tangan mereka yang Baekhyun paksa lepas seperti itu.

"Tolong jangan melakukannya lagi, aku tak menyukainya!"

Chanyeol mendengar hatinya retak di dalam sana. Pelupuk matanya terasa penuh kembali namun lagi Baekhyun tak ingin peduli. Dia menarik langkah cepat melalui Chanyeol begitu saja dan meninggalkan taman itu tanpa kalimat perpisahan apapun.

Bibirnya yang tipis bergetar, menahan tiap gejolak rasa bersalah yang mendera. Baekhyun memacu langkah, kian lama kian cepat hingga berakhir dalam larian membuat latte itu tumpah dalam wadah.

Cairannya mengenai tangan Baekhyun membuat kulitnya terasa lengket dan dia tak sadar ketika membuangnya begitu saja pada trotoar bahkan tanpa sempat menyesap isinya setetes pun. Jaket milik Chanyeol ikut dia hempaskan pula meninggalkan pundaknyaㅡmelepaskan hangat sisa tubuh lelaki Park itu.

Baekhyun memutuskan untuk kejam, lebih kejam daripada harus bersikap palsu dan tak terganggu oleh kehadiran Chanyeol; sikap Chanyeol, perhatian Chanyeol apapun yang selalu laki-laki itu berikan padanya.

Baekhyun hanya tak memiliki alasan untuk hal itu, dia hanya tak mencintainya sebesar perasaan cinta yang Chanyeol berikan padanya.

Dan lagi untuk kesekian kalinya Chanyeol... melihatnya, merasakan retak hatinya oleh sosok yang sama.

Baekhyun... cintanya.


tamat


Terinspirasi dari lagu Urban Zakapa - I Don't Love You, my super lovely song uwu~ liriknya kejam banget ya ampun, padahal aku ga ngerti bahasa korea tapi tetep kretek2 hati soft ini :(

Makasih udah baca anyway ehehe... have a nice weekend!