Fairy Tail (c) Hiro Mashima, I own nothing :)
30 Days Stright adalah Fic tentang Challenge OTP dengan tema yang telah ditentukan, satu chapter satu hari selama tiga puluh hari.
Warning: Alternate Universe/OOC/Boy x Boy/Yaoi/Slash
PG: Teen
Gray x Natsu
.
xxx
.
Day 1
.
.
Taman bermain pagi ini terasa begitu hidup karena orang-orang yang berlalu-lalang menaiki atraksi terlihat amat gembira. Langit cerah namun tak terlalu terik, angin sepoi bertiup pelan memanjakan orang-orang di taman bermain ini. Cuaca yang menyangkan untuk memulai hari yang baik...
Sruputtt...
Kecuali satu orang yang kini tengah duduk di sebuah bangku panjang bercat putih yang dihimpit oleh air mancur dan kebun bunga aneka rupa. Pemuda itu sedang menyesap cola kalengan dengan suara becek yang ricuh—sengaja, karena ia sedang menyalurkan amarahanya. Aroma wangi mawar pun tak dapat membuat pemuda berpakaian kasual itu tenang, berkali-kali ia memeriksa jam di ponselnya dan berkali-kali pula ia mengupat 'kuso!' pelan sambil menghentakkan kaki ke jalan. Kemeja merah bergaris putih yang ia kenakan langsung dibukanya karena gerah—oh angin sepoi pun tak sanggup membuat pemuda ini menghentikan derasnya keringat yang terus mengucur. Sebenarnya sih bukan karena panas matahari tapi panas dari dalam sukma.
"Oy, menunggu lama?"
Seorang pemuda berambut raven berjalan setengah berlari mendekati seorang pemuda pinkish yang—dari ekspresi wajahnya—dapat dipastikan tidak tengah dalam mood haha-hihi. Kau dapat melihat kerutan bertingkat di keningnya dengan alis saling bertautan, bibir sedikit mengerucut dan pandagan matanya seakan ingin membunuh.
"Oh tentu tidak, Tuan Tepat Waktu," si pemuda dengan bentuk mata yang membuatmu kadang teringat akan naga itu berjalan dengan langkah dihentak-hentak, murka kau seakan-akan dapat melihat api kemarahan keluar dari hidungnya. "Enak tidurnya heh? Hm hm... wah selamat kalau begitu, aku juga senang sekali duduk-duduk SENDIRIAN di sini samapi TIGA JAM, oh don't mind, don't mind aku tak sedang marah kok tenang saja."
Oh jelas-jelas dia marah dan pemuda yang datang terlambat itu menepuk kedua tangannya, membentuk pose meminta maaf, "Gomen, gomen... semalam aku ketiduran di apartemen Lu—cy," crap! Si pemuda yang kemejanya lupa dikancingkan itu menepuk kepalanya pelan sembari mengumpat dalam hati karena mulutnya yang seenaknya bicara dan tak butuh waktu lama untuk menuai bibit yang ia tanam karena setelah itu wajahnya terkena pukulan yang amat keras sehingga membuatnya mundur beberapa langkah ke belakang.
"Mati saja sana kau dasar Kepala Es Parut, eksibisionis mesum!"
"Oi Natsu, matte!"
"Urusai! Jangan ikuti aku kau Gray! Dasar kau uragiri mono! Cheater!" Natsu melempar kemejanya ke arah Gray dengan geram, matanya perih dan ia mengumpat lagi—kali ini lebih karena sebal pada dirinya yang gampang sekali terbawa emosi dan mulai membuat matanya berair. Diseka matanya dengan lengan kanan kemudian ia berbalik tanpa menatap pemuda bernama Gray untuk kedua kalinya. Pertengkaran mereka menarik perhatian banyak orang? Peduli amat, Natsu tak ambil pusing dan langsung pergi ke luar taman bermain dengan berlari.
Ia berlari dengan melewati banyak jalan gang, entah berapa kali ia berbelok setiap ia menemukan tikungan. Hal itu dilakukan agar si bego Gray Fullbuster, pacarnya yang tukang selingkuh itu tidak bisa menemukannya dengan mudah. Apalah, Natsu Dragnell ini dikenal sebagai anak nakal di Fairy Tail High School, jadi jangan heran kalau dia bisa dengan mudah menghilangkan jejak dari para pengejar.
Ia berhenti ketika merasa sudah cukup jauh dan tak ada tanda-tanda dari Gray. Pemuda bersurai merah dadu itu menyandarkan pundaknya ke tembok rumah seseorang kemudian merosot hingga terduduk di jalan. Napasnya menderu hebat dan dapat terlihat kalau dia amat capai, sudah cukup lama ia tak berlari-lari seperti ini semenjak ia jadian dengan Gray satu bulan lalu.
Namun sepertinya percuma, hubungan ini nampaknya tak akan bisa bertahan lama karena karakter keduanya sama-sama keras. Walaupun kadang ada yang berusaha mengalah, tetap saja mereka kembali bertengkar. Yeah, tak jauh beda ketika mereka masih berstatus teman tapi rival sebelum Gray menyatakan perasaannya kalau ia menyukai Natsu sejak lama.
Satu bulan yang lalu, ia menerima pernyataan Gray karena... karena merasa dirinya menjadi prioritas nomor satu pemuda tersebut. Entah sejak kapan ia merasa ingin menjadi teman yang dapat menyaingi Gray, menjadi orang yang paling mengerti Gray, menjadi seseorang yang dapat diandalkan ketika pemud raven itu berada dalam kesulitan. Namun ia belum begitu yakin dengan perasaannya... apakah ia juga menyukai Gray dalam kondisi yang sama dengan pemuda itu menyukai dirinya.
Ia banyak berpikir satu bulan terakhir ini.
Namun baru kali ini Natsu merasa kalau ia benar-benar menyukai Gray ketika pemuda itu menyebut nama teman dekat perempuan mereka. Lucy adalah teman Natsu juga, teman baik malah dan tak jarang kalau mereka sering numpang tidur di rumah gadis blonde tersebut karena alasan dekat dari mana-mana; sekolah, game center, taman bermain. Tapi Natsu langsung kesal ketika nama itu disebut, padahal ia tahu kalau Lucy sudah punya Loki dan tentunya Loki selalu berada di apartemen Lucy ketika mereka menginap di sana. Ia langsung meledak karena kemarahannya menumpuk akibat Gray yang terlambat hingga tiga jam. Tapi menuduhnya sebagai two timer sepertinya tidak adil, bukan hanya pada Gray tapi Lucy juga. Ah... ia jadi membenci dirinya sendiri karena marah-marah tidak jelas.
"Ah kuso!" Kembali ia mengusap matanya yang perih. Ia jadi kesal karena marah-marah kemudian terluka akibat kelakuannya sendiri.
Lalu sebuah sentuhan dingin mendarat di wajahnya hingga membuat pemuda itu kaget dan segera mendongakkan kepalanya ke atas dan hal itu malah membuatnya makin terperanjat.
"G—Gray! Kenapa kau bisa menemukanku!" Tersudut dan dirundung rasa bersalah yang selalu datang paling akhir, Natsu tak dapat berlari kemana-mana.
"Sudah berapa lama aku mengenalmu, eh? Kepala arang?"
"Tsk, sudah kubilang jangan panggil aku itu!" Natsu berseru walaupun tak senyaring bisanya, masih merasa bersalah soalnya.
"Kau juga memanggilku kepala es parut," balas Gray yang kemudian mencengkeram kedua tangan Natsu dengan erat. Memaksa pemuda itu mendekat dan menatap ke dalam kegelapan onyx-nya yang seakan dapat membongkar semua rahasia Natsu tanpa harus mengucapkannya secara lisan. Lama mereka saling tatap di gang sempit sepi ini, hanya ada suara kucing mengeong beberapa kali kemudian keadaan kembali senyap.
Sunyi sekali sampai-sampai Natsu jadi grogi. Keringat mengucur pelan dari pelipisnya dan sebisa mungkin ia tak menatap langsung ke dalam mata Gray.
"Hah...," Gray mendesah pelan, kemudian mendorong tubunya ke belakang hingga bersandar ke dinding rumah yang lain, namun ia pun membawa serta tubuh pemuda pinkish itu ke dalam pelukannya, "kau tidak suka aku menginap di apartemen Lucy?"
Natsu yang masih kaget tak segera menjawab, butuh beberapa detik untuk mengatur napasnya yang sesak karena dadanya berdebar amat kencang, "Tidak, Lucy kan teman kita... lagipula aku juga sering menginap di sana karena dekat dari mana-mana."
"Lalu, kenapa kau marah?"
Lama Natsu terdiam, jantungnya berdetak makin kencang sehingga membuat dadanya sakit. Wajahnya dapat dipastikan telah memerah seperti kepiting rebus. Ughh... ia malu, kalau menjawab dengan jujur 'karena aku suka padamu... makanya aku tak suka kau menyebut nama perempuan lain di kencan pertama kita setelah satu bulan jadian' seperti itu... ugh... bisa mati malu dia. Maka dari itu ia hanya diam, namun kedua tangannya mencengkeram kemeja Gray dengan erat, wajahnya dibenamkan ke dada pemuda itu mencoba untuk menguasai diri untuk kembali tenang.
Gray menghela napas kembali, namun suara kekehan pelannya membuat Natsu lega.
Dia tidak marah. Begitu pikir Natus.
Gray berdiri sembari mengangkat Natsu dengan sedikit memaksa, kemudian tangannya menepuk celana miliknya dan Natsu yang belepotan debu.
"Wajahmu lucu," komentar itu keluar secara refleks ketika Gray melihat wajah Natsu yang kacau tidak karuan karena malu.
"Urusai...," balas Natsu lemas yang nampaknya tak ingin mendebat.
"Sudah terlalu siang, kau masih mau ke taman bermain?"
"Kau ingin membuatku kesal lagi, Gray? Kau tahu sebarapa muak aku mendengar kata 'taman bermain' hari ini karena harus menunggumu yang tidak datang-datang...," Natsu membalas dengan kesal namun kemudian menyesal karena telah memulai bahasan debat baru dengan Gray. Ah... ia merasa hopeless.
"Kalau makan siang?" Tawaran itu terdengar menyenangkan, namun Natsu hanya menjawabnya dengan anggukan singkat tanpa banyak omong. Ia amat bersyukur karena Gray tidak menunjukkan tanda-tanda kesal, tapi Natsu ternyata punya gengsi yang amat tinggi. "Oke kalau begitu...," setelah mengucapkan itu Gray menarik tangan Natsu, mengeggamnya dengan erat kemudian berbisik, "tak apa kan? Gang ini jarang dilewati orang kok," ucapannya terdengar sedikit memohon dan terdengar manis di telinga Natsu.
Bagaimana bisa ia menolak?
Natsu menggumamkan 'emm' pelan sambil mengangguk tanpa berani melihat langsung ke arah Gray dan hal itu membuat pemuda raven itu terkekeh senang dan Natsu lega, mereka tak bertengkar terlalu lama hari ini.
Mungkin karena Gray yang terlalu penyabar. Ah, bukan mungkin lagi, tapi memang benar.
Natsu berjalan sedikit di belakang Gray, dari tangan yang saling berpautan mengalir kehangatan yang membuat tubuhnya seperti digelitiki ratusan semut. Dadanya kembali sesak, namun ia tak kesakitan karena yang ia rasakan sekarang adalah senang yang membuncah. Ujung jemarinya yang bersentuhan dengan telapak tangan Gray mengalirkan kejut-kejut kecil ke tulang belakangnya. Ugh... too much pleasure just from holding hand. This is too much.
Namun Natsu tak ingin mereka sampai di ujung gang dengan cepat, karena itu ia berhenti berjalan. Membuat Gray menoleh ke belakang dengen eksrpesi tanya.
"Ja-jalannya pelan-pelan," ucap Natsu dengan sediki tergagap dan saat itu dia melihat wajah Gray yang merona dengan begitu cepat.
'Uwahh... kawaii...' inner Natsu squealing.
"Um... yeah kalau kau bilang begitu," Gray mengalihkan pandangannya seakan tak berani melihat langsung ke arah Natsu. Genggaman tangan mereka terasa panas, dan nadi di pergelangan tangan mereka yang bersentuhan berdetak amat kencang. Hal itu sudah cukup untuk membuat keduanya tahu kalau mereka sama-sama grogi.
Dan saat itu, Natsu teringat sesuatu yang belum pernah ia ucapkan pada Gray semenjak mereka jadian. Satu kalimat yang seharusnya telah diucapkannya jauh hari, bahkan ketika Gray menyatakan perasaannya pada Natsu. Namun ia masih bingung kala itu dan belum mengerti benar dengan perasaannya namun kali ini ia yakin.
"Gray..."
Amat yakin.
.
.
.
"Suki."
Satu kata dan genggaman tangan keduanya semakin erat.
.
.
.
.
.
TBC—Day 1, Celared!
Halo! Saya balik lagi ke fandom ini dengan pairing OTP saya di Fairy Tail :"| Gray x Natsu horeeeee! *tebar konfeti* Seperti judulnya, fic ini saya buat untuk mengikuti 30 Day's Challange dengan tema yang telah ditentukan (tapi ada beberapa yang diubah sih karena tidak mendukung).
Challange: Day 1—Holding Hand.
Uhm... mungkin bagian pegangan tangannya gak terlalu kelihatan ya? Cuma di akhir-akhir aja... tapi yang penting ada elemen Holding Hand-nya sih hahahaha =)) Duh ya sudahlah... doakan saja supaya saya masih punya virtue buat melanjutkan challange ini untuk selanjutnya. Mungkin setiap charpter akan berkurang jumlah katanya karena... well, yang saya post sekarang ini terlalu panjang buat challange sebenarnya jadi ya gitu deh...
Ah pokoknya terima kasih sudah baca. Dan kalau tidak keberatan, maukan meninggalkan riview? Hehe...
