Start For Loving You

Disclaimer: Masashi Kishimoto dengan semua chara-chara dalam anime Naruto.

Pairing: Sasuke-Sakura

Rate: T

Warning: Semi-Canon, cerita gaje, OOC, alur kecepatan, typo's, dll.

Summary: 'Kenapa kau baru pulang sekarang, Teme?!/Bial caja, Tou-chan kan cudah ada Kaa-chan yang mengidolakan/Tentu saja Rei-kun mirip denganku, itu artinya istriku benar-benar sangat mencintaiku/ Aku pikir aku telah kehilanganmu, Sakura.'

Author by: Hikaru Sora 14

Please Enjoy Reading

Don't Like Don't Read


"Okaeri Sasuke." Ucap Naruto kepada Sasuke yang kini tengah berdiri di hadapannya. Naruto, sang Rokudaime Hokage tersenyum tipis menyambut hangat kepulangan pemuda Uchiha yang selama enam tahun setelah perang dunia ninja ke-4 berakhir, memutuskan untuk berkelana di luar negara Hi bersama rekan-rekan satu timnya di Tim Taka.

"Hn." Tanggap Sasuke datar, membuat Naruto menjadi sweatdrop di tempat.

"Huh, rupanya berkelana selama enam tahun tak juga merubah sifat dinginmu Teme!" Ucap Naruto mencibir mantan rekan satu timnya itu.

"Hn, bukankah sama saja denganmu Dobe! Menjadi seorang Hokage sama sekali tidak membuat suara berisikmu hilang!" Ucap Sasuke menyeringai, balas mengejek ucapan Naruto.

"Ck, Rupanya kau ingin mencari masalah denganku, Teme!" Naruto mendecak pelan sambil menampilkan sebuah seringai tipis pada bibir tegasnya. Perlahan ia beranjak dari kursi kebanggaannya dan melangkah gagah ke arah Sasuke. Sapphirenya menatap penuh arti ke dalam onyx milik Sasuke.

"..." Sasuke memutar kedua bola matanya bosan tatkala ia melihat pemuda blonde itu berjalan ke arahnya. 'Baka!' Innernya memaki Naruto, setelah ia mengerti dengan apa yang akan dilakukan Naruto.

.

.

Buuaagghhh

Tanpa diduga sang Rokudaime Hokage meninju keras perut pemuda Uchiha terakhir itu, saat dirinya sudah berada di hadapan Sasuke. Menyebabkan Sasuke sedikit merintih kesakitan, karena pukulan yang dilayangkan Naruto tidaklah main-main rupanya.

"Ugh, brengsek kau Dobe!" Ucap Sasuke memaki pemuda Uzumaki di hadapannya yang saat ini sedang tersenyum sinis tanpa merasa bersalah.

"Kyyaaa! Kenapa kau memukul Sasuke-kun, Rokudaime-sama!" Teriak Karin histeris, tak terima dengan perlakuan Naruto terhadap Sasuke barusan.

"Sssttt, berisik Karin! Diamlah!" Ucap Suigetsu meminta Karin untuk diam, sementara Karin mendelik tajam ke arah Suigetsu.

"Ck, jangan ikut campur urusanku bodoh!" Karin berusaha membogem keras kepala Suigetsu yang berada di sampingnya, namun tak berhasil karena Suigetsu telah terlebih dahulu mengelak.

.

.

.

"Kenapa kau baru pulang sekarang, Teme?!" Tanya Naruto yang tiba-tiba saja merangkul pundak sahabatnya itu, setelah sebelumnya melampiaskan kekesalannya dengan meninju perut Sasuke. Perlahan butiran air mata keluar dari iris birunya, ia sungguh sangat bahagia kini sahabatnya sudah kembali ke Desa Konoha.

"Dobe! Kau seperti perempuan saja, huh! Menyingkirlah!" Sergah Sasuke kepada Naruto. Sasuke berusaha untuk mendorong tubuh Naruto menjauh darinya, namun sepertinya Naruto enggan melepaskannya.

"Hah, apa-apaan sih Rokudaime-sama itu! Kenapa tiba-tiba dia memeluk Sasuke-kun dan menangis! Seperti baru bertemu dengan kekasihnya saja yang sudah lama tidak bertemu, huft!" Gerutu Karin pelan sambil melipat kedua tangannya di depan dada, namun masih bisa didengar jelas oleh Suigetsu maupun Juugo.

"Jangan-jangan mereka itu gay?!" Bisik Suigetsu pelan kepada Karin dan Juugo, setelah ia turut memperhatikan adegan Naruto dan Sasuke di hadapannya. Sekilas ia dapat melihat Sasuke tersenyum tipis saat Naruto memeluknya.

"Apa kau bilang! Sasuke-kun tak mungkin seperti itu, bodoh!" Sanggah Karin berbisik pelan, ia tak terima dengan perkataan yang diucapkan oleh Suigetsu. Iris rubynya menatap tajam ke arah Suigetsu, sementara Suigetsu hanya memutar kedua bola matanya bosan tak mempedulikan tatapan membunuh yang dilayangkan oleh Karin.

"Hm, sepertinya bukan tidak mungkin. Bukankah selama ini Sasuke-kun tidak pernah tertarik pada perempuan manapun?!" Ucap Juugo mengutarakan asumsinya, yang tentu saja membuat Karin semakin khawatir karena ucapan Juugo ada benarnya juga.

"Tiiiddaakkkk!" Teriak Karin histeris tanpa sadar, kedua tangannya mengepal kuat di kedua sisi kepalanya seolah tak terima dengan kemungkinan bahwa Sasuke adalah seorang gay, yang tentu saja membuat Suigetsu maupun Juugo yang berada di sebelahnya harus menutup kedua telinganya rapat karena mendengar suara menggelegar milik Karin.

"Cih, baka! Pikiran kalian sungguh tak masuk akal!" Ucap Sasuke mendecih kesal, yang ternyata sedari tadi ia mendengarkan seluruh pembicaraan teman-teman satu timnya itu. Onyxnya mendelik tajam ke arah belakang, tempat di mana teman-temannya berdiri saat ini. Membuat Karin, Suigetsu maupun Juugo bergidik ngeri dengan aura hitam yang dikeluarkan oleh sang Uchiha bungsu tersebut.

"Hei hei, Kalian pikir aku tidak normal begitu?!" Ucap Naruto turut mendelik tajam ke arah Karin, Suigetsu dan juga Juugo, setelah sebelumnya melepaskan rangkulannya pada pundak Sasuke. Hal itu tentu saja membuat ketiganya semakin bergidik ngeri karena melihat tatapan sang Hokage ke-6 itu, yang sama mengerikannya dengan tatapan Sasuke. "Asal kalian tahu saja, aku ini sudah menikah dan memiliki seorang putra. Jadi kalian jangan salah paham padaku! Sasuke itu sudah aku anggap sebagai seorang kakak kandung bagiku, huh!" Ucap Naruto sambil memajukan bibirnya kesal dan melipat kedua tangannya di depan dada. Karin, Suigetsu dan juga Juugo hanya bisa bersikap salah tingkah karena persepsi mereka yang salah terhadap Naruto dan Sasuke.

"Ahahaha...Maafkan kami Rokudaime-sama." Ucap Suigetsu canggung meminta maaf sambil menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal. Sementara Karin dan Juugo hanya menganggukkan kepalanya, ikut menyetujui ucapan Suigetsu.

"Hm, tak apa. Lupakan saja!" Ucap Naruto tersenyum maklum.

.

.

.

Tok Tok Tok

"Tou-chan...Tou-chan...apa Tou-chan ada di dalam?" Terdengar suara anak kecil yang berasal dari arah luar ruangan Hokage. Merasa familiar dengan suara anak kecil tersebut, Naruto berjalan perlahan ke arah pintu ruangannya dan membukanya. Terlihat seorang anak laki-laki yang berusia sekitar empat tahunan, kini tengah menampilkan senyum lebarnya yang terlihat begitu lucu terpatri pada wajah bundarnya. Anak laki-laki itu memiliki wajah yang tampan dengan surai pirang jabriknya, mata bulat dengan iris biru yang bersinar jenaka, serta pipi gembilnya yang terlihat begitu menggemaskan. Benar-benar terlihat seperti copyan sang Rokudaime Hokage dalam versi cilik. Naruto tersenyum lembut saat melihat kedatangan putranya itu.

"Tou-chan." Anak laki-laki itu langsung menghambur riang ke dalam pelukan Naruto, setelah sebelumnya Naruto merendahkan tubuhnya agar dapat sejajar dengan tinggi badan bocah tersebut dan merentangkan kedua tangannya lebar untuk bersiap memeluk putranya itu. Sasuke, Karin, Suigetsu dan Juugo yang melihat adegan ayah dan anak itu, hanya bisa tersenyum tipis.

"Ryu-kun, kenapa kau pergi sendiri ke sini?! Dimana Kaa-chanmu?!" Tanya Naruto sambil mengelus lembut pucuk kepala putranya yang kini berada dalam pelukannya.

"Ugh, Tou-chan! Lyu kan cudah becal, huh!" Ryu memajukan bibirnya kesal karena Naruto masih memperlakukannya seperti anak kecil dengan mengusap pucuk kepalanya. Naruto hanya bisa tersenyum simpul mendengar perkataan putranya yang tak ingin diperlakukan dengan manja lagi olehnya. "Lyu pelgi cendili ke cini, Kaa-chan memintaku untuk memanggil Tou-chan. Bukankah di lumah kita akan mengadakan pesta untuk menyambut kepulangan paman Cacuke, apa jangan-jangan Tou-chan cudah lupa?!" Tanya Ryu sambil memicingkan kedua matanya curiga ke arah Naruto.

"Hm, tentu saja Tou-chan tidak lupa Ryu-kun. Lagipula bukankah Tou-chan sendiri yang meminta Kaa-chanmu untuk menyiapkan pesta kejutan untuk paman Sasuke dan teman-temannya." Ucap Naruto tersenyum lembut. Memang sejak dua hari yang lalu Sasuke sudah mengirim sebuah pesan kepada Naruto melalui seekor elang pengirim surat, bahwa dirinya akan segera pulang ke Desa Konoha. Maka dari itu Naruto meminta sahabat-sahabatnya untuk berkumpul bersama dan menyambut kedatangan Sasuke di kediamannya hari ini.

"Baiklah kalau begitu, ayo kita pelgi Tou-chan! Kaa-chan cudah cedali tadi menunggu kita di lumah." Ucap Ryu lagi sambil menarik pergelangan tangan Naruto yang tampak begitu besar jika dibandingkan dengan dirinya.

"Hei hei, jangan terburu-buru seperti itu Ryu-kun!" Ucap Naruto sambil menahan tubuh Ryu dengan kedua tangan kekarnya.

"Huh~...memangnya ada apa lagi cih Tou-chan!" Ucap Ryu memberenggut kesal.

"Apa kau tak ingin terlebih dahulu menyambut tamu-tamu Tou-chan di sana, Ryu-kun?" Ucap Naruto sambil mengarahkan telunjuknya ke arah Sasuke, Karin, Suigetsu dan Juugo, yang berdiri di belakangnya. "Jika tidak ada mereka, maka percuma saja jika kita pulang dan merayakan pesta penyambutan paman Sasuke." Ucap Naruto lagi melanjutkan perkataannya.

"Um, memang meleka ciapa Tou-chan?" Tanya Ryu kebingungan, sedari tadi memang Ryu tidak terlalu mempedulikan keempat orang yang berdiri di belakang ayahnya itu. Ia pikir jika keempat orang itu adalah para ninja yang akan menjalankan misi seperti biasanya. Memang selama ini Ryu mengetahui Sasuke hanya dari cerita Naruto saja, namun ia sama sekali tidak pernah mengetahui bagaimana rupa asli dari sang Uchiha bungsu tersebut. Lagipula, meskipun Ryu sudah pernah melihat Sasuke di foto tim tujuh milik Naruto, namun tentu saja sekarang fisik Sasuke sudah jauh berbeda, sehingga Ryu sulit untuk mengenali Sasuke.

"Tentu saja itu adalah paman Sasuke dan teman-temannya, Ryu-kun." Ucap Naruto sambil tersenyum geli dengan ekspresi kebingungan yang ditampilkan putranya itu.

"Ekh!" Ryu terpekik kaget dengan perkataan Naruto, ia sama sekali tidak menyangka jika orang yang sedari tadi dibicarakannya ternyata sudah datang ke sini. "Paman benal-benal paman Cacuke?" Tanya Ryu polos sambil berjalan ke arah Sasuke.

"Hn." Sasuke tersenyum tipis kepada Ryu, kemudian Sasuke berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Ryu serta mengusap lembut surai blonde Ryu. Kali ini Ryu sama sekali tidak mempermasalahkan saat Sasuke mengusap pelan kepalanya, sungguh sangat berbeda saat Naruto memperlakukannya seperti itu.

Ryu tersenyum lebar dan langsung memeluk Sasuke. "Akhilnya paman Cacuke kembali juga, Tou-chan celalu mencelitakan tentang paman kepadaku. Walaupun belum pelnah beltemu, tapi mendengal celita Tou-chan, aku jadi cangat mengidolakan paman Cacuke..hehe..." Ucap Ryu antusias sambil tersenyum ceria karena dapat bertemu dengan Sasuke secara langsung.

"Hn. Terima kasih. Kau anak yang pintar, Ryu-kun." Sasuke melepaskan pelukannya terhadap Ryu dan tersenyum lembut kepada Ryu.

"Oh, jadi putra Tou-chan sekarang sudah mulai berpaling untuk mengidolakan paman Sasuke, eh?" Naruto berpura–pura bersikap cemburu dengan kedekatan Ryu dengan Sasuke. Sementara Sasuke hanya terkekeh geli dengan sikap Naruto. Rasanya Sasuke tidak mempercayai jika Naruto bisa bersikap seperti itu kepada anaknya. Ah, sepertinya menyenangkan sekali jika dalam kehidupanmu telah hadir seorang anak dan akhirnya kau menjadi seorang ayah, apa kau tidak tertarik sama sekali, eh Sasuke?!

"Bial caja, Tou-chan kan cudah ada Kaa-chan yang mengidolakan." Ucap Ryu sambil memberenggut membalas ucapan Naruto, kedua tangan mungilnya dilipat di depan dadanya. "Ayo paman, kita pelgi! Cemua paman dan bibi cudah menunggu di lumah Lyu." Ryu menggenggam erat tangan Sasuke dan mengajaknya untuk keluar dari ruang Hokage. Sementara Naruto hanya menggeleng-gelengkan pelan kepalanya, merasa begitu gemas dengan sikap putranya itu.

"Ayo! Kalian juga harus ikut ke rumahku. Mulai hari ini kalian juga akan tinggal di Konoha kan?" Tanya Naruto kepada Karin, Suigetsu dan juga Juugo yang sedari tadi hanya diam memperhatikan percakapan di antara Naruto, Ryu dan Sasuke.

"Hm, tentu saja Rokudaime-sama." Ucap Juugo sopan, mewakili Karin dan juga Suigetsu. Mereka berempat pun akhirnya menyusul Ryu dan juga Sasuke yang sudah terlebih dahulu berjalan di depan mereka.

.

.

.


"Tadaima, Kaa-chan." Ucap Ryu semangat saat dirinya dan juga Sasuke sudah sampai di kediaman Naruto. Sementara Naruto, Karin, Suigetsu dan juga Juugo masih tertinggal di belakang mereka. Hinata yang mendengar salam yang diucapkan putranya, segera melesatkan dirinya dari dapur menuju ke arah pintu masuk untuk menyambut sang buah hati.

"Okaeri Ryu-kun." Ucap Hinata menjawab salam Ryu, saat Hinata sudah tiba di pintu masuk. Ryu langsung berlari ke arah Hinata dan memeluk erat ibunya itu.

"Ne Kaa-chan, lihatlah Lyu datang belcama ciapa?" Tanya Ryu sambil menunjuk-nunjukkan jari telunjuknya ke arah Sasuke, setelah sebelumnya melepaskan pelukannya kepada Hinata.

"Selamat datang kembali Sasuke-kun." Ucap Hinata sambil tersenyum lembut ke arah Sasuke, setelah menyadari jika ternyata pemuda yang datang bersama Ryu adalah Sasuke.

"Hn. Arigatou Hinata." Ucap Sasuke balas tersenyum tipis.

"Ayo, masuk! Semua teman-teman kita sudah menunggumu sedari tadi di dalam." Ajak Hinata kepada Sasuke.

"Hn. Tidak usah, aku ingin menunggu Naruto dan rekan-rekan satu timku dulu. Kalian masuklah terlebih dahulu ke dalam." Ucap Sasuke menolak secara halus ajakan Hinata.

"Baiklah kalau begitu, jika kau tidak keberatan kami masuk ter-..." Ucapan Hinata terpotong oleh salam dari suaminya, Naruto.

"Tadaima, Hime." Ucap Naruto saat dirinya sudah menginjakkan kaki kekarnya di dalam kediamannya bersama dengan Karin, Suigetsu dan juga Juugo.

"Ah, Okaeri Naruto-kun." Ucap Hinata sambil tersenyum lembut, menatap ke arah suaminya yang kini tengah berjalan menghampirinya dan mencium lembut bibir mungil Hinata, yang tentu saja membuat Hinata terpekik kaget. "Ekh, Na-...Naruto-kun?!" Ucap Hinata gugup atas perlakuan Naruto, semburat merah tipis kini tampak menghiasi wajah putihnya. Sebenarnya memang bukan masalah bagi Hinata jika Naruto mencium dirinya, karena itu memang sudah jadi kebiasaan Naruto untuk menciumnya ketika pulang ke rumah, sejak mereka memulai kehidupan pernikahan mereka, lima tahun yang lalu. Tapi kali ini tentu saja berbeda, karena mereka melakukan hal itu di depan teman-teman mereka yang kini tengah menatap canggung ke arah mereka berdua. Sementara Ryu hanya kembali memberenggut kesal dengan sikap ayahnya yang suka bertindak seenaknya saja tanpa memperhatikan situasi di sekelilingnya.

"Lokudaime-cama, tolong jangan lakukan hal cepelti itu di depan anak kecil cepeltiku!" Ucap Ryu kesal sambil menggembungkan kedua pipi tembemnya, yang terlihat menggemaskan itu.

"Hahaha...Maaf, maaf aku lupa jika ada orang lain di sini." Ucap Naruto canggung sambil menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, setelah menyadari bahwa dirinya baru saja melakukan suatu hal yang memalukan di depan teman-temannya. Sementara Sasuke, Karin, Suigetsu dan juga Juugo hanya bisa sweatdrop mendengar perkataan Naruto.

"Sudah, sudah, ayo kita masuk! Kasihan mereka sudah lama menunggu di dalam." Ucap Hinata kepada Naruto. Naruto hanya menganggukkan kepalanya mengerti. Mereka pun akhirnya masuk ke dalam rumah dan menuju ke arah ruang makan, dimana para anggota rookie sembilan tengah berkumpul bersama di sana.

.

.

.

"Okaeri, Sasuke." Ucap para anggota rookie sembilan dan juga para shinobi Sunagakure secara serentak menyambut hangat kedatangan Sasuke dan teman-temannya ke dalam ruang makan kediaman Naruto.

"Hn. Arigatou." Ucap Sasuke sambil tersenyum tipis. Entah mengapa terselip suatu perasaan hangat yang menjalar ke dalam hatinya tatkala melihat teman-temannya tersenyum bahagia menyambut kedatangannya. Ia sungguh tak menyangka jika teman-temannya ini masih mau menerima dirinya dengan tangan yang terbuka, tanpa mempedulikan sedikit pun kesalahannya di masa lalu. Ah, rasanya ia merasa sangat menyesal karena telah meninggalkan kebersamaannya yang berharga dengan teman-temannya ini, hanya karena suatu alasan balas dendam yang tak jelas tujuannya. Sasuke baru menyadari jika ternyata ia sangat membutuhkan keberadaan teman-temannya ini dalam kehidupannya. Sepertinya ia sudah banyak melewatkan banyak moment kekeluargaan bersama dengan para anggota rookie sembilan ini.

Sasuke menatap satu-persatu teman-temannya mulai dari sisi kiri memutar ke sisi kanan, yang kini tengah menatap dirinya dengan suatu perasaan bahagia. Sungguh ia merasakan suatu kerinduan terhadap teman-temannya ini, terlebih lagi saat onyxnya mendapati sang gadis musim semi yang menjadi mantan rekan satu timnya dulu di tim tujuh. Sasuke tersenyum lembut menatap ke arah Sakura yang juga kini tengah tersenyum manis ke arahnya. Ah, rasanya gadis itu semakin bertambah dewasa dan cantik saja, dilihat dari penampilannya yang kini tampak berbeda. Terakhir kali mereka bertemu adalah saat perang dunia ninja keempat terjadi. Ia sungguh tidak menyangka jika gadisnya itu kini sudah menjadi sosok yang kuat dan mengagumkan. Eh, semenjak kapan Sakura menjadi gadismu, Sasuke?!

Hm, tentu saja saat Sakura menyatakan perasaan cintanya pada malam di saat dirinya meninggalkan Sakura sendirian di bangku taman Konoha, sedari dulu Sasuke sudah mengklaim bahwa gadis musim semi itu adalah miliknya seorang. Meskipun Sasuke tidak secara langsung menunjukkan bahwa dirinya menerima pernyataan cinta Sakura, namun dalam batinnya ia sudah menautkan hatinya hanya pada Sakura seorang. Tentu saja Sasuke juga berniat untuk menjadikan Sakura sebagai satu-satunya pendamping dirinya di akhir sisa hidupnya ini. Ya, Sasuke sudah jauh-jauh hari merencanakan untuk segera melamar sang gadis musim semi saat dirinya kembali ke Konoha.

Namun, sepertinya impian tinggalah impian. Senyuman sang pemuda raven itu seketika raib tatkala ia baru saja menyadari jika sang gadis musim semi itu ternyata sudah memiliki kehidupannya sendiri bersama dengan pemuda lain. Pemuda Sabaku no Gaara, sang Kazekage Sunagakure, yang kini tengah duduk berdampingan dengan Sakura yang tengah memangku seorang bayi laki-laki berusia sekitar sepuluh bulanan. Bayi laki-laki itu memiliki paras yang begitu tampan dan berkulit putih mulus, persis sekali seperti ayahnya. Surai merah pendeknya juga tampak begitu mencolok, yang menandakan jika sang bayi memang lebih dominan mirip dengan sang ayah dibandingkan dengan sang ibu. Ah, sepertinya Sasuke sudah benar-benar terlambat untuk mendapatkan kembali sang gadis bubble gum.

Sasuke kembali menampilkan wajah datarnya, berusaha untuk menetralisir perasaan kecewanya saat ini yang terasa begitu menyesakkan. Perlahan ia melangkahkan kaki kekarnya menuju ke kursi kosong yang berada di sebelah Sakura, diikuti dengan rekan-rekan satu timnya yang juga ikut duduk berbaur bersama dengan para anggota rookie sembilan. Sambil menunggu hidangan makanan yang sedang di buat oleh para kunoichi Konoha di dapur, mereka pun terlarut dalam pembicaraan ringan dan menyenangkan.

.

.

.

"Selamat datang Sasuke-kun/Sasuke." Ucap Sakura dan Gaara bersamaan sambil tersenyum lembut ke arah Sasuke saat Sasuke sudah duduk di sebelah mereka. Sementara Sasuke hanya tersenyum canggung menanggapi ucapan Sakura dan Gaara. "Ayo, ucapkan selamat datang pada paman Sasuke, Rei-kun." Ucap Sakura kepada Rei yang kini tengah asyik memasukkan jari telunjuk milik Sakura ke dalam mulut kecilnya, membuat Sakura menjadi terkekeh geli dengan tindakan Rei.

"Hai, Rei-kun." Sapa Sasuke kepada Rei sambil tersenyum lembut. Tangan kekarnya meraih salah satu tangan mungil Rei dan menggenggamnya pelan. "Dia begitu lucu dan tampan." Ucap Sasuke lagi, saat dirinya dengan seksama memperhatikan kembali Rei dari jarak dekat.

"Hm. Tentu saja, Rei-kun terlihat begitu mirip dengan ayahnya, bukan?" Ucap Sakura lagi menanggapi perkataan Sasuke.

"Hn. Rei-kun memang lebih terlihat mirip sepertinya ayahnya dibandingkan dengan ibunya." Ucap Sasuke sendu ke arah Rei, yang kini tengah berusaha untuk memasukkan jari-jari tangan Sasuke ke dalam mulut kecilnya, namun tidak terjadi karena Sasuke sudah terlebih dahulu menarik tangannya dari Rei.

"Hn. Tentu saja Rei-kun mirip denganku, itu artinya istriku benar-benar sangat mencintaiku." Ucap Gaara tersenyum tipis sambil mengusap lembut surai merah milik anaknya yang kini masih berada di pangkuan Sakura.

Deg

Ah, rasanya perkataan Gaara terasa begitu menyakitkan untuk Sasuke. Kenyataan bahwa kini Sakura sudah dimiliki oleh pemuda Suna ini saja sudah memukul telak harapan dan masa depannya. Apalagi mendengar jika Sakura benar-benar sangat mencintai pemuda bertato 'Ai' tersebut, rasanya ia benar-benar telah kehilangan dunianya saat ini. Ia sama sekali tidak menyangka jika gadis itu ternyata sudah melupakan perasaan cintanya pada dirinya.

"Ada apa Sasuke-kun?! Apa ada masalah yang sedang kau pikirkan?!" Tanya Sakura keheranan melihat Sasuke yang sedikit termenung setelah mendengar ucapan Gaara.

"Hn. Tidak, tidak ada apa-apa." Jawab Sasuke datar.

Oooeee Oooee Oooee

Tiba-tiba saja Rei menangis keras tanpa sebab, menyebabkan Sakura menjadi panik seketika.

"Eh, Rei-kun. Ada apa sayang?!" Tanya Sakura khawatir sambil mengangkat tubuh Rei untuk berdiri di pangkuannya.

"Sepertinya dia haus Sakura." Tanggap Gaara seolah mengerti dengan tangisan putranya. Sakura sendiri hanya menganggukkan kepalanya mengerti.

"Kalau begitu aku bawa dulu Rei untuk minum ASI ya." Ucap Sakura tersenyum lembut. Segera ia beranjak dari kursi dan membawa Rei bersamanya ke arah dapur. Sasuke yang melihat kepergian Sakura hanya bisa mendesah berat, rupanya ia memang telah benar-benar kehilangan gadis pujaan hatinya itu.

"Ada apa denganmu, Sasuke?! Kau tampak tak baik saat ini." Ucap Gaara menepuk pelan pundak Sasuke. Sementara Sasuke hanya menanggapi dengan sebuah senyuman tipis.

"Hn. Tidak. Oh iya, selamat atas pernikahanmu Kazekage-sama. Aku sama sekali tidak mengetahui jika kau sudah menikah." Ucap Sasuke berusaha mengalihkan perhatian Gaara.

"Ah, terima kasih. Sungguh aku tidak tahu di mana keberadaanmu saat itu, aku jadi sulit untuk memberitahukan kabar pernikahanku padamu." Ucap Gaara sedikit menyesal.

"Hn, tidak masalah. Sepertinya kau benar-benar bahagia dengan pernikahanmu ini, Gaara." Ucap Sasuke sambil menatap sendu ke dalam Jade milik Gaara, namun tentu saja Gaara tidak menyadari tatapan Sasuke itu.

"Tentu saja. Bagiku pernikahan ini adalah sebuah babak baru dalam kehidupanku yang dulu terasa begitu menyakitkan. Keberadaan istri dan putraku saat ini menjadi suatu kekuatan tersendiri bagiku untuk menjalani kehidupan ini." Ucap Gaara tersenyum tipis, sebuah ekspresi kebahagiaan tampak begitu dominan terpatri di wajah putihnya.

Sasuke kembali termenung memikirkan perkataan Gaara. 'Pernikahan, ya?! Aku tidak yakin akan mengalaminya jika tanpa Sakura di sisiku.' Ucapnya dalam hati. Sasuke sama sekali tidak menyadari jika Sakura sudah kembali dari dapur dan kini sudah kembali duduk di samping Sasuke.

"Bagaimana dengan Rei-kun, Sakura?" Tanya Gaara kepada Sakura, yang berhasil menyadarkan Sasuke dari lamunannya. Segera ia alihkan onyxnya untuk menatap Sakura di sampingnya.

"Um, Matsuri sudah memberinya ASI dan sekarang Rei-kun sudah terlelap tidur." Ucap Sakura menjawab pertanyaan Gaara. Gaara hanya menganggukkan kepalanya mengerti.

"Matsuri?!" Ucap Sasuke terkejut sambil mengerutkan keningnya merasa heran dengan ucapan Sakura. 'Kenapa Matsuri yang memberi ASI kepada Rei-kun, bukankah Sakura adalah ibunya?!' Ucapnya di dalam hati.

"Um, ada apa Sasuke-kun?!" Tanya Sakura yang juga merasa heran dengan sikap Sasuke.

"Apa Matsuri adalah istrimu, Kazekage-sama?!" Tanya Sasuke penasaran, sungguh Sasuke sangat mengharapkan jawaban 'ya' keluar dari mulut Gaara.

"Hn. Matsuri memang istriku, memangnya ada apa?!" Jawab Gaara menanggapi pertanyaan Sasuke. Sementara Sasuke sendiri kini tampak tersenyum lega mendengar jawaban dari sang Kazekage Sunagakure itu. Rasanya ia begitu bodoh karena sedari tadi ia dengan seenaknya saja menyimpulkan Sakura sebagai istri dari pemimpin Suna itu.

"Hn. Tidak, tidak ada apa-apa." Ucap Sasuke tersenyum lembut. Gaara sendiri hanya mengendikkan bahunya pelan, tak mempermasalahkan jawaban Sasuke. Sementara Sakura hanya terlarut dalam kebingungannya sendiri, karena Sasuke dan Gaara tampak mengacuhkan dirinya sedari tadi.

"Aku pikir aku telah kehilanganmu, Sakura." Ucap Sasuke berbisik pelan di telinga Sakura, sambil mengacak-ngacak gemas surai merah muda milik gadis itu dan tersenyum lembut.

"Ekh?!" Pekik Sakura terkejut dengan tindakan Sasuke yang terkesan tiba-tiba ini. Apalagi perkataan pemuda itu yang sukses membuat wajahnya menjadi merona hebat. Apa itu artinya Sasuke sudah mulai mengharapkan keberadaannya?

-TBC-


Um, lagi-lagi saya buat fic abal dan gaje seperti ini...Aa Gomen, ini fic kedua saya, padahal fic saya yang pertama saja belum beres...hehehe...^_^

Entah mengapa tiba-tiba saya ingin membuat fic SasuSaku dengan setting dunia ninja seperti aslinya...^_^

Maaf kalau ceritanya tidak terlalu menarik dan juga pasaran, tapi semoga kalian suka dan berkenan untuk R&R...^_^

Arigatou...^_^