Naruto © Masashi Kishimoto

Yang Indah © liaprimadonna

Pairing; Narusasu


"Hanya sebuah fanwork, tidak mengambil keuntungan material apa pun dalam pembuatannya."


..

Naruto datang sebagai murid baru di kelas tiga. Masih tahap malu pada lingkungan asing. Dia merapat duduk di sudut melewatkan pekerjaan memperkenalkan diri. Hanya diam memotong waktu. Yang diamnya tak bertahan lama; detik yang merentang cepat memanjakan matanya dalam geming bumi. Si birunya diperangkap seraut wajah setara lukisan estetik pajangan pameran megah.

Seumpamanya bersinar; wajah itu, mata jelaga hitamnya, pula rambut tipis yang disasak gunting pemotong rambut.

Namanya Uchiha Sasuke, katanya, saat Naruto bertandang pada murid cupu besutan warga kelas karena dikenal apatis. Berbisik padanya ingin tahu tentang si lelaki indah, lalu dibalas gamblang secara cuma-cuma. Hari itu olahraga musim semi pertamanya di sekolah baru, ingin menyembunyikan diri namun mengambil atensi paling banyak sebab warna baju yang dipakai.

Akan tetapi Naruto suka warnanya; biru tua yang sedikit lagi hitam.

Serupa mata itu ... mata yang tak pernah memandang penuh. Mata yang dilirik, menjauh.

Si cupu datang tetiba menghalang pandangan Naruto. Menyodor bola oranye. Naruto bergeming dengan mata berkedip tak yakin sambil berpikir; lelaki ini sebenarnya bukan nerd, dia hanya irit bicara. Saat kacamata hitamnya dibuka, kapuconnya dilerai dari leher; nyatanya dia adalah lelaki tampan.

"Shino."

"Giliranmu melempar bola."

Maka bola dilempar. Mencetak skor paling tinggi dibanding murid lain dalam hitungan stopwatch pelatih. Guru bertepuk tangan, murid lain pun, tetapi tidak dengan Uchiha Sasuke. Karena daripada bertepuk tangan, pria itu lebih memilih menyudut dekat besi lapangan. Duduk dengan kaki lurus ke bawah sambil meraih minum yang dikemas botol bermerk ternama. Atensi Naruto meluncur lagi, jatuh tergugu pada indahnya leher jenjang yang menggerakkan jakun.

Tidak berdosa kalau sekadar ingin menjilat keringat di sana, 'kan?

Maka, berbekal keberanian yang muncul sekejap, langkahnya tergiring mendekat ke pagar. Ikut duduk merasa mengakrab. Senyumnya tak digubris, menghelas napas pula diabaikan. Mungkin lelaki ini bertipe tak suka basa-basi.

Jadi Naruto berkata kemudian,

"Aku ingin jadi pacarmu."

Botol dalam genggaman segera jatuh ke petak semen dan menumpahkan airnya.


End.