Harry Potter hanya milik J.K Rowling
Aku cuma pinjem Draco dan Hermione serta kawan-kawan ^^
First fanfic, gaje, miss typo, OOC, dan jangan lupa review ya. Thanks
-(0)-(0)-(0)-(0)-
Chapter 1
"Aku heran. Memangnya ada siswi di Hogwarts yang mau menjadi Ketua Murid Perempuan kalau Ketua Murid Laki-lakinya adalah dia. Aku yakin tak ada yang tahan berbagi asrama dengan seseorang seperti itu. Tapi kenapa harus aku. Aku tidak yakin aku bisa bertahan di asrama Ketua Murid dengan dia. Okey, Hermione, lupakan itu semua, kau harus professional."Sambil menenteng kopernya menuju ruang rekreasi asrama ketua murid, Hermione Granger tak henti-hentinya menyesali nasibnya saat ini.
Menjadi Ketua Murid, tepat. Tapi tidak begini keadaannya kalau partner ketua muridnya bukan,
"Apa yang kau katanya Granger?" Suara dingin itu mengagetkan Hermione yang sedang melewati ruang rekreasi dengan membawa kopernya, sebenarnya dia akan langsung menuju kamar tidur ketua murid perempuan, dimana dia akan tinggal untuk satu tahun kedepan.
"Apa yang kau dengar?" Kata Hermione setenang mungkin.
"Well. Semuanya. Dan asal kau tahu saja Granger." Laki-laki yang tadinya duduk di sofa depan perapian itu kini berdiri dan berjalan mendekati Hermione.
"Jangan berani mendekat, kuperingatkan kau! Atau aku akan," Hermione tak mampu melanjutkan kata-katanya karena kini laki-laki itu sudah menyudutkannya ketembok.
"Atau kau akan apa? Perlu kau tahu Granger, semua gadis di Hogwarts ingin sekali mendapatkan posisimu sebagai Ketua Murid Perempuan. Sebaiknya kau bersyukur saja harus berbagi asrama denganku." Laki-laki itu berkata dengan ekspresi wajah yang dingin tak bisa dibaca, entah ia marah atau ia sedang menyombongkan diri Hermione tak tahu. Yang dia tahu sekarang bagaimana caranya dia keluar dari wajah laki-laki ini yang hanya berjarak beberapa centi darinya.
"Draco Malfoy! Lepaskan aku!" Hermione berteriak di depan wajah Draco yang hanya berjarak beberapa centi darinya itu.
Ya, Draco Malfoy. Dia adalah Ketua Murid Laki-laki yang beruntung bisa menjadi patner Hermione Granger dalam melaksanakan semua tugas Ketua Murid, dan yang lebih parahnya mereka harus berbagi asrama. Walaupun kini aura permusuhan sudah jarang sekali muncul, tapi tetap saja bagi mereka untuk berteman sedikit sulit.
"Sebenarnya siapa yang sedang memeganggu, hingga aku harus melepaskanmu. Aku bahakan tidak menyentuhmu sama sekali."
Draco memang tidak memegang Hermione, kedua tangannya mengunci Hermione dengan posisi kedua tangannya dia sandarkan ke dinding. Tetap masih dengan ekspresi yang dingin, namun kali ini dia menyeringai sebelum akhirnya dia pergi menuju sofa nyaman di depan perapian.
Hermione menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya, hampir mirip seperti mengendus. Belum sampai 10 menit dia di asrama Ketua Murid tapi hidupnya sudah terancam dalam bahaya. Bahaya bisa datang kapan saja kalau dia dekat-dekat dengan Ketua Murid laki-laki itu. Dia kemudian melanjutkan aktivitasnya yang tertunda, yaitu menyeret kopernya menuju kamar tidur ketua murid perempuan dan merapikan barang-barangnya.
"Demi Celana Merlin, dan apapun milik Merlin! Apa yang harus aku lakukan sekarang. Semoga aku tidak mati kesal di sini." Hermione membatin dan masih saja merutuki nasibnya sebagai ketua murid sambil berbaring karena kelelahan sesudah menyusun barang bawaannya.
"Sebentar lagi aku akan jadi gila." Sekarang dia malah mengacak-acak rambutnya frustasi.
-(0)-(0)-(0)-(0)-
Hermione memicingkan mata dan menguceknya, sebelum akhirnya mata coklat indah itu terbuka sempurna, Hermione baru menyadari bahwa tadi dia tertidur dan melupakan waktu makan siangnya karena terlalu sibuk menyusun barang-barangnya dan akhirnya terlelap sampai matahari sudah terbenam. Dia memutuskan untuk turun ke Aula besar dan makan malam bersama dengan Harry dan Ron. Tapi sebelumnya dia ingin mandi terlebih dahulu.
Setelah mandi Hermione berganti pakaian dan mengikat rambut ikalnya yang mengembang agar terlihat lebih rapi, dan dia langsung turun kelantai bawah tanpa menghiraukan dimana keberadaan partnernya itu.
"Hai, Mione." Harry tersenyum dan melambaikan tangan kepada Hermione yang baru sampai di Aula besar. Dia langsung menuju meja Gryffindor dan menemui kedua sahabatnya yang telah duduk manis menunggunya.
"Hai Harry, hai Ron." Hermione duduk berhadapan dengan Harry dan Ron.
"Hai Mione. Bagaimana rasanya menjadi ketua murid?" Kata Ron sambil melahap sepotong besar paha ayam.
"Bagaimana katamu Ron? Seharusnya kan kau sudah tahu bagaimana rasanya satu asrama dengan Draco Malfoy. Kita sudah mengenalnya, bukan mengenal tapi? Ah, lupakan. Kita sudah mengetahui kelakuannya lebih dari 7 tahun, dan kau masih bertanya bagaimana? Aku tidak habis pikir dimana letak otakmu itu Ron? " Hermione sedikit emosi saat menjawab pertanyaan Ron, padahal Ron tidak menyinggung nama Draco sama sekali.
"Kenapa kau malah membentakku? Aku kan cuma bertanya." Ron tidak mau kalah.
"Maafkan aku Ron. Aku hanya," Hermione merasa sedikit bersalah pada Ron. Seharusnya dia tidak membentak Ron saat ini. Mengingat mungkin Ron masih sakit hati padanya karena telah memutuskan hubungan percintaan mereka tidak lama setelah perang.
"Sudahlah, inikan hari pertama kita mengulang tahun ke 7 di Hogwarts setelah perang. Harusnya kalian senang bisa pulang ke Hogwarts." Harry menenangkan Hermione dan Ron, khususnya Ron yang sebentar lagi akan meledak .
Harry berkata begitu karena mungkin dia sangat senang karena bisa satu kelas dengan Ginny, karena Harry, Ron dan Hermione harus mengulang tahun ke 7 mereka yang sempat tertunda karena pencarian horcrux.
"Maafkan aku Harry, hanya saja aku belum begitu menikmati menjadi ketua murid. Mungkin karena aku belum melaksanakan satupun tugas sebagai ketua murid." Kata Hermione sambil manaruh kentang tumbuk dan sepotong paha ayam ke piringnya.
"Hermione, bukankah ini yang kau inginkan? Menjadi Ketua Murid? Mmm, apa ada masalah lain, atau ini hanya karena Malfoy?" Kata Harry sedikit hati-hati mengatakannya, takut Hermione bereaksi seperti tadi. Namun kali ini Hermione hanya mengangguk.
"Ayolah Hermione, kau sudah pernah menghadapi berbagai macam rintangan saat kita mencari horcrux bersama, dan kau bisa mengatasinya dengan baik. Jangan bilang kau tidak bisa mengatasi pirang arogan itu? Itu hanya Draco Malfoy." Lagi-lagi Ron membuat emosi Hermione terpancing. Namun kali ini dia tidak ingin meladeni Ron dan hanya mendengus dan menyesap jus labu yang ada di pialanya.
"Cukup Ron, jangan mulai lagi." Kata-kata Harry membuat Ron langsung terdiam.
"Mione, lebih baik kalau kau tidak nyaman berada di asrama yang sama dengan Malfoy, kau bisa kembali ke asrama Gryffindor." Kata Harry memberi solusi untuk sahabat terbaiknya.
Tentu saja Hermione tidak menyetujuinya, dia tidak akan melepas tanggung jawabnya sebagai Ketua Murid dan bila dia tidak tidur di asrama ketua murid, itu namanya tidak professiona dan itu bukan Hermione sekali. Lagi pula ini baru hari pertama Hermione menjadi Ketua Murid. Mungkin di hari berikutnya akan lebih baik.
"Oh, terima kasih Harry. Tapi aku pasti bisa mengatasi ini. Yah, benar kata Ron, itu hanya Malfoy dan apa yang aku harapkan?" Hermione mencoba meyakinkan Harry dan di balas dengan senyuman oleh Harry.
Saat itu juga pandangannya langsung tertuju pada sosok pria berambut pirang yang baru saja bergabung di meja Slytherin dengan Blaise Zabini dan Pansy Parkinson. Yang langsung di sambut gelayutan manja Pansy pada lengan Draco.
"Benar-benar memuakkan." Hermione mencibir di dalam hati.
-(0)-(0)-(0)-(0)-
"Malfoy! Cepatlah! Kau tahu ini sudah jam 9 dan aku melewatkan sarapanku di Aula Besar karena menungguimu mandi. Harusnya kau tahu kamar mandi di asrama ini cuma ada satu. Dan KAU! Bukan satu-satunya penghuni di asrama ini. Jadi cepatlah keluar!"
Kemarahan dan kekesalan Hermione sudah tidak dapat dibendung lagi, sudah hampir 2 jam dia menunggui sang Pangeran Slytherin mandi. Bukan karena apa-apa dia juga membutuhkan kamar mandi itu. Dia menggedor pintu kamar mandi berulang kali dan marah-marah tidak jelas.
"Hey, Granger sebenarnya siapa yang ingin di tunggui? Aku tidak menyuruhmu untuk menungguiku mandi." Draco berteriak dari dalam kamar mandi dengan santainya.
"Apa dia tidak punya otak? Dasar Musang Pirang tak tau diri!" Hermione membatin sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Dia benar-benar sudah sangat marah. Dia mengambil tongkat sihirnya dan akan bersiap meluncurkan mantra bombarda sebelum akhirnya pintu kamar mandi terbuka.
Pemuda pucat berambut pirang itu berdiri di pintu kamar mandi dengan hanya memakai handuk sebatas pinggang dan membiarkan dada atletiknya di biarkan terbuka. Hermione bagai melihat patung porselen yang dipahat begitu sempurna. Untuk sejenak Hermione melupakan tujuannya berdiri di depan kamar mandi, tapi suara dingin dan datar Draco membuyarkan lamunannya.
"Tutup mulutmu Granger, kau berisik sekali. Apa kau tidak di ajari sopan santun oleh orang tuamu? Kau pikir ini lapangan quidditch, hingga kau boleh berteriak sesuka hatimu. Oh, atau kau sebenarnya ingin mandi bersamaku? Atau hanya ingin melihatku saat aku hanya memakai handuk seperti ini? Aku tidak tahu sebegitu murahannya dirimu Granger."
Seperti di sambar petir, Hermione merasakan ngilu di hatinya. Siapa yang suka di sebut sebagai wanita murahan. Seumur hidup Hermione dia tidak pernah dihina begitu kejam seperti ini. Imagenya sebagai murid terpintar sekaligus teman Harry Potter yang berkat otak cemerlangnya berhasil mengalahkan Voldemort beserta pengikutnya.
"Tutup mulutmu Malfoy. Aku bukan wanita murahan seperti yang kau katakan." Tidak ingin memperpanjang percakapan Hermione langsung melewati Draco menuju kamar mandi.
Draco hanya menyeringai dan berjalan melewati Hermione tanpa mengucapkan satu patah katapun. Amarah Hermione sudah sampai ubun-ubun, untung saja dia tidak mengutuk pemuda arogan itu, karena kita semua tahu Putri Gryffindor ini masih punya otak, dan tahu apa akibatnya kalau dia mengutuk pewaris tunggal keluarga Malfoy itu.
Draco berhenti berjalan ketika baru 5 langkah dia meninggalkan Hermione di depan pintu kamar mandi. Tanpa membalik badannya dia berkata.
"Untuk apa kau mandi Granger, walaupun kau mandi 1000 kalipun. Kau tetap saja Darah-Lumpur kotor yang menjijikkan." Draco mencibir tanpa basa-basi, dan cacian itu berhasil menembus hati Hermione.
Baru saja dia menghina Hermione wanita murahan, sekarang panggilan tak pantas itu kembali dia ucapkan untuknya? Demi Merlin! Apa dia lupa, status darah tidak berlaku saat ini? Tapi tentu saja Draco tidak akan peduli. Dalam otaknya dia masih berfikir bahwa pure-blood adalah yang paling baik diantara semua status darah.
Hermione langsung membanting pintu kamar mandi hingga bunyinya menggema di ruang rekreasi Asrama Ketua murid. Tentu saja amarah Hermione semakin menjadi, dia benar-benar tidak suka disebut kau-tahu-apa oleh Draco. Panggilan kotor itu sangat menyakitkan baginya, bukan hanya karena dulu Draco pernah menghinanya dengan sebutan itu untuk pertama kali ketika mereka kelas dua. Kejadian di Malfoy Manor yang masih belum dia lupakan, kejadian yang hampir saja merenggut nyawanya, ketika Bellatrix Lestrange mengintrogasinya dengan sangat tidak manusiawi dan mengukir tulisan kau-tahu-apa di kulit lengan kiri Hermione yang sontak membuat Hermione menjerit kesakitan.
Butiran air mata menetes jatuh dari kelopak mata Hermione, melewati pipi dan jatuh di bibirnya yang indah. Di balik pintu kamar mandi Hermione menangis sambil bersandar ke pintu dan berlahan tubuhnya beringsut kebawah. Dia terduduk sambil memegang kedua lututnya. Terisak karena sudah tidak sanggup lagi menahan amarahnya terhadap Draco Malfoy.
Hermione adalah gadis yang kuat, namun tetap saja dia adalah seorang perempuan yang memiliki perasaan yang bisa terluka. Dalam batinnya ia menolak untuk menangis karena hal sepele. Hanya dihina oleh Draco Malfoy. Batinnya tidak bisa berbohong.
Sementara di sisi lain, Draco Malfoy yang sudah mengenakan seragam khas Slytherinnya dan tidak tahu bahwa sang partner menangis terisak karena ulahnya, malah mematung memandang jendela kamarnya yang terbuka. Memandang langit biru cerah tanpa awan sambil kedua tangannya ia masukan ke dalam saku. Pandangannya tidak fokus, sesekali ia menarik nafas panjang, seolah ia sedang memikirkan sesuatu yang sangat rumit.
-(0)-(0)-(0)-(0)-
"Ah, Miss Granger. Apa kau baik-baik saja? Tidak biasanya kau terlambat masuk kelasku." Professor Slughorn mengerutkan kening dan bertanya heran kepada Hermione salah satu anak emasnya.
Semua pasang mata di kelas ramuan menatap Hermione yang mematung di depan pintu kelas ramuan dengan pandangan tidak-mungkin-dia-terlambat-masuk-kelas.
"Emm… maafkan saya Proffesor. Saya bangun kesiangan dan saya telat masuk kelas anda karena telah meninggalkan buku saya di asrama. Jadi saya harus kembali ke Asrama dan mengambilnya. Maafkan saya Professor, seharusnya…"Professor Slughorn memotong kalimat Hermione, sepertinya dia iba melihat Hermione dengan mata sembab seperti tidak tidur semalaman.
Hermione memang berbohong, mana mungkin dia akan berkata bahwa dia baru saja menangis di kamar mandi. Bukan alasan yang masuk akal untuk di terima, dan itu akan membuatnya terlihat lemah dimata semua orang.
"Sudahlah Miss Granger, kau hanya telat 10 menit. Sekarang duduklah bersama partnermu."
Hermione melangkah menuju kursi kosong di samping Draco Malfoy yang lagi-lagi menjadi patnernya. Dia menunduk ketika melihat iris kelabu milik Draco memandangnya, tidak menginginkan Draco melihat matanya yang sembab. Tentu saja bukan karena tidak tidur semalaman tapi karena hinaan dan makian dari laki-laki berdagu runcing ini, yang berhasil membuat dia menangis dan akhirnya terlambat masuk kelas ramuan pagi ini.
Hermione mencoba untuk bertingkah senormal mungkin, walau dia sebenarnya tidak ingin melihat pemuda itu saat ini. Tapi dia tidak ingin membuat professor slughorn kecewa padanya untuk yang kedua kalinya. Hermione mulai menaruh bukunya di meja dan duduk di samping Draco. Kini pandangan Hermione tertuju kedepan kelas, dimana professor slughorn sedang menjelaskan bagaimana cara membuat felix felicis.
Tanpa Hermione sadari, sepasang mata kelabu milik Draco masih saja terus memandang Hermione yang duduk di sampingnya, dia melihat kelopak mata Hermione yang sedikit membengkak.
"Apa dia habis menangis? Aku kira dia tidak selemah itu. Kasihan juga, tunggu, apa aku tadi mengasihaninya? Tidak mungkin." Draco membatin sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan pandangannya berpindah ke depan kelas.
Walaupun mereka duduk bersama, tapi sepanjang pelajaran ramuan hari ini, baik Hermione atau Draco tidak ada yang memulai untuk berbicara atau memulai percakapan. Atau mungkin sekedar bertanya tentang apa saja bahan-bahan yang harus mereka masukan ke dalam kuali di meja meraka.
-(0)-(0)-(0)-(0)-
"Hermione!" Sedikit sulit mencari orang yang memanggil Hermione, mengingat sekarang dia berada di koridor yang penuh sesak dengan anak-anak yang lalu lalang. Sampai akhirnya dia melihat seorang gadis berambut merah menghampirinya, ternyata Ginevra Weasley yang memanggilkan. Dia melambaikan tangan pada Hermione dan mengerutkan kening ketika sampai di depan Hermione.
"Kenapa kau telat masuk kelas ramuan pagi ini? Dan, hey. Kenapa juga matamu sembab begitu? Katakan padaku Mione."
Hermione bingung harus berkata apa pada Ginny, dia tidak ingin Ginny tahu kalau dia menangis gara-gara partnernya Draco Malfoy.
"Aku tidak apa-apa Gin."
"Kau sakit? Mau aku antar ke rumah sakit?" Kata Ginny sambil memegang bahu Hermione.
"Terima Kasih Gin, tapi sepertinya tidak usah. Aku baik-baik saja."
"Ya sudah kalau kau berkata begitu. Kau akan menuju Aula Besar untuk makan malam kan? Kau melewatkan sarapanmu dan makan siangmu hari ini."
Benar juga kata Ginny karena dia harus menunggu Draco keluar dari kamar mandi pagi ini, dia tidak turun ke Aula besar untuk sarapan. Tapi dia sempat meminum jus labu dan satu potong sandwich untuk mengganjal perutnya siang tadi. Dan malam ini, dia tidak punya selera untuk makan sesuatu.
"Ginn, sebenarnya aku akan menuju perpustakaan untuk mengembalikan beberapa buku yang aku pinjam." Hermione menunjukkan beberapa buku yang dia bawa. Bacaan ringan baginya, namun bagi Ginny itu sama sekali bukan bacaan ringan.
"Mau aku antar?" Kata Ginny lagi
"Tidak perlu Gin, pergilah ke Aula Besar dan makanlah sesuatu."
"Okey. Baiklah Hermione. Jaga dirimu baik-baik. Menginaplah di asrama Gryffindor kalau kau benar-benar sedang tidak enak badan." Ginny memberikan sedikit perhatian untuk sahabatnya yang sangat ingin sekali dia jadikan sebagai kakak iparnya. Tapi apa boleh buat, hubungan Hermione dengan Ron sudah kandas.
"Terima kasih banyak. Aku akan mampir sesekali ke sana."
Hermione meneruskan perjalannya menuju perpustakaan, dalam hatinya dia ingin sekali menginap di asrama Gryffindor. Tapi malam ini dia harus berpatroli bersama dengan Draco. Di dalam hatinya tidak ada niatan untuk berbicara ataupun sekedar menyapa Draco, memandangnya saja dia tidak ingin.
Setelah kembali dari perpustakaan Hermione langsung menuju ruang rekreasi Asrama Ketua murid, dimana dia tadi meninggalkan essay transfigurasinya di meja depan perapian. Dan alangkah terkejutnya dia melihat essaynya sedang di tindih oleh sepasang kaki bersepatu hitam mengkilat yang penuh dengan lumpur. Wajah Hermione kini merah semerah rambut Ginny, tentu saja dia marah –lagi- dengan sang Ketua Murid Laki-laki ini.
"DRACO MALFOY! TURUNKAN-KAKIMU-DARI-MEJA-SEKARANG!" Dengan penekanan di setiap kata yang dia katakan, dia membuat si pangeran kulit pucat itu mendelik dan secara reflex menurunkan kakinya.
"Apa yang sedang kau lakukan Granger? Berteriak sesuka hatimu seperti orang gila." Kata Draco langsung beranjak dari duduknya sambil berkacak pinggang.
"Apa yang aku lakukan? Hah, apa yang kau lakukan dengan essayku?" Hermione mengambil essaynya di atas meja dan menunjukkannya tepat di wajah Draco. Jelas terlihat, kini essay Hermione penuh dengan lumpur dari sepatu Draco yang sengaja atau tidak membuat tulisan di essay itu benar-benar tidak bisa di baca lagi.
"Oh, itu. Siapa suruh menaruh essay di tempat sembarangan. Jelas itu bukan salahku." Draco membela diri, masih saja tidak ingin di salahkan.
"Kau…." Hermione tidak melanjutkan kata-katanya, baginya percuma saja berdebat dengan si pirang ini, hanya akan membuang begitu banyak energi.
Dia memutuskan untuk langsung pergi ke kamarnya. Membuka jendela kamarnya dan membuang essaynya yang berantakan gara-gara ulah Malfoy yang tak tau diri itu. Angin membuat essay Hermione terbang entah kemana, walaupun essay itu baru akan di kumpulkan 2 minggu lagi, tapi tetap saja membutuhkan waktu untuk menulisnya. Essay itu harus sepanjang minimal setengah meter, dan Miss-Tahu-Segalanya ini tentu saja tidak mengerjakannya seminimal mungkin, essaynya ia kerjakan sepanjang satu meter dalam waktu singkat.
Dan kini sia-sia sudah. Angin malam membuat tubuh Hermione menggigil, segera dia menutup jendelanya dan Hermione membaringkan tubuhnya di tempat tidurnya, menarik selimut dan segera menutup mata coklatnya. Berfikir untuk tidur sejenak sebelum melaksanakan patroli bersama Draco malam ini.
To Be Continue
Okey, gimana ceritanya? Aneh, gaje? -' Author mau minta maaf karena ada sedikit kesalahan dalam fanfic ini kemaren2. Speechless. Authornya masih newbie. Lupakan. Nah sebagai perminta maafan Author, langsung aja hari ini chapter langsung meluncur. Jangan lupa review ya. Don't be silent readers. Makasih banyak. Salam manis cumbu mesra. ^^
