©DEATHNOTE is belongs to Takeshi Obata and Tsugumi Ohba

X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.

"Mello! kau benar-benar keterlaluan!!"

Sahutan seorang wanita membahana digedung apartemen reyot yang berada ditengah-tengah kota L.A, wanita itu berjalan keluar dari sebuah kamar sambil marah-marah. Dan menghentakan sepatu hak tingginya dengan kasar dilantai kayu tua.

"apa? Terima kasih, itu adalah sebuah pujian bagiku."

Dihadapan wanita itu, munculah sosok pemuda tinggi yang memiliki mata biru tua dan rambut blonde panjang sebahu yang tak ter-urus. Ekspressi wajahnya biasa saja menghadapi seorang wanita yang dari tadi marah-marah dihadapannya.

"kau...! apa kau lupa Semua hal yang pernah kuperbuat bagimu! Aku meminjamkanmu uang! Dan jumlahnya tak sedikit! apa kau tidak mencintaiku, mello??"

Terlihat ada butiran air mata jatuh dari wajah cantiknya, namun hal itu tak membuat Mello untuk bergerak maupun berkomentar apa-apa. Dia hanya berdiri sambil menyandarkan pundaknya ditembok. Melihat wanita itu menangis sendu didepan pintu masuk kamarnya.

"maaf? Kau bilang apa? Kau membuat kepalaku sakit. Pergilah dari sini, nggak guna."

Mello langsung menutup pintu kamarnya tepat dihadapan wanita itu, dan menguncinya dengan cepat. Kemudian dia merebahkan dirinya diatas tempat tidur....menghiraukan teriakan wanita tadi yang semakin menjadi-jadi. Ah, nanti juga dia akan pergi sendiri.

"Kau memang tak berguna! Manusia bejat!!!"

Ah, sudah berapa kali Mello mendengar hal itu?

Sudah begitu banyak orang, laki-laki maupun perempuan, meneriakinya seperti itu.

Mello tak mau memusingkan omongan mereka, mereka yang mempunyai mulut. jadi sah-sah saja bagi mereka untuk berbicara sesuka mereka. Dan dia hanya mendengarkan. Tak mau berkomentar apa-apa dan membuka mulutnya untuk menampik Semua omongan mereka.

Menurutnya, membalas omongan mereka Semua adalah pekerjaan nggak guna.

Daripada memusingkan hal itu, Mello melirik kearah jam digital handphonenya. Dimana jam sudah menunjukan waktu 20;36pm. Sudah saatnya dia pergi bekerja.

"che, hari ini harus menghadapi orang-orang rusia bodoh itu... nggak guna...."

Mello tahu dia harus pergi bekerja, namun tubuhnya meminta untuk beristirahat lebih lama... maka dia mencoba untuk tidur sebentar.

Pekerjaan Mello? pekerjaannya adalah menjual senjata illegal kepada sindikat mafia, entah itu luar negeri maupun hanya kepada orang-orang kurang kerjaan yang hanya ingin memiliki senjata untuk bergaya daerah sekitarnya.

Tak lama kemudian, dia terlelap tidur.

X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.

Sekarang, waktu sudah menunjukan pukul 22;16pm. Hari ini telah menjadi hari yang sangat menyebalkan untuk Mello.

Pertama, dia kehilangan korbannya, yaitu sang wanita yang tadi marah-marah diapartemennya. Wanita itulah yang Mello peralat untuk mendapatkan uangnya, hanya memberikan sebuah ciuman, Mello telah mendapatkan segalanya.

Kedua, bisnis senjatanya tak lancar hari ini. Pihak pembelinya menunda pembayaran. Dan itu membuat Mello dan kawan-kawannya kesal. Sehingga mereka dengan terpaksa membatalkan perjanjian jual beli yang bernilai sangat mahal itu.

Dan yang terakhir, biasanya dia akan pergi ke bar untuk melepaskan Semua kejenuhannya hari ini...namun, entah mengapa, hari ini dia sedang tak ingin. Sedang tak ingin untuk minum-minum, sedang tak ingin untuk mencari mangsa baru, sedang tak ingin apa-apa...

Dia hanya ingin rileks...tenang....

Saat ini Mello sedang berjalan menelusuri jalanan kota yang masih terlihat ramai dilalui orang-orang walaupun waktu sudah mau tengah malam. Banyak toko-toko yang belum tutup, masih kedatangan tamu mereka.

Kemudian ada suatu hal yang menarik matanya.

Sebuah toko chocolate kecil dengan nama Chocolatier-de-eux. Dari luar toko itu terlihat sangat elegan, dengan lampu gantung kecil tua. Yang nuansanya jadi seperti istana kecil eropa yang berada ditengah-tengah kota sibuk seperti L.A ini.

Mello sempat berfikir untuk masuk kedalam sana, dan ternyata kakinya sudah mengkhianati dirinya duluan. Kakinya membawanya melangkah masuk kedalam toko kecil itu. Ketika Mello mendorong pintunya kedalam, ada suara bel kecil terdengar. Tandanya ada pengunjung datang.

Dan setelah masuk kedalam, tempat itu jauh terlihat lebih bagus. Walaupun toko itu sangat kecil dan lumayan sempit karena banyak barang-barang tua, lukisan eropa, peralatan kopi-Espresso, dan rak pendingin untuk cake-cake chocolate.

Disana hanya ada 2 orang pengunjung, yaitu seorang gadis muda yang sedang menikmati chocolate hangat sambil ber-sms-an dengan handphonenya. Dan seorang laki-laki yang sedang membaca Koran. Semuanya Nampak begitu tenang dan rileks, sesuatu hal yang dicari oleh Mello...hingga tanpa sadar dia jadi melamun.

"selamat datang."

Namun lamunan Mello akan tempat indah itu pecah ketika seorang pemuda yang berada dibelakang menja counter menyambutnya. Dia tersenyum ramah kepada Mello.

Pemuda tinggi yang memiliki mata hijau dan rambut merah pendek itu terlihat menawan didalam setelan jas hitam dengan pita merah besar yang melingkar dilehernya, dengan kalung Rosario menjuntai dari pita itu.

"uh...ya?"

Mello, yang masih tertegun melihat pemuda tampan itu berjalan kedepan counter. Tepat dihadapan pemuda itu, namun sayangnya mereka terpisahkan oleh counter meja.

"ada yang mau kau pesan?" Tanya pemuda ramah itu sambil menyusun gelas Kristal dirak counter, mata Mello tetap fokus kepadanya walaupun pemuda itu sedang sibuk dan tak melihatnya.

"...uh, rekomendasi-mu apa?" Mello malas untuk berfikir. Atau lebih tepatnya, tidak bisa untuk berfikir. Tiba-tiba saja Semua pemikirannya hilang dan dia hanya fokus kepada satu hal; yaitu pemuda yang sedang berada dihadapannya itu.

"hm? Rekomendasi-ku?" pemuda itu Nampak senang ketika Mello menanyakan hal itu, lalu dia mengambil sesuatu dari rak bawah. Mello sempat berfikir kalau dia mengambil buku menu, namun tidak. Dia malah menunjukan sebuah roulette yang bergambar abstrak warna-warni.

"aku akan memutar guci roulette ini, katakan padaku apa yang kau lihat...." ujar pemuda itu.

Awal mulanya Mello bingung akan maksudnya, namun dia hanya meng-iyakan saja dan menunggu pemuda itu untuk memutar roulette-nya. Ketika roulette itu berputar, Mello melihat gambar abstrak yang berputar-putar dan melebur jadi satu diatas guci itu.

"um....aku melihat kelopak mawar... bercak darah...dan....pion catur hitam?" kata Mello.

Ekspressi pemuda itu Nampak terkejut, namun lebih terlihat kagum.

Mello menghela nafas pendek, pasti jawabannya dinilai aneh oleh pemuda ini....

"khas sekali... yang cocok untukmu adalah segelas coklat cream dengan rasa Framboizen... dan juga sepotong cake magnolia-chocolate-cream.... jarang lho, ada orang yang mempunyai results kedua makanan itu.... seleramu sangat bagus sekali..."

Mata Mello terlihat membulat ketika pemuda itu memuji akan seleranya yang bagus, oh dia benar-benar terpanah dengan pelayan muda itu.

"ummm dari mana kau bisa tahu akan hal itu?? Apakah kau seorang peramal atau apa??" Mello tentu saja penasaran bagaimana caranya pemuda itu untuk menyimpulkan makanan yang tepat untuknya.

"haha....bukan kok... itu terlihat, dari Semua jawabanmu ketika melihat roulette yang telah kuputar..." Jawab pemuda itu sambil menyiapkan pesanan untuk Mello.

"tapi...tapi bagaimana bisa??" Mello makin dibuat penasaran olehnya.

"itu mudah... seorang manusia, ketika ditanyakan sesuatu yang tak logis maupun pertanyaan yang menurutnya aneh, jawaban pertama yang dia keluarkan pasti adalah jawaban dari hatinya. Dari pemikirannya yang utama. Dan ketiga jawabanmu tadi, berasal tepat dari hatimu. Pemikiranmu"

Jawaban pemuda itu membuat Mello menahan nafasnya untuk sesaat.

Mello masih belum sadar kalau pemuda ini telah menangkap Semua perhatiannya.

"hm? Selagi aku membuatkan pesananmu... tak ada salahnya bukan, aku mengenalmu?" Tanya pemuda itu. Dia kembali menampilkan senyumannya...

"o...oh! aku...aku Mello..." Mello yang kaget jadi salah tingkah sendiri.

"oh... hi Mello. aku Matt, senang bertemu denganmu" ujar Matt.

Jantung Mello berdetak lebih kencang dari biasanya setiap kali dia menatap wajah Matt, orang yang baru saja dia temui.

Padahal seharusnya dia tak boleh berperasaan seperti itu...

(Fin?)

X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.X.

MATTGASM: enaknya lanjut apa kagak yaa? Hehe...review aja deh bang... tarik maaaang!!! XDXDXD

HacchanMadden:....dasar bego....