.

.

.

Ada jutaan manusia di bumi ini.

.

.

Tapi aku justru menemukanmu diantara jutaan bintang diatas sana.

.

.

Bersinar begitu terang meski mustahil ku genggam pada akhirnya.

.

.

.

.

.

Sepatu dengan hak 9 centi itu membentur lantai membuat suara seirama disetiap langkahnya. Tubuh ramping berbalut seragam formal kemiliteran itu tegak berjalan dengan pandangan mata yang tak tergoyahkan. Tanda berpangkat Letnan terlihat jelas dikedua bahunya, sedang didada kanannya tercetak jelas dalam huruf hanggul mengeja namanya, Lee Hyukjae.

Begitu ia sampai didepan ruangan yang ia tuju seorang prajurit dengan posisi siap hormat padanya sebelum membuka pintu besar berbahan kayu mahoni didepannya, mempersilahkannya masuk.

"Aish."

Umpatnya begitu pelan saat melihat ada sosok wanita lain berdiri didalam ruangan melihatnya dengan senyum -oh sungguh demi Tuhan- sangat menyebalkan. Kim Suhe.

"Wae? Terkejut aku sudah ada disini sebelum kau?"

Hyukjae tak menggubrisnya. Ia hanya berdiri sejajar dengan wanita berpangkat hampir sama dengannya ini. Sembilan bulan menjalani masa pelatihan dengan nenek sihir ini sudah cukup bagi Hyukjae untuk memahami bahwa meladeninya hanya akan membuang tenaganya sia-sia.

"Bukankah kau terkenal dengan kerajinanmu Letnan Lee? Kenapa bahkan kau datang lebih terlambat ketimbang seorang Letnan satu?"

Abaikan Hyukjae, abaikan!

Untungnya tak lama setelah itu Djenderal Soo segera masuk keruangan bersamaan para Captain dan satu lagi gadis berpangkat Letnan lainnya yaitu Im Yonna yang segera berdiri menyebelahi Hyukjae. Keduanya saling tersenyum. Yah, untuk yang satu ini Hyukjae cukup akrab dengannya karena sebelum menjalani pelatihan ini mereka merupakan satu angkatan di akademi militer dulu.

Ketiga Letnan itu segera memposisikan tubuh mereka siap sebelum memberi hormat pada atasan mereka.

Jenderal Soo segera duduk di meja kerjanya, melihat ketiga Captain dengan Letnan mereka masing-masing. Laki-laki paruh baya itu mencengkram jemarinya di atas meja kerjanya.

"Kurasa Captain kalian sudah menjelaskan bahwa hari ini merupakan tujuan untuk pelatihan kalian selama lebih dari sembilan bulan ini. Tentu kalian tahu bahwa kalian akan menghadapi hal yang sama sekali belum pernah kita lihat selama ini."

Pikiran Hyukjae langsung melayang pada masa pelatihan mereka. Ini bukan pelatihan fisik atau sesuatu seperti yang ada di akademi militer, hell mereka tidak akan berperang. Pelatihan mereka seperti perkuliahan, mereka hanya di bordir tentang pengetahuan dan teori-teori yang seperti tak berujung dan terkadang tak masuk akal.

"Kita akan menghadapi tamu yang tak biasa, tapi kuharap kalian tak akan menjadikannya beban. Anggap saja mereka orang asing yang ingin belajar mengenai negara kita."

Well. Hyukjae kurang yakin dengan hal itu, semua tergantung wujud mereka nanti. Karena setahunya (dari film dan internet)selama ini spesies mereka berwujud tak biasa bahkan cenderung mengerikan.

"Kalian tak perlu khawatir karena kalian tak akan bekerja sendiri. Masing-masing dari kalian akan didampingi seorang Doktor dari departemen antariksa, selain itu juga Captain kalian akan terus mengawasi kalian. Jadi jika ada sesuatu yang tak beres kalian tak perlu panik."

Dibilang begitu pun, hal ini bukanlah hal mudah untuk mereka. Yang mereka hadapi kali ini bukan sesuatu yang pernah mereka alami sebelumnya, atau bahkan yang manusia alami sebelumnya.

"Ingat hal ini baik-baik. Negara kita adalah satu-satunya yang berhasil mendapatkan kesepakatan dengan mereka. Kita akan menjadi yang pertama kali berinteraksi langsung dengan mereka. Jadi ini merupakan tugas negara yang sangat penting dengan kalian sebagai tombak utama. Pastikan untuk melakukan yang terbaik."

Ketiga wanita berpangkat Letnan itu dengan serempak menegakkan tubuhnya.

"Siap!"

.

.

.

Stars

.

.

.

Pair: Haehyuk

.

Rate: T

.

Warning: GS/Romance/Fantasy Ilmiah

.

Summary: "Aku adalah milikmu, dan selamanya akan menjadi milikmu."

.

.

.

Sembari berjalan menuju landasan utama, Hyukjae membaca resume di Pad transparan ditangannya. Di sana tertulis beberapa informasi penting seperti akan ada tiga tamu yang akan datang. Dua arcress dan satu veodon.

Dahi Hyukjae mengernyit, apa itu arcress dan veodon? Ini tidak ada di pelatihannya. Disini hanya ditulis jika dia akan mendapingi seorang arcress.

"Veodon berpangkat lebih tinggi dari arcress."

Hyukjae langsung menjauhkan wajahnya dari Suhe yang tiba-tiba muncul disebelahnya. Apa mau anak ini sekarang?

"Lihat ini, aku sebagai Letnan satu akan mendamingi Veodon, sedangkan Letnan dua akan mendapingi bawahannya. Jadi bekerja keraslah!" Wanita itu tersenyum puas memperlihatkan Padnya didepan wajah Hyukjae sebelum berjalan meninggalkan Hyukjae yang sudah siap melempar Padnya kekepala wanita itu.

"Hei! Barang itu milik negara!"

Beruntunglah Suhe karena sebelum benda mirip kaca transparan itu melayang, Kyuhyun datang untuk mencegahnya.

"Aish jinja, kenapa anak itu begitu menyebalkan! Apa dia tak diajarkan sopan santun pada yang lebih tua?!"

"Hiraukan dia."

Seandainya Hyukjae bisa, tapi gadis bernama Kim Suhe itu sejak masuk akademi militer hingga sekarang selalu menjadikan Hyukjae sebagai tolak ukurnya. Goalnya adalah saat ia bisa berada satu tingkat diatas Hyukjae. Seperti sekarang ini, meski wanita itu satu tahun dibawah Hyukjae tapi ia sudah menjadi Letnan satu, posisi diatas Hyukjae yang merupakan Letnan dua.

Bertindak begitu menganggu dan menyebalkan padanya. Seakan kemarahan Hyukjae adalah bonus berharga untuk pencapaiannya. Astaga, apa yang salah dengan anak itu?! Hyukjae tak mengerti sampai sekarang.

Kyuhyun berjalan menjajari Hyukjae. Mereka melangkah menuju ekskalator datar yang begitu panjang. Mereka berdiri diam ditempat membiarkan ekskalator membawa mereka melewati lorong dengan kaca cekung transparan, memperlihatkan langit biru serta awan putih diatas sana. Hari yang cerah untuk mencetak sejarah.

"Tidakkah ini mendebarkan? Kita akan menjadi yang pertama bertatap muka dengan mereka. Setelah usaha bertahun-tahun akhirnya Korea menjadi yang pertama berhasil melakukannya."

Hyukjae tersenyum mendengarnya. Kyuhyun adalah seorang Doktor ilmu antariksa, ia sempat beberapa tahun bekerja di NASA sebelum keluar dan kembali ke Korea karena mendengar seorang Profesor di negara ini tengah menemukan dan mengembangkan sebuah teori bahasa dan komunikasi asing.

Mereka menemukan sebuah penemuan tak masuk akal yang ditentang berbagai negara. Namun para jenius antariksa ini tak menyerah, mereka terus menyempurnakan teori mereka. Dan usaha mereka tak sia-sia, mereka mendapatkan kepercayaan pemerintah untuk mengembangkan teorinya. Dengan dibantu oleh puluhan doktor lainnya teori itu menjadi semakin matang dan terus diuji coba. Hingga akhirnya hasil kerja keras departemen antariksa kini membuat negara mereka menjadi yang pertama menyetak sejarah ini.

"Apa maksud veodon dan arcress disini Kyuhyun?"

"Semacam captain dan letnan, meski aku tak tahu pasti seperti apa struktur organisasi yang mereka pakai disana. Tapi menurut hasil interaksi kami dengan mereka dijelaskan bahwa derajat veodon lebih tinggi dari arcress."

Kepala Hyukjae mengagguk pelan. Intinya tamu mereka juga merupakan utusan resmi.

Mereka sampai di ujung lorong, mengharuskan Hyukjae dan Kyuhyun kembali berjalan memasuki bangunan utama. Bangunan besar dengan langit-langit yang begitu tinggi, dominasi rangka baja raksasa dan puluhan kaca membuat mereka dapat melihat landasan utama dengan jelas. Sebuah landasan terbesar didunia, dengan fasilitas diluar akal sehat.

Semua orang berdiri diambang kaca, melihat segala persiapan yang dilakukan menjelang detik-detik yang dinanti-nanti.

Iris hitam Hyukjae melihat langit diangkasa, tak ada apa-apa yang terjadi diatas sana. Setahunya pihak departemen antariksa telah mengirim dua pesawat untuk melakukan penjemputan di bulan saat tamu mereka tengah memasuki orbit bumi. Hal ini dilakukan demi memastikan bahwa segalanya benar-benar terkendali.

"Bagaimana jika mereka membatalkannya, Kyuhyun?"Hyukjae kembali melihat Doktor antariksa disampingnnya saat mereka menunggu cukup lama.

"Ani, mereka tidak membatalkannya."Kyuhyun tersenyum lalu menunjuk ke arah langit.

Hyukjae mendongak kembali melihat langit biru berawah diatas sana. Ada dua buah kerlipan kecil yang semakin lama semakin mendekat kearah mereka. Tepat saat telinga semua orang mendengar denggung suara mesin, dua kerlipan itu dapat dikenali sebagai pesawat antariksa milik negara mereka.

Kedua pesawat itu terbang beriringan akan mendarat, namun sebelum kedua pesawat itu mendarat dengan sempurna dilandasan utama sebuah bayangan hitam terlihat muncul di atas awan. Banyangan hitam gelap yang membuat nyali siapapun menciut. Banyangan itu perlahan semakin gelap dan jelas hingga akhirnya benda asing itu muncul di balik awan menampilkan sosoknya yang begitu megah.

Mata Hyukjae melebar, ia mematung begitu juga semua orang.

Semua terdiam hampir lupa bernafas, mendongak melihat ke atas langit. Tak bisa berkata-kata akan apa yang tersaji didepan mata mereka, begitu sulit dipercaya.

Itu adalah sesuatu yang belum pernah manusia lihat sebelumnya. Benda itu begitu besar, melayang dilangit membuat dua pesawat sebelumnya tak berarti apa-apa. Itu adalah apa yang selalu di gambarkan semua orang, berbentuk bulat bak piringan. Namun sungguh, Hyukjae berani bersumpah yang ia lihat ini jauh lebih dari semua yang pernah digambarkan semua orang, yang ini begitu menapjubkan.

Benda asing itu sangat besar dengan kerlipan dan garis teknologi diluar akal manusia. Bukan merupakan sesuatu yang bisa dibuat manusia. Sesuatu yang benar-benar menandakan bahwa banda itu tak berasal dari sini. Merupakan milik mahkluk asing.

Mahkluk asing yang hidup jutaan tahun cahaya dari Bumi.

Ribuan juta kilometer dari galaksi mereka.

Pusaran angin bertiup begitu kencang di sekitar landasan itu saat pesawat asing itu melayang begitu rendah. Hanya beberapa meter dari lapisan beton landasan namun yang tak masuk akal dapat stabil melayang dengan putarannya yang sistematis. Menghabiskan hampir seluruh landasan itu dengan ukurannya yang begitu besar. Saat seluruh garis-garis cahaya benda itu meredup dan akhirnya benda asing itu mendarat sempurna, Hyukjae kembali teringat untuk bernafasnya.

Sulit dipercaya.

Sungguh, Hyukjae masih belum percaya akan apa yang ia lihat. Bagaimana benda sebesar itu bisa mendarat selayaknya pesawat kontrol mainan? Begitu mulus dan tanpa celah, seakan bobotnya hanya seringan bulu.

Kyuhyun dan Hyukjae saling melihat satu sama lain, melihat ekpresi mereka yang menggambarkan ketidak percayaan. Mereka ingin mengungkapkan isi pikiran mereka satu sama lain, namun otak mereka tak menemukan kata yang tepat untuk mewakili segala uforia ini dan berakhir dengan mereka yang hanya bisa tersenyum begitu senang satu sama lain.

Demi Tuhan, mereka tengah mencetak sejarah sekarang.

Letnan itu melihat sekitarnya, selayaknya dirinya semua orang di dalam bangunan itu juga terdiam tak bisa berkata-kata melihat semua yang terjadi didepan mata mereka.

Tepukan Kyuhyun di pundaknnya menyadarkan Hyukjae.

"Kita harus segera bersiap di tempat pertemuan."

Hyukjae mengangguk sebelum berjalan mengikuti Kyuhyun. Iris hitam itu kembali bergerak melihat objek besar itu. Meski jarak dengan bangunan utama cukup jauh Hyukjae dapat melihat pintu utama pesawat asing itu terbuka. Menampilkan sesuatu yang keluar dari dalam sana, mata Hyukjae menyipit dalam usaha mempertajam pandangannya.

"Letnan Lee!"Panggilan Kyuhyun membuat Hyukjae langsung menengok tanpa sempat memastikan seperti apa bentuk dan rupa tamu mereka.

"Ne, aku kesana."

Menurut pelatihan yang Hyukjae dapatkan, prosedur yang berjalan saat tamu asing mereka datang adalah mereka para tamu asing ini akan di sambut pertama kali oleh orang-orang antariksa dimana mereka yang selama ini memang berkomunikasi secara jauh dengan para tamu asing ini. Katakanlah pada tahap ini kedua belah pihak akan saling mematenkan kepercayaan, dan tak akan berusaha merugikan satu sama lain.

Berikutnya mereka akan dibawa bertemu Djenderal utama kepala departemen pertahan serta para Captainnya. Semua kegiatan ini memang akan dilakukan dibawah kuasa departemen pertahanan, selain karena faktor keamanan tamu mereka juga faktor keamanan negara ini, saat kemungkinan terburuk terjadi seperti sebuah pengkhianatan maka para prajurit akan siap dimana-mana untuk membunuh tamu asing ini. Karena sekali lagi yang perlu dicatat dikepala setiap orang, mereka tak berasal dari sini. Mereka adalah mahkluk asing.

Dari Djenderal dan para Captain inilah baru akan diteruskan kepada para Letnan wanita yang akan bertugas sebagai pendamping bersama tiga doktor antariksa lainnya. Seperti yang dilakukan Hyukjae sekarang, berdiri di ruangan tak berprerabot dengan dinding melengkung membentuk lingkaran yang begitu simetris. Hangatnya sinar matahari yang masuk melalui dinding-dinding kaca tak bisa menyurutkan kecemasan Hyukjae dalam menunggu. Jemarinya yang saling mencengkram berkeringat dan jantungnya mulai berdetak cepat. Bukan hanya Hyukjae, semua orang diruangan itu tampak sama cemasnya. Bahkan Kyuhyun terus menggerakan kakinya tak tantu.

Sebentar lagi, sebentar lagi maka mereka akan berhadapan dengan para tamu asing mereka. Hyukjae sudah menyiapkan mental, seburuk apapun bentuk mereka ia akan tetap menjaga ekpresinya tetap tenang bukan malah menjerit ketakutan.

Dreet

Pintu besi itu terbuka secara otomatis, membuat para Letnan wanita itu segera berposisi siap. Orang-orang tengah memasuki ruang utama itu. Pertama kali yang Hyukjae lihat adalah Djenderal Soo serta para Captain departemen pertahan, lalu dibelakangnya adalah orang-orang dari departemen antariksa.

Bola mata Hyukjae secara otomatis mencari, mencari tamu asing mereka dengan rasa penasaran yang begitu tinggi bercampur dengan rasa takut yang muncul entah karena apa. Dan saat orang-orang itu mulai menyebar memberikan ruang, iris hitam Hyukjae akhirnya dapat melihatnya.

Wanita itu terdiam terpaku.

Apa yang ia lihat sama sekali diluar ekspetasinya.

Ini tidak seperti yang ia banyangkan, tidak seperti yang digambarkan di dalam film ataupun di internet. Tak ada kepala besar dengan mata lebar yang menyeramkan. Atau tubuh aneh dengan tentakel dimana-mana. Semua itu tak ada.

Mereka sama seperti manusia.

Mereka memiliki komposisi wajah yang sama seperti manusia dengan alis, mata, hidung, dan bibir. Mereka memiliki tangan dan kaki. Mereka bahkan berjalan tegak seperti manusia.

Mereka nyaris sama seperti manusia jika saja warna kulit mereka tak pucat kebiruan, tak memiliki telinga runcing yang begitu mencolok, serta warna rambut yang tak biasa.

Tubuh Hyukjae tersentak saat ia bertemu pandang satu diantara mereka. Satu yang memiliki rambut hitam, begitu berbeda dengan dua lainnya yang memiliki rambut abu-abu serta merah menyala. Satu yang melihatnya dengan bola mata biru gelapnya.

Bahkan saat mahkluk itu berjalan mendekatinya, Hyukjae masih terpaku akan bola mata itu. Bola mata yang mengingatkan Hyukjae akan warna laut dalam, yang seakan bisa menenggelamkannya kapan saja.

Sebuah sikutan dari Kyuhyun menyandarkan Hyukjae kembali. Wanita itu hampir reflek mundur ke belakang saat mendapati mahkluk itu sudah ada tepat didepannya, berjarak begitu dekat dengannya. Bola mata biru tuanya yang kelam melirik Pad yang dibawa Hyukjae. Ada sebuah tulisan asing sebagai penanda bahwa ia akan mengikuti manusia didepannya ini.

Tanpa sadar Hyukjae menelan ludahnya. Segala pelatihannya selama berbulan-bulan seakan tak ada artinya saat ia harus menghadapi realitanya. Ia masih tak percaya ia akan melihat mahkluk asing dengan mata kepalanya sendiri. Mahkluk asing yang hidup begitu jauh dari bumi.

Mahkluk asing yang lebih dikenal dengan nama Alien.

.

.

.

Letnan wanita itu terlihat duduk di salah satu kursi pertemuan itu dengan kaki menyilang, Kyuhyun berdiri disampingnya dengan tangan bersedekap. Kedua mata orang ini tak pernah lepas dari sosok yang ada diseberang meja pertemuan yang besar itu. Sosok yang duduk begitu tenang dengan wajah datar tanpa ekpresi sedari tadi. Sosok bukan manusia, mahkluk asing, alien, atau apalah sebutannya.

Setelah tadi mereka dipertemukan di landasan utama kini masing-masing tamu mereka tengan diurus oleh para pendamping masing-masing. Tamu mereka ini yang begitu mengejutkan terdiri dari dua laki-laki dan satu perempuan, sebuah perbedaan gender yang sama persis seperti manusia jika dilihat dari kasat mata. Setelah proses yang sangat panjang akhitnya para pendamping bisa membawa mereka ke devisi masing-masing dan berakhir seperti sekarang ini. Dimana Hyukjae tak tahu bagaimana memulainya. Hyukjae benar-benar tak tahu harus bagaimana. Wanita itu melirik Kyuhyun disampinya.

"Apa dia bisa bicara?"

"Seharusnya bisa."

"Lalu kenapa ia diam saja sedari tadi?"

"Kurasa karena dia tak bisa bahasa kita, Letnan Lee."

Kembali melihat alien didepannya, iris hitam Hyukjae kembali mengamati detail mahkluk asing ini. Mengamati kulitnya yang biru pucat, telingannya yang runcing serta bola matanya yang tak biasa namun memiliki fokus yang luar biasa. Alien ini juga menunjukkan ketenangan yang sangat tidak manusiawi, seperti patung.

"Bukankah dia terlalu biru, Kyuhyun? Seperti Smurf."

Kyuhyun tersenyum mendengarnya.

"Ya dan telingannya begitu aneh." Keduanya terkekeh pelan, tak peduli mahkluk yang mereka bicarakan tepat dihadapan mereka.

"Pigmen..."

Kekehan dua manusia itu terhenti saat mendengar suara berat diseberang meja. Melihat alien itu dengan mata melebar. Apa mahkluk asing ini barusan mengatakan sesuatu?

"Warna biru kulit kami adalah karena pigmen alami kami selama proses evolusi jutaan tahun dengan lingkungan di planet kami berasal. Bentuk telinga kami pun merupakan sebuah kehormatan, tanda sebuah loyayitas serta ikatan."

Kyuhyun dan Hyukjae terpaku saat alien didepan mereka selesai bicara. Tentu saja mereka sangat terkejut.

"K-kau bicara bahasa Korea?"

Alien itu melihat Hyukjae.

"Ya, dan aku bisa bicara 132 bahasa lainnya yang kalian pakai di bumi ini."

Hyukjae terbengong-bengong.

Mworago?! Apa dia bercanda?!

Hyukjae dan Kyuhyun hanya bisa melihat satu sama lain dengan ekspresi takjub mereka.

Tapi tunggu dulu, berarti alien ini sedari tadi mengerti apa yang mereka bicarakan?!

Kedua manusia itu lekas berdehem mengumpulkan harga diri mereka. Rasanya sungguh tak enak saat kau membicarakan kejelekan orang lain lalu tiba-tiba saja orang yang kau bicarakan faham semua yang kau katakan.

"Baiklah. Perkenalkan aku adalah Letnan Lee Hyukjae dan ini adalah Doktor Cho Kyuhyun. Kami adalah pendampingmu selama kau ada disini." Hyukjae memulai dengan sikap profesionalnya. Dapat ia lihat iris biru gelap itu melirik padanya dan Kyuhyun secara bergantian.

"Jadi, bagaimana kami harus memanggilmu?"

Cukup lama alien itu mendiamkan mereka sebelum akhirnya kembali bersuara.

"Aku adalah Svrafeonuravlaktas. Aku adalah utusan mulia dari kuasa tertinggi planet kami serta arcess ke 200078 dalam aliansi galaksi kami."

Itu saja. Itu saja dan berhasil membuat Hyukjae menganga.

Apa tadi katanya?

"Tunggu, apa katamu tadi? Svrafe...Svrafe-Apa?" Hyukjae bertanya frustasi, demi Tuhan mengeja namanya saja Hyukjae tak bisa apalagi mengerti mengenai latar belakanya yang aneh itu. Hyukjae benar-benar kebingungan.

Tapi seperti tak peduli, alien didepannya ini kembali diam tak menjawab pertanyaannya. Wanita itu menengok Doktor antariksa disebelahnya yang malah hanya mengenggkat bahu.

Bagus, tak ada yang bisa ia andalkan diruangan ini.

"Jadi Tuan Svrafe-atau apalah itu, apa yang bisa kami lakukan untukmu selama kau "berkunjung" di planet kami?"

Lagi, iris biru tua itu serasa ingin menenggelamkannya saat bertemu pandang dengannya. Membuat Hyukjae tak bisa berpaling.

"Manusia."

Kata itu terucap pelan membuat Kyuhyun maupun Hyukjae melihat alien ini tak mengerti.

"Aku ingin belajar tentang kalian. Manusia."

"Maksudmu kau ingin belajar tentang beradapan kami?" Kali ini Kyuhyun ikut bicara.

"Tidak."

"Kalau begitu anatomi tubuh kami dan sistem kerjanya?"

"Tidak."

"Perkembangan kami dijaman sekarang ini?"

Kali ini alien itu tak menjawab dan terdiam sejenak.

"Semua informasi tentang peradapan, anatomi serta perkembangan kalian dapat kami dapatkan dengan mudah dengan teknologi kami tanpa perlu datang kemari. Teknologi kami sudah mampu menampung segala informasi apapun di penjuru atariksa."

Tentu saja, hampir kedua manusia ini lupa jika peradapan para alien ini jauh diatas mereka. Sudah begitu canggih.

"Lalu?"

"Yang ingin kami tahu adalah dasar dari kalian para manusia. Kami ingin tahu apa itu manusia."

Apa?

"Kenapa kalian para manusia dipanggil sebagai manusia?"

.

.

.

Brak!

Semua bandel-bandel kertas setebal sepuluh centi itu Hyukjae lempar begitu saja di meja kerjanya. Letnan itu segera duduk di kursi kerjanya memijit kepalanya yang terasa begitu pening. Ia baru sempat tidur satu jam karena semalaman harus lembur mengumpulkan informasi mengenai manusia.

Aneh bukan? Ia adalah manusia tapi mencari tahu tentang jenisnya sendiri. Hanya alien itu yang bisa membuat Lee Hyukjae kerepotan seperti ini.

"Aish, smurf satu itu!" Umpatnya sambil mendorong bandel-bandel hasil risetnya dimeja menjauh darinya seperti wabah.

Bukan peradaban, bukan anatomi tubuh, bukan juga perkembangan manusia. Lalu apa mau alien itu? Hyukjae tak habis pikir.

"Kenapa kalian para manusia dipanggil sebagai manusia?"

Ia dan Kyuhyun benar-benar di buat bungkam oleh pertanyaan itu. Sebuah pertanyaan yang sederhana, namun begitu fatal.

"Kami disebut manusia karena kami manusia, smurf bodoh!"Gerutu wanita ini selayaknya gadis belasan meski usianya sudah menginjak kepala tiga.

Segalanya semakin runyam saat tanpa bisa dicegah Captainnya mengetahui akan ketidak mampuan Hyukjae menghadapi alien satu itu, terima kasih untuk mulut besar Kyuhyun yang membuatnya kini dalam posisi terpojok. Captainnnya yang disiplin dan otoriter itu melimpahkan segalanya pada Hyukjae, ia tak ingin tahu bagaimana serta cara apa yang Hyukjae gunakan untuk memenuhi keingintahuan tamu mereka. Semuanya harus berjalan sebagaimana mestinya tanpa menimbulkan kesalahan.

Karena sekali lagi, itu adalah tanggung jawab Hyukjae sebagai pendamping tamu mereka. Tugas yang sudah disanggupinya jauh saat dulu dimulainya pelatihan.

Wanita itu merebahkan kepalanya dimeja, menutup mata mencoba sedikit menghilangkan stres yang melandanya. Sungguh, ia lebih memilih dikirim perang ke Libanon dari pada mengatasi rasa penasaran alien itu. Bahkan saat salah seorang anak buahnya mengetuk pintu ruangannya, ia hanya berguman menyuruh prajurit itu masuk.

Choi Minho, salah satu sersan bawahan Hyukjae menyernyit saat mendapati Letnannya terkulai lemas di atas meja.

"Letnan Lee, ini data yang anda minta."

"Ya, taruh saja dimeja."

Sersan itu menurut sebelum menggeleng prihatin pada Hyukjae. Ia selalu merasa bahwa Letnannya itu terlalu keras menjalani hidupnya, tak sekali-dua kali ia mendapati mood wanita ini turun drastis seperti ini. Terlalu terbebani oleh tanggung jawabnya.

"Letnan Lee, jangan terlalu memaksakan diri. Jalani saja hidup apa adanya."

"Memang kau pikir saat ini aku tidak menjalani hidup apa adanya, apa?!

"Tapi yang kau lakukan tidak seperti orang pada umumnya."

"Aku melakukan hal yang dilakukan orang pada umumnya Sersan Choi. Aku menjalani hidup seperti manusia kebanyakan."

Hyukjae terdiam saat sebuah pemikiran terbesit diotaknya begitu selesai bicara. Mata bulatnya terbuka sejurus dengan tubuhnya yang duduk tegak tiba-tiba mengagetkan Minho.

"Wae?"Tanya Minho saat Hyukjae menutup mulutnya dengan tangan seperti orang yang terkejut mendapatkan hadiah.

Hyukjae langsung berdiri dan memeluk Minho tanpa aba-aba.

"Kau jenius, Minho!" Serunya sebelum berlari keluar dari ruangannya meninggalkan Sersan itu kebingungan.

Dengan langkah cepat karena terlalu senang Hyukjae hampir berlari menuju ruangan Kyuhyun. Dengan lincah wanita itu menghindari orang-orang yang mengghalangi langkahnya. Senyum terpatri diwajahnya.

Ia menemukan jawabannya.

Wanita itu menemukan jawaban atas pertanyaan bodoh alien biru itu.

"Kyuhyun!" Teriakan itu mengagetkan Kyuhyun yang sedang membaca beberapa laporan di meja kerjanya.

"Apa? Kenapa berteriak?!"

"Dimana smurf itu?"

"Smurf?"

"Alien! Alien itu maksudku, dimana dia?"

"Bersama Captain Kim diruangannya."

Segera Hyukjae melangkah dari sana, namun belum ada semenit wanita itu kembali lagi hanya untuk menyeret Kyuhyun bersamanya dengan paksa. Mereka kembali berlari sebelum menerobos ruangan Captain itu tak peduli sopan santun lagi.

"Letnan Lee, dimana sopan santunmu?!" Kangin menatap tegas Letnan bawahannya itu.

"Maafkan saya, tapi ada sesuatu yang sangat penting yang harus saya sampaikan." Ucap wanita itu melirik sebentar pada mahkluk biru yang kini juga menatapnya.

Kangin menghela nafas mencoba bersabar.

"Apakan benar-benar penting hingga kau membawa Doktor Cho kemari?"

"Ya."

"Kalau begitu cepat katakan!" Kangin duduk dikursi kerjanya sebelum menyambar gelas penuh air mineral di sampinya. Segala keributan ini membuatnya haus.

Hyukjae menarik nafas sebelum menatap tajam pada satu-satunya alien di ruangan itu. Alien bodoh yang mencoba bermain-mainpadanya dengan pertanyaan bodohnya. Alien dengan wajah datar dan mata biru gelap yang menatapnya.

"Kau!"

Tunjuk Hyukjae dengan sangat tidak sopan pada alien didepannya.

"Mulai sekarang kau akan hidup bersamaku!"

"Mwo!?" Teriakan Kyuhyun itu dibarengi dengan Kangin yang menyemburkan minumannya.

.

.

.

Kangin benar-benar tak habis pikir. Benar-benar tak menyangka akan apa yang keluar dari mulut wanita berpangkat Letnan didepannya ini.

"Membiarkan alien itu hidup denganmu?! Apa sebenarnya yang ada diotakmu Letnan Lee?!"Terdengar sedikit kasar tapi Kangin tak peduli, anak didepannya ini benar-benar perlu diluruskan isi kepalanya.

"Itu adalah jawaban yang saya berikan untuk pertanyaannya mengenai manusia."

Kangin sudah akan membentak wanita didepannya namun ia telan kembali kata-katanya, mencoba bersabar. Kini hanya ada tiga orang diruangan itu, para manusia.

"Tamu kita ingin tahu mengenai kita, manusia. Lalu kenapa kau malah mengajaknya hidup bersama? Sebenarnya apa yang kau pikirkan?!"Kangin menatap heran bawahannya itu.

"Justru karena dia ingin tahu mengenai kita manusia saya menawarkan hal ini. Menurut saya dengan dia hidup selayaknya manusia maka ia akan tahu seperti apa kita. Dengan dia melihat sendiri dan mencobanya langsung dia akan tahu lebih banyak mengenai kita."

Kangin melihat kearah Kyuhyun yang terlihat diam berfikir.

"Doktor Cho, bagaimana menurutmu? Bukankan hal ini gila?!"

Kyuhyun memperbaiki letak kaca matanya sebelum bersedekap.

"Tidak Captain. Kurasa apa yang dikatakan Letnan Lee ada benarnya."

"Apa?!"

"Seperti yang Letnan Lee katakan, biarkan dia menjalani dan melihat sendiri bagaimana kita manusia menjani hidup. Kita belum tahu pasti sebenarnya apa yang ingin ia tahu tentang kita, apa yang ingin ia pelajari dari kita. Jadi jalan satu-satunya adalah membiarkannya membaur dengan kita dan biarkan alien itu mencari sendiri jawabannya."

Hyukjae tersenyum pada Kyuhyun yang membelanya, membuahkan helaan nafas dari Kangin. Ia lupa betapa kompaknnya dua orang didepannya ini.

"Aku terima teori tentang membiarkan alien itu melihat dan menjalani sendiri cara hidup kita, tapi tidak dengan membiarkannya hidup bersamamu Letnan Lee! Itu menyalahi prosedur."

"Karena itulah saya mohon agar Captain memikirnya lagi."

"Ini bukan sesederhana membiarkan orang lain hidup dengan yang lainnya. Jangan lupakan bahwa tamu kita ini bukan manusia, mereka mahkluk asing yang begitu berbeda dari kita. Ini bukan hanya masalah keamanan tamu kita sendiri tapi juga orang-orang diluar sana, apa yang akan terjadi menurutmu jika kita membiarkan mahkluk biru berkeliaran di tengah-tengah manusia?"

Keributan, Hyukjae tahu itu.

"Saya tahu ini memiliki resiko yang sangat besar, dan saya tahu jelas bahwa yang kita hadapi ini bukan manusia. Tapi Captain Kim, saya mohon untuk kali ini saja membiarkan saya melakukan hal ini dengan cara saya sendiri. Ini adalah tanggung jawab saya."

"Seperti yang kukatakan sebelumya, resikonya terlalu besar."

Tangan Hyukjae tercengkram kuat. Tidak, ia tak akan menyerah.

"Saya akan mengurus segalanya, dan memastikan tak akan menimbulkan keributan."

Hyukjae melihat kearah Kangin dengan seluruh tekatnya.

"Kumohon, percayalah padaku."

Kangin terdiam.

Tekad yang kuat serta kemauan yang keras tergambar jelas di iris hitam wanita didepannya ini. Membuat Kangin teringat akan alasan wanita ini diangkat menjadi Letnan diusianya yang masih tergolong muda. Akan jiwa prajuritnya yang selalu wanita ini junjung begitu tinggi diatas segalanya.

Kangin mengusap wajahnya lelah, lelah berdebat dengan bawahannya ini. Ia hanya berharap ia tidak menyesali keputusannya ini kelak.

Bahwa hal ini memang benar dilakukan.

"Baiklah."

Jawaban itu mengundang senyum Hyukjae dan Kyuhyun.

"Tapi ingat! Segala konsekuensinya kau sendiri yang harus menanggunya, mengerti?!"

Hyukjae langsung berposisi siap.

"Mengerti!"

.

.

.

Pintu itu terbuka membuat wanita berseragam Letnan itu menengok kearah datangnya Kyuhyun dan alien mereka. Masih dengan kulit biru yang tertutup pakaian hitamnnya yang begitu asing karena detail aneh dan teknologi yang menempelinya.

Tanpa banyak basa-basi. Hyukjae segera menuntun alien itu mengikutinya ke basement tempat mobil pribadinya telah disiapkan. Hyukjae telah berhasil menyakinkan atasannya untuk membiarkannya sendiri yang mengurus segalanya termasuk keamanan. Sehingga tak akan ada pengawalan khusus atau siapapun yang mengikuti mereka.

Mereka segera keluar dari daerah steril itu tanpa masalah berarti, bahkan Hyukjae sempat dikejutkan dengan alien ini yang memasuki mobil tanpa bertanya. Seakan-akan mahkluk ini pernah menaikinya sebelumnya. Duduk tenang di samping Hyukjae yang menyetir selama perjalanan.

Tak lebih dari satu jam mereka sudah memasuki daerah perumahan. Hyukjae segera menghentikan mobilnya tepat di depan pekarangan sebuah rumah putih berukuran sedang. Rumahnya.

Hyukjae mengambil mantelnya di jok belakang lalu mengkrudungi alien disampingnya. Hanya berjaga-jaga jika ada orang melihatnya, meski daerah perumahannya sedang sepi jika jam kerja seperti ini tapi kewaspadaan tetap perlu bukan? Mereka segera keluar dari mobil dan memasuki rumah.

"Hah... home sweet home." Desah Hyukjae saat memasuki rumahnya. Akibat pelatihan dan segala tetek bengek tentang alien ini membuatnya begitu jarang pulang kerumah pribadinya. Tapi tentu saja jasa kebersihan yang ia bayar setiap hari membuat rumahnya tetap terjaga nyaman dan bersih.

Wanita itu pergi kedapur untuk mengambil minum dingin di dalam kulkas. Meninggalkan alien kita yang kini berdiri di ruang tengah menatap sekitar. Iris biru gelap itu melihat setiap sudut ruangan disekitanya. Melihat sinar matahari yang terpantul menerangi ruangan itu lewat jendela kaca besar di sudut sana. Melihat semua yang tertangkap olehnya.

Sangat asing.

"Hei!" Alien itu menengok pada Hyukjae yang sudah duduk di salah satu kursi meja makan.

"Kemarilah, duduklah!"

Perlahan alien itu menurut, membuatnya kini duduk berhadapan dengan Hyukjae.

"Jadi seperti yang dijelaskan Kyuhyun sebelumnya. Mulai hari ini kau akan tinggal dan hidup denganku disini."

Raut wajah itu tetap datar mendengarkan penjelasan Hyukjae.

"Kau mengatakan ingin tahu kenapa kami disebut manusia kan? Karena itu kita akan mencoba membuatmu menjalani rutinitas kami selayaknya manusia pada umumnya. Kau akan menjalani hidup selayaknya manusia hingga pertanyaan dan rasa penasaranmu itu terjawab, bagaimana?"

Diam.

Hyukjae sama sekali tak mendapatkan respon kecuali bola matanya biru tua yang berkedip menatapnya. Alien itu begitu tenang dengan wajahnya yang begitu datar tanpa ekspresi.

"Baiklah, diam berarti iya. Anggap saja kau mengerti." Guman Hyukjae sebelum ekpresinya berubah cerah tiba-tiba.

"Cha, karena mulai hari ini kau manusia maka pertama-tama mari kita mencarikan nama manusia untukmu!"

Alien itu sempat tersentak sebentar sebelum iris birunya menatap Hyukjae tajam.

"Nama adalah bagian dari jati diri serta garis keturunan kami. Merupakan hal yang begitu tak terhormat mengganti nama yang telah diwariskan oleh orang tua kami."

"Aku bahkan tak bisa mengeja namamu apalagi mengingatnya. Jadi diamlah dan biarkan aku berfikir." Respon Hyukjae enteng sambil duduk bersedekap, matanya mengedar sekitar sembari otaknya berfikir tentang sebuah nama.

Wanita ini sama sekali tak memperdulikan nada tegas dan ancaman alien didepannya, iris hitamnya terus bergerak sampai ia menangkap salah satu bingkai foto di dinding ruang tengah. Sebuah foto liburan musim panasnya dengan keluarganya dua tahun lalu di pantai laut timur Korea.

"Di planet kami adalah sebuah kesalahan tak beretis yang berani mengganti nama pemberian. Pemerintah bisa memenjarakanmu jika berani mengubah garis keturunan yang telah-"

"Donghae."

Suara Hyukjae memotong ucapan alien itu.

Wanita itu melihat tepat ke arah iris biru tua didepannya. Warna yang selalu mengingatkannya pada dalamnya lautan.

"Donghae, nama yang bagus bukan?"

Allien itu terdiam saat untuk pertama kalinya seseorang memanggilnya dengan nama yang begitu asing. Saat untuk pertama kalinya seseorang memanggilnya dengan begitu sederhana. Sadar atau tidak otaknya merekam sebaris nama yang wanita ini berikan padanya.

Iris biru gelap itu melihat dengan perlahan manusia didepannya ini mengulurkan tangan padanya. Sebuah tata cara yang ia pelajari sebagai cara manusia menyambut orang lain.

"Jadi Donghae-shi, mohon batuannya mulai sekarang."

Walau sempat ragu, akhirnya tangan biru pucat itu ikut terulur. Mempertemukannya dengan jemari putih pucat yang lebih kecil darinya itu. Saling menggenggam dengan warna yang begitu kontras, yang memperlihatkan betapa berbedanya mereka.

Alien itu semakin terdiam saat perlahan bibir manusia ini tertarik kesamping, memberi sebuah senyuman yang begitu lembut padanya.

Sebuah senyuman yang tak akan pernah ia lupakan selamanya.

.

.

.

TBC

Yap, ini cerita percintaan antara manusia dan alien seperti dugaan kalian. Jelek ya? Haha maaflah.

Ini proyek ff special untuk ultah Donghae, jadi ff ini akan terus aku update sampai nanti last chapnya akan aku post tepat tanggal 15 oktober. Ini gak akan panjang, mungkin 5-6 chap aja dan karena aku udah lama gak nulis GS aku putuskan untuk kembali membuat womenHyuk kali ini hehe

Semoga sukalah ya dan see u next chap chingu :D