Title: Don't Worry
Author: Song Min Hi ^^
Rated: M
Genre: Romance, Drama
Cast: ChanBaek, KaiSoo, HunHan, KrisTao (akan bertambah seiring pertambahannya chapter)
Disclaimer: Chara bukan milik saya, tapi ceritanya milik saja. ^^
Warning: Genderswitch, typos, OOC, alur berantakkan, aneh, gaje, etc.
"Jongin."
"Byun Jong In, kau dengar aku?" Baekhyun masih memiliki kesabaran sedikit untuk adik laki-lakinya ini.
"Aku selalu mendengarkan semua ceramahanmu setiap malam, Noona," sahut Jongin acuh.
"Sebenarnya apa yang kau inginkan?" tanya Baekhyun penuh penekanan.
"Memangnya apa salahku?" Jongin malah balik bertanya.
"Kau bilang apa salahmu?!" seru Baekhyun siap meledak.
"Baiklah, aku mengaku salah. Hari ini aku sudah berkelahi dengan Jimin dan Taehyung," aku Jongin pasrah.
"Lagi?" tagih Baekhyun belum puas.
"Aku sudah memecahkan kaca jendela kelasku, merusak sepatu Krystal, menjaili Sica Sonsaengnim dengan kecoa mainan, mendorong Sulli ke kolam renang, memutuskan semua senar gitar Mino, …," Jongin menjelaskan tanpa rasa bersalah.
"Cukup, kau benar-benar membuatku terkesan," potong Baekhyun segera memijat kepalanya yang pening.
"Kau dapat salam dari penggemarmu," ujar Jongin terkesan ketus.
"Siapa?" tanya Baekhyun stress.
"Wu Sehun, si pangeran es albino yang angkuh," jawab Jongin dengan lantang dan tidak ketinggalan pula gelar unik yang ia berikan untuk musuh bebuyutannya itu.
"Aku tidak peduli, uang jajanmu akan kupotong beberapa won dan kau tidak perlu mengikuti les tambahan. Biar aku yang mengajarimu, aku tidak mungkin membiarkanmu lulus sebagai murid terbodoh di sekolahmu," tutup Baekhyun bergegas pergi ke kamarnya.
"Apa kau akan menemui pria dewasa itu?" ucapan Jongin masih terdengar, Baekhyun tahu siapa pria dewasa yang ditunjuknya tadi.
"Ne, mungkin aku akan pulang agak malam lagi," jawab Baekhyun refleks berhenti tepat di depan kamarnya.
"Haruskah kau menjalin hubungan dengannya?" desis Jongin rendah.
"Memangnya kenapa? Daripada aku berpacaran dengan Sehun, lebih baik aku berhubungan dengannya saja," balas Baekhyun enteng.
"Kenapa bukan aku saja?" gumam Jongin terdengar putus asa.
"Jongin, meskipun kau bukan adik kandungku. Aku sudah terlanjur menganggapmu sebagai saudara, bahkan Appa selalu memanjakanmu ketimbang aku. Jangan mencoba lewati batas terlarang di antara kita ini jika kau tidak mau membuatku kecewa dan meninggalkanmu," nasihat Baekhyun kembali menghampiri sang adik yang tertegun di ambang pintu kamarnya.
"Tidurlah, aku usahakan untuk pulang lebih cepat malam ini," suruh Baekhyun sambil merapikan surai coklat Jongin yang sedikit berantakan.
"Katakan padaku kalau dia berani menyakitimu, aku tidak segan-segan mematahkan tulangnya nanti," ancam Jongin bermaksud memperingatkan.
"Tentu saja. Selamat malam, semoga kau bermimpi indah malam ini," pamit Baekhyun malah mendorong Jongin untuk menyuruhnya agar segera masuk ke dalam kamarnya.
"Boleh aku mencium bibirmu, Noona?" Jongin tetap ingin meminta sesuatu yang manis sebelum tidur.
"Ani, cium saja bibir pacarmu," tolak Baekhyun dengan cepat menutup pintu kamar adiknya itu.
"Aku tidak punya pacar," Jongin mulai merengek.
"Pacari saja Kyungsoo, bukankah kau dekat dengannya," balas Baekhyun hanya tersenyum simpul.
"Dia tidak suka dengan namja berengsek sepertiku," ujar Jongin ikut bergurau.
"Maka kau harus berubah, Jongin," seru Baekhyun menendang pintu kamar adiknya sebelum berjalan pergi.
"Selamat malam juga, Noona," ucap Jongin langsung meloncat ke tempat tidurnya yang empuk.
.
.
.
.
.
Waktu sudah hampir menunjukkan jam tujuh malam, tapi gadis mungil itu masih belum juga datang ke apartemennya. Sepertinya dia sedang bertengkar dengan adiknya, Chanyeol pasti akan senantiasa menunggunya. Meskipun perutnya mulai lapar, Chanyeol tidak mau makan sebelum gadis mungil tersebut datang dan memasak makan malam yang lezat untuknya.
"Apa aku harus menjemputnya saja sekarang?" tanya Chanyeol lebih tepatnya untuk dirinya sendiri.
"Tidak perlu, karena aku sudah datang," jawab si gadis mungil seraya melingkarkan tangannya di pinggang Chanyeol dan memeluk pria dewasa itu dari belakang.
"Kau pasti bertengkar lagi dengan Jongin, memang salahnya apa kali ini?" ujar Chanyeol membalikkan badannya, kemudian membalas pelukan Baekhyun.
"Banyak," sahut Baekhyun manja.
"Seberapa parah?" Chanyeol kembali bertanya.
"Dia melakukan hal nakal lebih dari lima kali hari ini," adu Baekhyun mulai bergerak gelisah, karena Chanyeol mulai menelusupkan tangannya besar ke dalam rok mini yang dipakainya.
"Boleh aku memakanmu sekarang? Aku benar-benar lapar sekarang," goda Chanyeol seraya menyesap aroma tubuh Baekhyun yang memabukan melalui ceruk leher jenjangnya.
"Aku tidak bergizi untuk dimakan, dagingku sedikit dan lebih banyak tulangnya," gurau Baekhyun terkikik sedikit.
"Tapi biarkan aku mencicipi tubuhmu sedikit saja," Chanyeol mulai merengek.
"Pakai bajumu dan biarkan aku memasak makan malammu sekarang," elak Baekhyun mencoba melepaskan diri.
"Hari ini aku menyempatkan datang ke tempat gym, apa kau mau melihat perut sixpack-ku?" tawar Chanyeol ingin memamerkan tubuh sempurnanya pada sang kekasih.
"Nanti saja, perutmu sudah harus segera diisi," tolak Baekhyun menepuk perut datar Chanyeol.
"Kau tidak merindukanku, eoh?" Chanyeol mencoba merajuk lagi.
"Setiap hari kita bertemu, apa kau tidak puas?" tanya Baekhyun malah ikut merajuka juga.
"Aku ingin segera menikahimu," ucap Chanyeol serius.
"Tunggulah beberapa bulan lagi, sebentar lagi aku akan lulus," balas Baekhyun mencium sayang pipi pujaan hatinya tersebut.
"Rasanya itu terlalu lama untukku," keluh Chanyeol kembali mempererat dekapannya pada Baekhyun.
"Sudahlah, aku yakin tidak ada yang bisa menghalangi hubungan kita ini," hibur Baekhyun dapat menghirup aroma maskulin yang menguar dari tubuh tegap Chanyeol.
"Bagaimana dengan Jongin?" Chanyeol masih saja ragu.
"Kau tidak usah memikirkan anak itu, aku bisa mengurusnya sendiri. Dia tidak mungkin berani menyentuhku, Jongin selalu menuruti semua yang kusuruh," tegas Baekhyun merasakan Chanyeol mulai melonggarkan pelukan mereka.
"Bolehkah aku memesan makanan saja? Aku tidak mau kalau kau terlalu lelah," saran Chanyeol sambil tersenyum bodoh.
"Aku tahu maksudmu apa, tidak baik jika kau terus mengkonsumsi makanan siap saji. Itu berpengaruh pada pencernaan bahkan kesehatanmu," bantah Baekhyun mulai dibuatnya gereget.
"A…"
"Kurangi minum alkohol, itu juga akan merusak lambungmu," Baekhyun langsung menyela.
"Tapi kau harus berhenti memaksaku untuk memakan sayur-sayuran yang pahit itu," desis Chanyeol memberengut.
"Sebagian sayuran itu tidak pahit, indra pengecapmu saja yang bermasalah. Kau sama saja dengan Jongin, kalian itu bukan anak kecil lagi," ceramah Baekhyun.
"Tetap saja rasanya aneh," Chanyeol mulai mencondongkan wajahnya mendekat ke wajah Baekhyun.
"Kau pasti sering memakan sesuatu yang asin," kata Baekhyun asal.
"Bukan, tapi aku terlalu banyak mengecap rasa manis dari bibirmu," setelah mengatakan hal tersebut, Chanyeol langsung meraup bibir tipis Baekhyun dengan rakus.
Tak berselang lama kemudian, kecupan itu berubah menjadi lumatan yang dalam dan intim. Chanyeol belum pernah sekalipun menyentuh Baekhyun melebihi dari ini, dia masih menjaga kesucian Baekhyun berhubung gadisnya tersebut belum lulus dari High School. Masih banyak waktu bagi Chanyeol untuk memiliki Baekhyun seutuhnya, dia juga sudah mulai mempersiapkan berbagai hal untuk membahagiakan kekasihnya itu nanti meskipun usia mereka terpaut cukup jauh, bukan menjadi penghalang rasa cinta yang sudah terjalin erat di antara mereka semenjak dua tahun lalu saat mediang ayahnya Baekhyun memperkenalkan Baekhyun pada Chanyeol.
"Menginaplah malam ini di apartemenku, aku akan menyuruh pelayan Kang untuk mengantar Jongin ke sekolahnya besok," pinta Chanyeol akhirnya menghentikan cumbuannya.
"Kau juga harus mengantarku ke kediaman Wu besok, aku sangat merindukan Eomma-ku," Baekhyun meminta balasannya.
"Bukankah kau tidak mau bertemu bocah albino itu?" Chanyeol ingin menolak.
"Aku hanya membenci Sehun dan Appa-nya saja, bukan Eomma-ku," seru Baekhyun tidak sadar sudah menaikkan nada bicaranya.
"Baiklah, tapi kau harus membolos besok," Chanyeol masih saja menawar.
"Shireo, kau ingin membuatku tidak lulus nanti?" Baekhyun kembali menolaknya mentah-mentah.
"Lagipula besok akan mendapat cuti selama seminggu, jadi kau harus menemaniku jalan-jalan," ujar Chanyeol tidak mau dibantah lagi.
"Memangnya kau mau membayarku berapa?" tantang Baekhyun mulai berpikir licik.
"Sebanyak yang kau mau, aku rela mengorbankan semua hartaku untukmu kecuali nyawaku," balas Chanyeol tanpa drama.
"Aku hanya bercanda, tidak biasanya kau bersikap seserius ini," goda Baekhyun sambil menahan tawa.
"Aku sudah dewasa, memangnya Jongin yang selalu labil setiap saat," ketus Chanyeol sebal.
"Apa perlu kuberitahu itu pada Jongin sekarang?"ancam Baekhyun sudah bersiap dengan ponselnya.
"Silakan saja, aku tidak takut," sahut Chanyeol tidak peduli.
Belum sempat Baekhyun mengetik pesan pedas yang dikatakan Chanyeol tadi untuk Jongin, sebuah pesan malah mendahului masuk ke ponselnya.
"Lihat, akhir pekan saja kita jalan-jalannya. Aku harus memberikan les privat untuk Jongin, dia selalu berkelahi dengan teman-temannya," adu Baekhyun sambil memperlihatkan pesan Jongin yang baru diterimanya tadi.
[Jongin] Kau harus pulang malam ini, Noona. Jika dia berani menahanmu malam ini di apartemennya, aku akan membuatnya masuk rumah sakit besok pagi. CAMKAN ITU!
"Terserahlah, lama kelamaan dia menjadi pengganggu juga," umpat Chanyeol mengusak rambutnya sendiri.
"Dia tidak akan berhenti mengurusiku walaupun dia sudah punya pacar, Jongin sejak dulu memang sangat overprotektif padaku," jelas Baekhyun tidak bisa berbuat apa-apa.
"Mungkin dia perlu seorang psikolog," usul Chanyeol frontal.
"Bukannya kau yang memerlukan dokter spesialis pengecap, kau selalu mengatakan semua sayuran itu pahit," timpal Baekhyun sengit.
"Aku tidak sayur," balas Chanyeol tetap pada pendiriannya.
"Lalu kenapa tubuhmu setinggi ini?" tanya Baekhyun heran.
"Karena aku selalu minum susu berkalsium, tidak seperti kau yang pendek," jawab Chanyeol meremehkan.
"Apa kau bilang? Jongin tidak suka sayur dan jarang minum susu, pertumbuhan tinggi badannya tetap meningkat," seru Baekhyun mulai kesal dengan perbincangan mereka ini.
"Mian, aku tidak bermaksud berkata seperti itu. Kau bukannya pendek tapi mungil," Chanyeol mencoba mengkoreksi kata-katanya tadi.
"Tapi tetap saja kan, aku terlihat kecil untukmu?" seru Baekhyun benar-benar merajuk.
"Walaupun kecil, kau sangat berhaga bagiku," ucap Chanyeol merengkuh lembut tubuh Baekhyun ke dalam dekapan hangatnya.
"Apa kau tidak lapar?" tanya Baekhyun pelan.
"Kau pasti lapar, benar kan?" Chanyeol malah bertanya balik, Baekhyun langsung mengangguk.
"Pakai baju, kau nanti bisa masuk angin jika hanya memakai piyama saja," perintah Baekhyun luluh.
"Tenang saja, aku masih memakai boxer," ungkap Chanyeol memang keras kepala.
"Aissh, kau menyebalkan," Baekhyun memukul pelan lengan Chanyeol.
"Sekarang salahku apa?" Chanyeol benar-benar tidak peka.
"Sekalian saja lepaskan piyamamu, lalu berendam selama satu jam di air es," Baekhyun ingin bergegas ke dapur.
"Baiklah jika itu maumu," ujar Chanyeol mulai melepaskan piyama mandinya.
"Apa kau bilang?" Baekhyun langsung berbalik dan Chanyeol berhasil meraih wajah cantiknya lagi.
"Kau milikku malam ini," bisik Chanyeol tepat di telinga Baekhyun.
"Maksudmu apa?" tanya Baekhyun takut.
"Bukan apa-apa," jawab Chanyeol memang tidak berminat menjawabnya.
"Saranghaeyo," Chanyeol mulai kembali mencumbu benda kenyal merah muda itu.
"Nado, Oppa," balas Baekhyun seraya memejamkan matanya sedikit demi sedikit.
Chanyeol langsung memerangkap tubuh mungil Baekhyun di antara dinding dan tubuhnya, dia tidak akan membiarkan waktunya sia-sia saat bersama Baekhyun. Ciumannya itu semakin dalam karena Baekhyun memeluk erat leher Chanyeol, sekali-kali ia remas rambut Chanyeol sebagai pelampiasan kenikmatannya. Chanyeol tidak mau kalah, dia juga semakin mendembetkan tubuhnya yang setengah telanjang untuk mendekap bidadadari cantiknya tersebut. Malam yang indah kembali mereka lewati bersama, beberapa bulan lagi mereka pasti dapat bersatu dan meleburkan cinta mereka dalam kegiatan yang intim dan dewasa setelah mereka menikah nanti.
.
.
.
.
.
"Chanyeol," panggil Baekhyun sambil menusuk-nusuk hidung sang kekasih.
"Park Chan Yeol," Baekhyun mulai menyaringkan suaranya.
"Panggil aku Oppa," jawab Chanyeol malah semakin menyusupkan wajahnya di antara ceruk leher Baekhyun.
"Palli ireona, aku ingin segera cepat bertemu dengan Eomma-ku," rengek Baekhyun mencentil kening lebar Chanyeol.
"Nanti saja, lagipula bocah berkulit mayat itu masih sarapan dengan orang tuanya di rumah," tolak Chanyeol bergegas mengunci tangan lentik Baekhyun yang memang tidak bisa diam.
"Dasar pemalas," umpat Baekhyun pedas.
"Berhentilah berkata banmal pada orang yang lebih tua," nasihat Chanyeol meremas dada sebelah kiri Baekhyun.
"Akh, apa-apaan kau ini?" ringis Baekhyun langsung menepis tangan nakal Chanyeol dari dadanya.
"Kau sendiri yang membuatku melakukan itu," ucap Chanyeol tanpa rasa bersalah.
"Aku akan mengadukan ini pada Jongin," ancam Baekhyun bergegas mencoba meraih ponselnya di meja nangkas Chanyeol.
"Coba saja jika kau bisa," lawan Chanyeol berhasil kembali meremas dada bulat Baekhyun tepat di dalam bikini yang dipakai kekasihnya itu.
"Kau hampir melewati batas wajar, Tuan Park," desis Baekhyun mencubit gemas kedua belah pipi Chanyeol sampai memerah.
"Tapi kau sebentar lagi menjadi milikku, Nyonya Park," balas Chanyeol langsung menindih tubuh mungil Baekhyun.
"Cepat menyingkir dariku, aku ingin membersihkan badanku," perintah Baekhyun mengkerucutkan bibirnya.
"Bagaimana kalau kita mandi bersama saja?" saran Chanyeol pervert.
"Tunggulah beberapa bulan lagi maka kau bisa bebas berbuat sesuka hatimu padaku," elak Baekhyun sedikit halus.
"Ayolah, biarkan aku melihat tubuh polos. Aku tidak akan menyentuhnya sebelum waktunya tiba," Chanyeol mulai merengek, Baekhyun hanya bisa memutar bola matanya malas.
"Aniya, aku masih di bawah umur. Kau tahu itu?" tegur Baekhyun menatap tajam ke arah Chanyeol yang sedang memasang tampang memelas padanya.
"Sekali ini saja, jebal~!" cicit Chanyeol semakin menjadi-jadi.
"SHIREOOO~!" bentak Baekhyun tidak mau tahu.
"Chagiya~❤" kali ini mata bulat Chanyeol yang berkaca-kaca.
Tanpa pikir panjang, Baekhyun malah menarik leher Chanyeol dan melumat bibirnya dengan asal. Chanyeol ikut membalas, Baekhyun selalu mengganti keinginannya dengan ciuman basah yang panas tapi tetap saja dia tidak akan merasa puas.
"Aku sudah melepaskan bikinimu, Chagi," bisik Chanyeol di sela-sela lumatan mereka.
"MWO!?" teriak Baekhyun langsung menarik selimut untuk menutupi dadanya yang polos.
"Boleh aku mencobanya?" Chanyeol memintanya sambil menaik-turunkan alis tebalnya.
"Apa maksudmu?" pekik Baekhyun galak.
"Menghisap puting dadamu," Chanyeol kembali berbisik, tapi untuk selanjutnya Baekhyun sukses menampar pipinya dengan keras.
"Baik, aku tidak akan memintanya lagi," ucap Chanyeol mengelus pipinya yang kena tampar.
"Apa rasanya sakit? Mian ne, Oppa," kata Baekhyun ikut mengelus pipi Chanyeol dan matanya mulai berair pertanda sebentar lagi ia akan menangis.
"Gwenchana, harusnya aku tidak memancing emosimu tadi," sahut Chanyeol mengecup sayang kening Baekhyun.
"Oppa," Baekhyun memanggil dengan pelan.
"Ne?" Chanyeol berharap jika Baekhyun masih tetap dalam mood yang baik.
"Hiks, jangan tinggalkan aku," sudah Chanyeol duga, Baekhyun akhirnya pasti menangis. Dan kali ini karena dia lagi, tidak ada alasan lain selain kelakuan bodohnya selama ini.
"Sudahlah, maafkan aku selama ini sudah membuatmu selalu kesal padaku. Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu tanpa pamit, aku tidak mungkin mencampakkanmu selama aku pergi," Chanyeol berusaha menenangkan Baekhyun.
"Jangan pergi ke klub malam lagi, aku tidak ingin kau melihat gadis-gadis centil itu," pinta Baekhyun mempererat pelukan mereka, seakan Chanyeol akan meninggalkannya.
"Tapi biarkan aku minum-minum," Chanyeol bukan bermaksud menawar, ini hanyalah kegiatan lain seorang pria dewasa yang terkadang stress dengan pekerjaannya.
"Anio," Baekhyun menggeleng kecil.
"Bagaimana dengan hanya wine saja?" tawar Chanyeol tidak mau mencoret kebiasaan minumnya itu.
"Boleh saja, asalkan jangan terlalu banyak," terima Baekhyun sedikit berat hati, tapi dia juga merupakan penggemar minuman anggur tersebut tanpa diketahui Chanyeol.
"Jeongmal?" tanya Chanyeol tidak percaya.
"Ne, sebenarnya aku cukup menyukai wine," jawab Baekhyun tersenyum polos.
"Bagus sekali, kau sama seperti mediang Appa-mu," tambah Chanyeol memang sudah mengetahui semua hal tentang keluarga Baekhyun.
"Benar sekali, sewaktu aku masih berumur sembilan tahun. Aku diam-diam pernah mengintip tempat penyimpanan minuman anggur Appa, lalu aku mencoba mencicipi salah satu koleksi wine mahalnya," jelas Baekhyun mulai bercerita.
"Bagaimana dengan rasanya?" Chanyeol malah penasaran.
"Menyegarkan walaupun membuat tenggorokanku sedikit terasa terbakar, tapi aku langsung menyukai minuman itu," aku Baekhyun semangat.
"Biar kutebak, kau ketagihan dan diam-diam mencicipinya lagi," kata Chanyeol tepat sekali.
"Begitulah, sebelum aku bertemu denganmu. Aku sudah sering mencuri kesempatan diam-diam meminum wine tanpa sepengetahuan orang lain," Baekhyun membenarkan semua ucapan Chanyeol dengan tampang angkuhnya.
"Aku akan meminta beberapa botol wine pada Siwon Hyung, mungkin dia mau memberiku secara gratis dengan embel-embel ancaman," gumam Chanyeol picik.
"Ancaman apa?" sela Baekhyun tepat di depan wajah Chanyeol.
"Rahasia, ini hanya boleh diketahui oleh pria dewasa seperti kami," Chanyeol mencoba bungkam terhadap masalah pribadi yang satu itu.
"Dasar mesum," Baekhyun mengumpat sebal.
"Sudahlah, lebih baik kita mandi bersama saja. Kajja~!" ajak Chanyeol langsung menggendong Baekhyun ala bridal style menuju kamar mandi.
"Tapi kau jangan meremas dadaku lagi," ketus Baekhyun hanya pasrah sambil berusaha menutupi dada polosnya dengan telapak tangan sendiri.
"Ne, aku tidak akan berbuat nakal lagi," sahut Chanyeol diam-diam tersenyum mesum.
.
.
.
.
.
"Jong—"
"Kai," Jongin langsung mengkoreksi ucapan Kyungsoo.
"Minhae, aku lebih terbiasa memanggilmu dengan nama asli," ucap Kyungsoo memijit pelipisnya kikuk.
"Ada yang ingin kau bicarakan?" tanya Jongin lumayan ramah.
"Ah, aku ingin mengajak Baekhyun Eonni memasak bersama," jawab Kyungsoo tersenyum malu.
"Sayang sekali, hari ini dia sedang sibuk," ujar Jongin tidak bermaksud melukai hati pacarnya.
"Memangnya dia mau kemana?" tanya Kyungsoo mulai antusias.
"Entahlah, mungkin dia ingin pergi ke pantai dengan pacarnya," jawab Jongin mengendekkan bahunya acuh.
"Berapa lama mereka berpacaran?" Kyungsoo kembali melemparkan pertanyaan.
"Dua tahun, waktu yang cukup lama bagi pasangan dewasa itu," sahut Jongin mengangkat alisnya pertanda tidak peduli.
"Berapa umur pacarnya Baekhyun Eonni?" Kyungsoo benar-benar penasaran kali ini.
"Aku tidak bisa memberitahumu sekarang, aku akan digantungnya hidup-hidup jika sampai orang lain tahu tentang identitas pacarnya itu," Jongin berharap tidak ada masalah lagi yang membuat kakak perempuannya tersebut menceramahinya malam ini, dia akan menjadi anak baik untuk Baekhyun dan pastinya Kyungsoo hari ini. Tapi entah bagaimana besok, semoga saja Jongin tetap menjadi anak yang baik sebelum hari kelulusannya nanti.
"Aku jadi iri padanya, andaikan aku sejak dulu bertemu denganmu," desis Kyungsoo terdengar mengeluh.
"Kau adalah malaikat yang dikirimkan Tuhan untukku dan berhasil merubahku menjadi orang baik," kata Jongin asal.
"Gombal, aku tahu kalau kau masih menyukai Noona-mu," bantah Kyungsoo sedikit cemburu.
"Apa kau punya waktu sore ini? Aku ingin mengajakmu kencan, lagipula Baekhyun Noona tidak mungkin pulang cepat hari ini," tawar Jongin mencoba memberi harapan.
"Ide bagus, hari ini biar aku yang traktir," seru Kyungsoo riang.
"Berhentilah membuang-buang uangmu," tegur Jongin lembut.
"Aku melakukan ini hanya untukmu saja," ujar Kyungsoo menegaskan.
"Kalau begitu, bisa kau belikan rumah untuk kita tinggali berdua nanti?" pinta Jongin sedikit bercanda.
"Kau parah sekali, kenapa tidak sekalian saja minta dibelikan pulau? Kau tidak usah tanggung-tanggung memintanya, keluargaku masih punya banyak saham untuk dijual," desis Kyungsoo angkuh, tapi wajahnya tidak mencerminkan sifat lainnya itu.
"Kau tidak cocok berlagak sombong seperti itu," kata Jongin sambil mengacak poni rambut sang pujaan hati dengan gemas.
"Lalu aku harus bagaimana?" tanya Kyungsoo manja.
"Tetaplah jadi gadis yang lugu seperti biasanya," jawab Jongin membelai sayang pipi Kyungsoo.
Di sisi lainnya, Luhan hanya bisa memandang iri terhadap kemesraan dua sejole itu. Bertunangan dengan Sehun tidak membuatnya lebih baik, malah memperburuk keadaannya. Mereka terikat dalam suatu hubungan karena bisnis, tanpa ada rasa cinta sedikitpun yang terbesit di hati mereka berdua.
"Berhentilah memandangi mereka, lebih baik kau tonton saja drama picisan yang sedang booming di bioskop," tegur Sehun pedas.
"Saran yang bagus, tapi aku sedang tidak mau melihat hal-hal seperti itu sekarang," jawab Luhan tersenyum miris.
"Tidak kusangka kalau bisa bertahan satu tahun denganku, apa kau masih sanggup untuk beberapa tahun ke depan nanti?" tantang Sehun meremehkan.
"Entahlah, kita masih remaja. Aku masih ingin menikmati masa terindahku ini, aku akan memikirkan rencana untuk membatalkan pertunangan ini nanti. Aku tidak mau berpikiran yang berat-berat dulu, lebih baik aku menjalani semua ini secara biasanya saja," jelas Luhan panjang lebar.
"Aku akan berpihak padamu nanti jika kau sudah mulai bertindak," balas Sehun bangun dari tempat duduknya, kemudian berlalu begitu saja dari kantin.
"Dunia memang sangat kejam," gumam Luhan mulai mengeluh.
.
.
.
.
.
"Kau tetap di mobil, aku hanya sebentar saja bertemu dengan Eomma-ku," perintah Baekhyun menggenggam sekilas tangan Chanyeol.
"Hubungi aku jika terjadi sesuatu," nasihat Chanyeol sedikit cemas.
"Jarak rumahnya hanya beberapa langkah saja dari sini, aku tidak mungkin terkurung di dalam penjara bawah tanahnya," Baekhyun mencoba terlihat tegar meskipun perasaannya sudah mulai berantakkan.
"Bersikap baiklah pada Kris, dia tidak suka dengan gadis yang berbicara kasar," Chanyeol mengatakan itu untuk mencoba membuat hubungan Baekhyun dan ayah tirinya itu membaik walaupun hanya sedikit.
"Ne, kau tidak perlu khawatir," pamit Baekhyun bergegas menutup pintu mobil Chanyeol.
Baekhyun mulai melangkah kaki jenjangnya mendekati perkarangan kediaman Wu yang sangat terhormat, ini pertama kalinya ia memasuki kawasan elit tersebut. Baekhyun dan Jongin memiliki hubungan buruk terhadap keluarga Wu, alasannya mereka tidak mau memiliki ayah baru. Baekhyun masih tetap menganggap wanita paruh baya yang bernama asli Huang Zi Tao sebagai ibunya, tapi dia tidak akan pernah mau menerima Kris Wu dan putranya sebagai keluarganya.
Ting tong.
"Ne, Nona ingin mencari siapa ya?" sapa seorang pelayan di rumah itu setelah beberapa saat Baekhyun menunggu.
"Nyonya Wu, apa beliau ada di rumah?" tanya Baekhyun berusaha bersikap semanis mungkin.
"Ada. Silakan masuk, Nona," jawab si pelayan langsung mempersilahkan Baekhyun masuk.
"Khamsahamnida," sahut Baekhyun menunduk sopan.
"Jangan sungkan-sungkan, Nona," balas pelayan tersebut dengan ramah sekali.
Sebelum sang pelayan memberitahukan kehadiran Baekhyun kepada majikannya, Tao sudah lebih dulu menyapa putrinya itu dengan haru. Dia langsung memeluk Baekhyun dan mengucapkan rasa senang karena sudah bisa bertemu lagi dengan putri kesayangannya tersebut.
"Baekhyun, Eomma sangat merindukanmu. Kenapa kau tidak datang bersama adikmu saja nanti sore? Eomma sangat bahagia bisa melihat wajahmu yang cantik ini lagi," seru Tao segera mencium pipi Baekhyun untuk mencairkan rasa rindunya pada sang sulung.
"Aku juga, Eomma. Jongin ada janji dengan seseorang, jadi aku tidak mengajaknya kemari," balas Baekhyun ikut terharu.
"Kau terlihat kurus, apa kau bekerja part time?" tanya Tao sangat mengkhawatirkan keadaan Baekhyun, karena dia jarang sekali berhubungan dengan anaknya ini.
"Aniya, lagipula uang kiriman Eomma lebih dari cukup untuk kebutuhan sehari-hari kami," ungkap Baekhyun palsu.
"Jinja? Padahal yang mengirimkan uangnya adalah Appa tirimu, apa kau sudah bertemu dengannya?" Tao bertanya sedikit heran, Baekhyun langsung menggeleng sebagai tanggapan.
"Oh, kebetulan hari ini dia sedang tidak mau bekerja. Kau mau bertemu dengannya sebentar?" tawar Tao tidak menyadari perubahan raut muka Baekhyun yang mulai keruh.
"Shireo, aku harus segera pergi sekarang," pamit Baekhyun gelisah.
"Kenapa buru-buru? Kau tidak masuk sekolah hari ini, Baekhyun?" Baekhyun akhirnya bertemu dengan sang ayah tiri, pria paruh baya itu datang sambil membawa koran paginya dan memakai kacamata minus yang terlihat jadul di mata Baekhyun.
"Aku ada janji dengan seseorang, dia sedang menungguku," sahut Baekhyun tidak suka.
"Memangnya siapa? Pacarmu?" tanya Kris berlagak akrab.
"Ne," ketus Baekhyun sengit.
"Kau sudah memiliki kekasih, Baekhyun?" Tao ikut bertanya.
"Berapa umurnya? Apa dia sepadan denganmu?" Kris malah menimpali.
"Gege, kau jangan mengintimidasinya segala," tegur Tao mengelus bahu Baekhyun bermaksud menghibur.
"Kau tidak perlu tahu dan jangan urusi masalahku," tutup Baekhyun langsung melangkah pergi keluar dari rumah baru ibunya itu.
"Anak itu benar-benar, apa yang harus aku lakukan lagi untuk membuatnya menyukaiku?" keluh Kris melepas kacamata minusnya, lalu duduk santai di sofa mewahnya.
"Aku akan berusaha membantumu, aku yakin Baekhyun dan Jongin pasti mengerti dengan keadaan mereka sekarang," hibur Tao ikut duduk di samping suaminya.
"Aku akan mengadakan makan malam dengan keluarga Luhan hari ini, aku ingin membicarakan sesuatu dengan Appa-nya," ujar Kris meletakkan kepala Tao ke dada bidangnya.
"Apa ada masalah dengan kontrak kerja sama perusahaan kalian?" tanya Tao manja.
"Ani, aku hanya ingin menyarankan untuk segera membuka cabang baru lagi ke beberapa Negara di Eropa," jawab Kris mencium pucuk kepala sang istri dengan penuh cinta.
"Apa kau akan memberikan warisan untuk Baekhyun dan Jongin nantinya?" Tao ingin memastikan apakah Kris tetap menjadi ayah yang baik untuk kedua anaknya itu.
"Tentu saja, mereka tetaplah anakku juga meskipun mereka masih belum mau menerimaku sebagai Appa mereka," Kris tersenyum sangat manis, Tao selalu suka hal unik tersebut darinya karena si suami jarang sekali tersenyum pada orang lain bahkan untuk beberapa rekan binisnya.
.
.
.
.
.
Dugaan Jongin tadi pagi memang benar, Baekhyun pergi jalan-jalan dengan pacarnya ke pantai. Karena akhir-akhir ini gadis mungil tersebut merindukan pantai selain ibunya dan hampir semua kenangan-kenangan indahnya sudah terjadi di sana. Semua masih terlihat jelas di memori otak Baekhyun, dia juga dikenalkan oleh mediang ayahnya dengan Chanyeol sewaktu keluarga kecilnya berlibur ke pantai bertepatan saat festival musim panas berlangsung dua yang lalu sebelum ibunya menikah lagi.
"Chagi, kau ingin memiliki kulit sehitam Jongin ya?" goda Chanyeol menendang pelan kaki Baekhyun.
"Bukannya hitam, tapi eksotis. Aku sangat terobsesi dengan kulitnya sejak dulu, tapi kulitku tidak berubah kecoklatan juga meskipun aku berjemur seharian," keluh Baekhyun membalikkan tubuhnya menjadi tiarap.
"Lepaskan saja bikini pantaimu ini," saran Chanyeol mencolek sekilas pinggang Baekhyun.
"Heh, kau mau orang lain melihat tubuhku?" tanya Baekhyun sedikit mendengus.
"Memangnya di sini ada banyak orang?" Chanyeol malah bertanya balik.
"Jika kau tidak memaksa pemilik pantai ini memberikan sewaan pribadi untukmu tadi, mungkin orang-orang sudah mengabadikan tubuhku menggunakan kamera mereka," ujar Baekhyun terdengar berbangga diri dengan kemolekan tubuhnya.
"Kau terlalu percaya diri," remeh Chanyeol.
"Perutmu masih kurang sixpack," Baekhyun menampar badan bagian atas Chanyeol yang telanjang.
"Pantatmu juga kurang kencang," Chanyeol membalas dengan meremas pantat Baekhyun.
"Apa berat badanku bertambah?" tanya Baekhyun tiba-tiba menindih Chanyeol.
"Sepertinya tidak, kau masih saja terasa ringan bagiku," jawab Chanyeol mencentil gemas hidung Baekhyun.
"Ck, padahal porsi makanmu banyak sekali belakangan ini," umpat Baekhyun menggigit kecil bibirnya.
"Menyerahlah, kau tidak akan bisa memiliki berat badan yang ideal walaupun kau memang sangat sehat," balas Chanyeol enteng.
"Aissh, bukannya mendukungku tapi kau malah mengejekku," Baekhyun mulai menarik telinga Chanyeol.
"Awas, Baekhyun!" seru Chanyeol langsung mengubah posisi mereka menjadi dia yang menindih Baekhyun.
JLEB!
"Chanyeol!" Baekhyun benar-benar terkejut, karena seseorang tak dikenal sudah menusuk Chanyeol dari belakang.
Orang itu bergegas mencabut pisaunya, kemudian kabur begitu saja. Baekhyun tidak tahu siapa itu, wajahnya tertutupi oleh masker dan orang tersebut memakai jaket hitam yang tertutup.
"Chanyeol, pinggangmu berdarah," Baekhyun bersiap menangis.
"Jangan menangis, jebal," pinta Chanyeol mencoba bertahan.
"Tolong! Siapapun di sini, tolong kami! Hiks, Chanyeol," isak Baekhyun langsung mendudukkan diri dan memeluk kekasihnya yang tidak berdaya.
—To be Continued—
Bagus gak? Atau anehkah?
Kalau kalian suka, aku akan usahain lanjutinnya secepat mungkin.
RnR joseyo ne, chingu~! ^^
