Disclaimer
Naruto © Masashi Kishimoto
This is fanfiction dedicated for Sasuke Uchiha Birthday
Warning : AU, OOC, Gore, Lemon, Death chara.
Written by : Nagisa Yuuki
.
.
"KYAAAAAA...!"
Bisingnya suara teriakan memenuhi area belakang Fakultas Kedokteran. Pagi ini seonggok mayat gadis berambut pirang panjang, tergantung diatas langit-langit koridor dengan tangan kiri yang tersayat cukup dalam. Lantai lorong yang semula berwarna putih bersih kini telah dibanjiri warna merah darah yang sudah mengering kehitaman. Tak jauh dari bercak lantai penuh darah, terdapat sebuah kursi pendek yang diduga sebagai alas pijakan sebelum gadis itu menggantung dirinya sendiri.
"Astaga! Ino..." Gadis bersurai warna bunga kebanggaan jepang nampak terkejut dan membungkam rapat mulutnya dengan tangan kanan. Tangan kirinya tergerak untuk meremas dada sebelah kiri dimana letak jantungnya bersemayam.
Siapapun pasti akan terpukul bila melihat sahabat baiknya mati dengan cara yang begitu mengenaskan. Apalagi disaksikan oleh orang sebanyak ini, yang tak lain adalah para mahasiswa dari seluruh Fakultas Konoha.
"Kenapa... hiks... Kenapa... Ino pig baka!" Jeritnya histeris. Gadis itu -Sakura Haruno- mahasiswi kedokteran yang berada disatu tingkat serta satu jurusan dengan sang korban -Ino Yamanaka- kini sedang berduka. Kehilangan rival sekaligus sahabat dekat sangatlah menyakitkan, ditambah harus mendapatkan kenyataan kalau Ino mengakhiri hidupnya dengan cara bodoh, yaitu bunuh diri.
"Sssshh... Sakura, tenanglah..." Sang kekasih -Sasuke Uchiha- berusaha menenangkan Sakura yang terpukul dan bersedih. Ia merangkul bahu si gadis yang bergetar, mengusapnya lembut penuh kehangatan, lalu mencoba membagi sedikit beban terkasih dengan cara mendekapnya.
"Ino, Sasuke... Ino!"
"Aku tahu..." Kata Sasuke lirih. Ia mengangguk sendu, dan mengecup puncak kepala Sakura. "Aku tahu sayang... Sangat tahu. Kita semua juga berduka. Ini memang mengejutkan tapi tidak ada waktu untuk bersedih dan meratapi kepergiannya, kita harus menurunkannya dari sana dan memakamkannya dengan layak."
Mendengar ucapan Sasuke yang dirasanya benar, Sakura mengangguk walau tampak enggan. Ia tak sanggup menatap jasad sang sahabat berlama-lama, ia terlalu terpukul dan sukar mempercayai kenyataan yang begitu memilukan.
Bersama para dosen, Sasuke, Sakura, dan beberapa orang temannya. Mereka semua menurunkan jasad Ino, lalu membawanya keruang praktek otopsi, dimana para mahasiswa dan mahasiswi kedokteran menjalani tes serta praktek menggunakan sosok kadaver.
Setelah menutupi seluruh tubuh tak bernyawa Ino yang telah kaku juga kehabisan darah dipembuluh arterinya, Sasuke menemukan ada sesuatu yang ganjil. Ia terpekur sejenak. Tangannya yang hampir menutup wajah Ino dengan kain putih ia urungkan. Sasuke membuka selimut putih itu lagi sebatas dada. Ada sesuatu yang tercetak disudut kening gadis bersurai pirang berkuncir tersebut. Lama dia amati, ternyata itu adalah sebuah luka akibat benturan benda padat.
Ini aneh...
Mayat Ino tergantung dilangit-langit koridor kelas penghubung, tapi kenapa ada bekas luka benturan didahinya? Apakah sebelum gantung diri gadis itu sempat terjatuh atau terpeleset? Dan lagi... untuk apa menggores lengan kirinya jika sudah berniat menggantung diri? Bukankah dia tetap akan mati kehabisan napas atau kehabisan darah melalui salah satunya?
Karna terlalu banyak berspekulatif didalam hati serta memikirkan keganjilan seputar kematian sahabatnya, Sasuke sampai tidak sadar kalau Naruto sudah memanggil namanya berulang kali. Jengkel tidak mendapatkan jawaban, si pirang menepuk keras bahu sahabat masa kecilnya itu. Diluar dugaan, ternyata Sasuke terkejut sampai nyaris terpekik.
"Kau kenapa teme? Aku memanggilmu sejak tadi ttebayou! Pihak keluarga Ino akan datang sebentar lagi, seharusnya kita kembali ke kelas sekarang," Naruto mencak-mencak ditempat. Dia kesal karna diabaikan. Bahkan setelah ia menepuk bahunya dan membutnya terkejut, Sasuke malah pindah posisi kemudian menyingkap selimut yang menutupi kaki Ino diblankar bagian bawah. "Apa yang sedang kau lakukan sih? Kau kan bukan mahasiswa kedokteran teme, kau itu mahasiswa managemen bisnis!"
"Naruto..." Seolah mengabaikan ucapan kawannya untuk yang kesekian kalinya, Sasuke menggerakan tangannya untuk memberi isyarat pada Naruto agar mendekat padanya. "Tidak kah kau merasa ada yang janggal dengan kematian Ino?"
Statement Sasuke barusan sukses melebarkan mata biru milik Naruto. "Apa maksudmu?" Kata Naruto tak mengerti. Tapi ia menuruti keinginan Sasuke untuk mendekat dan memperhatikan apa yang sedang menjadi objek perhatian sang Uchiha.
Perlahan dibalikannya tumit kaki Ino sedikit kesamping hingga memperlihatkan sebuah luka gores memanjang secara horizontal dibagian atas tumit, lebih tepatnya dimana urat arteri kaki Ino berada. "Sejak tadi aku merasa heran dengan cara bunuh diri Ino yang terkesan dipaksakan. Kau lihat kan luka sayatan dilengan kirinya?" Anggukan pelan Naruto menjadi jawaban pertanyaannya. "Bukan kah aneh orang yang gantung diri sempat-sempatnya menggores lengannya sendiri?"
Naruto memasang sikap berpikir. Dahinya mengerut, sebelah tangannya menyangga dagu dan ia memperhatian lengan kiri Ino seperti yang dikatakan oleh Sasuke. "Memang aneh. Tapi bisa jadi kan kalau sebelum gantung diri, Ino berniat mengakhiri nyawanya dengan cara menyayat nadi ditangannya, lalu karna ia terlalu frustasi dan tidak sabar menunggu darahnya habis, akhirnya ia mencari cara lain dan disaat itulah ia berniat menggantung diri diatas langit-langit."
"Kalau begitu... untuk apa luka diatas tumitnya ini dobe?" Tunjuk Sasuke kalem. Jarinya mengarah pada sayatan lain yang menjadi objek perhatiannya sejak tadi. "Menurutku orang yang sedang gantung diri tidak akan mungkin sempat melukai kakinya sendiri. Lain halnya jika luka ini sudah ada sebelum insiden penggantungan itu terjadi."
"Kalau benar begitu... tidak mungkin Ino bisa menopang tubuhnya sendiri bukan? Apalagi dengan luka sedalam itu pada tumit kakinya. Setelah kupikir-pikir mustahil juga dia melakukan uji coba bunuh diri dengan menyayat nadi juga menggantung dirinya, bukankah tanpa melakukan keduanya ia akan tetap mati?"
"Itulah yang kupikirkan sejak tadi dobe. Menurut analisisku ada seseorang yang menyabotase kematian Ino, dan membuatnya seolah-olah tampak bunuh diri. Bagiku dilihat dari segimanapun ini sangat ganjil. Ino bukan gadis bodoh yang dengan mudah melakukan tindakan tak berakal semacam ini. Lagipula selama ini dia terlihat baik-baik saja juga penuh semangat."
Naruto mengangguk-anggukan kepalanya menyetujui ucapan Sasuke yang dirasanya masuk akal. "Mungkin sebaiknya kita menghubungi polisi untuk menindak lanjuti kasus ini. Kalau benar Ino dibunuh, aku tidak akan rela membiarkan pembunuh itu lolos dan menikmati kebebasannya diluar sana." Geramnya, tanpa sadar kedua tangan Naruto mengepal kuat. Sasuke menghela napas berat sebelum mengangguk dan meraih ponselnya didalam saku. Ia berencana menghubungi polisi seperti yang Naruto katakan tadi.
...
"Jadi... Ino dibunuh?" Tanya Sakura sembari terisak pelan. Gadis itu masih saja menangis sejak penemuan mayat Ino pagi tadi.
Sekarang ini mereka semua tengah membahas perihal keganjilan kematian sang sahabat dibelakang taman kampus seperti biasa. Hanya bedanya Ino tak ikut bergabung dan membuat kericuhan seperti hari-hari sebelumnya, itulah yang membuat Sasuke, Naruto, Neji, Hinata, Sakura, dan Shikamaru merasa ada yang kurang.
"Teme menyadari ada yang aneh dengan kondisi mayat Ino, dan setelah kami berdiskusi, kami memutuskan menghubungi pihak kepolisian untuk menyelidiki kasus ini." Jelas Naruto, disampingnya berdiri Hinata yang tampak berkaca-kaca mendengar penuturannya barusan. Segera saja ia dekap kekasihnya yang hampir menangis seperti halnya Sakura.
"Aku juga sependapat dengan Sasuke. Saat dia menjelaskan beberapa luka sayatan ditubuh Ino, aku langsung yakin kalau apa yang Sasuke curigai adalah benar adanya. Dan menurut dugaanku, pelakunya mungkin saja salah satu murid kedokteran seperti kau dan Ino. Hati-hatilah Sakura, bisa saja pembunuh itu berada didekatmu." Hipotesa dari Shikamaru tadi sukses membuat Sakura menggigil ketakutan. Siapapun yang diberitahu kalau di Fakultas tempatnya belajar ada seorang pembunuh pasti tidak mungkin bisa bersikap tenang-tenang saja kan?
"Tenanglah..." Bisik Sasuke menenangkan. Dia mendekap balik Sakura yang gemetar ketakutan dalam pelukannya. Sejujurnya ia khawatir kalau-kalau apa yang dikatakan Shikamaru terbukti kebenarannya. Mengenai dugaan tentang si pembunuh yang berasal dari Fakultas Kedokteran, sama dengan jurusan tempat Ino dan Sakura berada.
"Coba kalian ingat-ingat... apa selama ini Ino punya musuh atau orang yang membencinya sampai tega menghabisi nyawanya seperti itu?" Neji membuka suaranya, sontak saja seluruh perhatian terpusat kearahnya walau sedikit terkejut.
"Kurasa tidak mungkin, Ino-san adalah orang yang baik. Kalaupun memang ada, aku tidak bisa membayangkannya," Ujar Hinata, suaranya parau dan serak dalam rengkuhan tangan Naruto.
"Ssshh..." Naruto berusaha menenangkannya, begitu juga dengan Sasuke yang mendengar Sakura kian sesegukan semenjak mereka membahas masalah ini.
Akhirnya karna keadaan mental para gadis yang masih sangat lemah dan berduka, pembahasan itupun ditunda sementara waktu sampai dirasanya Sakura dan Hinata sanggup untuk membicarakan hal ini lagi.
...
Kuliah malam hanya tersisa sedikit murid yang masih berada dikawasan Fakultas Bisnis Managemen. Disebelah gedung aristokrat tempat Sasuke melangkah sekarang adalah gedung Fakultas Kedokteran. Kawasan Fakultas itu sudah sangat sepi dan gelap, setelah insiden penemuan mayat Ino beberapa hari lalu, jam kuliah malam jadi dikurangi. Hal itu dipicu karena adanya himbauan dari pihak kepolisian yang menyarankan kalau sebaiknya tidak ada murid kedokteran yang masih berkeluyuran diatas jam 6 sore.
Menurut penyelidikan polisi dari bukti TKP dan Autopsy jasad Ino, dapat disimpulkan adanya unsur kesengajaan dan kekerasan fisik dibeberapa anggota tubuh Ino yang tertutupi pakaian. Sesuai analisis Sasuke sebelumnya yang mengatakan kalau Ino tidaklah bunuh diri melainkan dibunuh. Dan menurut Hipotesa Shikamaru, pembunuh itu besar kemungkinan adalah salah satu murid kedokteran yang saat ini sedang buron.
Sembari melamun, Sasuke membenarkan letak buku-buku yang ia bawa agar tidak terjatuh. Tepat dipersimpangan koridor menuju arah keluar gedung, tiba-tiba ada sepasang tangan yang melingkari pinggangnya dengan sikap posesif. Sasuke pikir itu adalah kekasihnya Sakura, namun ketika menyentuh pergelangan tangan si pemeluk, ia langsung sadar bahwa itu bukanlah Sakura melainkan orang lain. Seketika senyum tipis diwajahnya musnah terganti dengan ekspresi wajahnya yang mendadak menjadi sangat dingin. Ditepisnya kuat-kuat sipemilik tangan tidak tahu diri itu, namun bukannya melepas si pelaku malah kian mengeratkan pelukannya.
"Sasuke..." Nada sopran yang sedikit mendesah ditelinganya berniat menggoda birahi sang Uchiha. Tentu saja hal itu tidak akan mempan pada Sasuke yang notabene-nya memiliki sikap cuek pada semua orang, kecuali kekasih dan juga para sahabatnya.
"Lepaskan Karin... Aku tidak ada waktu untuk meladenimu." Katanya dengan nada datar. Sasuke sampai menjatuhkan buku-buku yang dipegangnya hanya untuk melepaskan tangan Karin dari pinggangnya.
Bukannya menyingkir, Karin malah mendorong dada Sasuke sampai punggung si pemuda menyentuh dinding koridor. Rupanya Karin tidak kehabisan akal untuk menggoda Sasuke, walau ia baru saja mendapatkan penolakan atas pelukannya barusan.
"Tidak kali ini Sasukeh..." Karin mengigit bibirnya dengan sikap menggoda. Suaranya kembali mendesah ketika mengusap otot bisep yang terbentuk sempurna ditubuh Sasuke. Ia tidak perduli jika ditolak ribuan kali oleh sipemilik marga Uchiha itu, baginya hal itu sudahlah biasa sampai-sampai membuat nyalinya kebal.
"Minggirlah... Kau menghalangi jalanku!" Baritone yang terkesan suram menaikan volume suaranya menjadi sedikit tinggi. Sekali lagi Karin tidaklah perduli. Ia dengan gencar membelai wajah rupawan Sasuke dan menempelkan tubuh bagian depannya hingga menggesekan gunung kembar pada dadanya.
Gadis itu terkekeh. Ia meniup-niup lubang telinga Sasuke sedikit berjinjit lalu mengecup pipi sang Uchiha sembari menjilatnya dengan penuh minat. "Aku menginginkanmu..." Bisiknya agak seduktif. Sasuke mendecih, dia merasa jijik disentuh gadis lain selain Sakura. Alhasil Sasuke mendorong bahu Karin sedikit kasar sampai gadis bermahkota merah menyala itu terjatuh diatas lantai dengan wajah menggeram marah.
"Kau membuang-buang waktu berhargaku." Desis Sasuke dingin. Netra kelamnya seakan menghujam iris ruby milik Karin. Gadis itu tercengang sejenak, tatapan tajam sang Uchiha berhasil membuatnya tidak berkutik.
Namun tak lama akhirnya Karin menggertakan gigi-giginya sambil berusaha berdiri. Sebelum Sasuke melangkah jauh meninggalkannya, dengan cepat Karin menarik lengan si pemuda sampai tubuh tinggi nan tegap itu berbalik lagi kearahnya dan dengan lancangnya Karin mencuri ciuman Sasuke tepat dibibir.
Karin dengan lihainya melumat bibir ranum si bungsu bermarga Uchiha secara agresif dan penuh napsu. Ia mengecap segala rasa yang tertinggal dalam telaga madu Sasuke, sampai tanpa diduga-duga, pemuda minim ekspresi itu mendorongnya lagi untuk yang kedua kalinya. Tapi bedanya yang ini lebih kasar dari sebelumnya.
"Ah! Sakit Sasuke!" Pekik Karin, kepalanya terbentur pinggiran kursi lobby dengan sangat kuat sampai-sampai kepalanya jadi pusing.
"Kau-"
"Aku mencintaimu!" Potong Karin tiba-tiba. Sasuke mendecih sembari memalingkan wajahnya yang terlihal kesal.
"Aku hanya mencintai Sakura. Kurasa kau sudah tahu itu." Sahutnya tegas. Delikan tajam ia berikan sebelum kakinya bergerak untuk menjauhi Karin yang mematung ditempatnya. Gadis itu terluka dan patah hati untuk yang kesekian kali oleh pernyataan tegas Sasuke.
Karin tahu, ia sangat tahu dan bahkan paham. Cinta Sasuke hanya untuk Sakura. Tapi sebagai wanita yang juga menginginkan Sasuke, membuat Karin gelap mata dan rela menghalalkan segala cara untuk mendapatkan pemuda incarannya. Dia tidak perduli kalau ulahnya nanti akan menghancurkan hubungan orang lain. Karna itulah yang ia inginkan. Dia ingin Sasuke berpisah dari gadis merah muda itu dan menjadi miliknya seorang.
"Kau akan menyesal Sasuke!" Teriaknya mengancam. Sasuke sempat mendengarnya namun ia abaikan begitu saja. Sosoknya kian menembus kegelapan malam dan menghilang dari pandangan Karin. Seperginya Sasuke, Karin mulai meneteskan airmatanya.
Diluar gedung menuju parkiran, Sasuke masih terlihat kesal dan murka. Ia tidak menyangka kalau Karin akan lancang menciumnya seperti tadi. Sembari menggosok bibirnya yang panas karna tindakannya itu, Sasuke merogoh saku celananya untuk mencari kunci mobil miliknya. Masih sambil menggerutu, ia berjalan kearah satu-satunya kendaraan yang terparkir ditempat itu. Dan lagi-lagi sepasang tangan menghentikan langkahnya. Bedanya kali ini bukan memeluk hanya menarik bahunya sampai berbalik arah.
"Kau... Neji? Sedang apa kau disini?" Tanya Sasuke. Suaranya yang awalnya meninggi perlahan menjadi rileks seperti sediakala.
"Ya tentu saja menjalani kuliah malam." Jawab Neji dengan kekehan gelinya melihat wajah kesal Sasuke yang tampak manis.
"Aku tidak melihatmu beberapa hari ini,"
"Ya, ada urusan penting yang harus kuselesaikan. Karna itu sebagai ganti absenku selama beberapa hari, aku terpaksa mengejar pelajaran yang tertinggal termasuk mengikuti jam kulian malam yang sangat kubenci." Iris lavender Neji melunak. Ia menyentuh pipi Sasuke yang sempat dicium oleh Karin saat dilorong. Diusapnya penuh kelembutan.
Merasakan adanya sinyal-sinyal yang aneh, Sasuke lekas menepis sentuhan Neji dan menatap kawannya yang berambut hitam panjang itu dengan mata memicing waspada.
"Kalau tidak ada yang ingin kau katakan lagi, sebaiknya aku pergi." Sasuke berbalik dan hendak membuka pintu mobilnya, tapi sentuhan Neji kembali menahan niatnya. Rasa kesal memenuhi kepalanya yang tampak berasap. "Apa lagi?" Kali ini kesabarannya tampak habis.
Neji kembali tertawa, ia sangat senang menggoda pemuda berambut raven itu seperti halnya Naruto. "Aku hanya ingin mengatakan berhati-hatilah Sasuke."
"Kalau itu aku sudah tahu," Ketusnya.
Iris lavender Neji mendadak berubah serius. "Berhati-hatilah pada Suigetsu. Dia tidak akan membiarkan siapapun yang merebut gadis kesayangannya. Kau tahu kan apa yang kumaksud? Aku sempat memergoki Suigetsu menatapmu penuh dendam ketika Karin menghampirimu."
Sasuke tampak mengingat-ingat sejenak. Dia hampir saja melupakan pemuda pembuat onar itu. Dulu saat memasuki semester awal, Sasuke sempat terlibat perkelahian dengan si pemilik gigi runcing itu. Alasannya pun sepele, hanya karena Karin -Gadis incarannya- menaruh perhatian lebih pada Sasuke yang bahkan dia sendiripun tidak terlalu menanggapinya.
Kalau diingat-ingat lagi, dulu Karin juga sempat berkelahi dengan Ino karena membuat Sakura menangis cemburu melihat Karin memeluknya dengan lancang didepan umum, terlebih didepan mata kepala Sakura sendiri. Entah kenapa hatinya jadi tercubit ketika mengingat soal Ino. Bagaimana ya perkembangan kasusnya sekarang?
Sejenak Sasuke terlalu hanyut dalam lamunannya sampai tidak sadar kalau Neji tengah menatapnya berbeda sejak tadi. Pemuda berambut panjang tersebut menarik pandangan Sasuke menggunakan jari-jari yang menempel di dagunya, dan tanpa ragu ia melumat bibir merah tipis milik Sasuke sampai si empunya tercengang amat shock karna tindakan menyimpang salah satu temannya ini.
"Emmpp!" Netra Sasuke melirik kedua tangannya telah tertahan dimasing-masing sisi tubuhnya yang bersandar pada pintu mobil. Ia tidak memperhitungkan tindakan Neji yang berani mencuri ciumannya seperti halnya Karin. Tapi masalahnya Neji itu laki-laki. Walaupun Sasuke sempat mendengar rumor yang beredar seputar teman berambut panjangnya ini. Mereka mengatakan kalau Neji itu gay, dan dia sudah tertarik pada Sasuke sejak lama. Tapi bukankah Neji juga sudah berpacaran dengan Tenten yang artinya dia mematahkan asumsi orang lain mengenai dirinya yang memiliki penyimpangan seksual.
"Nnngh... Hnnngh... Ne-mmmp! Ne-ji! Apa yang... kau lakukan?!" Bentak Sasuke tak terima. Dia berhasil menjauhkan Neji dari tubuhnya lalu kembali mengusap kasar bibirnya yang dinodai oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab.
"Aku? Aku hanya ingin menghapus kuman dari wanita itu Sasuke."
"Apa maksudmu?" Wajah Sasuke merah padam. Bukan karna ia malu tapi lebih tepatnya kesal.
Neji memutar bola matanya. "Tentu saja Karin. Aku melihatnya menciummu dan aku tidak suka itu."
"Itu bukanlah urusanmu! Kalau kau menyimpang jangan bawa-bawa aku!" Sasuke menekan kalimatnya, namun hanya direspon kekehan kecil dari Neji. Baru kali ini Sasuke merasa marah dengan sikap Neji yang sering melarangnya ini-itu tanpa sebab yang jelas. Sakura saja tidak pernah begitu padanya, padahal gadis itu kekasih sahnya.
"Berhati-hatilah Sasuke..." Saran Neji lagi saat Sasuke sudah membanting pintu mobilnya penuh emosi.
"Kalaupun ada yang harus ku waspadai, orang itu adalah kau, Neji!" Desisnya didalam mobil, tentu saja Neji tidak dapat mendengarnya karna dia sudah meninggalkan area parkir dengan mobilnya.
...
"Kau kenapa Sasuke?" Itachi menyambut kepulangan Sasuke diruang tengah dengan alis mengerut bingung. Tidak biasanya adiknya memasang ekspresi sejengkel itu. Sewaktu bertengkar dengan Sakura saja, Sasuke tetap memasang ekspresi datarnya yang cuek seolah tidak terjadi apa-apa.
"Hn." Sasuke malas menjawab. Ia hanya mengumam singkat tanpa maksud untuk memberi kode pada kakaknya kalau ia sedang tidak ingin membahas apapun soal kejadian yang baru dia alami.
Itachi mengangguk mengerti. Dia sangat mengerti akan sifat adiknya itu, apapun yang Sasuke ekspresikan lewat wajah serta gerak-geriknya, Itachi paham betul maksudnya apa. "Sudah makan? Aku membuatkanmu tomato cake tadi sore. Mungkin memakan cemilan manis bisa membuat moodmu sedikit membaik otouto." Pada akhirnya Itachi berusaha mengalihkan kekesalan Sasuke lewat bujukan mautnya.
Tetapi...
"Aku tidak suka makan makanan yang manis!"
Kenyataannya Itachi harus meringis menerima jawaban ketus dari mulut 'manis' adik semata wayangnya. Tapi tetap saja Itachi seakan tidak kehabisan ide dalam membujuk si bungsu yang terkenal suka sekali merajuk padanya.
"Cake buatanku tidak terlalu manis kok. Itu kan kubuatkan spesial untukmu, jadi cobalah dulu kau pasti akan menyukainya."
Dan kali ini senyum lembut ala kakak yang baik tersungging dibibirnya. Itachi melihat Sasuke melirik kearahnya dengan mulut penuh camilan yang direbutnya sewaktu menonton drama tadi.
"Hn." Lagi, gumaman tanpa maksud itu menembus gendang telinga Itachi yang sangat tajam dalam mendengarkan suara. Senyum lebar Itachi hampir tidak bisa menyembunyikan gelak tawa yang mati-matian ia tahan sejak tadi. Sasuke akhirnya menuruti bujukannya dan berjalan kearah lemari pendingin untuk mencicipi cake buatannya sore tadi.
"Bagaimana?" Tanyanya antusias ketika melihat Sasuke kembali keruang tengah sembari melahap rakus cake ditangannya.
"Tomatnya kurang banyak aniki." Komentarnya manja tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar kaca televisi. Sekali lagi Itachi meringis mendengarnya walau senyumnya tidak pudar seincipun melihat wajah tampan Sasuke berubah manja seperti ini.
"Ya, lain kali akan kubuat dengan sempurna."
...
Sakura berlari-lari kecil menghampiri Sasuke yang baru turun dari mobilnya. Senyum tipis pemuda tampan itu sanggup meruntuhkan hari-hari sepi seorang Sakura Haruno dalam sekejap waktu. Ia dengan penuh semangat dan enerjiknya menghambur ke pelukan hangat sang terkasih dalam sekali lompatan. Untung saja Sasuke memiliki refleks yang sangat bagus untuk menangkap tubuh mungil langsing milik kekasihnya, kalau tidak dia pasti akan menghajar dirinya sendiri sampai Sakura terpeleset jatuh lalu terluka.
Kedua tangan halus yang selalu menenangkan dirinya kini menarik wajah Sasuke agar mendekat padanya yang hanya memiliki tinggi sebatas dagu si pemuda. Sakura lekas mengecup kedua pipi serta bibir Sasuke dengan lembut walau wajahnya tampak merona. Sasuke awalnya memang merasa terkejut ia tidak menyangka akan mendapatkan sambutan seperti ini sebelumnya, namun ia segera melebarkan senyumnya kemudian tertawa kecil melihat tingkah manja Sakura.
"Sambutan pagi yang luar biasa!" Goda Sasuke sembari tertawa dan lekas dicubit pinggangnya oleh Sakura.
"Jangan menertawaiku..." Rajuknya dengan suara pelan. Sasuke merangkul bahu Sakura kemudian mengacak gemas rambut merah muda kekasihnya.
"Aku hanya speechless. Tidak biasanya kau begini, tapi... aku menyukainya." Satu kedipan jahil terekam dalam lensa jade Sakura. Wajahnya kian merona, gadis itu menunduk dan merasakan sebuah kecupan mendarat dikeningnya.
"Aku selalu menyukai semua tentangmu Sakura. Karena... kau adalah duniaku." Sasuke memaku iris bening Sakura yang berkaca-kaca karena terharu. Ia menarik dagu Sakura menggunakan satu jari dan mengarahkannya untuk mendekat. Dapat ia dengar degup jantung si gadis yang bertalu-talu akibat tatapan mempesona sang Uchiha.
Sasuke memahat senyumnya sebelum kepalanya bergerak miring dan bibirnya menyentuh benda lunak basah yang memiliki rasa semanis buah cherry. Keduanya hanyut dalam ciuman tanpa napsu yang dipenuhi akan cinta. Dua pasang mata berbeda warna itu terpejam, saling menikmati keintiman juga sentuhan dari rasa berbeda dalam indera pengecapnya.
Sampai sebuah teriakan keras seseorang memecah konsentrasi juga suasana romantis milik pasangan lovey dovey satu ini. Kelopak mata Sakura mengerjap cepat lalu meremas lengan kemeja Sasuke kuat-kuat. Sementara Sasuke mulai mengedarkan pandangannya menuju sekumpulan mahasiswa yang berlari kearah belakang gedung Fakultas Kesenian.
"Hei, ada apa?" Sasuke mencegat seorang mahasiswa yang berlari tunggang langgang dari tempat yang dituju banyak orang. Dengan gestur menahan mual, pemuda itu menunjuk kearah taman belakang dengan jari yang gemetar.
"Itu... Itu- hoek!" Tanpa meneruskan perkataannya lagi, orang itu lekas pergi dengan langkah cepat yang terkesan dipaksakan.
"Sasu... Ayo kita lihat." Ajak si gadis musim semi walau matanya menyiratkan ketidak yakinan tapi Sasuke berani bertaruh, ia melihat rasa penasaran tinggi yang terselip dalam kilau emerald indah kekasihnya. Sasuke hanya mengangguk dan langsung menarik tangan Sakura menuju tempat yang telah dikerubungi banyak orang dengan ekspresi shock bercampur... ngeri? dan... hei! apa mereka baru saja menahan mual dan hampir muntah?
Diantara banyaknya kerumunan orang, Sasuke berusaha menyelip dan berjalan kearah depan hingga tanpa sadar onyxnya memaku sosok sahabat pirangnya, Naruto. Pemuda blonde itu tampak tegang, mata birunya yang cerah melebar sempurna. Sasuke melihat Naruto mengangkat tangan kirinya untuk menutup mulut yang hampir ingin muntah, seperti orang-orang yang dilihatnya tadi.
"Hei, dobe, ada apa- ASTAGA!" Dipalingkannya muka ketika netranya menubruk bahan objek mengerikan yang tergantung secara acak didahan pepohonan dengan bercak merah kental diseluruh batang pohon sampai mewarnai sebagian daun yang berwarna hijau menjadi merah. Rumput-rumput yang biasanya terlihat asri kini juga berwarna senada dengan satu-satunya pohon mencolok yang ada disana.
"KYAAAAAAAA...!" Sakura yang sempat shock ditempat dengan tubuh gemetar tak kuasa menahan jeritannya hingga ia pingsan didalam dekapan Sasuke. Untunglah Sasuke sempat memasang badan untuk menahan tubuh langsing Sakura sebelum jatuh.
Pemuda Uchiha itu masih terdiam. Dipeluknya tubuh lemah Sakura erat-erat. Tangannya perlahan mulai gemetar disertai hilangnya ekspresi datar andalannya.
Sasuke termangu, tak berani melihat kedepan dimana sosok salah seorang sahabatnya telah terbunuh dengan cara mengerikan.
Bagian-bagian tubuhnya terpotong-potong lalu digantung disebuah dahan pepohonan rindang secara acak. Mewarnai hijaunya daun serta rumput menjadi warna darah akibat cairan anyir kental yang meluber dari dalam daging yang telah membusuk itu. Bahkan potongan kepala yang terpajang didahan tertinggi pohon itu masih dapat ia kenali. Itu adalah rupa seorang pemuda yang menciumnya diparkiran kemarin malam. Ya, sosok itu adalah sosok Neji Hyuga. Dan kini pemuda itu telah meninggal dunia secara mengenaskan.
Mayatnya terpotong-potong menjadi 13 bagian. Tergantung didahan dengan susunan acak layaknya pinata yang menunggu untuk dipecah isinya. Namun bukan permen yang keluar dari dalam sana, melainkan darah yang terus menetes-netes walau ia yakin darahnya sudah terkuras habis untuk mewarnai pepohonan juga rumput-rumput. Oh astaga! Bahkan isi perut Neji tercecer berantakan didekat akar-akaran yang menyembul keluar tanah.
Tiga kata..
Ini terlalu mengerikan!
Dapat Sasuke dengar teriakan teman-temannya yang baru saja tiba dilokasi kejadian. Sama halnya dengan Sakura, Hinata juga langsung tak sadarkan diri ditempat. Naruto yang berada tak jauh dari kekasihnya langsung saja membopong Hinata menjauh dari TKP. Tinggalah Sasuke yang masih terpaku ditempat bersama sisa kawannya yang belum bisa mengembalikan keterkejutan dirinya dari shock berlebih. Sasuke melihatnya, diantara potongan tubuh itu ada sebuah papan yang tertulis tebal menggunakan darah. Isi tulisan itu seolah menampar telak sanubari Sasuke.
'Inilah hukuman yang pantas untuk seorang homoseksual seperti dirinya. Menjijikan!'
Satu pertanyaan yang melintas dalam benaknya.
Apa kejadian pembunuhan sadis ini berkaitan dengan Sasuke?
...
Diruangan ini isak tangis mendominasi suasana berkabung para sahabat serta kerabat dekat Neji Hyuga. Didalam peti mati yang tertutup rapat, terbaring jasad pemuda bermata lavender cerah itu yang sudah disusun kembali oleh para tim medis. Diluar, pihak kepolisian masih sibuk menyelidiki dan meminta keterangan dari pihak keluarga mengenai keseharian Neji termasuk kejadian terakhir sebelum sang Hyuga meregang nyawa.
Didepan peti mati bercat coklat tua dari kayu oak tersebut. Terduduklah Tenten, sang kekasih korban yang nampak terpukul hingga menangis meraung-raung. Tak jauh dari sana ada Hinata, adik sepupu Neji dengan pandangan linglung, gadis itu seperti terguncang hebat ketika menyaksikan sesuatu yang mengerikan dibelakang taman Fakultas Kesenian. Menyaksikan mayat kakak sepupunya digantung layaknya daging segar yang dijajakan dipasar tradisional.
Siapa gerangan manusia tidak berhati yang melakukan motif pembunuhan secara keji dan tidak beradap ini?
"Sasu- ke?" Panggilan serak agak terbata itu mengalihkan perhatian sang onyx. Hatinya tercubit tatkala melihat wajah sendu Sakura yang dipenuhi airmata dengan kelopak membengkak juga hidung yang memerah. Ia dengan lembut memberikan sandaran khusus di dada bidangnya. Menenggelamkan kesedihan dan kehilangan Sakura atas salah satu kawan mereka.
"Hn?" Dikecupnya kedua kelopak mata Sakura dengan penuh kelembutan. Tangan besar nan hangat miliknya mengusap sayang punggung Sakura dan memberinya perlindungan penuh.
"Sa- hiks! Sasu... huhuhu... Sasu..."
"Ssshh... Aku disini..." Bisiknya menenangkan. Sakura tambah terisak. Tangisannya sesegukan dan dia membalas pelukan Sasuke lebih erat dari sebelumnya.
Seharian ini hanya diwarnai dengan isak tangis sesegukan. Sasuke sendiri walaupun sempat merasa kesal dan marah atas tidakan penyimpangan Neji yang telah lancang menciumnya, tidak menampik kalau dirinya juga sebenarnya merasa sedih dan kehilangan. Bagaimanapun Neji adalah salah satu sahabat dekatnya ketika di SMA sama seperti Naruto.
Sesudah memakamkan jasad Neji secara layak, semua tampak pamit pada keluarga Hyuga yang masih berkabung duka. Sasuke memutuskan mengantar Sakura pulang ketika melihat kekasihnya masih saja terguncang. Mereka juga berpamitan pada Naruto yang memutuskan untuk tinggal dan menemani Hinata.
"Kau ingin makan dulu? Sejak tadi aku tak melihatmu makan Sakura," Tawar Sasuke cemas. Ia melihat gelengan lemah dari Sakura sebagai jawabannya. Meski sudah tidak menangis lagi, setidaknya Sakura mulai rileks dan tenang. Seketika senyum tipis Sasuke terpahat, ia lega sekarang.
"Kau mau kutemani?"
Sakura menoleh kearah kekasihnya yang fokus mengemudi. "Tidak, ada kaasan dirumah. Aku tak apa,"
"Kau yakin?"
"Uhm..." Sakura mengangguk pasti.
Mobil berbelok dan kemudian berhenti didepan pekarangan rumah sederhana milik keluarga Haruno. Sasuke mengernyitkan dahi ketika melihat suasana rumah Sakura yang sepi dan lampu ruangannya masih gelap seperti tidak ada orang lain didalam sana.
"Kau bilang bibi Mebuki ada? Tapi, kenapa suasananya sepi dan gelap?" Tanya Sasuke heran. Sakura melirik kondisi rumahnya sejenak lalu kembali menatap Sasuke.
"Mungkin kaasan sedang keluar rumah sebentar, nanti juga kembali,"
"Aku sudah lama tak bertemu dengan beliau. Yah, mungkin lain kali aku akan berkunjung kemari. Sampaikan salamku pada bibi Mebuki ya..." Senyum manis diwajah Sasuke menularkan senyum simpul diwajah Sakura. Gadis itu mengangguk lalu memegang pipi Sasuke dan kemudian menarik diri si pemuda untuk mendekat padanya.
Jujur saja Sasuke tidak siap dengan serangan mendadak dari Sakura. Ia melongo dengan keterkejutan ketika bibirnya dilumat kasar oleh sipemilik hati dan raganya. Namun tak lama ia tersenyum ditengah cumbuan liar sang terkasih dan balik menarik pinggulnya untuk semakin merapatkan posisi intim mereka.
"Mmmn... Sasu- eugh!" Suara leguhan sexy Sakura membuat Sasuke gemas bukan main. Pemuda itu kian gencar mencumbu bibir cherry Sakura sampai leguhan itu berubah menjadi desahan.
Seakan tidak puas dengan bibir, Sasuke beralih ke leher jenjang menggoda milik kekasihnya. Hisap, gigit, begitu seterusnya sampai cumbuannya mengarah pada belah dada Sakura yang terbuka akibat permainan nakal Sasuke yang kian liar tak terkendali.
Mata emerald Sakura melirik keluar jendela, suasana masih saja sepi dan tidak ada siapapun yang lewat. Ketika pandangannya beralih pada Sasuke yang sedang giat menyusupkan tangannya untuk meremas buah dada Sakura. Gadis itu mendorong dada bidang sang Uchiha lalu menindih pahanya dengan bobot tubuhnya. Sakura menggesekan daerah kewanitaannya pada kejantanan Sasuke yang menegang berusaha menggoda birahi si pemuda.
Merasakan dirinya sedang digoda, Sasuke mengerang, ia merasakan panas pada tubuhnya yang tidak terkendali oleh kabut napsu. Sebelum ia menjamah kemolekan gadis musim semi kesayangannya, kedua tangannya telah diborgol pada sandaran kursi kemudi diatas kepala. Sasuke semakin mengerang, libidonya yang membludak membuat celananya kian mengetat.
"Sakura..." Suara berat dan dalam Sasuke menggelitik telinga Sakura yang masih menempelkan tubuhnya sehabis mengamankan kedua tangan Sasuke.
"Kali ini aku yang bekerja, kau diam dan duduk manis saja ya sayang..." Sakura menggesekan buah dadanya yang hampir terbuka sepenuhnya kearah dada Sasuke. Melihat si pemuda mengerang karna tersiksa birahinya sendiri adalah hiburan tersendiri bagi Sakura. Ia mendekatkan bibirnya untuk meniup lubang telinga Sasuke lalu berkata dengan nada suara yang mendesah sexy. "Aku yang akan memuaskanmu Sasu... Nnnngh... Kau sangat sexy sayang." Jilatan agresifpun diberikan pada daun telinga Sasuke yang sensitif.
Kepala Sakura merunduk kemudian menyamping untuk menyerang leher menggoda kekasihnya yang berkilat karna keringat. Digigitnya kulit putih bak porselen mahal itu sebelum menghisapnya dengan penuh minat.
"Kkhh... Saku- ahnn! lepaskan borgolnya," Wajah Sasuke memerah dengan mata onyx yang menyayu. Jika berhubungan dengan Sakura, ia selalu lepas kontrol seolah candu dengan kelegitan tubuh sintal kekasihnya. Karna itulah Sakura senang menggoda dan membangkitan birahi Sasuke dengan cara seperti ini. Namun untuk yang kali ini dia ingin dirinya yang memuaskan Sasuke menggunakan caranya sendiri. Soal memborgol itu sengaja agar Sasuke tidak membalik keadaan dan menjamah tubuhnya sesuka hati.
Bukannya Sakura tidak suka, tapi saat ini dirinyalah yang ingin dihibur atas insiden mengerikan seputar dua orang sahabatnya yang terbunuh, disisi lain, melihat Sasuke mengerang dalam ketidak berdayaannya juga frustasi karna tersiksa libidonya sendiri, adalah hal langka yang jarang sekali terjadi.
Jemari lentik Sakura menekan sebuah tombol untuk menurunkan kursi pengemudi menjadi sedikit berbaring. Ia memahat seringai usil yang terkesan sexy bagi Sasuke. Pelan-pelan Sakura melepaskan celana jeans Sasuke dengan gerak slowmotion seolah ingin semakin menggodanya. Ia membebaskan kesejatian Sasuke dari balik sangkar yang menyesakan, dikecupnya ujung batang yang menjulang melawan gravitasi lalu terkekeh.
"Adik kecilmu sudah tegang sayang..."
"Holyshit! Berhentilah bermain-main Sakura sayang. Ini menyiksaku," Bibir Sasuke mengeluarkan erangan tatkala Sakura sengaja menggelitik penisnya menggunakan jari. Ia membiarkan benda lunak yang telah mengeras itu berkedut menyiksa, Sakura lebih memilih menanggalkan kancing kemeja Sasuke dan bermain-main dengan dadanya. Jari telunjuknya berputar-putar diantara dua tonjolan Sasuke sedikit merangsang, tubuhnya dicondongkan kebawah dengan kepala menunduk. Sakura meraup bibir delima Sasuke yang memiliki rasa mint menyegarkan, ditambah aroma maskulin yang menguar dari tubuhnya sangat-sangat pria sekali bagi Sakura.
"Ohh sayang... Kau merendahkan harga diriku sebagai laki-laki dan pendominasi." Protes Sasuke ketika tautan antar bibir mereka terlepas. Sakura terkikik geli, ia menjilati rahang Sasuke sembari meremas benda kebanggaan kekasihnya yang semakin memadat.
"Aku hanya ingin menggodamu saja tapi ternyata ini mengasikan. Kau tahu sayang? You are so hot, baby." Dilumatnya sekali lagi bibir merah Sasuke, namun yang ini lebih panas dan liar dari sebelumnya. Sakura sempat kewalahan mengiringi permainan lidah kekasihnya, sepertinya Sasuke memang benar-benar tidak mampu lagi menahan hasrat akan dirinya.
Setelah berhasil melepaskan diri dari cumbuan Sasuke, Sakura membelai wajah berkeringat kekasihnya yang memandangnya sayu dan terlihat semakin tampan. Ia mencondongkan tubuhnya kembali dan berbisik menggoda. "Aku milikmu Sasu sayang." Dan tangannya dengan cekatan melepaskan borgol dari tangan Sasuke.
Hal yang selanjutnya terjadi adalah... Sasuke yang membalik posisi lalu menindih Sakura. Dengan brutalnya ia melepas semua pakaian Sakura tanpa belas kasih, namun meski begitu Sasuke tetap melakukan permainannya dengan lembut walau sedikit lebih liar dan buas dari yang biasanya. Itu akibat rangsangan psikologis yang diberikan Sakura sebelumnya. Membuat Sasuke tersiksa akan napsunya sendiri lalu bermain-main sebentar yang berujung dengan terbakarnya birahi sang Uchiha sampai ketitik terendah.
...
"Kenapa dengan cara jalanmu Sakura?" Tanya Kiba blak-blakan membuat Sakura merona malu dan menyembunyikan wajahnya di dada berotot Sasuke.
"Hanya ada sedikit kecelakaan saja," Sasukelah yang menyahut walau disertai dengan senyuman jahil dan juga... mesum.
"Sasu no baka!" Hujat Sakura menahan malu. Wajahnya merona pekat sampai ketelinga. Sasuke mendegus geli, ia gemas bukan main dengan ekspresi kucing manis pada raut cantik kekasihnya.
Lengan kekar berkulit putih milik Sasuke melingkar dipinggang Sakura dengan sikap posesif, dikecupnya singkat pipi merah bak tomat kesukaannya.
"Dimana Naruto dan Hinata?" Tanya Sasuke cuek padahal baru saja mengumbar kemesraan mereka didepan Kiba. Segera saja dicubitnya perut Sasuke gemas tapi langsung ditahan oleh Sasuke yang kemudian mengeratkan dekapan pada seputar lingkar pinggul Sakura.
"Diperpustakaan bersama Shikamaru." Tunjuk Kiba yang wajahnya ikut merona karna melihat keintiman hubungan dua sahabatnya.
Anggukan pelan Sasuke berikan padanya lalu tanpa berkata apapun lagi ia memapah Sakura yang jalannya sedikit mengangkang akibat aktifitas panjang mereka kemarin sore.
"Hei rambut ayam!" Diujung lorong seseorang berambut perak dengan gigi runcing ala hiu menggeram kesal pada Sasuke. Kedua tangannya yang terkepal hampir saja menyerang tulang pipi Sasuke kalau ia tak segera menghindar dan memiliki refleks yang lumayan bagus.
"Apa yang kau lakukan pada Karin brengsek?!" Tudingnya, diremasnya kuat-kuat kerah kemeja Sasuke dengan sorotan menghakimi.
Sasuke tetap memasang wajah datar andalannya. Ia menatap balik iris violet milik tersangka dengan netra kelamnya yang tajam. "Apa yang kau katakan Suigetsu? Siapa itu Karin?"
"Jangan bercanda kau brengsek! Kau pasti tahu kan dimana dia. Benar kan?! Dia tergila-gila padamu sampai menjadi stalker maniakmu. Mustahil kalau kau tidak tahu! Atau jangan-jangan... kau telah berbuat sesuatu padanya?"
Bagus. Mereka sukses menjadi bahan tontonan gratis seisi penghuni kampus. Sasuke berdecak sinis, aura hitam suram mengerikan menguar dari dalam tubuhnya. Moodnya yang semula cerah bersama Sakura kini berubah drastis.
"Aku tidak punya urusan dengan gadis jalang macam dia."
"Jaga ucapanmu Uchiha!"
"Well, aku juga tidak memiliki kepentingan denganmu. Enyahlah!" Sasuke menepis cengkeraman Suigetsu pada pakaiannya, kemudian berlalu sembari membawa Sakura dalam rangkulan posesifnya.
"Kau akan menyesal Uchiha!" Ancam Suigetsu tapi diabaikan begitu saja oleh Sasuke. Ia tidak perduli dengan apapun karna dia tidak takut sama sekali dengan ancaman yang baginya sudah biasa dikatakan si pemuda bergigi hiu itu ataupun Karin.
"Dasar sombong! Awas kau anak ayam keparat!" Dengus Suigetsu berapi-api. Ia menggeram marah dengan sorotan membunuhnya yang terencana.
...
"Hei, teme!" Panggil suara cempreng Naruto dari kejauhan. Si pirang berlari cepat menghampiri Sasuke yang hendak menuju mobilnya yang terparkir bersama Sakura. "Oops! Maaf ya Sakura-chan aku pinjam Sasuke sebentar." Kikikan geli Naruto menggoda wajah cemberut Sakura ketika kekasihnya direnggut paksa dari rengkuhan tangannya.
Gadis musim semi berambut unik itu hanya mempoutkan bibirnya saat melihat Sasuke dan Naruto mengambil jarak lumayan jauh darinya untuk berbicara. Ia memutuskan untuk menghampiri Hinata yang mengobrol bersama Tenten disudut parkiran.
Tapi tak lama suara gaduh dari ujung parkiran yang luas dan sepi, sebuah mobil berkecepatan tinggi membelah jalanan dan tearah menuju Sasuke dan Naruto yang masih serius mengobrol tanpa tahu bahaya tengah mengancam nyawa mereka. Seketika rasa takut dan waswas memenuhi kepala Sakura. Bibirnya kelu, namun kakinya sudah lebih dulu berlari untuk menyelamatkan kekasihnya.
"Sasuke...!" Pekik Sakura. Naas kakinya tersandung lalu terjatuh menghantam aspal jalan. Mendengar suara teriakan Sakura, Naruto dan Sasukepun menoleh. Mereka tetap tidak sadar dengan adanya niat jahat seseorang didalam sebuah mobil. "Awasssss...!" Lagi, Sakura berteriak, tapi tenaganya melemah disaat-saat yang tidak tepat. Hingga suara Hinata yang berada dibelakangnyapun terdengar nyaring dikawasan parkiran.
"Sasuke-kun, Naruto-kun, abunai!"
Dan barulah mereka sadar dengan bahaya yang mengancam diri mereka sesaat lagi. Tapi karna telatnya menyadari situasi serta keadaan, membuat keduanya membeku seolah terlem kuat diaspal jalan. Mobil berkecepatan tinggi itu terlalu dekat dan niat untuk menggilas tubuh mereka. Tapi kalau dilihat-lihat posisi Sasukelah yang lebih diincar oleh si pelaku.
"Sasuke...!"
Grep!
Brak!
"Aaargh!"
.
.
Tbc
.
Happy Birthday Sasuke..
Sebenernya ini maunya oneshoot tapi ternyata kepanjangan. Hehehe... Jadi mungkin kita tunda dulu ya kebagian ultah berdarahnya Sasuke. Ngomong-ngomong apakah kalian tahu siapa yang menjadi pelaku pembunuhan fic ini? Apa bener ada hubungannya sama Sasuke? Dan apa sih motif nya?
Jujur ini fic trailler Nagi yang pertama. Jadi maaf kalo kurang ngefeel dan ga nyambung. Coba-coba kan gapapa. Niatnya mau nulis romance Sasusaku tapi yang terlintas malah ide cerita ini. Ohohoho... Kira-kira adakah yang berminat sama fic ini?
Sekali lagi Happy Birthday Sasukoi ku yang imut-imut kesayangannya Itachi-nii. Lope lope deh pokoknya sama kamu. Wkwkwkwk
