Sketch, Sound and Love
Genre : Romance
Rate : T
Disclaimer : I don't own Naruto and don't get any profit from it. So don't sue me, okay?
Warning : OOC. AU. Miss typo. Newbie Author.
Note : Sequel of "Rain, Sketch and You" and "Rain, Sound and You". It would be better if you read the prequels. Hope you can enjoy this story!
.
.
.
Chapter 1
Sweet Rain
Bel istirahat telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Namun, Hinata tidak memiliki keinginan untuk meninggalkan kelas. Hinata mendekati Sakura yang duduk beberapa bangku di depannya. Sakura tidak seperti biasanya, wajahnya tampak lesu. Hinata menebak kalau Sakura memikirkan keadaan Sasuke yang aneh tadi malam ketika mereka berencana untuk Double Date.
Sungguh Hinata tidak menduga skenario bakal jadi mencekam tadi malam.
Tadi malam, Sasuke tampak seperti bingung dan kesakitan. Sakura berusaha untuk membantu Sasuke tapi pemuda itu menolak dan langsung menghubungi kakaknya yang datang beberapa menit kemudian. Sasuke pun meninggalkan kelompok tanpa berkata apa-apa ke Sakura. Tentu saja itu membuat Sakura kesal campur khawatir.
Hinata menepuk pundak Sakura, mencoba memberi gadis pink itu sedikit semangat yang masih tersisa darinya. Walau jujur saja, Hinata sama khawatirnya dengan Sakura. Gimana tidak, Sasuke ternyata adalah Pemuda Hujan yang selalu ditunggu-tunggunya.
"Sakura sudah menghubungi Uchiha-kun?" tanya Hinata mencoba membuka percakapan.
Sakura menoleh ke arah Hinata. Terdapat kantung hitam di bawah kedua matanya. "Sudah, tapi tidak diangkat. Entah apa yang terjadi dengan Sasuke."
Hinata duduk di kursi depan meja Sakura. Ia mencoba tersenyum. "Sakura-chan tampak khawatir sekali. Biasanya, kamu nggak sebegitu pedulinya dengan pacar-pacarmu yang dulu."
Sakura tidak menjawab. Ia menelungkupkan wajahnya di antara kedua tangannya ke meja. Akhirnya ia bersuara, "Hinata-chan, sepertinya aku benar-benar sayang sama Sasuke. Beda dengan pacar-pacarku dulu yang aku hanya sekedar suka."
Deg!
Jantung Hinata berdetak cepat. Entah kenapa, ia merasa tidak suka dengan pengakuan Sakura. Hinata membuang wajahnya ke jendela, mulai mencoba meneliti apa yang terjadi dengan hatinya.
.
.
.
Sasuke manatap langit yang cerah tanpa awan. Ia sedang berada di tempat duduk beratap dimana ia selalu bertemu dengan gadis sketsa yang baru ia ketahui bernama Hinata. Ya, gadis itu bernama Hinata. Sasuke tersenyum, nama yang pas untuk gadis manis seperti Hinata, pikirnya.
Sasuke menghela nafas kesal karena sudah tiga hari hujan tidak turun juga. Sudah tiga hari berlalu pula sejak malam dimana ia sempat kehilangan kemampuannya untuk mendengar.
Sasuke tertawa sendu, mengejek dirinya yang begitu mudahnya stress hanya karena mengetahui gadis yang selalu ditunggunya ternyata sudah menyukai orang lain dan gadis itu bahkan adalah sahabat dari pacar-tidak-diinginkannya saat ini.
Sasuke merogoh tas ranselnya dan mengeluarkan map berwarna hitam. Dari dalam map itu, Sasuke mengeluarkan secarik kertas kemudian ia menatap kertas itu lekat-lekat.
"Kapan aku bisa bertemu denganmu lagi?"
.
.
.
Brak! Sebuah tong sampah terguling di pinggir jalan.
Naruto memandang tong sampah yang baru saja ia tendang. Ia kesal. Sangat kesal. Bagaimana tidak, gadis yang sudah disukainya sejak SD tiba-tiba direbut dengan mudahnya oleh pemuda brengsek macam Sasuke!
"APA SIH BAGUSNYA COWOK ITU?!" teriaknya geram. Setau Naruto, pemuda bernama Sasuke akan berpacaran dengan gadis manapun asal ada sesuatu yang membuatnya senang. Selalu begitu! Dan Naruto mengutuki dirinya tatkala ia dengan cerobohnya memperkenalkan gadis pujaannya kepada pemuda-berambut-pantat-ayam itu.
"Aaargh!" Naruto mengacak-acak rambutnya, masih sebal dengan kebodohannya.
Naruto terdiam sesaat lalu menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Ia berusaha untuk tidak lepas kontrol. Ayahnya sudah memarahinya berkali-kali karena ia tak bisa menahan emosinya.
Naruto merogoh saku celananya dan mengambil secarik kertas kecil lalu tersenyum.
"Daripada kesal terus, mending aku makan Ramen Ichiraku saja!" Naruto pun mulai berjalan menuju Kedai Ramen langganannya. Disana, ia tak sengaja bertemu Neji, kenalannya dari Dojo tempat dimana ia berlatih.
"Yo, Neji-san!" sapanya ketika Neji juga tampak memandang dirinya.
Neji mengangguk.
"Teuchi-san! Ramen satu!" Naruto duduk di samping kakak seperguruannya itu, tak memperdulikan sikap dingin pemuda berambut panjang bak model iklan shampo yang terkenal akan sikap over-protective terhadap adik perempuannya, Hinata.
"Apa kabar Hinata?" tanya Naruto mencoba memulai percakapan.
Neji mendelik ke arah Naruto. "Apa maumu?"
Naruto sweatdrop. "Hei, hei! Aku hanya menanyakan keadaannya," jelas Naruto secepat mungkin sebelum Neji sempat menyerangnya.
Neji menatap Naruto tajam. "Dia baik-baik saja. Kenapa kau bertanya?"
Naruto menggaruk ujung hidungnya, tampak berpikir keras. Ia tak begitu dekat dengan Hinata walau merka satu dojo dan ia sendiri tak tertarik dengan gadis pemalu satu itu. "Entahlah. Oh iya, aku bertemu dengannya seminggu yang lalu tatkala Sakura-chan mengajakku untuk ikut double date. Setangkap aku, Hinatalah pasangan date untuk-"
"APPAA?!" teriak Neji gusar. Wajahnya terlihat berkedut dan marah. Beberapa pengunjung kedai tampak menoleh ke arah mereka berdua.
"Waaa-! Tunggu! Aku tak tau apa-apa! Sakura-chan yang merancang semuanya! Sungguh!"
Neji memutar bola matanya, tampak masih sedikit tak percaya. Ia menghela nafas keras dan mulai menggerutu, "Apa sih yang dilakukan gadis bodoh itu? Kerjaan juga cuma ngegambaaar saja! Seharusnya dia itu lebih sering berlatih di dojo daripada melakukan kegiatan tak bermanfaat seperti itu!"
"Ini ramennya Naruto! Neji-san juga!" seru Teuchi sambil meletakkan semangkuk ramen panas nan lezat di hadapan Naruto dan Neji.
Naruto menyengir lebar, melupakan sejenak percakapannya dengan Neji. "Itadakimasu!" Naruto pun melahap habis ramen di mangkuknya dengan cepat lalu ia tertawa bangga setelah tetesan terakhir dari kuah ramen masuk ke dalam mulutnya. "Hahaha! Ramen paman emang paling nikmat!"
Teuchi terkekeh bangga. "Tentu saja!"
Neji melengos melihat sikap Naruto. Dalam pikirannya, ia masih tak habis pikir dengan tipe pemuda kesukaan adik kesayangannya itu. Apa sih yang dilihat Hinata dari pemuda-kuning di hadapannya ini?
Naruto menoleh ke arah Neji, sambil terkekeh ia berkata, "Sekeras apa pun Neji-san melarang Hinata untuk berhenti menggambar, aku yakin Hinata tak akan berhenti. Kalau Neji-san memang sayang dengan Hinata, biarkanlah ia memilih arah hidupnya. Tugas seorang kakak bukan untuk memilihkan apa yang terbaik bagi sang adik tapi untuk membimbing pilihan sang adik agar pilihan tersebut menjadi yang terbaik nantinya."
Neji tertegun. Sungguh, ia masih belum mengerti dan ia memang tidak mau mengerti betapa misteriusnya Naruto di saat-saat tertentu.
"Cih, itu bukan urusanmu!" balas Neji lalu melahap ramennya yang mulai mendingin.
.
.
.
Hinata menatap langit gelap dengan rintik hujan yang mulai membasahi bumi. Sudah dua minggu berlalu dan ia belum sekali pun mendatangi taman kota tempat dimana ia selalu dapat menemukan pemuda-pelit-suara yang selalu ditunggu-tunggunya.
Hinata mearik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan cepat. Ia berusaha untuk tenang tapi tampaknya jantungnya masih tak bisa dijinakkan. Ia berdebar-debar. Hinata sungguh tidak tau apa yang harus diucapkannya jikalau ia bertemu Sasuke. Ya, nama pemuda itu Sasuke. Hinata tersenyum kecut karena menyadari bahwa Sasuke sudah punya gadis yang ia sayangi, sahabat Hinata sendiri.
Hinata melangkah perlahan menuju tempat duduk beratap yang mulai tampak dikejauhan. setelah cukup dekat dengan tempat duduk beratap itu, Hinata berhenti dan menatap sekeliling. sosok Sasuke tak bisa ia temukan. Hinata menghela nafas kecewa. Ia menggembungkan kedua pipinya tanda kesal.
"Akhirnya kau datang juga." Sebuah suara menyahut dari arah belakang Hinata.
Hinata kaget. Dengan terburu-buru ia membalikkan badannya dan tak disuga, ia terpeleset karena lumpur yang licin. Badannya pun limbung, Hinata memejamkan matanya, bersiap menghantam tanah dan-
Seseorang menangkap pinggangnya, merasakan putaran pada tubuhnya dan tatkala Hinata membuka matanya ia terkesiap. Bisa dirasakannya nafas lembut Sasuke yang wajah tampannya berada begitu dekat dengan wajah Hinata. Darah mengalir deras ke kepala Hinata, pipinya mulai memanas. Sasuke tampak tak berniat untuk menjauh, pemuda itu malah mendekatkan wajahnya, kedua mata pemuda itu menatap bibir ranum Hinata dan Hinata pun-
Cegukh! Suara aneh terdengar dari mulut Hinata disertai gerakan kejut di bahu kecilnya. Hinata menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Tapi, cegukan-cegukan mulai terdengar bersambungan. Hinata panik. Ia tampak tak bisa menghentikan cegukannya yang datang tiba-tiba.
Cegukh! Cegukh! Hinata menutup kedua matanya, menahan rasa malu yang mulai mengambil alih akal sehatnya.
Fuh! Terdengar desahan tawa lalu terdengarlah alunan tawa yang berusaha ditahan oleh si pemilik tawa. Hinata yang sekarang sudah dapat berdiri dengan seimbang membuka matanya dan ia pun mendapati Sasuke dengan wajah tampannya yang sedang tertawa geli. Rintik hujan masih turun dengan lembut, membasahi kedua insan yang sudah tak lagi dilindungi oleh payung-payung yang hilang entah kemana. Tetes air hujan berjatuhan dari rambut Sasuke, menambah pesona pemuda bermata onyx itu.
Hinata ternganga. Ia tak dapat berkata-kata. Sungguh, pemandangan yang ada dihadapannya saat ini memutuskan kesadaran dirinya dengan lingkungannya. Fokusnya hanya tertuju ke pemuda yang masih asik tertawa. Debaran jatung terdengar semakin keras. Aliran darah mengalir dengan deras di dalam nadi Hinata. Pemandangan di sekitar memburam, meninggalkan sosok Sasuke yang menjadi fokus pandangan.
Tawa Sasuke mulai mereda namun bisa dilihat beberapa titik air mata di sudut mata pemuda yang memegangi perutnya karena tak bisa menahan geli. Sasuke menghela nafas, sisa-sisa tawanya masih tampak diwajahnya, meninggalkan semburat senyum tulus yang begitu menawan Hinata dalam lamunannya hingga Sasuke mengucapkan dua kalimat yang melemparkan Hinata kembali ke dunia nyata.
"Kau benar-benar menarik Hinata. Itulah mengapa aku mencintaimu."
To be Continued ...
.
Hello Hello ! Its me ! Walau tak banyak yang review, tapi entah kenapa ending menggantung itu bikin gatal.
So, this is the sequel of my rain series. well, I call them Rain Series, hehe.
Anyway, I would love it if you, readers and seniors review this stories, either because the plot or miss typo or OOC maybe ? Hehe.
OH, and I want to tell you something that the SASUKE who I choose for this story isn't kind of a too cold person.
Why ? Hoho. Azura nggak kuat bikin yang dingin-dingin. Nanti membeku. DAN Azura nggak tau gimana kalau Sasuke jatuh cinta tapi yang pasti dia jadi lucu.
Sasuke : Maksud lo gue lucu ? Darimananya ?! #deathglare
Azura : Bukan lucu biasa tapi lucu tanda kutip !
Sasuke : Dasar cewek ! Nggak jelas ! Hn.
Azura : Suka suka Azura, buu ! #pout
Anyway, maaf banget bagi para Naruto's Fans yang nggak terlalu suka Sasuke versi Azura. #bow
See you later minna-san !
