This Moment
Story by Bibiobio
.
.
.
Waktu telah menunjukkan pukul 11 malam. Semua lampu telah dipadamkan. Hanya lampu ruang tamu yang masih menyala redup. Remang cahayanya menyinari sosok pemuda yang tengah tertidur. Kepalanya terkulai di atas meja, menindih beberapa berkas dokumen.
Dari dalam kegelapan, Sehun melangkah pelan menghampiri sumber cahaya di ruang tamu. Langkahnya terhenti di ambang pintu. Sorot matanya redup. Tatapan sendunya terarah pada satu-satunya sosok di ruang tamu itu.
Sehun kembali melangkahkan kakinya. Ia mengambil posisi di samping pemuda itu, Luhan. Sehun ikut merebahkan kepalanya di atas meja. Maniknya memerangkap sosok Luhan dengan sendu. Tangannya meraih tangan Luhan kemudian mengecupnya lama. Sehun beringsut mendekat, ia memberikan kecupan hangat di kening Luhan.
Sehun menatap kembali sosok Luhan yang masih memejamkan matanya. Sehun menempelkan keningnya dikening Luhan. "Kamu tau, aku tidak akan menentang keputusanmu pindah ke Cina. Aku mengerti inilah yang terbaik untukmu. Aku tak apa selama kamu bisa bahagia. Tapi ada satu hal yang tidak bisa kutahan. Aku akan sangat merindukanmu."ucapnya lirih.
Air mata mulai mengalir keluar dari mata Luhan yang masih terpejam. Luhan mendengarnya, semuanya yang dikatakan Sehun. Ia sudah terbangun semenjak Sehun menggenggam tangannya. Hanya saja ia enggan membuka matanya, ia ingin menikmati momen momen seperti ini sebelum kepindahannya esok.
Hingga ia mendengar ungkapan perasaan Sehun, seluruh pertahanan dirinya bahwa semanya akan baik-baik saja kini sudah runtuh. Luruh bersama makin derasnya air matanya. Luhan menggigit bibir bawahnya menahan isakannya. Seandainya bisa, maka Luhan akan lebih memilih untuk tinggal di samping Sehun. Selamanya. Namun takdir telah menentang kebersamaan mereka. Mereka harus berpisah. Itulah keputusan terbaik untuk keduanya.
Sehun menyadarinya, Luhannya menangis. Ia mengecup mata Luhan, menghapus air mata yang menganak sungai. Kecupan lembut kembali mendarat di kening Luhan. Sebelah tangan Sehun mengusap surai lembut Luhan. "Meski kita akan brerjauhan. Ada yang bisa kupastikan untukmu. Perasaanku padamu tak akan pernah berubah. Begitupun denganmu. Aku yakin itu."
Sehun merengkuh tubuh Luhan ke dalam dekapannya. Luhan mengeratkan genggaman tangan mereka. Tak ada kata terucap. Kesunyian memenjarakan sepasang kekasih itu. Hanya denting waktu yang mengiringi curahan perasaan mereka yang mengalir dan membanjiri jiwa satu sama lain.
.
.
.
FIN
