Requiem: Dead Soul

Genre : Fantasy, Adventure, Romance, Supernatural, Drama

Rating : T

Character : Rin. K, Len. K, Miku. H, Kaito. S

Summary :

Seperti sebuah bayangan. Mereka ada namun selalu bersembunyi dari sinar Matahari. Sebuah kelompok misterius yang beranggotakan enam orang dipimpin oleh seorang Iblis Sejati. Merekalah sang legenda, Silhoutte.

Tap.

Tap.

Langkah kaki kharismatik seorang laki - laki bergema di dalam ruangan. Gelap dan minim pasokan udara, sebuah tempat yang pas untuk ditinggali para roh penasaran. Dinding – dinding bercat kusam dan kumuh itu sudah tak ada artinya lagi. Kumpulan bingkai foto beserta gambar suram di dalamnya terus mendominasi dinding – dinding retak.

Tanpa rasa takut, ia melangkah semakin ke dalam. Matanya nyalang was – was, tak pernah lupa untuk mengawasi sekitar layaknya pemburu yang mencari mangsa. Laki - laki itu tersenyum tipis. Bukan sebuah senyum yang menyenangkan. Kedua taring panjangnya tampak mencuat keluar melalui selah – selah bibir.

Laki - laki itu bertubuh mungil, dengan wajah lucu khas anak – anak. Dadanya bidang dengan postur tubuh yang bagus dan sedikit otot mencuat. Surai kuning keemasan poninya berjatuhan menutupi sebelah mata. Tampan dan misterius. Baju yang ia pakai berupa setelan tuxedo dan jubah khas bangsawan Eropa, berwarna hitam dengan renda – renda putih yang telah ternodai oleh beberapa tetes darah.

Sampai di hadapan sebuah pintu tua berbahan dasar kayu, spontan ia mendobrak kuat dengan kaki kanannya. Satu tendangan hebat yang mematikan, langsung merobohkan kokohnya pintu berbahan dasar dari kayu Hard—jenis kayu terkuat yang bahkan tak bias dirobohkan oleh tembakan beruntun Meriam.

"Ah, aku menemukannya."

Ketakutan menjalar dengan cepat ke seorang perempuan di hadapannya. Tubuh mereka mirip persis, mungil.

Perempuan berambut hijau tosca itu akhirnya dapat tersenyum lega, walau hanya sedikit. Setelah penantian selama ratusan tahun lamanya, ia dapat keluar dari penjara terkutuk ini. Setetes air mata jatuh mengalir dari matanya.

"Hai, aku Len. Allen Demirrorta. Siapa namamu?"

"A-aku… namaku… Miku. Hatsu Nemicc. Terima kasih telah menyelamatkanku. Apa ada yang bisa kulakukan, u-untuk membalas budi?"

"Hm, bagaimana bila ikut berkelana bersamaku saja? Kita akan pergi bekeliling dunia, sambil berkunjung ke beberapa tempat untuk beristirahat. Bagaimana? Kau keberatan, Miku-chan?"

PROLOGUE—At The Dark Side—REQUIEM: DEAD SOUL

SIDE : Allen Demirrorta

? POV

Api.

Hangus.

Terbakar.

Semuanya berubah menjadi abu dalam sekejab. Keluargaku. Papa, Mama, Kakek, Nenek, Adik perempuanku satu – satunya. Perlahan – lahan, dari menit ke menit aku melihat tubuh mereka menghitam kemudian berubah menjadi abu—terbakar hangus sambal memekik penuh keputusasaan.

Bolehkah aku bertanya?

Bolehkah aku meminta?

Bolehkah aku berharap?

Mengapa ini terjadi kepadaku? Mengapa harus aku? Mengapa keluargaku semuanya hancur terbakar oleh api? Apa salahku? Apa salah keluargaku dan aku?

Jika bisa, bolehkah aku menjadi manusia biasa? Hidup normal tanpa harus takut pada ancaman.

Aku… ingin membunuh mereka. Aku ingin mencabik – cabik setiap inci dari daging lunak mereka. Aku ingin mendengar teriakan pasrah mereka yang tersesat dalam kabut pekat.

Aku…

(Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh!)

…Ingin—

(BUNUH MEREKA! HANCURKAN MEREKA SAMPAI TIDAK BERSISA!)

.

.

.

Hiks.

Aku ingin terbebas dari perasaan menyakitkan dan tidak nyaman ini.

Membunuh? Aku… tidak ingin melakukannya.

PROLOGUE—At The Dark Side II—REQUIEM: DEAD SOUL

SIDE: ?