True Face

Chapter 1

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Fandom : Naruto

Pairing : SasuSaku

Genre : Romance/Drama

Rate : T

Warning : AU, OOC, typo, dll

DLDR!

.

.

.

.

.

"Semuanya kerja bagus. Pemotretan kali ini sungguh menyenangkan dan hasilnya pasti akan bagus, terima kasih untuk hari ini. Aku sudah tidak sabar lagi ingin melihat bagaimana kira-kira komentar para pembaca majalah kita." Salah satu ciri khas lelaki berambut raven itu adalah yang menggambarkan bahwa ia orang yang ramah dan baik hati.

Sasuke, ia seorang model majalah sekaligus aktor yang telah terkenal di kalangan anak-anak remaja maupun masyarakat dewasa, selain memiliki wajah terbilang tampan Sasuke juga sangat mandiri dan penyayang, hal itu terbukti dari sikapnya terhadap kekasih bintang baru tersebut. Nama gadis paling beruntung itu—setidaknya menurut para penggemar Sasuke—adalah Haruno Sakura. Siswi SMA Seiran yang awalnya hanya orang biasa mendadak terkenal akibat skandal yang membawa namanya ketika Sasuke dimintai konfirmasi soal masalah pribadinya, lebih tepatnya mengenai hubungan percintaan, dan tanpa pikir panjang lelaki yang sekelas dengan Sakura itu membocorkan segalanya.

Padahal Sakura sudah meminta Sasuke untuk menjalani backstreet dengannya, ia tak ingin popularitas kekasihnya terancam, tapi apa mau dikata Sasuke orang yang sangat keras kepala.

Di sekolahpun Sakura acap kali merasa tak nyaman. Rasanya ketika berada di sana justru menjadi medan peperangan, dengan seluruh mata yang bakal tertuju kepadanya akan tetapi bukanlah tatapan mata yang didambakan untuk menjadi orang populer, kabar burung antara hubungan dirinya dengan Sasuke sudah terlanjur tersebar di antara masyarakat banyak.

Sakura bisa merasakan tatapan dan bisikan saat tiap kali melangkah ke dalam bangunan gedung sekolah elite Seiran. Beberapa dari mereka bahkan secara terang-terangan menatapinya dengan ekspresi tak suka, namun Sakura hanya tersenyum manis seakan tak keberatan banyak orang membenci dirinya. Sampai mana mereka akan terus memercik masalah kepadanya dengan alasan iri dan dengki terhadap dirinya, kekasih Uchiha Sasuke.

Pemuda bermata onix itu tampak tengah berdiri dan sesekali melontarkan kata-kata yang mampu membuat Sakura merasa malu, sehingga teman-teman menggoda mereka dan Sakura hanya tersenyum kecil.

'Andai saja mereka tahu yang sebenarnya.'—pikir Sakura miris.

"Oh ya apa yang kalian bicarakan tadi? Sepertinya menyenangkan. Semua orang terlihat bersenang senang, dan kau..." Sasuke menatapnya penuh arti sambil memamerkan senyum tipis di bibirnya.

Namun bagi Sakura senyuman setipis kertas pemuda itu sama sekali tidak memancarkan kesenangan semata, yang ada justru sebaliknya. Sakura seakan tersadar sesuatu kemudian sesegera mungkin mencoba berkilah, "Ah i-itu tidak benar Sasuke. Aku hanya menanyakan sesuatu hal yang tidak begitu penting kok." mengibaskan sebelah tangan, seraya tertawa gugup. Sungguh. Sasuke yang sebenarnya sanggup membuat jantungnya berdebar dengan alasan lain.

"Omong-omong malam ini kita adakan acara kumpul-kumpul, Sasuke. Apa kau berencana untuk datang? Oh apa Sakura juga mau ikut?" tawar Sai, teman Sasuke yang juga sekelas dengannya, di belakang pemuda berambut klimis itu ada Naruto, Sasori, Hinata, dan Ino. Anak-anak yang biasa kumpul sama Sasuke, mungkin mereka itu semacam geng perkumpulan anak orang kaya.

Tapi Sakura sadar ia bukan salah satunya, Sakura hanya anak seorang Ayah pekerja kantoran biasa dan Ibu rumah tangga. Setidaknya rasa sayangnya terhadap Sasuke bukan untuk mencari simpati atau hal lain semacam itu, ia sungguh-sungguh menyukai Sasuke, bukan ketampanan atau kekayaan semata. Hanya saja entah mengapa rasanya baru-baru ini ia menyadari pria itu sebagai sosok seorang iblis yang terjebak dalam tubuh malaikat.

Gadis berambut pink itu menghela napas pelan.

Sasuke melirik Sakura lewat ekor matanya dan seketika mendapati gadis itu juga tengah memandangnya seakan berkata 'terserah kau saja'.

Yang salah diartikan Sasuke sebagai permohonan untuk datang. Ia kembali menatap Sai dan yang lainnya lalu melemparkan tatapan menyesal yang Sakura yakini dibuat-buat, "Maaf ya semuanya hari ini aku tidak bisa karena ada suatu hal yang mendesak, aku benar-benar minta maaf. Dan bisakah kalian pulang terlebih dahulu?"

Mereka semua saling berpandangan. "Memangnya ada apa?" tanya Ino mewakili teman-temannya.

"Apakah ada masalah, Teme?" tambah Naruto.

Sasori memperhatikan ekspresi Sakura yang menunjukkan senyuman paksa, kemudian mengernyitkan dahi saat pandangannya menangkap gadis berambut merah muda itu tengah mencengkram ujung mini flared skirt blue blacknya.

Dan seketika itu pula Sasori mengetahui ada yang tak beres dengannya, mungkinkah ada hubungannya dengan Sasuke?

Lalu lelaki yang tengah berkelebat dalam pikiran Sasori tersebut menyeringai tipis ketika memikirkan sebuah ide tanpa menyadari seseorang tengah memperhatikannya sebelum melanjutkan, "Aku sangat menyesal, tapi aku ada janji kencan sama Sakura. Maaf ya. Soalnya sudah lama sekali kami tidak berduaan bersama makanya aku tak bisa mengingkari janjiku padanya."

Sasori bisa melihatnya dengan jelas seringaian lelaki itu, namun memilih bungkam daripada membuat masalah. Ia hanya tak ingin malah mempersulit keadaan Sakura meskipun ia tak tahu yang sebenarnya terjadi.

'A-apa? Se-sejak kapan dia berjanji kencan?'—pikir Sakura kaget.

Sementara semua orang tampak bersiul menggoda keduanya, Sakura memandang Sasuke, matanya sedikit membulat. Senyuman simpul menggoda dan tenang yang Sasuke tujukan kepadanya membuat napas Sakura sedikit tertahan.

"Ah sayang sekali. Tapi baiklah kalau begitu, semoga kencan kalian sukses ya. Sampai nanti," ujar Sai, melambaikan tangan, senyuman palsu melekat di wajah tanpa ekspresinya.

"Hah... Ya sudahlah..." keluh Ino sambil menatap keduanya kecewa.

Tiba-tiba Ino menepuk pundak Sakura, "Selamat bersenang-senang ya," kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga Sakura, "Jangan lupa ceritakan padaku semuanya," lanjutnya berbisik, yang hanya ditanggapi Sakura tersenyum meringis.

"Sampai jumpa Sasuke, Sakura." pamit Hinata.

"Iya, sampai jumpa." Naruto nyengir seperti biasa. Yang hanya dibalas Sasuke dengan gumaman.

Sasori menatap gadis yang diam-diam diperhatikannya sedari tadi itu, "Sakura, kalau sesuatu terjadi hubungi saja aku. Aku pergi dulu ya," tukasnya, tersenyum simpul yang sukses membuat dada Sasuke terasa panas.

Sakura tertegun mendengar Sasori berkata seperti itu, ia memilih untuk tidak berucap apa pun, terlebih kini dirasakannya ada sepasang mata yang tengah memandangnya dengan tajam sampai membuat tubuhnya merinding.

Satu persatu dari mereka mulai menghilang di balik pintu dressing room.

Ingin rasanya Sakura melarikan diri, namun ia tahu bahwa ia telah terjebak, di sini, bersama dengan kekasihnya. Mungkin hal seperti ini wajar bagi orang lain tapi tidak bagi Sakura. Sosok yang tengah berdiri tegap dihadapannya seraya memberikan tatapan yang mampu membuat sekujur badannya gemetar. Dan bodohnya Sakura mengangkat wajahnya sehingga pandangan mereka bertemu dan ada getaran yang berdesir. Bukan gelombang seakan dimabuk cinta, tetapi ketakutan yang kentara sekali.

Bibir Sasuke sedikit terbuka, "Apa yang sedang coba kau lakukan?" lelaki bermata onix itu melangkah semakin mendekat pada Sakura, "Apakah kau masih tidak mengerti peringatanku padamu, Sakura?"

Sakura menahan napas, tak mengeluarkan sepatah katapun, matanya semakin membulat ketika Sasuke mendorongnya ke dinding dan memenjarakannya dengan sebelah tangan.

Sementara gadis malang itu memekik pelan Sasuke mulai melanjutkan, "Kau tahu? Aku benar-benar marah sekarang. Karena aku tidak pernah berpikir kau akan mengkhianatiku seperti itu." Kepanikan merasuk ke dalam diri Sakura saat Sasuke memandangnya, sorot matanya memancarkan kemarahan. Sakura menelan ludah sebelum kemudian melancarkan pertanyaan, "Maksudmu apa Sasuke? Aku sama sekali tidak mengerti. Dan tolong jangan menahanku seperti ini, rasanya sakit sekali." pandangannya beralih pada sebelah pundaknya yang dicengkram Sasuke.

Alih-alih melepaskannya, pemuda berumur delapan belas tahun itu justru tertawa. Sakura sama sekali tak menyangka kekasihnya akan menyemburkan tawa di saat seperti ini, namun kemudian kata-kata berikutnya lelaki itu membuat Sakura tertegun.

"Haha sakit bukan rasanya? Aku sangat suka melihat ekspresimu yang seperti ini. Tapi aku tidak mau melepaskannya, kau paham betul bagaimana harga diriku ketika laki-laki itu berbincang-bincang denganmu, bahkan dia sampai memintamu untuk menghubunginya, apakah kau berencana membuatku cemburu Sakura? Atau justru secara sengaja kau ingin menjadikan Sasori sebagai selingkuhanmu?"

Bola mata emerald Sakura membulat sempurna. Apa katanya barusan? Sasori? Selingkuhan? Yang benar saja.

"Apa katamu?" ia menarik napas sejenak sekadar menyamarkan suara kemarahannya selembut mungkin. "Sasuke, aku sama sekali tidak ada niatan seperti itu. Aku hanya menganggap Sasori sebagai teman, tidak lebih. Sama seperti Hinata maupun Sai." bela Sakura.

Namun hal itu tampaknya tak membantu sama sekali, karena cengkraman di sekitar bahunya semakin mengencang. Sukses membuat Sakura merintih kesakitan, lantas gadis malang itu mencoba meronta minta dilepaskan.

Senyuman palsu terbit di wajah bengisnya, "Seberapa besar usahamu untuk lepas dari genggamanku, kenyataannya aku masih seorang laki-laki. Setidaknya aku tidak lebih lemah darimu."

Dengan pelan Sakura memandang Sasuke dengan tatapan sendu, ia menemukan dirinya tak bisa melawan seorang lelaki sepertinya. Sungguh sulit membantah kalau ia memang hanya seorang perempuan yang lemah, terlebih ketika menghadapi Sasuke yang sedang marah.

Tapi Sakura berusaha merangkai kata-kata yang tepat agar bisa terlepas dari Uchiha Sasuke, "Aku paham kau melakukan semua ini karena bagaimana pun juga aku sangat menghargaimu, tapi tidakkah seharusnya kau juga memercayai aku Sasuke? Aku percaya kepadamu bahkan mungkin lebih dari yang kau kira, tak mungkin aku mengkhianatimu seperti itu. Bukankah akan lebih baik kalau kau juga melakukan hal yang sama?" dan mungkin semua ini bisa membuat Sasuke melepaskannya.

Sasuke mendesah pelan, tatapan itu, kedua mata bulat Sakura yang memandangnya intens seakan Sasuke terpedaya olehnya, terlebih kata-kata yang dilontarkan Sakura terhadapnya semakin membuat perasaannya menggebu-gebu. Tapi demi harga dirinya, ia akan berjuang menutupi segala emosi tersebut dalam-dalam.

"Baiklah kalau begitu," Untuk sesaat pemuda raven itu melirik ke arah bibir Sakura, lidah Sasuke terjulur menjilat bibirnya yang kering. "Kalau kau mau aku memercayaimu, kau harus minta maaf karena membuatku terluka." ucap Sasuke tanpa pikir panjang.

Sekali lagi Sakura membulatkan matanya. Apa katanya tadi? Sasuke bersikap secara terang-terangan di depannya? Gara-gara hipotesis tak masuk akal pria itu? Dan sesaat Sakura berharap telinganya salah menangkap dengar. Tapi mungkin pria itu masih mementingkan ego, harga dirinya yang sangat tinggi.

"Aku—" Sakura semakin dibuat terkejut ketika Sasuke mencondongkan tubuhnya untuk berbisik tepat di telinga Sakura, "Aku sangat ingin mendengarnya darimu." potongnya tiba-tiba. "Aku akan mempertimbangkan untuk menjadi bersikap sedikit lebih lembut padamu," melepaskan cengkramannya lalu melingkarkan lengannya di pinggang Sakura, sentuhan Sasuke kini terasa nyaman di balik pakaiannya.

Ketika itu pula, sebuah penolakan seolah tercekat di tenggorokannya.

Tawaran yang cukup menggugah, namun lidah Sakura terasa kelu untuk mengutarakan permintaan maaf yang sama sekali tak ia ketahui dimana letak kesalahannya. Bagian lain tubuhnya bergetar tentang rencana pertimbangan Sasuke, jantungnya berdebar kencang merasakan embusan napas hangat pemuda itu di dekat telinganya, dan dekapan Sasuke seakan penuh dengan rasa memonopoli. Perlakuan lembut Sasuke yang mendadak tatkala membuat Sakura limbung.

"Bagaimana Sakura?" Sasuke masih menunggu dengan sabar. Suara berat Sasuke sama sekali tak membantu, Sakura menggigit bibir bawahnya, setengah mati tidak terjebak dalam perangkap Sasuke untuk ke sekian kalinya.

Namun yang terjadi, "Baiklah kalau begitu." Sakura berusaha tenang, menutupi wajahnya yang mulai merona tipis ia bisa melihat seringaian muncul di wajah kekasihnya. Walau sekuat apa pun mencoba sepertinya ia tidak akan bisa melawan Sasuke dan segala tipu dayanya. "Maafkan aku... Aku sangat menyesal telah membuatmu marah seperti ini." ungkapnya lirih.

Senyuman Sasuke mengembang, beranjak mundur dari jarak kedekatan tubuh mereka yang intim.

Baru saja Sakura akan menghela napas lega saat Sasuke tanpa ragu mendekatkan wajahnya, "Sebagai penerimaan minta maafmu, berikan aku imbalan!"

"Imbalan?" Haruno Sakura membeo, dapat ditangkapnya kerutan di dahi Sakura meskipun gadis itu masih menunduk menolak bertatap muka dengannya dan hal itu justru makin membuat Sasuke geram.

Sasuke mendesah pelan sebelum menjawab, "Aku ingin—" Sasuke menggantung kalimatnya, sejenak melirik ke arah bibir Sakura yang sedikit terbuka. "Kau menciumku." dan detik itu pula Sakura merasa tubuhnya menegang, tanpa sadar ia menelan ludah sambil melirik Sasuke dari balik bulu matanya yang lentik. "Apa kau yakin? Tapi bukankah kemarin kita baru saja melakukannya? " terdengar getaran lembut dalam suaranya. Dan pemuda itu tahu bahwa gadis di depannya tengah berjuang menyembunyikan kegugupannya.

Sasuke memberi jeda sebentar, menelusuri pipi Sakura dengan ujung jarinya. Ia tersenyum setengah menyeringai kepada Sakura dan hal itu malah semakin menghantarkan aliran hangat ke dalam dadanya. "Memangnya apa salahnya? Kita adalah sepasang kekasih. Lagipula tidak akan ada yang datang kemari, semua orang telah pulang."

"Tapi bagaimana kalau ada yang mengintip?" Sakura berkilah, mencoba mengulur waktu sebisanya.

Sasuke berdecak kesal, mulai tak sabar. "Tenang saja! Takkan ada yang melihat." lalu ia memiringkan wajahnya. "Aku sudah membuat segalanya terasa mudah bagimu, kau tinggal sedikit mendekat padaku." tatapan Sasuke kini teralih pada mata emerald Sakura. "Ayolah. Mengapa kau terlihat ragu-ragu?"

Gumaman lelaki itu seolah batu besar yang menghimpit tenggorokannya hingga membuat gadis berambut merah muda sepunggung itu terkesiap.

"Please... Lepaskan aku!" Sakura berbisik, sangat ketakutan.

Ketakutannya benar-benar mengungkungnya ketika Sasuke mengumpat seraya menjauhkan wajahnya, mengusap rambutnya ke belakang kepala dengan raut wajah kesal, "Sialan, Sakura! Kenapa kau jadi pembangkang seperti ini?"

Sakura mengernyitkan kening, sekalipun pemuda itu selalu berkata-kata kasar kepadanya bahkan memakinya baru kali ini ia melihat Sasuke terlihat begitu frustasi, apakah hanya karena Sakura tidak mau melakukan apa yang diperintahnya? Apa mungkin memang Sasuke merasa sangat cemburu? Memikirkannya saja sudah membuat Sakura geli ingin tertawa, namun ia sadar kini bukan saatnya untuk bersantai. Suasana saat ini sedang tegang, terlebih kegusaran yang terpancar dari sorot mata Sasuke ketika melirik kepadanya.

Mencegah dirinya untuk tidak terkungkung dalam rasa takut jika Sasuke memperlakukannya dengan kasar seperti biasanya, Sakura memantapkan hati untuk menjauh perlahan, berjalan mundur menuju pintu keluar sementara Sasuke masih sibuk dengan pikirannya sendiri.

Ketika tangan Sakura hampir menyentuh knop pintu, seketika itu pula Sasuke menyadari rencana melarikan dirinya, meskipun ia ingin sekali berbalik dan membuka pintu, tapi tanpa bisa disangkal rasanya seluruh tubuhnya seketika membeku, sukar untuk digerakkan. Terlebih sekarang Sasuke menatap Sakura sembari berjalan pelan namun suara tapak kaki lelaki raven itu justru mengembalikan ketakutannya.

Lalu, ketika onix itu memandangnya nyalang dan jarak yang dia ciptakan semakin menipis, tanpa aba-aba Sasuke mendorongnya pada dinding di sebelah pintu. Untuk ke sekian kali punggung Sakura terasa sakit mendapat benturan bertubi-tubi, meskipun hal seperti itu bukan yang pertama, ia sudah terlalu sering mendapat 'siksaan' dari pacarnya tersebut. Mungkin semua orang yang tahu bakalan menyebutnya gadis bodoh karena menerima itu semua. Tapi sejujurnya Sakura sendiri bingung mengapa ia bisa diam saja diperlakukan begini, kendati sesekali ia merasa jengkel dan meronta terhadap kelakuan Sasuke.

Gadis itu mengangkat wajahnya melihat Sasuke yang juga tengah memandang dirinya, onix itu nampak redup bahkan Sakura bisa melihat ketaksaan dan saat itu Sakura menyadari bahwa barangkali Sasuke tidak berniat sekasar ini kepadanya, mungkin. Sakura mendesah pelan, "Aku sudah bilang aku tidak mau melakukan itu."

Mata Sasuke yang sendu menyipit berbahaya seakan membantah, "Apa katamu? Kau akan bertanggung jawab untuk membuat aku seperti ini, bukan? Meskipun kau tidak memiliki hak untuk menolakku di tempat ini. Kau tahu yang terbaik apa yang akan terjadi jika kau mengkhianati aku, benar begitu?" tegasnya setengah ketus. Sakura berusaha mempertahankan keputusannya, "Cepat cium aku." bentak Sasuke, yang sukses mengagetkan Sakura.

Rona merah mulai muncul di wajah Sakura, napasnya terasa sesak dan degup jantungnya kembali berdebar kencang. Untuk sesaat ia merasa kepalanya berputar, tapi ia masih berusaha agar suara—gumamannya terdengar jelas "Apa yang kau tunggu lagi?"

Sejenak Sasuke menaikkan sebelah alisnya bingung, namun selanjutnya ia menyeringai melihat Sakura kemudian memejamkan matanya erat. Tanpa sadar gadis itu menahan napas ketika badannya terhuyung ke depan karena tarikan tangan Sasuke di bahunya.

Belum sempat berkata sesuatu Sasuke sudah terlebih dahulu mencium Sakura dengan kasar. Bibirnya lembut, tapi sesekali gigi Sasuke menggigit bibirnya gemas, itu sekaligus menyakiti dan mengejutkan Sakura, yang secara seketika Sakura menjadi menatapnya sekilas dengan bola mata membulat.

Sakura meronta sambil memejamkan matanya dengan erat sementara semakin ia berontak semakin Sasuke mencengkeram bahunya, sontak Sakura meringis dibalik tindakan Sasuke. Sulit dipercaya, aktor yang terkenal keramahannya ternyata tidak 'seramah' itu.

Pemuda delapan belas tahun itu menjauhkan kepalanya, diam-diam menelisik wajah Sakura yang sudah merah padam, dapat ditangkapnya kerutan di dahi Sakura.

"Kau sudah paham kan sekarang apa yang akan kulakukan jika kau membantah perintahku?" alis Sasuke terlihat menukik tajam, memberikan peringatan yang sukses mengalirkan gelombang ketakutan gadis gulali itu. "Meski pada akhirnya akulah yang memulai," tatapan yang ditunjukkan Sasuke terhadapnya justru membuat Sakura sekonyong-konyong merasa gelisah. Bola mata bulat gadis itu terlihat berkilat menyiratkan ketakutan, tapi sekeras apapun usahanya untuk menutupi hal itu, Sasuke dapat menangkapnya dengan jelas. Seringai kejam terlukis di bibir tipisnya.

To be Continued...

A/N : Hai semua.. Heheh.. Padahal baru kemarin yah ngepublish fict yang Lil' Brother tapi udah buat fict baru *keringat dingin*

Well sebenernya pembuatan fict yang ini lebih awal dibanding fict yang itu dan kalo gak salah pas tahun kemarin, sebelum kartu saya diblock sama pihak sm*rtfriend *curhat* Tapi kedua duanya pada belum saya selesaiin karena sampe hari ini saya masih mengidap WB. Jadi tolong sabar yah.. Hadeuh berasa penting :'3

Terlebih saat nulis fict ini sulit banget nentuin gimana karakter Sakura di sini, terus saya juga gak pandai buat 'kiss scene' kek gitu *digampar* dan lagi Sasuke yang OOC banget yah.. astaga yang benar aja Sasuke jadi ramah dan suka senyum hahah... Mungkin agak mirip di Road to Ninja kali yah.

Ah tapi gimana dengan ini? Keep or delete?

By,

Karen Chavalli