my foolishness
by. xinppi
Naruto milik om Masashi Kishimoto
kuroko no basuke milik om Tadatoshi Fujimaki
Sudah ku duga, ternyata aku tak sekuat bayanganku. Sial.. kenapa? Kenapa? Aku selalu menjadi pihak yg kalah. sekali saja apa aku tak boleh menang, tertawa dan menghancurkanmu. Aku menyesal, menyesal. Aku ingin mati saja.
Sakura merapikan meja kerjanya dengan enggan. Baru saja bosnya, Orochimaru Presdir Orochimaru.corp tiba-tiba menghubunginya memberitahukan bahwa ia sedang sakit dan menyuruhnya untuk ikut rapat dengan sebuah agensi bernama the Hyuuga's entertainment. Tugas itu begitu mudah baginya tak ada masalah, karena ia ikut andil dalam menyusun proyek ini. Sebuah proyek acara tv bertema kesehatan yg akan disiarkan pada OBS TV yg merupakan anak perusahaan Orochimaru.corp. Dalam proyek acara ini mereka akan bekerjasama dengan the Hyuuga's sebuah agensi ternama yg melahirkan artis-artis dan model terkenal. Hanya saja Sakura belum tahu siapa artis yg akan digunakan untuk acara ini. Rapat ini akan membahas hal itu.
"Hei sakura, ini nama-nama tamu yg datang dari the Hyuuga's" Karin menyerahkan map berwarna merah padanya.
Sakura langsung menyambut tangan Karin dan segera membaca nama-nama itu.
"Neji Hyuuga.., Kise Ryouta, Deidara, ten-ten, Naruto Namikaze" begitu selesai membaca seketika wajah Sakura memucat.
"Hmm, nama-nama itu sepertinya tidak terkenal. Mungkin artis baru. " Karin menggelengkan kepalanya
"Rapat akan dimulai Pukul 01.00 siang sakura. Tuan Itachi akan ikut denganmu." Karin melanjutkan.
Sakura memandang Karin nanar "Karin bisakah kau menggantikanku?"
"Hah.?" Karin memasang wajah bingungnya
"K-kau saja yg rapat.." suara sakura tercekat
"Hah..? Sakura dalam membuat kesepakatan dengan perusahaan lain kau ahlinya, kau asisten kepercayaannya tuan Orochimaru."
Sakura hanya terdiam
"Kau pucat.. apa kau sakit" Karin hendak menyentuh wajahnya. Namun sakura berpaling.
"Aku baik-baik saja" ucap sakura pelan.
Saat itu Karin tidak dapat membaca seberkas ketakutan di mata sakura.
Berkali-kali Sakura menarik nafas menenangkan diri, dan menutup matanya. Keringat dingin mengalir dipelipisnya. Ia berputar-putar mengelilingi kantor. Ia tidak bisa duduk diam saja diruangannya seperti menunggu maut. Biasanya ia selalu bersemangat dengan pekerjaannya namun kali ini ia ingin kabur. Kini ia tengah berjalan menyusuri koridor lantai 18. Ia melihat bayangannya pada dinding kaca dihadapannya 'menggenaskan' kata yang tepat untuk menggambarkan dirinya. Pagi ini ia datang terlambat, dan langsung mendapat tugas sialan ini. Ia bahkan tidak sempat memakai make-up. Well siapa yang peduli bagaimana ia terlihat. Jujur saja ia terlalu gugup walau hanya untuk sekedar merapikan sanggulnya. Ia melihat arloji Pukul 01.00 siang 'sudah waktunya' pikirnya.
Ia berjalan menuju lift, menunggu sesaat. Dan pintu lift pun terbuka, ada dua orang di sana dan sakura tidak memperhatikan mereka. Lift mulai bergerak. Nafasnya mulai tak beraturan dan tubuhnya semakin bergetar membayangkan apa yg akan ia temui di lantai 20. Tepat di lantai 20 pintu lift terbuka. Ragu-ragu sakura melangkahkan kakinya. Ia bisa merasakan jantungnya berpacu sangat cepat, suara jantungnya memenuhi pendengarannya. Ketika ia melangkahkan kakinya keluar dari lift, hanya 2 langkah saja dari lift. Dari sana dari tempat ia berdiri sekarang, ia bisa melihatnya di sana di ujung koridor yang cukup jauh darinya. Orang itu berdiri disana. Dadanya serasa di pukul palu raksasa, sesak, pening. Selama 5 detik ia memberanikan diri memandang orang itu sebelum sosok itu menghilang di balik pintu ruang rapat. Selama 5 detik itu sakura berusaha semampunya untuk berdiri dan bertahan. Dan detik berikutnya ia jatuh.
Kise
'Jujur saja aku tak mengerti tentang hal-hal berbau bisnis. Sebentar lagi aku akan rapat dengan pimpinan Orochimaru.corp. Aku akan bekerjasama dengan OBS TV anak perusahaan Orochimaru.corp. Agensiku berhasil mendapat kerjasama itu untuk mengorbitkanku. Well, aku baru saja pindah dari Amerika, aku seorang model. Aku orang Jepang, saat tamat sekolah menengah atas aku dan keluargaku pindah ke Amerika karena alasan pekerjaan ayahku. Dan aku kembali, aku ingin bekerja dinegaraku sendiri dan hidup mandiri di usiaku yg sudah 28thn ini. Walaupun orang tua dan kakakku perempuanku masih disana.
Saat ini aku dan Deidara asistenku berada didalam lift menuju ruang rapat yang katanya ada di lantai 20. Si Deidara bodoh ini berada di sampingku sedang memainkan lilin yg ia bentuk-bentuk menjadi binatang. Aku hanya menatapnya bosan. Lift berhenti di lantai 18, menampilkan seorang wanita berambut merah muda yang digulung berantakan. Wanita itu terlihat sangat pucat tidak ada warna lipstick di bibirnya, ibuku selalu bilang seorang wanita harus selalu tampil rapi. Bagaimana mungkin kau melupakan lipstikmu saat bekerja di kantor sebesar ini. Selain itu mataku dapat menangkap tubuhnya yang bergetar ia seperti ketakutan. Ia masuk ke dalam lift dan berdiri tepat di sampingku. Aku meliriknya, dapat kullihat bulir-bulir keringat di pelipisnya.
Pintu lift terbuka di lantai 20
"Aku harus ke toilet" Deidara berbisik padaku
"Kau duluan saja" dan ia langsung keluar sambil berlari kecil. Wanita di sampingku berjalan setelahnya, dan berhenti 2 langkah dari lift. Entah bagaimana tiba-tiba ia pingsan di hadapanku. Aku segera menghampirinya
"Nona, nona..." Aku menepuk-nepuk pipinya, panas sekali pikirku. Aku juga merasakan sensasi basah dijariku. Di pelupuk matanya ada air mata, apa ia menangis?
"Nona, kau bisa mendengarku" tak ada respon apapun
"Sakura, astaga sakura.." seorang gadis pirang yang sedang lewat berlari kearah kami.
"Oh tuhan sakura... Jawab aku" gadis itu setengah berteriak.
"Ia pingsan, tidak akan bisa menjawabnya" kataku.
"Ada apa dengannya?"
Aku menggendikkan bahu "dia tiba-tiba pingsan"
"Oh, tuan.. bisakah aku meminta bantuanmu? Aku tidak akan bisa menggendongnya ke klinik"
"Tentu saja"
Aku hanya mengangguk dan mengangkat tubuh ringkih wanita yang di panggil sakura ini.
"Terimakasih banyak atas bantuanmu tuan" wanita berambut pirang tadi membungkuk di hadapanku..
"Ah, tidak apa-apa, tadi kami satu lift dan ia terlihat tidak sehat" aku tersenyum pada wanita pirang itu. Ku lihat arloji ditanganku dan sadar tentang rapat yang akan kuhadiri.
"Kurasa aku harus segera pergi nona"
"Oh tentu saja, maaf aku mengambil waktumu. Terimakasih banyak"
Aku membungkuk memberi hormat dan pergi dari sana.
Saat memasuki ruangan Deidara langsung menyerbu ke arahku.
"Kau dari mana? " semburnya.
"Hanya membantu seseorang," ucapku
"Belum dimulai?" Tanyaku padanya
Deidara mengangkat bahunya "belum.."
Kami duduk di samping dr.Uzumaki Naruto tepat di seberang Neji. Deidara kembali memainkan lilin mainannya, sungguh kekanakan pikirku. Di ruang rapat ini ada 6 orang. Aku, Deidara, si dokter Uzumaki Naruto, Neji dan Ten Ten sekertarisnya. Ku perhatikan dr. Uzumaki dari tadi ia hanya diam sibuk dengan ponselnya. Ia sangat pendiam, aku pertama kali bertemu dengannya kemarin di kantor the Hyuuga's. Ten ten tampak menulis sesuatu pada agendanya.
Cklek suara pintu terbuka, menampilkan gadis berambut pirang tadi, yang ku temui saat menolong gadis merah muda itu masuk bersama seorang laki-laki berambut hitam panjang dan diikat rendah.
"Selamat pagi, maaf kami terlambat" ucap si laki-laki
"Perkenalkan aku uchiha Itachi manajer OBS TV, dan ini sekertarisku Yamanaka Ino. Maafkan kami Tuan Orochimaru tidak dapat menyambut kalian karena sakit " mata onyx nya memandang kami selanjutnya Itachi dan Ino membungkuk bersamaan.
Dengan begitu rapat dimulai
"Jadi anda Kise Ryouta dan dr.Uzumaki yg akan membawa acara kami?" Itachi menjabat tanganku dan tangan dr. Uzumaki. Aku tersenyum ramah padanya.
"Ya, kami merekomendasikan mereka, dr.uzumaki adalah dokter yg sangat berkompeten sekarang ia juga bekerja di Tokyo hospital dan Kise adalah bintang baru the Hyuuga's" Neji menjelaskan pada Itachi, bahwa menurutnya aku dan dr.Uzumaki adalah orang yang paling cocok untuk acara ini. Dan tentu saja acara tv ini pasti akan mendapatkan rating yg bagus Neji meyakinkan. Neji dan Itachi berdiskusi cukup lama. Sedangkan aku dan sang dokter hanya diam saja menyerahkan kerja sama ini sepenuhnya pada Neji.
Tanpa sadar aku malah sibuk memandang Ino 'Dia seksi, dan cantik menurutku, matanya berwarna biru sedikit kehijauan. Pemandangan yang sangat menawan. Geez apa yang kupikirkan.'
Sakura terbangun diatas tempat tidur klinik dan mendudukkan diri
"Sial..." Ia menjambak rambut panjangnya yg kusut, rasa nyeri menjalar dikepalanya karena bangun tiba-tiba..
"Kau sudah bangun?" Shizune perawat yg bertugas menghampirinya. Sakura hanya mengangguk, ia melirik arlojinya. Pukul 04.00 sore sebentar lagi jam pulang kantor, berapa lama ia tidur disini pikirnya.
"Aku mau pulang.."
"Apa kau bisa pulang sendiri?" Shizune menyentuh dahinya. "Demammu sudah turun, tadi aku menginjeksi obat tanpa seijinmu. Kau pingsan"
"Hmm.." sakura hanya mengangguk
"Kau sudah tertidur disini selama 3 jam. Sepertinya sekarang kau sudah baik-baik saja. Jangan bekerja terlalu keras sakura" hening sesaat sampai sakura menjawabnya dengan semangat.
"Baiklah.. ku rasa aku memang butuh istirahat. Hey shizune bisakah kau membuat surat sakit untukku, 3 hari saja"
Shizune hanya tersenyum "tiba-tiba kau bersemangat, apa Orochimaru menekanmu?"
"Tidak.. seperti yang kau katakan aku hanya ingin beristirahat"
"Baiklah, beristirahatlah. Aku akan mengirimkan surat sakitmu ke bagian personalia nanti"
"Terimakasih, aku akan pulang sekarang"
"Sakura..." Ino berlari dari pintu dan memeluknya, shizune hanya tersenyum melihat tingkah 2wanita dihadapannya. Sebaiknya ia keluar saja.
"Sakura bagaimana keadaanmu?"
"Seperti yang kau lihat aku baik-baik saja Ino. Aku akan pulang sekarang"
"Tunggu sebentar lagi, aku akan mengantarmu. Sebentar lagi pukul 05.00"
Sakura hanya diam tanpa protes pada wanita pirang itu.
"Btw Sakura, tadi tuan Itachi rapat bersamaku kau tidak perlu khawatir sepertinya acara itu akan berjalan dengan baik"
"Ino aku tidak mau tahu, kepalaku pusing" yah sakura benar-benar tidak peduli dengan proyek itu saat ini.
"Hey, biasanya kau selalu bersemangat jika masalah pekerjaan. Kau tahu model itu sangat tampan dokternya juga lumayan hehehe. Dan mereka berdua pirang sepertiku. Manusia pirang memang mengagumkan" sakura hanya memutar matanya bosan.
"Ino sebaiknya kau pergi mengambil tas kita, aku tidak ingin membicarakan pekerjaan saat ini. Jika kau tidak segera pergi aku akan pulang sendiri!!" Sakura bersedekap.
"Hey-hey tenang, baiklah aku pergi kau tidak perlu marah sayang"
Sepeninggal Ino, di ruang klinik yang sepi sakura mencengkeram erat kemeja didadanya. Cairan bening menetes didagunya.
Sakura.
Tititit..tititit
"Ugh.. berisik.." tanganku menggapai weker disamping tempat tidurku. Pukul 06.00 pagi. Aku bangun dari tidurku, hari ini aku libur kulempar saja weker itu dan kembali tertidur. Aku harus tidur.
Bzzt..bzzt
Susah payah kubuka mataku dan meraih ponsel di bawah bantal.
"Ya..?"
"Sakura... Bagaimana keadaanmu?"
"Baik"
"Aku sedang dalam perjalanan keapartemenmu, kau ingin makan apa?"
"Bukannya kau sedang kerja??" Aku meguap malas
"Aku sudah pulang bodoh, jangan bilang kau tidur seharian dan tidak tau waktu!"
"Eehh..." Sakura melihat jam di ponselnya, benar haha. ia tidur dari malam sampai malam lagi.
"Aku akan mampir membeli makan malam untuk kita, tunggu aku" Ino mematikan sambungannya.
Ino membeli ramen untuk kami, makanan yang kubenci tapi si bodoh itu bilang ia sangat ingin memakannya. Sekarang ia sedang mencuci piring untukku.
"Sakura, aku tidak bisa menginap walaupun sangat ingin"
"Baguslah aku tidak mau kau mengganggu tidurku dengan suara dengkuranmu"
"Ck wanita menyebalkan.." Ino mencebik padaku
Ia menyelesaikan piring itu dengan cepat.
"Aku harus segera pulang, ada laporan yang harus kukerjakan malam ini. Aku tidak mau tuan Itachi memarahiku besok"
"Hm.." ia mengambil tasnya dan berlari kecil ke pintu depan aku mengikutinya dari belakang.
Ino berbalik dan memelukku, tetap sehat Sakuraku. Ia menepuk pipiku dan pergi.
Aku berbalik berjalan ke kamarku, melihat lampu kota dari jendela besar disamping tempat tidur. Btw apartemenku ada di lantai 15 pemandangan dari sini cukup bagus. Berkat Orochimaru aku bisa menyewa apartemen yang lumayan mewah ini, tidak benar-benar mewah hanya lumayan.
Banyak hal yang muncul dalam pikiranku, walaupun aku berusaha melepasnya aku selalu berakhir memikirkan hal yang paling ingin kulupakan dan itu berakhir buruk. Kubuka laci meja riasku kukeluarkan botol obat dari sana dan menelannya beberapa butir. Tak ada pilihan ini satu-satunya cara menghindar. Aku harus tidur.
Aku terbangun tanpa alarm, pagi yang baru lagi. 'Sepertinya ia sangat bahagia dan kau masih menyedihkan' suara itu muncul dari dalam diriku.
Rasa tidak nyaman didadaku kembali muncul. Kulihat jendela yg tidak kututup tirainya semalam. Mungkin lompat dari sana tidaklah buruk. Kurasakan cairan hangat dipipiku. Kapan aku akan sembuh?.
Ku tatap botol obat di samping bantalku. Kuambil beberapa butir dan menelannya tenggorokanku terasa panas kuminum air diatas meja. Setelah itu aku kembali tertidur. Yang kubutuhkan hanya tidur. Setelah tidur aku akan baik-baik saja.
Kise
Hari ini aku mulai bekerja untuk OBS TV, syuting live show yang berjudul 'healthy lifestyle' akan di mulai besok. Tapi hari ini aku ada pemotretan untuk poster acara olahraga. Mereka mengontrakku untuk menjadi ikon OBS TV. Padahal aku hanya wajah baru disini.
"Kau harus bekerja kerasKise" Deidara berjalan disampingku
"Tentu saja Dei, aku tidak percaya mereka memberikan kontrak eksklusif padaku"
"Yah aku juga tidak tahu, tapi ini perusahaan besar. Kurasa batu loncatan yang bagus untuk mantan atlit basket yang berwajah cukup manis sepertimu" aku memukul kepala Deidara
"Rasanya aku ingin memplester mulutmu"
"Ha ayolah Kise, itu benar. Dan sebaiknya kau menaikkan gajiku jika berhasil"
"Cih.. " aku hanya mencibirnya. 'kerja saja belum beres' pikirku
"Lihat itu si pirang" ia menunjuk Ino dengan dagunya
"Kita juga pirang bodoh" Ino melihat ke arah kami dan mendekat.
"Oh, anda tuan Kise ?" Ucapnya
"Aku Deidara" Deidara menyela
"Oh tentu saja kita bertemu saat rapat" ino membungkuk
"Panggil saja aku Kise nona, kita akan menjadi rekan kerja"
"Aku tidak tahu apa kita akan menjadi rekan kerja atau tidak tapi mungkin kita akan sering bertemu di kantor ini. Panggil aku Ino"
"Kami akan melakukan pemotretan tapi sebelumnya kami akan menyapa tuan Orochimaru terlebih dahulu" Deidara menjelaskan pada Ino.
"Aku bisa mengantar kalian, ruangan tuan Orochimaru ada di lantai 50" Ino tersenyum, cantiknya.
"Tentu saja, terimakasih sebelumnya" ucapku
Ruang kerja Orochimaru sangat luas mungkin aku bisa bermain basket disitu. Penampilan Orochimaru begitu nyentrik, rambutnya panjang terurai, kulitnya sangat pucat, dan ia menggunakan anting pada kedua telinganya satu hal lagi matanya seperti mata ular. Kami hanya saling menyapa dan berkenalan untuk menjaga Sopan santun terhadap orang yang sudah membayar jasa kami.
"Selamat bergabung Kise.. aku berharap banyak padamu" kami bersalaman
"Tentu saja tuan, aku akan melakukan yang terbaik kau bisa percaya padaku"
"Haha aku suka kepercayaan dirimu"
"Kami tidak akan mengganggumu lebih lama tuan, Kise akan melakukan pemotretan hari ini" Deidara menginterupsi.
"Tentu saja, sekertarisku akan mengantar kalian,"
"Karin kemarilah" Orochimaru memanggil sekertarisnya melalui interkom.
Seorang wanita berambut merah dan berkacamata datang dan memberi hormat
"Antar Kise dan Deidara untuk pemotretan"
" Baik tuan"
"Oh ya, wanita itu dia belum datang bekerja?"
"Belum tuan sepertinya lusa"
Aku hanya mendengar pembicaraan Orochimaru dan sekertarisnya.
"Mari tuan aku akan menunjukkan jalannya" ucap Karin padaku dan Deidara.
Kami berjalan meninggalkan ruangan kerja Presdir Orochimaru.
Pemotretan berjalan cukup lancar, kurasa aku melakukannya dengan baik. Deidara mengatur pakaian dan gaya rambutku. Deidara adalah temanku kami bertemu di New York fashion week, 3 tahun yang lalu saat aku pertama kali mencoba menjadi seorang model amatir. Ia adalah mahasiswa jurusan seni, ia bisa melakukan apa saja. Baju, rambut, makeup, melukis dia bisa semuanya . Namun dasar orang aneh dia tidak suka bekerja pada perusahaan, ia tidak mau seninya diatur siapapun karena itu ia hanya menjadi freelance. Dan saat aku mengatakan akan ke Tokyo dia langsung ingin ikut. Dan jadilah dia asistenku, asisten serba bisaku.
"Besok jadwalmu kosong" ia memberitahuku
"Hmm.. kau bisa libur" kataku.
"Besok aku dan bandku akan tampil disebuah kafe. Datanglah"
"Tidak, untuk apa aku menonton para pria, lagi pula apa kau tidak bosan melihatku" ia langsung memukul kepalaku
"Ini penampilan perdana kami di tempat umum, dan bawa saja salah satu teman wanitamu seperti biasa. Lagipula vokalis kami itu wanita namanya konan"
"Benarkah?, baiklah aku akan datang"
"Bagus" Deidara memperbaiki tatanan rambutku
Sakura
'Aku terbangun di pagi berikutnya lagi. Sekarang kepalaku benar-benar pusing. Kemarin aku tidur seharian, dan sekarang perutku sangat lapar. Sepertinya aku memang harus hidup lebih lama lag. Dengan begitu aku bisa mengetahui seberapa kejam dunia ini padaku. Aku menyeret kakiku ke kamar mandi, siapa wanita buruk rupa didalam cermin itu?. Tentu saja bayanganku sendiri.
"Oke cukup sudah berakting sebagai korban, aku harus melanjutkan hidupku" tolol aku bicara pada bayanganku. Lagipula Masih ada orang yg membutuhkanku, siapa lagi kalau bukan Orochimaru dan orang tuaku , dan Ino juga, well aku harus hidup untuk mereka.
"Sakura kau harus melakukan banyak hal hari ini, maksudku kau harus tampil cantik. Berhenti bertingkah menyedihkan!!" Dengan begitu aku bisa mengangkat kepalaku dihadapannya.
Aku keluar apartemenku pukul 10.00 pagi. Tentu saja setelah 1 jam dikamar mandi menggosok semua kotoran yg menempel di tubuhku. Haa aku tidak mandi 2 hari, wanita macam apa. Dan sedikit sarapan sehat membuat tubuhku jadi terasa lebih segar. Aku berdandan dan memilih baju yg bagus sebelum berangkat. Apa celana pensil hitam, t-shirt hitam pas body, kemeja abu-abu yg sedikit kebesaran dan tidak dikancing, topi baseball hitam, dan sneaker berwarna putih bisa dibilang bagus? Entahlah.
Kulajukan mobilku perlahan. Tujuan pertama salon, tubuhku butuh dimanjakan. Lalu butik, aku harus membeli banyak baju dan sepatu. Selanjutnya mmm, nanti saja kupikirkan.
Sudah pukul 5 sore, aku berkeliling kota kesana kemari melakukan hal yang disukai wanita wanita. Kumasukkan semua tas belanjaanku ke dalam mobil. Kurasakan getar ponselku, itu panggilan dari Ino.
"Halo.."
"Sakura, bagaimana keadaanmu?"
"Aku sehat Ino"
"Aku sudah selesai dengan pekerjaanku, aku akan ketempatmu"
"Eh, jangan!. Em maksudku kau tidak perlu kesini. Kita bertemu besok saja di kantor"
"Aku mencium bau sesuatu, kau dimana Sakura? Jangan bohong"
"Jeez, aku sedang menghabiskan uangku. Aku tidak di rumah"
"Mmm,?"
"Tenang saja aku tidak ketempat yang aneh, aku hanya kesalon"
"Sakura jangan coba-coba ke klub sendirian, dan jangan minum alkohol jika tidak bersamaku"
"Baik nyonya aku akan ingat itu"
"Bagus, karena kau sudah sehat aku akan lembur"
"Kenapa kau bekerja keras sekali?"
"Hmm karena aku asisten Itachi uchiha yang menuntut kesempurnaan"
"Cih, jika kau selingkuh dengannya aku akan membunuhmu"
"Hahah, tenang sayang aku bukan wanita murahan. Hei sakura aku senang kau bangun dari tempat tidur terkutuk itu. Bersenang-senanglah, besok kau mungkin tidak akan bisa melakukannya."
"Iya.. kau juga" ucapku dan sambungan pun terputus.
Ini masih sore, mungkin aku mampir ke..,yg pasti jangan ke klub. Mungkin kafe saja. Melihat ke kiri jalan aku melihat sebuah kafe. Kafe ini terlihat cozy, kutepikan mobilku dan memarkirnya. Sebelum keluar dari mobil kumasukkan semua helai rambutku di balik topiku. Dengan begini aku terlihat lebih tomboy, mungkin laki-laki akan takut padaku. Hahaha.
Kafe ini cukup ramai, dan ada pertunjukan live musik oleh band indie. Aku mengambil tempat duduk di pojok. Di samping mejaku terdapat sepasang kekasih yang sedang suap-suapan, tepatnya si wanita berusaha menyuapkan sesendok es krim pada pacar pirangnya namun sayang sepertinya si pacar tidak suka manis karena dari tadi ia tidak mau membuka mulut. Sayup-sayup ku dengar mereka berdebat. Saat membolak-balik balik buku menu Kurasakan sesuatu dipinggangku, saat menoleh kudapati seorang anak perempuan berusia sekitar 4tahun menarik kemejaku.
"Hey sayang, kau mencari siapa?" Aku menyapa anak itu, ia sangat lucu dan tembam. Ia hanya tersenyum padaku. Aku menggenggam tangan mungilnya. Aku teringat dulu aku sangat ingin memiliki anak perempuan. Jika dulu aku benar-benar melahirkan ia akan sebesar anak ini.
"Hana, ibu mencarimu nak. Oh maafkan aku nona kau jadi terganggu" wanita yang sepertinya ibu anak ini membungkuk padaku. Lalu ia menggendong anaknya.
"Tidak apa-apa nyonya, anakmu sangat lucu" aku berdiri mengelus pipi Hana.
"Hey sayang jadi namamu Hana, cantik sekali"
"Iya bibi.." si ibu menjawabku menggantikan hana.
"Nona silahkan lanjutkan kegiatanmu. Maaf kami mengganggu. Kami harus segera pergi karena suamiku menunggu di mobil" si ibu pergi dari mejaku membawa anaknya. Ku atap kepergian ibu dan anak itu.
Aku tidak akan bisa memiliki anak perempuan pikirku, dadaku kembali terasa tidak nyaman. Aku kembali ke posisi dudukku mengambil nafas dalam dan tanpa sengaja menoleh ke samping. Laki-laki pirang yg bersama kekasihnya tadi menatapku tanpa ekspresi, mata kami bertemu. Mata berwarna emas itu begitu tajam. Selanjutnya aku membuang muka. Aku tidak suka jika seseorang berusaha membaca apa yg ada di dalam diriku.
