PROLOG
Langkah derap kaki yang memijak rerumputan kering terdengar dengan jelas di belantara hutan. Deru nafas yang tak karuan, serta degup jantung yang sudah tak terkendali lagi.
Pemuda itu terus berlari.
Berlari sejauh mungkin meninggalkan tempat yang lebih kejam dan menyakitkan dari sebuah penjara.
"Akh!"
Pemuda itu terjatuh. Seketika, rasa sakit yang menghilang sejenak langsung menggerogoti tubuhnya tanpa ampun. Ia berusaha bangkit. Namun sayang, rasa sakit itu membuatnya tidak bisa bergerak sama sekali.
Mata kanan yang terkena hunusan pisau belati.
Luka lebam di seluruh bagian tubuhnya tanpa terkecuali.
Luka bakar di tangan kirinya hingga membuat kulitnya mengelupas sempurna.
Tubuhnya serasa hancur dan remuk.
Pemuda itu menggigit kuat bibirnya untuk menahan rasa sakit yang dirasakannya.
Pemuda itu tiba-tiba menahan nafasnya ketika mendengar suara langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Ketakutan pun langsung menjalari tubuhnya dengan tanpa dosa. Hal ini juga sukses membuat sang jantung bekerja dengan sangat cepat.
Titik demi titik air mata membasahi pipinya perlahan.
Mengapa?
Mengapa ini bisa terjadi?
"Aku kan sudah mengatakannya padamu. Kalau kau tidak akan bisa keluar."
Pemuda itu mulai menoleh ke arah seseorang yang berada di beberapa meter depannya. Ia bisa melihat seseorang itu menodongkan pistol ke arahnya.
"Ini sudah sekian kalinya kau kabur dan kau berhasil membuatku muak."
"Kelinci yang tidak berguna seperti kau.."
"Haruslah dibuang."
Pemuda itu membulatkan matanya ketika seseorang itu menarik pelatuk di pistolnya.
Seketika.
Pemuda itu merasakan rasa sakit yang luar biasa di dada kirinya. Ia pun ambruk ke tanah yang dipenuhi oleh rerumputan. Rasa sakit yang dirasakannya meningkat berpuluh kali lipat dari sebelumnya.
Perlahan.
Pemuda itu memejamkan matanya.
"Jooni, tolong aku.."
...
Sepasang kelopak mata pun terbuka perlahan lalu terlihatlah manik-manik yang berbeda warna. Perlahan, kedua manik itu bergerak menelusuri berbagai objek untuk mencari tahu dimanakah ia berada. Sontak, kedua kelopak mata itu terbuka lebar ketika melihat seseorang yang tengah berkutat dengan sebuah komputer.
Sungguh, ia ingat sekali kalau seseorang itu menembaknya.
Tapi.
Kenapa seseorang itu menyelamatkannya?
"Akh!"
Ia meringis ketika merasakan rasa sakit di mata kanannya dan dada kirinya. Sekian menit kemudian, rasa sakit itu berangsur mengurang dan ia pun menghela nafasnya pelan.
Seseorang yang berkutat dengan komputer menampakkan seringai kepuasan di wajahnya. Ia pun berdiri dari duduknya lalu berjalan menuju pemuda yang terbujur di atas kasur operasi. Jangan lupakan beberapa kabel yang menghubungkan bagian tubuh pemuda itu dengan berbagai macam alat pendeteksi*. Sesampainya, ia pun menatap wajah pemuda itu lalu mengarahkan telapak tangannya untuk mengusap lembut pipi pemuda itu.
Perlahan, seringai penuh kekejaman pun tercetak di wajahnya.
"Aku tidak menyangka kalau percobaan ini berhasil." ucap seseorang itu. "Ah, sepertinya aku harus menarik kata-kataku tadi. kau memanglah kelinci percobaan yang sangat berguna."
Seseorang itu menatap lekat kedua manik kelinci percobaan-nya. "Mata yang sangat indah." ucapnya. Ia pun berdiri lalu berjalan menuju komputernya. Ia menatap layar komputernya sejenak lalu mengarahkan pandangannya pada pemuda yang tengah menatap kosong langit-langit ruangan.
"Ini akan menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan." ucap seseorang itu sambil tertawa jahat.
"Ketika melihat bajingan itu hancur menjadi abu."
Author's note:
Halo!
Prolognya sudah tidak surprise lagi, haha (termasuk fictnya juga -,-)
Love Sign,
AqueousXback
