C . K
.
.
Kyuhyun X Sungmin
Other cast
.
.
Rated T/? | GS | Typo(s)
.
Cerita ini sepenuhnya milik saya, karangan saya, dan ide saya. Saya hanya meminjam nama member super junior dan group lainnya untuk kepentingan cerita ini.
.
.
Don't like don't read.
.
Happy Reading
.
.
.
.
Hari sudah memasuki musim hujan. Suhu kota Seoul sekitar 12 derajat Celcius. Langit sangat gelap, tapi belum turun hujan. Aku merapatkan mantelku mencoba melangkah lebih cepat. Hari ini aku ada kelas pagi, aku berharap dosen Kim terserang flu atau apapun itu agar kelas diliburkan , atau setidaknya dibubarkan lebih awal.
Kelasku berada digedung empat lantai dua. Aku mengambil fakultas sastra yang aku yakin dulu aku sedang mabuk saat memutuskan itu.
Tidak banyak yang mengikuti kelas dosen Kim. Hanya 20 orang termasuk aku. Aku memilih duduk didekat jendela di bangku ke empat dari depan. Sebenarnya masih ada beberapa bangku kosong di barisan depan, tapi itu tidak membantuku bertahan sampai kelas berakhir.
"Sungmin!"
Aku mendongak.
Eunhyuk berjalan menghampiriku. Ia meletakan tasnya di meja didepanku, seolah-olah dua meja kosong ini memang sudah disiapkan untuk kami.
"Kau sudah membaca pengumuman?"
Aku menggeleng.
"Pesta akhir tahun di majukan!"
Itu hampir terdengar seperti sorakan. Ia tersenyum lebar, matanya berbinar. Jari telunjuknya ia letakan di dagunya. Mungkin memikirkan sesuatu seperti, gaun apa yang akan ia pakai, model rambut apa yang paling cocok, dan hal-hal konyol lain yang ada di kepalanya.
Aku hanya menggeleng heran.
Kami memiliki banyak perbedaan. Eunhyuk cukup terkenal dikampus dan mempunyai banyak teman. Sementara aku, sepertinya aku mempunyai masalah dengan yang namanya bersosialisasi.
Eunhyuk menyukai keramaian. Dan aku, aku menyukai suasana yang sepi, tapi bukan kesepian tentu saja.
Entah kenapa Eunhyuk bertahan denganku. Dan konyolnya lagi, pernyataan itu seharusnya ditujukan padaku.
"Mengapa kau diam saja?"
"Memangnya aku harus apa?"
Ia mencebikan bibirnya. "Jangan bilang kau tidak akan datang."
Aku mengangguk. "Tepat sekali."
"Ini pesta akhir tahun pertama kita, bodoh."
"Entahlah, aku hanya malas memikirkannya sekarang."
Sekarang, besok, dan seterusnya. Aku tidak menyukai pesta.
Eunhyuk memutar matanya. Tidak ada lagi yang kami bicarakan, sibuk dengan ponsel masing-masing. Eunhyuk tiba-tiba menyikutku, aku mengira dosen Kim sudah datang. Tapi Eunhyuk tidak langsung membalikan bangkunya, pandangannya malah tertuju pada meja paling belakang di ujung kiri. Bersebrangan jauh dengan meja kami.
"Kau tahu?" Ia melipat tangannya diatas meja. Mulai bergosip. "Ku dengar Victoria mengajak Kyuhyun ke acara pesta akhir tahun nanti."
Pesta.
Lagi.
"Lalu?" Aku bertanya. Bukan penasaran, hanya bersikap sopan.
"Lalu Kyuhyun menolaknya." Ia tersenyum lebar. Eunhyuk tidak begitu menyukai Victoria. Jadi kabar seperti ini tentu saja membuatnya senang. "Aku senang tertanya otaknya masih berfungsi, dan menolak ajakan perempuan sok cantik itu."
"Victoria memang cantik, Hyuk." Aku menimpali, wajahnya terlihat tidak suka.
"Oh ya?" Ia mencibir.
"Kyuhyun juga tampan." Aku hati-hati menoleh padanya dan ternyata Kyuhyun sedang melihat kearah kami. Tapi Eunhyuk tidak memperhatikannya. Mata kami bertemu, satu kalimat yang ada dikepalaku adalah, ucapanku tidak salah.
Kyuhyun memang tampan. Tingginya sekitar 180cm. Kulitnya putih, dan rambutnya berwarna coklat tembaga. Banyak perempuan dikampus yang mengincarnya, termasuk Eunhyuk. Tapi karena sikapnya yang terlalu dingin, kurasa mereka mundur secara teratur satu persatu.
Sepertinya pria itu juga memiliki masalah dengan yang namanya bersosialisasi, sama sepertiku. Ia jarang berkumpul dengan teman-teman yang lain. Lebih sering menyendiri. Eunhyuk bilang mungkin kami berjodoh, dua manusia anti sosialisasi.
Aku langsung menyumpal mulutnya dengan kertas saat itu.
"Kyuhyun tampan, Victoria juga cantik. Bukankah mereka cocok?" Aku mengulang kalimatku. Berpura-pura menulis sesuatu di bukuku menyembunyikan wajahku yang memerah. Aku meyakinkan diriku sendiri bahwa cuaca dinginlah yang membuatku seperti ini.
"Kyuhyun tampan tentu saja. Tapi sepertinya tidak ada perempuan di kampus ini yang cocok dengannya."
Aku hanya tersenyum tipis.
Kurasa Eunhyuk benar.
Tidak lama kemudian dosen Kim datang. Kelas berubah menjadi hening. Hanya dosen Kim yang berbicara. Aku sedikit kecewa karena tidak terkabul, pria tua itu malah sangat bersemangat menerangkan materinya. Saat dosen Kim menjelaskan tentang novel-novel kuno, aku mengulang kobodohanku lagi.
Aku menoleh kearah Kyuhyun sebentar. Beruntung ia sedang fokus pada bukunya.
.
.
.
Saat dikantin, aku mengantri di konter sandwich sambil membawa nampan kosong. Kantin selalu rama seperti biasa. Eunhyuk sudah lebih dulu mendapatkan pastanya. Ia sudah menempati meja di sudut kantin, menyisahkan satu bangku untukku.
Setelah aku membayar pesananku, aku berjalan ke konter minuman. Mengisi penuh gelasku dengan soda. Aku berjalan menghampiri Eunhyuk, aku menunduk sebentar memperhatikan gelasku yang sedikit goyang. Ku pelankan langkahku, tapi entah bagaimana ceritanya aku malah menabrak orang.
Untung saja gelas itu terjatuh kearahku. Aku bersyukur karena akulah yang basah. Beberapa orang memperhatikan kami, tapi hanya sebentar.
"Maaf." Ucapku.
Aku menampakan wajah bersalahku. Perempuan rambut pirang - yang aku tidak tahu namanya - itu berdecak kesal. Ia tidak membawa apapun jadi semuanya terlihat baik-baik saja.
"Apa kau tidak punya mata?"
Aku mengernyit. Apa dia tidak melihatnya? Kurasa dia yang tidak punya mata.
"Aku minta maaf. Aku tidak sengaja."
"Tidak semudah itu mendapatkan maaf dariku. Kau tahu?"
Aku memutar mataku. Yang benar saja, aku juga tidak butuh itu.
"Bukankah dia sudah minta maaf."
Oh!
Seseorang mengambil gelasku yang terjatuh. Hanya cup yang terbuat dari kertas, jadi tidak pecah. Aku menoleh kearahnya, mulutku sedikit terbuka dan mataku mengerjap berkali-kali seperti cacingan. Perempuan pirang itu tidak berbeda denganku, iya terkejut, berbinar, lalu berubah kesa sambil memanyunkan mulutnya. Sepertinya aku muntah sedikit dimulutku.
"Dia hampir menumpahkan minumanya padaku." Ia menggerutu. Aku ingin menyumpal mulutnya dengan gelas kosong karena sandwich ku terlalu berharga.
"Tapi kenyataannya tidak."
Kyuhyun melirik ke bajuku yang sedikit basah.
Perempuan itu mendengus lalu menghentakan kakinya pergi.
"Terima kasih."
Kyuhyun tidak menjawab. Ia memindahkan sandwichku ke nampannya yang hanya berisi minuman kaleng. Ia juga mengambil nampan kosongku menaruhnya di bak nampan kotor. Kemudian petugas kebersihan datang membereskan kekacauan yang aku buat. Aku juga sudah meminta maaf pada mereka.
"Apa kau selalu seperti ini? ceroboh?" Ia bertanya.
Pertanyaannya membuatku sedikit kesal. Tapi aku tidak mempermasalahkannya.
"Aku tidak sengaja."
Ia berjalan ke meja kosong. Aku mengikutinya.
Makan siang bersamanya, atau mengambil sandiwichku lalu pergi menghampiri Eunhyuk. Aku tidak tahu.
"Minumanmu tumpah. Kau bisa meminum minumanku."
Aku masih berdiri disamping mejanya. "Tidak perlu. Aku bisa membelinya lagi."
"Itu menyusahkanku. Kau mungkin saja bisa menjatuhkannya lagi. Sudahlah, lagi pula aku sudah makan tadi. Aku memang sengaja membeli 2. Kehausan."
Kehausan dan memberikannya padaku.
"Duduk." Ia memerintah.
"Aku bersama Eunhyuk saja."
Ia membalikan tubuhnya. Aku tidak tahu apa memang Kyuhyun sudah melihat Eunhyuk, atau mungkin instingnya saja untuk menoleh kebelakang.
"Dia bersama Donghae." Ia berbalik menatapku "Bukankah Donghae sedang mengincar Eunhyuk. Kau tidak ingin mengacau pendekatannya kan?"
Oh. Tentu saja tidak.
Aku masih diam, tidak mengeluarkan kata apapun.
"Duduklah." Perintahnya lagi.
Aku tentu kesal dengan sikapnya padaku. Tapi tololnya aku menurut.
Aku melihat ke meja di mana Eunhyuk berada. Merasa lega karena ia tidak makan sendirian. Saat di kelas nanti, aku akan menceritakan kepadanya apa yang terjadi.
Seperti terpanggil, Eunhyuk tiba-tiba mendongakan kepalanya. Ia melihatku, hampir tersedak dan matanya membulat menyadari siapa pria yang duduk bersamaku.
Aku hanya meringis. Ku pikir ia akan mendengus lalu mengumpat kesal. Tapi kenyataannya ia malah tersenyum lebar.
"Makanlah."
Aku tersentak. Menatap Kyuhyun lalu menatap sandwichku.
Aku mengambil lalu menggigit roti berisi potongan daging kalkun itu. Sekarang aku lebih mirip anak kecil, bukan, sepertinya lebih mirip anak anjing malang yang penurut.
"Omong-omong, terima kasih untuk tadi." Aku membuka suara.
Ia mengangguk. Matanya terus memperhatikanku. Aku berfikir mungkin aku menggigit terlalu besar sehingga terlihat jorok dimatanya, atau parahnya lagi mungkin ada saos yang menempel dibibirku, karena aku tidak ingin membayangkan ada daging kalkun yang menyelip di gigiku.
Ewh..
Aku meneguk minumanku, sebenarnya itu punya Kyuhyun.
"Apa?" Aku bertanya.
Ia menggeleng. "Tidak, makanlah. Kau terlihat lebih kurus sekarang."
Hah?
Aku menyentuh pipiku, bukan mengecek seberapa kurusnya aku. Tapi pipiku tiba-tiba menghangat. Aneh, itu bahkan bukan pujian.
"Aku tidak merasa lebih kurus."
Ia berdecak. "Tidak heran jika kau tidak memperdulikan orang lain. Tubuhmu sendiri saja tidak kau perdulikan."
Aku memutar mata. "Seperti kau peduli dengan orang lain saja."
"Aku hanya tidak ingin basa-basi menanggapi omong kosong mereka." Ia mengangkat bahu. "Aku juga tidak suka membicarakan atau mengomentari orang."
"Tapi kau mengomentariku." Aku menyambar. Ia hanya mengerutkan bibirnya.
Aku menghabiskan sandwich pertamaku. Perutku sudah penuh. Awalnya aku memang akan berbagi dengan Eunhyuk, karena aku memang tidak sanggup menghabiskan dua sekaligus.
Kyuhyun memperhatikanku lalu matanya beralih pada sepotong sandwich yang tersisa.
"Kau tidak memakannya?"
"Aku sudah kenyang."
Ia mencebik. Sebenarnya apa yang salah denganku?
"Aku tadinya ingin berbagi dengan Eunhyuk. Tapi kau malah..." Aku tidak melanjutkan.
"Kau seharusnya tidak membuang makanan."
"Maafkan aku." Aku tidak yakin pada siapa aku mengucapkan maaf. Kyuhyun? atau pada sandwich?
Mataku membulat. Kyuhyun mengambil tanpa izin lalu memakannya dengan pelan. Tidak mengatakan apapun sampai gigitan terakhir. Ia meraih minumanku, bukan maksudnya minumannya yang sudah ku minum. Ah entahlah, yang jelas ia meminumnya.
"Aku sangat kenyang. Aku mungkin akan tertidur di kelas selanjutnya."
Aku tidak mengatakan apapun. Tepatnya bingung ingin mengatakan apa.
"Aku akan bolos. Kau bisa pergi ke kelasmu sendiri?"
"Tentu saja."
Aku tidak percaya suaraku masih terdengar normal.
.
.
.
.
.
.
T. B. C
Saya kembali teman-teman.
Lagi-lagi cerita yang pasaran. Tapi saya suka yang pasaran-pasaran. Hahaha
Ketemu di chapter selanjutnya.
Review?
Anissa Lee
