Cast: Oh Sehun, Kim Jongin, EXO member, etc.
Part 1 : What are we really, Jongin?
Rated: M
Warning: mature contents
! Cerita ini merupakan fiktif belaka. Plot cerita ini murni diciptakan oleh penulis. Kejadian atau peristiwa apapun yang diceritakan dalam fanfiction ini adalah karangan semata dan tidak ada kaitannya dengan kehidupan pribadi member EXO. Penulis memohon untuk para pembaca agar menjadikan cerita ini sebatas hiburan !
Happy reading!
"Ah!"
Keduanya mendesah lega ketika titik puncak itu tengah mereka capai. Sehun memeluk erat Jongin yang berasa dibawahnya. Nafas mereka terengah-engah. Peluh keringat menetes membasahi tubuh mereka yang telanjang. Keduanya tertawa kecil ketika mata mereka saling beradu. Sehun kembali terpesona. Tawa itu... bolehkan Sehun menjadi egois dan menginginkan tawa itu hanya untuknya seorang?
"That was... great." ujar pemuda dibawahnya. Sehun tersenyum lalu mengangkat dagunya dengan bangga. "Yeah? Well, thank you for finally acknowledging my skill." Jongin memutar matanya pelan. "Ya, ya terserah apa katamu. Sekarang, bisakah kau menyingkir dari atas tubuhku?" Sehun menggeleng pelan, menggoda. "Tidak."
Jongin berdecak pelan. Ia mencoba untuk mendorong tubuh Sehun agar menyingkir darinya. Akan tetapi, percuma. Sehun malah mendekatkan wajah mereka dan memulai kembali pergulatan lidah yang tidak bisa Jongin tolak. Tubuhnya kembali terasa panas, terbakar oleh gairah. Ia membalikkan posisi menjadi yang diatas, menduduki perut Sehun. 'Little Sehun' masih berada didalam 'dirinya' jadi, Jongin mulai menggerakan tubuhnya naik turun. Mulai merasakan bagaimana milik Sehun mulai membesar didalam. Jongin mendesah pelan. Sementara Sehun menikmati pemandangan indah itu dari bawah.
Iya, indah.
Sangat.
Kulit berwarna coklat milik Jongin seakan terlihat berkilau. Mungkin efek dari keringat dan cahaya lampu. Lalu wajah itu... bibirnya yang merah muda, pipinya yang merona, tubuhnya, satu kata...
Sempurna.
Bagi Sehun, Jongin sempurna.
Hanya saja, kesempurnaan itu bukan milik Sehun seutuhnya.
Apa kalian pikir mereka sepasang kekasih?
Haha... Sehun harap itu benar. Namun bagi Jongin, Sehun hanyalah satu diantara sekian banyaknya pria yang memberi kehangatan untuknya. Bagi Jongin, Sehun hanya tempat pemberhentian sementara sedangkan bagi Sehun, Jongin adalah tempat tujuannya. Tragis.
10?
100?
200?
Sehun pikir sudah lebih dari 200 kali mereka 'tidur' bersama dalam kurun waktu 10 tahun tahun terakhir saling mengenal.
Yang pertama itu saat Ia masih dikelas 10 dan Jongin kelas 11. Tepatnya di toilet sekolah mereka, SOPA. Itu merupakan pengalaman terhebat miliknya. Sehun yang pertama bagi Jongin dan begitupun sebaliknya. Saat itu, Sehun pikir mereka sudah menjadi sepasang kekasih karena... ya... mereka sudah bercinta. Alasan itu saja sudah cukup kan? Nyatanya tidak bagi Jongin.
"Hun, it was just a one time thing. Percayalah aku tidak akan menjadi kekasih yang baik untukmu. Sebaiknya kita menjadi teman saja. Okay?" Jongin berujar dengan ringan. Tak lupa sebuah senyum yang menghias di wajahnya seolah menghina Sehun.
Bagai tertusuk panah di dada. Sehun rasa saat itu jantungnya tidak berfungsi dengan benar. Sesak memenuhi rongga dadanya. Ia hampir pingsan kalau saja kakinya tidak melangkah dengan cepat menuju ruang kelasnya. Sehun pikir ini mungkin akhirnya. Jongin menolak dirinya. Mereka tidak akan mungkin bersama. Final.
Namun Sehun salah. Ini bukan akhirnya. Seminggu kemudian, Jongin datang mengunjungi kamar asramanya dalam keadaan mabuk. Mereka berakhir di ranjang Sehun dengan total 3 ronde.
Dan begitu seterusnya. Saat malam debut mereka sebagai anggota EXO, malam setelah mereka mendapat penghargaan yang pertama, malam setelah mereka berulang kali mendapat penghargaan di acara musik, setelah mendapat daesang, quickie di kamar mandi stasiun TV sebelum tampil, ruang ganti, di mobil van, kamar apartemen, di rumah Sehun saat mengunjungi keluarga Oh, di rumah Jongin, hell... they even had done it in Sehun's car.
Jongin bukan orang yang suka terikat. Sehun tahu itu saat Ia memergoki Jongin dan Kris bercinta di kamar mandi dorm mereka. Saat itu, rasanya Sehun benar-benar ingin melemparkan bogem mentahnya untuk Kris. Hatinga semakin sakit saat Jongin bahkan tidak sedikitpun meminta maaf padanya. Tidak memikirkan bagaimana perasaannya. Jangankan untuk meminta maaf, berusaha untuk menjelaskanpun tidak. Pemuda itu hanya bersikap seperti biasanya dan hal itu membuat Sehun ingin menancapkan pisau lehernya.
Tapi Sehun bisa apa? Mereka tidak ada ikatan. Jongin bebas meniduri siapa saja yang Ia inginkan. Dia tidak berhak melarang.
Dia tidak berhak untuk marah.
Sehun tidak berhak untuk merasa tersakiti disini. Dia bukan siapa-siapa.
Sehun pikir Kris adalah satu-satunya. Nyatanya tidak. 10 jari bahkan tiduk cukup untuk menghitung berapa banyak orang yang Jongin tiduri.
Let's see... Kris, Chanyeol, Krystal, Seulgi, Irene, Jimin, Changmin, Minho, Taeyong, Jhonny, Kang Daniel, Ong Sungwoo, Sehun lupa siapa lagi.
Ah!
Taemin.
His bestfriend for God sake!
Bahkan sahabatnyapun tidak terkecuali bagi Jongin.
Such a slut.
But Sehun loves that cock-whore. Sehun mencintai pemuda itu. Melebihi apapun. Karena Sehun tahu pasti, setelah Jongin puas bermain dengan semua mainannya, pemuda itu akan kembali mengetuk pintu kamar Sehun dan tidur mendekap dipelukannya. Jongin akan menggodanya dan seberapa kuatnya Sehun menahan, Ia akan tetap luluh.
Dan Sehun amat benci dirinya akan hal itu. Benci karena ketidakberdayaannya menolak seorang Kim Jongin.
"Ehm... Sehun..." Jongin mendesah menggeliat merasakan Sehun yang bergerak cepat didalamnya. Sehun membalikan posisi menjadi yang diatasnya. Menarik ulur bendanya yang membuat Jongin mabuk kepayang.
"Sst... be quiet baby." Tangan kanannya membekap mulut Jongin sedangkan tangan kirinya memegangi pinggul Jongin agar berhenti bergerak tidak beraturan. Ia bergerak dengan pelan, menggoda Jongin yang tengah frustasi menahan hasratnya. Pemuda itu menyingkirkan tangan Sehun yang menutupi mulutnya.
"Please Sehun..." ujarnya. Sehun tersenyum menyeringai. Ia berhenti kemudian menatap Jongin dengan menggoda. "Apa?" Jongin menggeram rendah kemudian berusaha menggerakan pinggulnha sendiri. Gagal. Sehun menahannya.
"Damn it, Sehun! Please, I am so close." cicitnya diakhir kalimat.
"Then beg for it, baby."
Jongin kembali menggeram rendah. Ia mengesah pasrah. Ia menarik kepala Sehun mendekat dengen melingkarkan kedua lengannya dibelakang leher pemuda itu. Jongin mengecup cuping telinga Sehun, menjilat, kemudian menghembuskan nafas hangat. "Please fuck me so hard 'till I can't remember my name and only know yours, Sehun. Please... please..." bisiknya lirih.
Sehun mengerang pelan lalu bergumam rendah. "Fuck Jongin, you know how to turn your man on."
Sehun kembali bergerak. Lebih cepat kali ini. Berulang kali menghentak titik yang sama. Membuat Jongin ketagihan diiringi dengan desahan yang keras. Hingga akhirnya, Jongin sampai pada titik itu. Ini sudah ketiga kalinya. Lima kali hentakan selanjutnya, Sehun menyusul dan tanpa repot-repot untuk menarik keluar, Ia mengeluarkannya di dalam.
"Jadwalmu apa saja hari ini?" Sehun bertanya masih dengan posisi menyender dikepala ranjang. Sedangkan Jongin sudah berpakaian lengkap. Dia ada shooting drama hari ini. The Miracle We Met. Itu judulnya. Jongin bukan peran utama layaknya seperti di Andante dulu. Dia hanya mendapat peran kecil sebagi malaikat maut yang membuat kesalahan dan berakibatkan kehancuran hidup seseorang. Tidak buruk. Bayarannya lumayan per-episode yang Ia bintangi. Hitung-hitung menambah daftar peran yang sudah pernah Ia lakukan.
"Hanya pengambilan gambar saja untuk drama. Tidak banyak karena peranku hanya mendapat 1 scene di setiap episode. Ada apa? tumben sekali kamu bertanya." Jongin menjawab sembari mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna merah miliknya. Ia melirik Sehun dari cermin tempat dirinya mematut diri.
Sehun menggeleng. "Hanya bertanya saja. Aku ingin mengajakmu makan malam."
Jongin setengah terkejut. "Wow, what's the occasion?" ujarnya dengan satu alis terangkat.
"Makan malam dengan keluarga calon istri kakakku. Aku pikir kamu mau ikut. Hitung-hitung sebagai gandenganku. Lagipula kamu akrab dengan ibu dan ayah. Dengan kak Sehan juga. Bagaimana?"
"Jam berapa?"
"8 mungkin? Nanti aku kabari."
"Baiklah, nanti kabari aku saja." Jongin sudah selesai mematut dirinya di cermin. Ia membalikkan badan kemudian berjalan kearah Sehun yang masih berada di kasur. Pemuda itu mendekatkan diri kemudian mengecup bibir Sehun sekilas. "Call me later, okay?"
Sehun mengangguk sebagai jawaban.
Jongin bilang, Ia akan sampai di dorm pukul 6. Nyatanya, ini sudah pukul 7 lewat 15 menit dan batang hidup pemuda itu belum terlihat oleh indera penglihatan Sehun.
"Ada apa?" Suho yang kebetulan melewati kamarnya, menyempatkan diri untuk bertanya pada anggota termuda EXO yang sedari tadi terlihat cemas. "Ya?" ujar Sehun terkejut.
Suho menghela nafas pelan. "Kalau kamu mencari Jongin, dia ada di kamar Chanyeol. Dia sudah pulang dari setengah jam yang lalu." Sehun mengerutkan kening. Tidak mengerti. "Sedang apa dia di kamar Chanyeol hyung?" Suho tertawa pelan. "Like you don't know what the answer." Pemuda itu menutup pintu kamarnya kemudian berjalan pergi.
Sehun berjalan menuju kemar Chanyeol. Sesampainya disana, dia bisa mendengar suara desahan Jongin yang terdengar samar. Dia tahu itu. Yakin. Dia selalu ingat bagaimana desahan Jongin.
"Chanyeol pria ke berapa minggu ini, huh?" Baekhyun berdiri di ujung lorong dengan mata sembab. "Brengsek." Pemuda itu menggeram pelan. Ia berjalan menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.
"Hyung..." Sehun berjalan mengikuti dari belakang. Ia ragu-ragu untuk masuk saat melihat Baekhyun tengah membekap tangisannya dengan bantal. "Baek hyung..." panggilnya.
Baekhyun mengangkat wajah. Pipinya sudah basah oleh air mata. Ia mengisyaratkan Sehun untuk masuk. "Tutup pintunya." perintahnya.
Sehun menurut. Ia menutup pintu kemudian mendudukan diri di sofa kecil yang terletak di pinggir jendela. Memandangi langit malam yang kelabu. Baekhyun bangun dari duduknya kemudian meraih sesuatu dari meja nakas. Ia berjalan kearah Sehun kemudian. "Rokok?" Pemuda itu menyerahkan sebatang. Sehun tersenyum tipis. "Awas suaramu nanti hancur." ujarnya sembari meraih rokok yang Baekhyun berikan.
Baekhyun tersenyum miris. Menyerahkan pematik untuk Sehun kemudian mulai menghisap rokoknya yang menghasilkan kepulan asap. Pemuda itu membuka kaca kamarnya lalu mendudukan diri di sofa kecil tepat di sebrang Sehun. "Aku tidak peduli." ujarnya sembari menatap ke arah luar.
Sehun menghembuskan rokoknya dengan pelan. Ia menatap Baekhyun yang sedari tadi terdiam. "Kenapa kamu tidak katakan saja padanya?" Baekhyun mengalihkan wajah, alisnya terangkat satu. Sangsi.
"Chanyeol?" Sehun mengangguk. Baekhyun berdecak malas. "Kalaupun dia tahu, kamu pikir dia akan membalas perasaanku? Tidak. Hatinya sudah milik Jongin seorang. Sekuat apapun aku maju untuk menghancurkan perasaanya itu, seorang Kim Jongin tetaplah lebih kuat."
Sehun mengangguk mengerti. Ia tahu betul. Jongin itu memiliki suatu aura yang dengan mudah membuat pria bertekuk lutut dihadapannya.
Sehun paham betul. Dia korbannya.
"Aku tidak benci pada Jongin hanya saja... why him? why always him?"
Sehun terdiam. Dia tidak tahu. Jongin itu... Jongin. Susah untuk dijelaskan.
"Dulu, dia adalah adik kesayanganku. Well, you know... before I knew that Chanyeol fuck him too. Tapi sekarang? aku benar-benar sudah habis kesabaran dengannya." Baekhyun menjeda. "That bitch!"
Sehun hanya bisa terdiam. Dia tidak tahu harus berkata apa. Dia tidak bisa membela Jongin. Nyatanya pemuda itu memang layaknya seorang pelacur yang selalu melebarkan kakinya untuk siapapun.
Mirisnya, Sehun mencintainya.
Tragis.
"Sehun?" Keduanya mengalihkan pandangan kearah pintu saat mendengar suara Jongin yang memanggil. Pemuda itu melongokkan kepalanya diujung pintu. Ia tersenyum manis. "Jadi tidak kita makan malam dengan orang tuamu?" ujarnya tanpa rasa bersalah. Sehun melihat kearah jam di tangan kanannya. Ia mengangguk. Masih setengah jam lagi. Mungkin mereka akan terlambat beberapa menit nanti. Sehun bangun dari duduknya lalu mengusap pundah Baekhyun pelan. Pemuda itu berdecak pelan. "Hati-hati." bisiknya.
"Hi Baekhyun hyung..." Jongin menyapanya. Baekhyun mengacuhkan, masih memalingkan wajah kearah jendela.
Jongin mengerutkan keningnya bingung. Ia memberika sinyal pada Sehun, bertanya ada apa dengan Baekhyun. Pemuda itu hanya menggeleng sebagai jawaban. Pura-pura tidak tahu.
Makan malam itu diadakan di kediaman keluarga Oh. Kakak Sehun, Oh Sehan adalah seorang dokter bedah anak lulusan Harvard yang sekarang tengah bekerja di salah satu rumah sakit di Seoul. Calon istrinya, Park Hana merupakan pengacara terkenal yang dulunya tinggal di Boston. Mereka berkenalan saat sama-sama masih di Harvard.
Sehun pikir makan malam ini hanya untuk keluarga intinya. Ternyata saudara-saudara jauhnya juga ikut datang. Sehun baru menyadari saat melihat garasi rumahnya penuh dengan mobil. Bahkan pamannya yang tinggal di Jepang turut hadir. Beberapa kali Ia menyapa sepupunya yang ada. Sehun orang tertutup, dia tidak akan membuka percakapan apabila orang tersebut tidak dekat dengannya. Sekalipun itu sepupunya sendiri.
Namun berbeda dengan Sehun. Jongin malah dengan sumringah berbincang dengan saudara-saudaranya. Seolah mereka adalah sepasang kekasih dan Jongin sedang berusaha masuk ke dalam bagian keluarga Oh.
Setidaknya Jongin berhasil. Dia sudah mengambil hati kedua orang tua Sehun jauh lebih dahulu. Ibunya bahkan kerap kali bertemu dengan Jongin dibelakangnya hanya untuk sekedar belanja atau makan siang bersama. Sehun sedikit senang akan hal itu. Artinya tidak perlu repot-repot lagi untuk meminta restu.
Itu kalau sendainya Jongin benar kekasihnya.
Pada kenyataannya mereka bukan sepasang kekasih. Mereka hanya teman. Teman yang sering berbagi kehangatan dengan bergumul satu sama lain.
Seperti saat ini, mereka sedang berada di kamar Sehun untuk bercinta. Makanan utama sudah disajikan dan tinggal makanan penutup. Sehun menyelinap masuk ke kemarnya dengan menggandeng Jongin. Tidak susah. Banyaknya jumlah keluarga besarnya yang datang membuat Jongin dan Sehun kasat mata.
Mereka bergumul di kasur milik Sehun dengan pakaian yang lengkap. Mungkin Sehun dengan pakaian lengkap sedangkan Jongin masih hanya mengenakan kemeja dan celanya sudah dilempar entah kemana oleh Sehun. Kancing bajunya sudah terbuka dan ada beberapa yang putus.
Sehun 'datang' terlebih dahulu kemudian Jongin menyusul. Setelahnya mereka merebahkan diri tanpa sepatah kata pun. Hanya dera nafas yang tadinya menggebu menjadi teratur. Jongin memiringkan tubuhnya kearah Sehun, Ia mendekatkan diri untuk mengecup leher pemuda itu dengan menggoda, beralih sisi leher satunya, kemudian dagu. Saat Jongin ingin mengecup bibirnya, Sehun bangun dari tidur lalu membenarkan pakaiannya.
Jongin mengerutkan kening. Bingung akan penolakan Sehun. "Ada apa?" ujarnya pelan. Sehun tidak menggubris. Dia masih sibuk mengenakan pakaiannya kemudian mengeluarkan sebatang rokok dari kantung celana. Ia menyalakan rokok tersebut dan menghisapnya dengan kuat. "Pakai bajumu. Ayah dan ibuku mungkin sedang mencari kita sekarang."
Jongin menurut, meskipun Ia masih bingung dengan perlakuan Sehun yang tiba-tiba dingin. Ia mengenakan celananya, lalu berjalan kearah cermin untun mematut diri.
Setelav selesai, Jongin kembali berjalan kearah Sehun. Mendekatkan diri pada pemuda itu. "Hei, ada apa?" bisiknya tepat di wajah Sehun. Ia mengecup pipi pemuda itu dengan lembut dan memaikan tangan di kerah bajunya. Yang ditanya hanya memandangi wajah Jongin pandangan dingin. Memalingkan wajah saat Jongin berusaha mengincar bibirnya.
Jongin mendesah tidak habis pikir. "What the hell?" ujarnya risih. Sehun tiba-tiba tertawa. Ia menatap Jongin dan tertawa dengan keras. Kerutan di dahi Jongin semakin dalam.
"Hei!"
"I am such an idiot. I fuckin' love you, you knew it and yet you still fucked another guy."
"..."
"Dan bodohnya aku tetap membiarkanmu. Aku tetap mencintaimu karena sekeras apapun aku berusaha, kamu tetap mengusai hatiku. Aku benar-benar idiot."
"..."
"Lebih baik kita hentikan saja Jongin. Aku benar-benar sudah lelah."
"Sehun, jangan begini."
"Apa kamu mencintaiku?"
"..."
"Kamu tidak tahu jawabannya, kan?"
"A-a-aku..."
"Sebenarnya kita ini apa Jongin? Huh?" ujarnya dengan suara bergetar. Jongin hanya terdiam. Menahan rasa sesak tiba-tiba didadanya. "Sehun..."
"What are we really, Jongin?"
Satu pertanyaan itu membuat segalanya runtuh. Membuat Jongin seketika pusing dan bingung dengan dirinya. Dia orang yang selalu percaya diri. Dia selalu yakin dengan setiap tindakan yang akan diambilnya. Namun, satu pertanyaan itu membuat Jongin meragukan semuanya. Dia nyaman berada dekat dengan Sehun. Dia suka saat Sehun menyentuhnya. Dia bahagia ketika Sehun ada untuknya. Namun, mereka ini apa? Tali apa yang menghubungkan dirinya dengan Sehun?
"What are we, Jongin?" Sehun mengulangi pertanyaan itu. Menatap kearah mata Jongin. Pemuda itu terbata. Tidak tahu. Hanya ada satu jawaban pasti dan itu adalah...
"I... don't know."
To Be Continued...
