Author : Hunhun
Title : Tainted Love
Genre : Hurt, Comfort, Friendship
Length : Chapter
Main Cast : NamJin
Support Cast : All member BTS / Bangtan boys
Hai, author kembali lagi dengan pair mereka berdua. Sudah lama sekali kurasa tidak membuat FF dengan pair mereka. Jadi aku sekarang membuatnya lagi, semoga kalian suka. Thanks ya semuanya yang sudah mendukungku, siapapun itu gomawo / heheheh... so, happy reading :D
.
.
NB : This story is mine and all cast belongs
to their parents & the company
.
.
28 April 2014
.
.
"Ahhh… yak, ish." Ringis Namjoon ketika suster tersebut tengah mengobati lukanya. Tubuhnya penuh luka lebam dimana-mana, wajah, tangan, kaki semuanya ada. Dirinya sudah sering bolak balik masuk rumah sakit dan itu jangan diherankan. Walau ia seorang anak dari keluarga terpandang, namun sikapnya tidak mencerminkan hal itu. Namjoon itu seorang anak brandalan, suka berkelahi, terkadang juga minum-minum, dan perokok. Ditambah lagi dengan lingkungan sekolahnya yang terbilang buruk, itu semakin mendukung. "Akh, tak bisa kau pelan-pelan hah!" Seru Namjoon dengan nada yang sedikit membentak. Suster tersebut memundurkan tubuhnya karena terkejut. "Ma-maaf, saya akan pelan-pelan." Ucapnya, yang kemudian melanjutkan mengobati lukanya. Namjoon menepis kasar tangan suster tersebut hingga beberapa obat terjatuh kelantai keramik. "Pergilah, aku tidak butuh obat-obatan terkutuk itu." Serunya.
"Ta-tapi.."
"Keluar! Apa kau tuli? Idiot!" Bentaknya lagi dengan tatapan mematikannya. Suster tersebut menjadi takut dengannya, walau ini sudah sering terjadi. "Turuti saja kemauannya, sebelum kamu menjadi santapannya." Tiba-tiba Taehyung berada dibelakang suster tersebut sembari menepuk pundaknya. Suaranya yang terdengar seperti berbisik membuat suster itu bergidik ngeri, lalu bergeser sedikit "Pardon, what?" Ucapnya. Taehyung hanya tersenyum manis namun dimata suster tersebut terlihat menyeramkan. "B-baiklah." Ia pun segera membereskan barang yang tadi terjatuh lalu keluar dari ruangan ini.
"Ck, kenapa kau membawaku kemari?" Tanya Namjoon dengan nada kesal, "Kau tahu benar bukan? Aku benci tempat hina seperti ini." Ucapnya lagi. Taehyung menyengir, "Kau sudah bosan hidup ya? Bagus aku peduli." Serunya sembari melipat tangan dan menyederkan bahunya kedinding tersebut. "Seharusnya kau katakan dari awal, aku kan jadi tidak perlu repot-repot membuang tenagaku untuk menghajar mereka dan juga membawamu kesini." Serunya lagi sembari menatapnya dengan pandangan tidak peduli. Namjoon memutar bola matanya dengan malas. Sahabatnya yang satu ini memang paling yang membuatnya naik darah. Walau begitu, mereka berdua tetap bersama hingga saat ini. "Sesukamu saja. Aku sedang malas berdebat denganmu." Ucapnya. Senyuman kemenangan tercetak jelas diwajah Taehyung. Dirinya selalu menang bila berdebat dengan Namjoon, "Good boy." Ucap Taehyung. Namjoon memiringkan bibirnya lalu menatapnya datar.
"Hei, kapan aku bisa keluar?"
"Mmm.. entahlah, tanyakan saja padanya." Ucap Taehyung sembari mengangkatkan bahunya. Namjoon mendenguskan nafasnya, "Ish suruh dia datang kemari." Perintahnya dengan tidak sopan.
"Hah? Dia? Siapa?"
"Ck, kekasih gelapmu lah! Memangnya siapa lagi? Suruh ia cepat kemari."
"Ohhh I see, paling sebentar lagi."
"Lambat! Dasar kakek tua."
Puk..!
"Yak! Siapa yang kau sebut kakek tua hah?" Tiba-tiba saja Suga datang menghajar pucuk kepala Namjoon dengan tatakan kertas. Ia hadir dengan jas putihnya yang bisa diyakinkan bahwa dirinya adalah dokter dirumah sakit ini. "Auuu.. sakit hyung." Serunya sembari mengelus kepalanya yang sakit. Suga memutarkan bola matanya, "Bisa sakit juga toh rupanya? Kupikir sudah mati rasa." Serunya dan Namjoon menatapnya kesal. "Makanya jangan sok jagoan, masih bocah ingusan saja. Dan satu lagi aku ini bukan kekasih gelapnya bocah alien itu, Kau mengerti!" Serunya lagi sembari menyetil kening Namjoon. "Hyung, sakit." Geram Namjoon.
"Tapi memang benarkan? Sudahlah hyung, jujur aja sih." Ucap Taehyung yang tiba-tiba saja menyambar sambil memeluknya dari belakang. Suga menatap taehyung kebalakang dengan tatapan datar, "Kau ingin kuhajar juga hah?" Serunya. Taehyung hanya memamerkan gigi putihnya dengan menunjukkan wajah tanpa dosa. "Aku ini hyung-mu! Lagi pula aku tidak mau jadi kekasih gelapmu." Serunya lagi.
Taehyung melepaskan pelukannya, "Yeah I know I know, But why not hyung? Come on, why not?" Ucapnya dengan santai. Lalu Taehyung kembali menyederkan bahunya tersebut. "Oh, you're already have someone, Remain it." Seru Suga, kesal dengan sikap adik sepupunya yang satu ini. Bisa-bisa ia darah tinggi jika terus menghadapinya.
"Ekhm, jangan lupakan diriku. Aku ini pasienmu, layanilah dengan baik." Seru Namjoon, dirinya tengah duduk bersila diatas Kasur. Suga menghirup nafasnya lalu dibuangnya perlahan, kedua mahluk ini selalu membuatnya pusing. Heran, ada aja mahluk yang seperti mereka didunia ini. Keduanya memiliki dua sifat yang beda, tapi hidup berdampingan. Suga memasangkan stetoskopnya, "Diam dan jangan bergerak saat aku memeriksamu." Ucapnya. Sedangkan Namjoon hanya menurutinya dengan patuh. Setelah Suga selesai memeriksa keadaannya, ia melepaskan stetoskopnya. Kemudian ia mulai menulis catatan medis diatas kertas putih tersebut.
"Hem cukup baik." Ucap Suga sambil mengakhiri tulisannya.
"Jadi apa aku bisa keluar sekarang?" Tanya Namjoon dengan penuh harap.
"Setelah cairan infusmu habis, kau sudah boleh keluar."
Namjoon menghelakan nafasnya setengah kesal, "Baiklah." Ucapnya. Suga menggelengkan kepalanya, "Tugasku sudah selesai. Jadi aku tinggal, masih banyak kerjaan yang menungguku." Ucapnya. Namjoon berdehem panjang yang kemudian Suga pun keluar dari ruangan ini.
"Hei, kau mau kemana?" Tanya Namjoon ketika melihat Taehyung yang sudah berada didepan pintu. Taehyung melihat kearahnya, "Menemui pujaan hatiku." Ucapnya.
"Jadi kau meninggalkanku sendiri disini dan lebih mementingkan kekasihmu, begitu?"
"Yup, that's right." Serunya, "Oh ayolah hyung, jangan seperti anak kecil. Masa takut ditinggalkan sendiri? So bye hyung." Ucap Taehyung yang langsung keluar tanpa menunggu balasan dari Namjoon. "Yak, Taehyung!" Teriak Namjoon sembari mengacak-ngacak rambutnya. "Ck, siapa bilang aku takut ditinggal sendirian." Protesnya. Namjoon baru saja ditinggal Taehyung keluar sudah merasa kebosanan. Ia pun membaringkan tubuhnya dan mencoba untuk memejamkan matanya yang mungkin ini bisa menghilangkan rasa bosannya.
Namjoon yang sudah berhasil masuk kealam bawah sadarnya, kini harus terbangun karena suara dobrakan pintu kamarnya. Tidak terlalu keras tapi tetap saja membuatnya tersadar. "Ish, ini siapa sih?" Geramnya, ia pun mengecek siapa pelakunya. Dilihatnya seorang namja berparas manis, tinggi, dan sedikit berisi menghampiri tempatnya berbaring. Namja tersebut seperti orang kebingungan, matanya yang melihat kemana-mana. Ia pun akhirnya mendapatkan tempat yang dirasa cukup untuk menyembunyikan tubuhnya dibalik tirai kain dekat ranjangnya.
"Yak, siap-"
"Ssttt… diamlah, jangan berisik." Ucapnya yang memotong ucapan Namjoon. "Jika ada yang bertanya apa kau melihatku, katakan saja tidak."
"Mwo? Siapa kamu berani menyuruhku seenaknya?"
"Sudah, bantu aku kali ini."
Baru saja Namjoon ingin membalas perkataan namja tersebut, tiba-tiba terdengar ketukan pintu dan dibuka setengah. Dilihatnya seorang suster berdiri diambang pintu, "Maaf mengganggu. Apa anda ada melihat seorang namja yang masuk kedalam ruangan ini?" Tanyanya sopan. Namjoon diam sejenak sembari melirik kearah namja itu dibalik tirai, lalu kembali ke suster tersebut. "Aku sendrian disini, tidak ada seorang pun yang masuk." Ucapnya yang pasti itu tidak benar. Suster tersebut menundukkan kepalanya dengan sopan, "Baiklah jikalau begitu. Maaf telah mengganggu istirahat anda." Ucapnya lalu pergi.
Dirasa suster tersebut telah pergi jauh, namja itu keluar dari tempat persembunyianya. "Sudah puas?" Seru Namjoon sembari melipatkan tangannya didepan dada. Namja tersebut menatapnya, lalu tersenyum tipis. "Oh, terima kasih sudah mau menolongku." Ucapnya sembari melangkahkan kakinya untuk keluar. Beruntung Namjoon memiliki tangan yang cukup panjang, jadi ia dengan mudahnya menggapai tangan namja tersebut. "Tunggu." Ucap Namjoon. Namja tersebut menghentikan langkahnya, lalu melihatnya dengan heran. "Ada apa?" Tanyanya. Namjoon memajukkan sedikit tubuhnya hingga terduduk di pinggir ranjang. "Seenaknya keluar, kau pikir didunia ini ada yang gratis?" Ucapnya. Ia memutarkan bola matanya yang kemudian melepas paksa genggaman Namjoon. Dirinya duduk disamping Namjoon, "Ok baiklah. Jadi, kau ingin kubayar berapa? Seberapapun nilainya akan kuberikan." Ucapnya.
"Ck, fucking shit! I don't need your money."
"So, what you want?"
"Just stay." Ucapan Namjoon membuat kerutan dikeningnya. "Yeah, just stay here for a few minute or a hour." Ucapnya lagi.
"Stay? What do you mean? You aren't…" Ucapnya dengan nada curiga. Namjoon menatapnya datar, "Helloo.. come on, please don't think too much. I'm not like you thought, ok!" Tungkasnya.
"Hem.. I hope so." Ucapnya, "Apa yang akan kita lakukan?" Tanyanya. Namjoon menggarukkan tengkuk lehernya. Ia sendiri juga bingung mau berbuat apa, tadi itu dia hanya reflec saja menarik tangannya. "Entahlah, aku juga tidak tahu." Ucapnya.
"Dasar sinting."
"Aku bosan disini, tidak ada yang bisa kulakukan kamu tahu."
"Inikah alasanmu menahanku disini?"
"Ya bisa dikatakan begitu, tapi tidak juga. Pusing ah, pokoknya temani aku sebentar saja."
"Heishh.. ya sudah, sebenarnya aku juga bosan sih."
Namjoon menatapnya penasaran, "Bosan? Apa kau juga dirawat disini?" Tanyanya.
"Menurutmu saja, dengan pakaian seperti ini kamu sudah pasti tahu apa jawabannya." Ucapnya sembari menatapnya dengan santai. "Ohh begitu, kenapa kamu bisa disini?" Tanyanya lagi. Namja itu terdiam sejenak, "Hemmm.. sama seperti pasien yang lain." Ucapnya. Namjoon mengerutkan keningnya, "Maksudmu sakit?" Tanyanya, namja itu menganggukkan kepalanya yang membenarkannya.
"Sudah berapa lama disini?"
"Hem sekitar satu minggu."
"Ahh.. I see, pantas saja kamu merasa bosan. Jika diriku menjadi kamu, aku sudah kabur dari dulu."
Namja itu tertawa kecil, "Bahkan saat ini pun aku sedang melakukan apa yang kamu katakan barusan." Ucapnya. Namjoon menganggukkan kepalanya, "Omong-omong, kamu sakit apa?" Tanyanya lagi. Namja itu berhenti tertawa lalu menatapnya lama, "Sakit biasa." Ucapnya singkat.
"Ohhh.."
"Hem.. Oh ya, aku baru melihatmu hari ini disini. Apa yang membuatmu kemari?" Tanyanya, sedangkan Namjoon hanya memberi jawaban dengan menunjukkan tanda luka lebamnya. "Ahh I know, kamu pasti sehabis berkelahi." Ucapnya, "Kenapa bisa?" Tanyanya. Namjoon pun menceritakannya apa yang terjadi. Sedangkan namja itu mendengarnya dengan seksama. Entah cerita apa saja yang telah diungkapkan Namjoon sampai tidak terasa sudah hampir dua jam namja itu mendengar ceritanya. "… Ya jadi biginilah keadaanku sekarang." Ucap Namjoon dipenghujung cerita panjangnya sembari melihat kearahnya.
Namja itu menatap balik kearahnya, "You lie." Ucapannya membuat Namjoon terdiam. "Maybe you can be fool another by your story, but not with me. Because I see the truth, if you're deceiving your life with this thing." Ucapnya lagi, yang tidak lama bangkit berdiri. Sedangkan Namjoon hanya menatapnya dengan pandangan kosong. "See you again, maybe?" Pamitnya yang kemudian pergi begitu saja dan meninggalkan Namjoon disana.
Tanpa perintah dari siapapun, es yang tadinya membeku kini mencair perlahan tapi pasti. Cairan bening itu mengalir keluar dari pelupuk matanya. Tidak pernah sekali pun Namjoon merasa dirinya terlihat begitu menyedihkan ataupun menangis seperti ini. Hanya seseorang mengatakan hal tersebut, membuatnya tersadar bahwa itu memang benar adanya. Disadarinya atau tidak, ia tengah menipu kehidupan yang seolah-olah ia tidak peduli dengan semuanya. Dirinya selalu berusaha lari dari kehidupannya yang dirasa hancur dan tidak lagi berarti untuk siapapun. Namjoon terus menangis dan menangis lebih keras dari sebelumnya, menangisi betapa bodoh dirinya.
.
.
To Be Continued
Don't forget to comment and review. :)
