hello, minna-san!

zeroplus aka nufze is presenting you a story for (a) SHIKAINO FC dengan tema ayah aka ShadowMindFather.

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pairing : Shikamaru Nara/Ino Yamanaka

Warning : Too much failure inside, watch out


For The Love of a Daughter

Dedicated for Shadow Mind Father event (a) SHIKAINO_FC

.

.

.

Orang-orang selalu berkata keturunannya adalah keturunan yang terbaik. Terbaik? Jelas, mereka mewarisi genetik tercerdas seantero Konoha. IQ yang diatas rata-rata, EQ yang luar biasa pula. Dia adalah salah satu dari orang yang terbaik di Konoha. Sudah kubuktikan pula, betapa hebat kemampuan monopoli dominasi genetiknya untuk anak-anaknya. Anak? Ya! Anaknya yang telah kulahirkan.

Kami adalah Monohibrid, dua insan berbeda yang menyatu. Aku dengan perangai heboh, hyper dan terkadang ceroboh dan dia dengan perangai malas, tenang dan mudah menaklukan masalah. Aku dengan rambut blond-ku dan mataku yang biru dan dia—Shikamaru, dengan rambut legamnya dan matanya yang tak kalah legam itu. Kami sungguh berbeda! Benar-benar berbeda! Tapi pada akhirnya aku-lah yang menjadi si-resesif itu. Si-Resesif yang kalah pada si-Dominan.

Dan wajar saja, kalau kami sering mengalami percekcokan. Bertengkar atas masalah kecil dan lainnya. Walau begitu hal itu selalu diakhiri dengan senyuman kami masing-masing, kadang dia memelukku erat dan mencium puncak kepalaku, menghirup aroma rambutku dengan gayanya yang sungguh kusukai. Tapi! Tapi, dia berubah. Dia berubah semenjak aku mengandung dan melahirkan Shina, mungkin aku telah membuatnya sangat kecewa. Mungkin sangat kecewa.

Shina…

Anak ketiga kami, terlahir cacat. Dia tidak sempurna, padahal semua orang berkata kalau genetik orang Nara itu sempurna, terlebih suamiku suka sekali mengerjakan proyek-proyek yang berhubungan dengan genetik. Dia selalu mendambakan infant yang sempurna. Kombinasi DNA dan RNA yang perfect, kromosom yang tanpa cela. Itu adalah obsesi Shikamaru. Tapi itu melukaiku—sangat melukaiku. Kesempurnaan yang ia harap mungkin telah runtuh karenaku. Tapi bagiku Shina adalah kesempurnaanku, rupanya mirip denganku. Dia anak yang sangat cantik dan manis. Rambutnya pirang pucat sepertiku, matanya biru seperti langit dan laut yang terbias. Dia sempurna untukku, satu-satunya anak perempuan yang kumiliki.

Aku sangat mencintai Shina, tapi aku sangat ragu…

Apakah ayahnya juga mencintainya?


.o0O0o.

"Bisakah kau singkirkan ego-mu itu, Shika!"

"Bisakah kau diam, Ino!"

Ino terdiam. Lagi, air matanya mengalir perlahan menuruni pipi pucatnya. Hatinya kecewa, dan hatinya ingin menjerit kencang kearah suami malasnya itu. Meluapkan segala emosinya. Teganya suaminya lebih mementingkan acaranya dibandingkan ulang tahun ke-lima putri mereka.

"Diam katamu? Kau sudah melewatkan semua ulang tahunnya! Empat kali! Empat kali kau tidak ada diulang tahunnya! Tak bisakah kau sebentar saja muncul dan menunjukan kalau kau adalah ayah yang baik pada anakmu yang kau tak pernah sentuh itu!" Ujar Ino emosi. Selama ini mungkin Ino hanya diam, berusaha mengerti harga diri seorang Nara. Terlebih kedua putra mereka tumbuh menjadi pria yang jenius dan tampan—mereka tumbuh dengan sempurna dan didampingi oleh Ayahnya. Tapi Shina? Gadis kecil itu berbeda. Dan itulah kemungkinan terbesar mengapa Shikamaru menghindarinya…

"Aku tetap ayahnya walau aku tak hadir," Shikamaru melengos, menghindari mata Ino yang berair itu.

"Tapi kau tidak pernah ada untuknya, Shika…" Ino berbisik pelan. Namun, Shikamaru bisa mendengarnya. Suara rapuh yang putus asa itu. Suara istri yang teramat ia cintai itu. Tapi entah mengapa, harga dirinya kumat lagi. Acara yang akan ia hadiri jauh lebih penting, perolehan nobel keduanya. Bukankah acara ulang-tahun itu hanyalah acara omong kosong. Dan nobelnya? Tentu saja, Shikamaru adalah pria sempurna dengan otak yang tak kalah sempurna, wajar jika ia meraih itu untuk kedua kalinya , bukan—?

"Acaraku lebih penting. Maaf, Ino."

.

.

.

Ternyata. Ada orang lain yang mendengar percakapan mereka.

Tes!

Air mata itu mengalir dengan derasnya membasahi pipi kemerahan mungilnya. Bersembunyi dibalik dinding, bergetar pelan. Tubuh kecil itu milik Shina, anak ketiga mereka yang terlahir cacat itu. Dokter memvonisnya autis dan kaki kirinya lumpuh dan imun yang lemah sehingga gadis kecil itu sangat rentan terhadap penyakit. Dia cacat! Sangat cacat, itu kata orang-orang yang selalu berbisik dibelakangnya, mencemoohnya. Tapi, itu tidak menghalangi Shina untuk menuruni kecerdasan luar biasa sang ayah. Walaupun rasanya dia sangat ketakutan untuk bicara, hingga dokter tega memvonisnya autis, tapi sejatinya Shina adalah anak yang luar biasa. Tapi, lihatlah, gadis kecil cantik itu malah menutupi keluarbiasannya dengan keheningan. Dia hanya bisa menangis dengan isakan sesedikit mungkin, agar tidak terdengar siapapun, dan kabur jika ada yang melihatnya.

Dia hidup dalam dunia yang menginginkannya menjadi sempurna, dan itu membunuhnya secara perlahan.

Perlahan, digerakkan kursi roda mungilnya menuju kamar. Berusaha melupakan ucapan ayahnya. Berusaha melupakan pertengkaran ayah dan ibunya. Berusaha menahan isakannya atas penolakan sang ayah yang bertubi-tubi padanya. Digigit bibirnya kuat hingga terlihat noda merah disana. Bibirnya memang selalu berdarah. Bibir itu berkali-kali menjadi bukti terlukanya Shina…

Four years old with my back to the door
All I could hear was the family war
Your selfish hands always expecting more
Am I your child or just a charity award?


.o0O0o.

TOK! TOK!

Suara ketukan lembut itu berasal dari luar kamar Shina. Batin Shina langsung menerka-nerka, itu pasti ibunya. Secara perlahan pintu kamar Shina terbuka. Benar! Itu ibunya. Terlihat wajah muram terpancar diwajah sang ibu yang berusaha menyelimuti kerisauannya dengan senyuman. Senyuman termanis yang pernah Shina lihat, dan itu cukup untuk mengobati luka Shina. Senyuman ibunya.

"Sayang…" Ino merendahkan tubuhnya, menyamakan tingginya dengan Shina dan kursi rodanya. Meraih putri cantiknya itu kemudian memeluknya. Shina memejamkan matanya, dan semuanya keperihan hatinya terasa menghilang didalam pelukan hangat ibunya.

"Kau tahu, ayah sangat mencintaimu. Dia bilang dia sangat mencintaimu, dan minta maaf karena tidak bisa datang nanti. Dan, jangan lukai dirimu lagi sayang. Karena itu melukai ibu," Ino merenggangkan pelukannya. Mengusap bibir Shina yang terluka karena gigitan tadi, seakan mengerti asal luka itu. Menatap mata Shina yang sama-birunya dengan milik Ino. Tersenyum semanis mungkin pada putri kecilnya itu. Shina tahu, semua yang ibunya ucapkan hanya untuk menghiburnya. Mengalihkan kenyataan demi kebahagiaannya. Tapi Shina tidak perduli, perlahan Shina membalas senyum ibunya.

"Shina tahu tidak?" ujar Ino memberikan pertanyaan menggantung pada putri kecilnya. Shina pun refleks menggeleng. Ino kembali tersenyum melihat respon anaknya, membelai rambut panjang putrinya.

"Ayah akan mendapat nobel lagi tahun ini. Dan hebatnya lagi, tanggal penyerahannya itu sama persis dengan hari ulang tahun Shina. Ayah ingin membawa pulang nobel itu untuk hadiah Shina. Hadiah yang luar biasa, kan?" Lagi-lagi ibunya mengarang cerita. Tidak mungkin, ayahnya merelakkan penghargaan bukti kejeniusannya pada anak yang dibencinya ini. Tidak mungkin!

"Jadi mungkin, ayah akan terlambat untuk datang keacara Shina," Melihat respon anaknya yang meredup. Ino mengerti, gadis kecilnya telah merasakan diskriminasi hebat dari ayahnya. Disaat Shikamaru mati-matian menghadiri semua acara kedua putra mereka—sedangkan untuk Shina?

"Dengarkan ibu…

"Ayahmu itu sangat jenius sayang. Sangat jenius. Dan…Ibu percaya kalau Shina juga jenius seperti ayah, kak Shin ataupun kak Kai. Apalagi ayah dan ibu juga sangat menyayangi Shina. Walaupun cara kami berbeda, ayah dengan cara jeniusnya dan ibu dengan cara ibu."

"Kami menyayangi Shina. Karena itu, Shina harus selalu tersenyum dan bahagia untuk kami. Tidak boleh melukai bibirmu lagi ya sayang. Mengerti?" Ino menitikan air matanya. Menahan rasa kecewanya pada suaminya dan berpura-pura melakoni skripsi yang membuatnya sesak. Menahan raut sedihnya untuk menampilkan senyuman terbaiknya.

Shina terpaku.

Sungguh! Dia memiliki ibu terbaik didunia. Ibu yang menerimanya apa-adanya. Ibu yang menyayanginya tak peduli seburuk apapun dia. Ibu yang selalu membuatnya bangkit disaat dunia berusaha menjatuhkan tubuh kecilnya. Walaupun selama ini Shina selalu diam, dan membalut dirinya dalam keheningan tapi kali ini dia harus bisa membuat ibunya bangga. Dan walaupun semua ucapan sang ibu adalah kebohongan. Shina tidak peduli! Dia harus meraih ekspektasi ibunya. Dan mungkin membuat ayahnya bangga memilikinya.

"Te-ri-ma…ka-s-sih, I-b-bu."

Ino terdiam. Terpaku menatap putri kecilnya! Baru saja dia bicara! Baru saja gadis kecilnya bicara. Dia bukan autis! Putri kecilnya bukanlah autis! Itu cukup membuat Ino menangis. Mendekap putri kesayangannya itu. Merasakan kekuatan baru yang terpancar dari tubuh mungil putrinya itu.

Now I'm a warrior
Now I've got thicker skin
I'm a warrior
I'm stronger than I've ever been


.o0O0o.

Hari itu pun tiba. Hari dimana Shina mengadakan acara kecil untuk merayakan ulangtahunnya yang ke-lima. Dan dihari itu pula, Shikamaru sedang duduk tenang dibangku-bangku berbalut sutra. Aula universitas Oslo, Norwegia. Jarak yang cukup jauh dari jepang. Menanti acara nobel itu dimulai. Namun hal yang tak disangka malah datang menghampirinya. Naruto, salah satu kader peraih nobel. Naruto, kawan lamanya

"Bagaimana kabar anak-anakmu, Nara?"

"Oh, kau Naruto…" Naruto tersenyum pada rekan dihadapannya. Merangkul pundak tinggi Shikamaru, dan kembali mengulang pertanyaannya. Dan respon Shikamaru?—pria paruh baya itu hanya terdiam. Murung dan menyedihkan.

"Apa kau masih menghindari Shina?" tanya Naruto lagi. Shikamaru hanya tersenyum miris mendengarnya.

"Kau masih menjadi ayah yang kejam rupanya ya…" ujar Naruto dalam. Menggantung dan menyedihkan. Shikamaru tahu itu, pria berambut kuning dihadapannya pasti tahu cerita-cerita itu dari istrinya yang sama cerewetnya dengan Ino, istrinya yang merupakan sahabat Ino—Sakura. Bukankah buah bibir itu lebih cepat menyebar daripada virus kanker. Gotcha!

"Begitukah?" Tanya Shikamaru pelan. Menunduk menyedihkan.

"Harga dirimu sebesar itu ya? Bukankah kau yang menginginkan kehadiran putri cantik itu. Dan kini kau malah menghindarinya. Menyedihkan sekali."

Ucapan Naruto ditelannya mentah-mentah. Kawannya itu memang benar. Dia ayah yang menyedihkan, dia ayah yang kejam, dia ayah yang tidak bertanggungjawab. Tapi tahu apa Naruto? Tahu apa dia tentang rahasia kelam Shikamaru. Rahasia yang membuatnya sangat takut untuk menatap putri kecilnya itu. Rahasia yang ia selalu sembunyikan rapat-rapat dari istrinya. Kalau boleh jujur, pria berkuncir kuda itu sangatlah menyayangi putri kecilnya. Memperhatikannya dalam diam, mengamatinya dalam diam dan mencintainya dalam diam pula. Tapi kenapa dia bersikap seolah tidak peduli? Karena Shikamaru terlalu takut. Dia terlalu takut.

"Apa karena proyek gagalmu itu kau menjadi pengecut seperti ini, huh?" pertanyaan Naruto yang tanpa diduga itu sukses membuat Shikamaru cemas. Keringat dingin membanjiri tubuhnya. Mungkinkah? Kawannya ini tahu. Masa kelam itu…

.o0O0o.


flashback

"APA KAU BILANG?" Shikamaru dengan murkanya menarik kerah baju seorang co-ass dihadapannya. Sang kordinator hanya bisa diam. Tidak ada gunanya juga membalas emosi professor yang biasanya tenang ini. Karena logikanya, semua telah terlambat, dan nasi sudah menjadi bubur. Tidak ada yang bisa dirubah.

Terlihat jelas disamping laboratorium itu, sebuah banner berukuran sedang yang bertuliskan "Genetical Infant Project" Proyek ini adalah proyek terbesar Shikamaru. Awalnya menuju sukses dan menjadi peraih nobel ditahun-tahun mendatang. Tapi…tidak semua yang diharapkan berjalan seperti yang dia inginkan. Awal suksesnya dan mungkin pula awal kehancurannya.

"Tadi malam, terjadi kebocoran gas BPA-Cyanide. Dan hanya anda yang ada disini malam itu, kemungkinan terbesarnya adalah anda terkontaminasi kadar-rendah pada gas itu. dan kami butuh mengisolasi anda untuk beberapa bulan untuk proses detoksifikasi. Kami jamin anda akan kembali bersih," ujar rekan kerjanya itu lagi.

Shikamaru terdiam, menelan ludahnya. Emosinya masih meluap.

Dia terkontaminasi BPA-Cyanide! Kadar rendah? What a bullshit. Kadar rendah BPA-Cyanide sudah cukup untuk melakukan mutasi genetik pada dirinya dan meracuni darahnya. Ah, entahlah otaknya tidak bisa diajak berpikir lagi. Terlebih mengingat tadi malam dia dan Ino telah melakukannya. Proyek mereka juga! Sudah lama Ino merengek meminta diberikan anak perempuan. Kemungkinan terburuknya adalah, calon kandungan Ino terancam. Ah, tuhan. Shikamaru sangat ingin menangisi kecerobohannya.

"Isolasi aku! Tolong berikan rehabilitasi untuk istriku juga."

Dengan itu Shikamaru pasrah. Otaknya sudah terlalu lelah untuk diajak kompromi. Dia pasrah! Semua ini murni kesalahannya. Bagaimana mungkin professor seperti dia tidak menyadari ada kebocoran? Bagaimana mungkin dia bisa lengah? Menyeret istrinya dan calon anak mereka.

flashback end


.o0O0o.

"Kau? Bagaimana kau tahu? Aku sudah menyuap FD untuk bungkam. Dan bagaimana mungkin kau mengetahui ini?" Shikamaru mulai panik. Rahasia kelamnya bisa tertebak secara halus oleh Naruto. Sedangkan Naruto hanya menatap Shikamaru serius, menepuk pundaknya.

"Aku adalah presiden FD. Jelas saja kalau aku tahu berkas hitammu. Dengarkan aku sekarang. Aku tahu kau merasa bersalah. Mereka bilang proses isolasimu berjalan menyakitkan…

Tiba-tiba Shikamaru teringat.

Masa-masa kelamnya. Dimana dia harus berbohong pada Ino, demi masa isolasinya dan malah beralibi tentang proyek keluar negeri. Dimana dia sangat syok mengetahui istrinya positif hamil dan dia menutupi kata rehabilitasi untuk Ino sebagai proyek penentu genetik anak. Dimana dia harus menutupi itu semua sendirian dan menyedihkan. Dimana dia harus mengalami detoksifikasi yang memilukan. Pencucian darah, dan dipaksa memuntahkan darah dalam lambungnya. Seperti proses penyiksaan layaknya dipenjara terkejam didunia, Guantanamo. Dan dia bagaikan melakoni peran sebagai narapidananya. Semua itu sangatlah pahit untuknya.

"…Aku tahu kau sangat merasa bersalah. Tapi apakah ada gunanya kau terus kembali kemasa lalu, merutuki dirimu atas kecacatan putrimu?" Damn! Naruto sejak kapan kau menjadi pembaca pikiran layaknya istrinya. Shikamaru hanya terdiam. Mudah memang, untuk Naruto berkata seperti itu tapi tidak untuk Shikamaru. Dialah penyebab mengapa putri cantiknya menjadi cacat. Penyebab mutasi genetik pada anaknya kelak. Dan Shikamaru tiada henti merutukki dirinya untuk itu. Dia terlalu merasa bersalah tiap kali menatap wajah anaknya. Dadanya bagaikan terkoyak tiap kali dia menatap Shina.

"Jika kau memang ingin ini tetap dirahasiakan maka aku akan melakukannya. Tapi bisakah kau memperbaikinya. Kau tahu? Aku pernah bertemu putrimu musim dingin yang lalu."

Shikamaru menoleh, menghadap kawan lamanya itu seakan ia sangat tertarik mendengar kelanjutan cerita kawannya.

"Dia sedang memainkan piano seorang diri disebuah toko music klasik. Kurasa dia kabur dari rumah, untungnya istriku langung mengenalinya. Ah, kau tahu? Dia dengan mulusnya memainkan Piano Sonata. Bocah berumur empat tahun bisa memainkan piano sonata, itu cukup luar biasa! Ah, apa kau memberinya sebuah kursus piano?" Shikamaru terdiam. Kursus? Ironisnya Shikamaru tidak tahu sama sekali soal putrinya dan kursus apa saja yang putrinya ikuti. Benar juga sindiran Naruto, dia ayah yang kejam.

"Kurasa gen jeniusmu itu mengalir sempurna didirinya," ucap Naruto lagi. Memberikan senyuman kepada Shikamaru. Senyuman itu penuh makna bagi Shikamaru. Dan dia mengerti sekarang. Dia mengerti apa maksud Naruto menyebut-nyebut kelihaian Shina memainkan Piano. Dia mengerti! Dia mengerti, apa yang harus dia lakukan.

TBC


nuf's zone:

Sedikit penjelasan untuk keasal-asalan saya tentang BPA-Cyanide. BPA (bisphenol A) itu saya ambil karena kasus BPA lagi ngetren dikalangan susu formula bayi. Sedangkan Cyanide sendiri jika digabungkan dengan Sodium bisa menghasilkan racun mematikan. Dan saya berandai-andai jika BPA dan Cyanide digabung jadi apa…dan untuk FD-nya naruto itu, itu bukan flashdisk loh ya! itu kaya food bureau saya terinspirasi dari banyaknya skandal FDA (food federationnya amrik) wkwkw, no offense ya reader tercinta karena saya pastikan racun gas dan biro dicerita saya adalah fiksi sefiksi diri saya. jadi saya mohon ampun.

dan oya this is for our lovely (a) SHIKAINO FC. maaaf saya telaaaaat /criescries/ dan umm...mohon maaf jika sedikit melenceng dari tema tapi insya allah next chappienya akan disegerakan dan insya allah berasa pula makna ayahnya. untuk reader yang udah baca, monggo reviewannya ditunggu ya.

XOXO

nufze