-The Deal, Love, and Friendship-

©Koge-Donbo

©Haruka Hitomi 12

T-Romance, Friendship, H/C

Pairing : Kazune/Karin, Kazune/Himeka, Karin/Micchi

A/n: Untuk fict ini, menurut saya, peran sahabat Karin paling cocok diperankan oleh Himeka Kujyo. Jadi mohon terima saja untuk kelangsungan fict ya, di fict ini marga Himeka juga bukan Kujyo. Arigato ^^

Summary : Sebuah kisah cinta yang dimulai dengan sebuah taruhan dan kebohongan belaka. Sebuah kisah persahabatan yang diawali dari sebuah kebetulan. Semua menjadi rumit saat masalah dan bukti mulai muncul. Membuatnya harus memilih antara percaya atau tidak, perasaannya atau perasaan 'sahabatnya'. Dan saat semua terungkap, mampukah ia memaafkan lelaki itu? Siapa yang akhirnya harus terluka?

.

.

~CHAPTER 1~

.

.

.

.

"Keputusan terakhir, kau kalah Kazune-kun…" gumam Micchi. Kazune mendengus.

"Apa tantangannya?" Jin dan Yuuki terlihat berpikir. Tak lama, Jin menjentikkan jarinya.

"Kau harus berpacaran dengan seseorang selama 6 bulan! Itu tantangannya!" Kazune, Micchi dan Yuuki menatap Jin bingung. Sementara Jin dengan santai menatap mereka sambil membereskan kartu yang tadi mereka mainkan.

"Kau aneh. Aku sudah berpacaran dengan Himeka selama setahun lebih lalu-"

"Aku tak bilang dengan Himeka kan?" Kazune mulai menatap lelaki itu serius.

"Apa maksudmu?"

"Kau harus berpacaran dengan gadis lain-selain Himeka tentunya-selama 6 bulan dan tentunya pula, kau harus merahasiakannya dari Himeka dan-"

"Tunggu Jin, maksudmu ia harus mengkhianati Himeka?" tanya Micchi.

"Yaahhh…. Mengkhianati itu kata yang tajam… mungkin… membohongi…?" ucap Jin sambil meringis.

Yuuki menggeleng,"Aku tak setuju. Kalau semua terbongkar, ini bisa menyakiti Himeka dan gadis yang kau pacari selama 6 bulan itu. Tidak, jangan yang ini!"

"Ahhh~…. Ayolah…. Lagipula, aku yang menang kok!" jawab Jin. Micchi dan Yuuki menghela nafas pasrah. Mereka tahu, dari awal, ini keputusannya. Siapa yang menang berhak menentukan tantangan dan membuat taruhan.

"Kuga. Itu terlalu serius." Ucap Kazune serius.

Jin balas menatapnya,"Siapa suruh kau kalah? Ingat taruhan kita kalau kau tak mau melakukan hal ini Kujyo?"

"Kau lakukan hal 'itu', mati kau Kuga!"

"Maka dari itu…" Jin menyeringai licik. Micchi dan Yuuki memandang dengan wajah bingung. Mereka tak tahu hal 'itu' yang dimaksud Jin dan Kazune.

"Aku akan melakukannya" ucap Kazune, 'Cih, ini agar hal 'itu' tak terjadi!'

"Bagus! Ayo pulang sekarang!" seru Jin. Micchi dan Yuuki hanya mengangguk

.

.

.

Gadis bersurai brunette itu-Karin- berjalan dengan tatapan lesu. Menurutnya, ia benar-benar perempuan yang payah! Mau ditindas begitu saja tanpa melakukan perlawanan. Jujur, jujur saja, ia sangat ingin melawan dan memberontak perintah teman-teman perempuan sekelasnya itu. Tapi ia tak bisa, ia terlalu takut untuk menolak.

'Aku… payah ya… hari ini sama saja… harus menggantikan tugas piket mereka dan mengerjakan peer mereka… aku… takut untuk melawan… lagipula… kalau tak begitu… kan kasihan…mereka bisa dimarahi guru… Hahhh…. Aku ini lemah…' batinnya sambil kembali menyeka air mata disudut kelopak matanya. Iris emeraldnya yang bersinar itu tertututpi oleh air mata.

Tak lama, ia teringat sesuatu, ia segera mengambil ponselnya, 'Micchi-senpai bisa membantuku…'

To : Micchi-senpai

Senpai… hari ini aku ditindas lagi… aku juga disuruh mengerjakan peer mereka T^T

Gadis itu, Karin mendesah pelan. Ia benci ditindas, tapi ia…entah kenapa, tak bisa menolak. Ia sedih saat melihat orang lain tersakiti dan sedih. Baginya, lebih baik ia yang menanggung semuanya daripada orang lain yang mengalaminya. Ia tak tega. Tak lama, ponselnya bergetar.

From : Micchi-senpai

Kau ini… sekali-kali melawan mereka dong… hari ini senpai tak bisa ketempatmu. Gomen… senpai juga banyak tugas… semoga kau berhasil. Yang sabar ya, dan… ayo! Lawan mereka Karin! Ganbatte~! Hehe… :D

Karin tersneyum kecil. Walau Micchi tak bisa kerumahnya hari ini, ia memang sedikit kecewa. Tapi kata-kata penyemangat dari lelaki bersurai caramel yang merupakan sahabatnya itu cukup membuatnya merasa bersemangat.

Ia memandang langit sore dan menanamkan tekad dalam hatinya, 'Daijobu senpai! Akan… kucoba… saran senpai!'

.

.

.

Gadis bersurai indigo dengan iris hazel itu-Himeka-duduk dengan tenang di coffeeshop yang tak bisa dibilang 'sembarangan' itu. Ia tengah menunggu seseorang. Membosankan juga menunggu seseorang di sore hari disaat musim semi ini. Tapi ia tetap menunggu dengan senyum kecil tersungging di bibir. Tak lama, ponselnya bergetar. Ia perlahan mengambil benda itu.

"Moshi-moshi?"

"Himeka?"

"Kazune-chan?" helaan nafas terdengar.

"Jangan memanggilku seperti itu!"

"Hihi… gomen, kau tak langsung datang ketempat biasa? Aku sudah-"

"Himeka, gomen. Untuk sore ini sepertinya aku tak bisa. Mungkin besok,bagaimana" Himeka mendesah kecewa. Ia tak tahu, diseberang sana, lelaki itu sebenarnya sedang menghindarinya agar mempunyai waktu lebih untuk memikirkan soal 'taruhan' yang ia lakukan tadi.

"Himeka? Kau tidak apa?"

"Daijobu Kazune-kun, nanti malam… telepon aku lagi ya?" pintanya penuh harap.

"Hn, tentu. Jaa."

"Jaa," ia menghela nafas. 'Kekasih'nya itu memang termasuk orang yang sibuk. Ia menjabat sebagai ketua OSIS di sekolahnya dan juga ia orang yang jenius. Jadi cukup sering juga mewakili sekolah keluar kota untuk lomba dan semacamnya. Ia tak keberatan menunggu waktu sampai lelaki bersurai blonde itu bisa menemuinya. Perlahan, ia menyesap ochanya lagi dan memejamkan mata-menikmati. Setelah ocha itu habis, ia memijat pelipisnya pelan.

"Emm… sumimasen…" sebuah suara mengagetkannya. Dihadapannya tampak seorang gadis bersurai brunette diikat twintail dengan seragam maid.

"K-kalau… minumnya sudah selesai, bisa saya ambil gelasnya agar tak mengganggu kenyamanan anda?"

Himeka tersenyum, "Tak masalah."

"Ada yang kurang nona?"

"Tidak, arigato," gadis itu mengangguk lalu melenggang pergi. Himeka menatapnya.

'Dia manis sekali… andai aku bisa semanis itu… tapi… entah mengapa… melihat wajahnya… perasaanku gelisah… seakan… akan terjadi sesuatu diantara kami…' batinnya. Sesaat ia masih memandang kosong, dan selanjutnya ia menggeleng pelan.

'Ah, apa-apaan itu! Intuisi…'

.

.

.

-TSUZUKU…-