Title: Under The Rain, We Met
Genre: Romance/Drama
Rated: T
Pairing: Zoro x Robin, Slight LuHan, SanNa (For Later Chapter)
A/N: Saya tiba-tiba pengen buat fic ini, entah kenapa.... fic ini AU, gaje, OOC, judul ga nyambung, genre juga ga jelas. Tapi saya pengen ketik dan publish fic ini bagi penggemar ZoRo seperti saya :DD
Disclaimer: One Piece punya Oda Eiichiro, kalo saya yang punya, One Piece bakalan hancur *plak*
-Tokyo,Japan 2010-
Langit mendung menyelimuti seluruh kota Tokyo, semendung hati seorang pemuda yang berjalan di tengah keramaian kota itu. Kakinya terus berjalan lurus, menuju ke tempatnya berteduh dari hujan dan panas selama ini. Namun pikiran pemuda itu sedang berada di alam lain, ia tak menaruh perhatian pada jalan di depannya. Kakinya berjalan seolah sudah hafal semua jalan-jalan yang telah dan akan ia lalui.
Pemuda itu memakai baju seragam East Blue Gakuen, jasnya dibiarkan tidak terkancing, dasinya dilonggarkan, menenteng tas ditangan kiri, sedangkan tangan kanannya masuk kedalam kantung celananya, ia juga memakai tiga anting dalam satu kuping dan rambutnya berwarna hijau.
Sekilas penampilannya sama seperti murid SMA pada umumnya, namun ada satu perbedaan mencolok, yaitu ia menenteng tiga pedang di pinggang kanannya.
Rintik Hujan mulai turun membasahi semua yang ada dibawahnya, termasuk pemuda yang sedang berjalan tadi. Pikirannya mulai kembali ke otaknya, ia menyadari bahwa hujan mulai deras, membasahi seluruh tubuhnya yang hanya terus berjalan lurus.
Ia berhenti berjalan dan mendongak keatas, menatap langit yang semakin mendung dan rintik hujan yang berebutan turun membasahi tubuhnya. Ia tidak seperti orang lain yang segera mencari tempat berteduh, ia hanya menatap dan terus menatap langit dari tadi.
'Hujan turun dengan deras......sama seperti waktu itu....'
=Flashback=
-Outside Tokyo,Japan 2000-
+ Ten years ago +
Langit mendung dan aura kesedihan menyelimuti sebuah dojo kecil di pinggiran kota Tokyo, suara tangisan tak henti-hentinya terdengar dari dojo itu. Di salah satu ruangannya, dipenuhi orang-orang yang memakai baju hitam yang mengelap air mata mereka dengan tissue, sedangkan ditengah ruangan itu tergeletak sebuah tubuh yang sudah tak bernyawa. Mukanya ditutupi oleh kain putih, tangannya saling dikaitkan, tanda ia sudah tidur dalam damai.
"TIDAK MUNGKIN! KUINA TIDAK AKAN MATI! IA SUDAH BERJANJI PADAKU!"
Teriakan anak kecil terdengar dari luar ruangan itu, mengagetkan orang-orang yang sedang melayat tersebut. Anak kecil itu mempunyai rambut hijau, dan ia menenteng tiga pedang kendo di pinggangnya. Ekspresi mukanya menunjukan kemarahan, namun kesedihan dan rasa tidak percaya lebih dominan di mata anak itu. Seseorang menahannya dari belakang, ekspresi sedih yang sama seperti Zoro tergambar di wajahnya.
"Zoro, relakanlah Kuina, biarkan ia beristirahat dengan tenang."
Hibur orang itu, yang merupakan ayah Kuina, Koushiro. Zoro meronta-ronta dari tangan Koushiro, karena tak ingin menyakiti Zoro, Koushiro melepaskannya.
"Kalian mana mengerti perasaanku!"
Zoro lalu berlari meninggalkan dojo itu, ia berlari dan terus berlari, membiarkan kakinya berlari membawanya tanpa tujuan. Saat ia sadar, ia sudah berada di tengah kepadatan kota Tokyo. Rintik-rintik hujan turun membasahi kepalanya, ia tidak tahu jalan pulang, ia tak punya siapa-siapa lagi kecuali Kuina dan Koushiro. Orang Tua nya meninggal karena kecelakaan.
Hujan semakin deras, ia tidak ingin memikirkan apa-apa, ia ingin segera bangun dari mimpi buruk ini, ia membiarkan air hujan mendinginkan kepalanya. Zoro memejamkan matanya, ia mulai merasa kedinginan. Ia membuka matanya, menatap langit yang mendung dan kelam itu, butiran air mata mengalir deras ke pipinya, ia tak tahu itu air mata atau rintik hujan yang mengenai wajahnya. Ia tak ingin menerima kenyataan pahit ini.
"Kau akan masuk angin kalau berdiri disitu terus."
Sebuah suara yang lembut membuatnya menoleh, dan ia tidak merasakan butiran air hujan membasahi tubuhnya lagi. Sebuah payung menutupi kepalanya, ia melihat kearah pemilik suara tadi, orang yang sama dengan yang memayunginya sekarang ini.
Seorang wanita muda, ia memakai seragam West Blue Gakuen, ia memakai jas biru yang berlambang sama seperti seragamnya, kancing atasnya terbuka, dasinya dilonggarkan, rambutnya diikat kebelakang dan warnanya hitam serta membawa tas di tangan kirinya.
"Bukan urusanmu! Pergi sana!"
Zoro membentak wanita itu dengan kasar dan memberinya tatapan membunuh. Wanita itu menghela nafas, lalu ia mengeluarkan sesuatu dari tasnya dan mengulurkannya pada Zoro. Zoro melihat kearah benda yang disodorkan wanita itu, payung kecil.
Zoro bukannya menerima payung itu, malah menampik tangan wanita itu dengan kasar, hingga payung kecil itu jatuh. Zoro tersentak, ia merasa bersalah, ia ingat kata-kata ayahnya ketika ia kecil dulu. 'Seorang laki-laki tidak boleh kasar pada wanita, apapun alasannya.' .Zoro tertunduk, siap menerima bentakan marah ataupun omelan dari wanita itu, namun apa yang dilakukan wanita itu malah membuatnya tercengang.
Wanita itu melepas jasnya dan menaruhnya di sekujur tubuh Zoro, agar Zoro tidak kehujanan lagi. Lalu ia mengambil payung itu dari jalanan yang becek dan berjalan melewati Zoro yang masih tercengang.
"Setidaknya,pakai itu untuk menutupi tubuhmu."
Wanita itu melanjutkan perjalanannya entah kemana, meninggalkan Zoro yang hanya bisa menatapnya pergi. Zoro sekali lagi menatap langit yang masih kelabu itu, seolah meminta petunjuk kepada Kuina apa yang harus dilakukannya. Zoro lalu berlari, memutuskan untuk mengejar wanita tadi. Ia bermaksud untuk meminta maaf dan mengembalikan jas yang sekarang melindungi tubuhnya dari rintik hujan.
Sejauh mata memandang, ia hanya melihat kerumunan orang-orang yang asing dimatanya berjalan lalu lalang di lalu lintas Tokyo yang padat. Zoro menangkap bayangan wanita yang memberikan jaket padanya, namun bayangan itu menghilang ditelan kepadatan kota terus berlari kearah bayangan tadi, sampai pada bangunan-bangunan yang sepertinya adalah gudang barang. Ia menghentikan larinya dan kembali mencari-cari sosok wanita tadi. Suasana disana sangat sepi, tapi usahanya berlari tadi tidak sia-sia, ia melihat sosok wanita tadi masuk ke salah satu gedung. Zoro tiba-tiba mendengar teriakan marah dari dalam gedung itu, tapi bukan suara wanita itu. Zoro menempelkan telinganya di pintu gedung itu untuk mencuri dengar percakapan orang-orang di dalam sana.
"Jangan main-main! Kenapa kemarin kau tidak membunuh Nefertari Vivi?"
Zoro mendengar suara laki-laki lain yang lebih berat dari yang sebelumnya. 'Membunuh?'
"Aku tidak main-main, Mr.9 .Aku hanya merasa bosan dengan segala hal tentang membunuh."
"Tindakanmu akan dicap sebagai bentuk pengkhianatan dalam organisasi, Miss All Sunday."
Zoro mengerti, bahwa wanita yang ia temui tadi adalah anggota organisasi yang berbahaya.
"Terserah, aku sudah tidak peduli tentang Baroque Works lagi,Mr.5. Lagipula aku akan mengundurkan diri dari organisasi konyol itu."
'Mr.5? Mr.9? Miss All Sunday? Apa yang mereka bicarakan?' pikir Zoro
"Kalau begitu, bersiaplah untuk mati, Miss All Sunday."
"Aku meragukan hal itu, Mr.7 ."
Zoro tak bisa membiarkan seorang Wanita menghadapi tiga orang pria sendirian, ia mendobrak pintu dengan kasar. Zoro melihat wanita tadi sedang menghisap sebatang rokok dimulutnya dengan santai, sedangkan tiga orang pria tadi bermuka marah dan masing-masing sedang memegang belati, pemukul baseball, dan sebuah pistol.
Wanita tadi menoleh ke arah Zoro, rokok masih terjepit dengan santai di mengabaikan hal itu dan ia mengambil tiga pedang kendonya. Ia menatap tajam ke arah tiga orang itu.
"Kalian tidak pernah diajari ibu kalian ya?Beraninya mengeroyok wanita, sungguh rendah!"
Zoro membentak dengan kasar dan suara yang keras, membuat tiga orang itu menjadi semakin marah. Siapa yang takut dan tidak marah bila dibentak seorang anak kecil? Salah satu dari tiga orang itu angkat bicara.
"Apa katamu anak kecil? Kau juga ingin mati ya?"
Zoro hendak membalas perkataan orang itu, tapi sebuah tangan berhenti di depannya, tangan wanita itu. Ia menoleh ke wanita tadi dengan pandangan bingung.
"Pergilah, mereka orang-orang berbahaya. Aku bisa mengurusnya sendiri."
Wanita itu berkata dengan santai, memberi aba-aba Zoro untuk segera kabur dari sini. Tapi Zoro tidak bisa membiarkan hal itu, walaupun ia anak kecil, tapi ia sudah mampu mengalahkan orang dewasa, kecuali Kuina.
"Tapi—"
"Heh, lagakmu seperti bisa mengalahkan kami saja, Miss All Sunday. Biarpun kau wakil ketua, bukan berarti kau bisa mengalahkan tiga orang yang sudah punya angka seperti kami! Kau hanya seorang wanita!"
Zoro melihat wanita tadi, ia kaget, wanita yang sedari tadi ekspresinya selalu tenang, kini berubah agak marah. Zoro juga agak merasa tersinggung, biar wanita, tapi banyak dari mereka yang lebih hebat dari laki-laki, seperti Kuina.
Zoro meringsek maju, ia memakai dua pedang kendo ditangan, dan satunya ia gigit di mulut. Tiga orang itu kaget, Zoro berlari ke arah mereka dengan kecepatan yang tidak normal bagi anak seumurannya. Sasaran pertamanya adalah orang yang memakai Mahkota di kepalanya. Ia mengayunkan pedangnya sekuat tenaganya. Orang itu langsung mengambil ancang-ancang bertahan, namun nihil hasilnya.
"Tora Gari!"
Badan Mr.9 terpental sampai menabrak tembok karena terkena ayunan pedang Zoro. Zoro dengan gesitnya menuju ke arah orang yang berambut keriting dan membawa pistol, sepertinya ia lebih kuat dari orang sebelumnya.
" Hehe, sekuat apapun kau, pedang kayumu itu tidak akan sanggup mengalahkan pistolku yang hebat ini!"
Mr.7 menembakan timah panas dari pistolnya. Zoro yang agak lengah, hanya bisa menghindar sedikit kesamping, namun pahanya tertembus timah panas itu. Ia hanya meringis kesakitan dan jatuh terduduk. Wanita tadi yang melihat hal itu membelalakan matanya, ia lalu menggigit rokoknya dan berlari kearah Mr.7.
Mr.7 yang sedang tersenyum menyeringai, terkejut dengan gerakan wanita itu yang tiba-tiba. Ia lalu mengarahkan moncong pistolnya kearah wanita itu dan menarik pelatuknya. Timah panas keluar dari moncong pistol itu menuju wanita tadi, namun ia dapat mengelak dengan mudahnya dan menendang pistol yang sedang dipegang Mr.7.
Pistol itu terpental dari tangan Mr.7 dan jatuh di dekat Mr 5. Wanita itu lalu menendang perut dan wajah Mr.7 secara bertubi-tubi hingga ia pingsan.
Mr.5 yang melihat hal itu tidak terima kedua rekannya ditumbangkan oleh wanita dan anak kecil. Ia lalu menarik belatinya dan hendak menusuk wanita itu, namun wanita itu dapat mengelaknya dengan mudah dah meninju muka Mr.5 , lalu ia memegang kerah baju Mr.5 dan membantingnya ke arah dinding tempat Mr.5 semula, membuat Mr.5 tak bisa berbuat apa-apa lagi.
Wanita itu lalu berbalik menghadap Zoro dan menghampirinya, Zoro hanya tercengang melihat kekuatan wanita itu. Wanita itu lalu memeriksa paha Zoro dan tersenyum sedih.
"Maaf ya, kau sampai terluka begini. Seharusnya aku tidak membiarkanmu menghadapi mereka."
"Ti-tidak apa-apa, ini hanya luka kecil. Lagipula, kau hebat sekali bisa mengalahkan mereka."
Wanita itu kaget dengan Zoro, biasanya anak kecil yang hanya jatuh saja sudah menangis tersedu-sedu. Anak kecil yang sedang ada dihadapannya ini pahanya tertembus timah panas, namun ia sama sekali tidak berteriak ataupun menangis, yang bahkan orang dewasa sekalipun bakal berteriak-teriak kesakitan, anak ini malah mengaguminya. Wanita itu tersenyum geli.
"Kau anak yang aneh."
"Terima kasih." Ucap Zoro dengan nada sakratis dan memutar bola matanya.
"Ayo, kuobati kau ditempatku."
Mr. 5 hanya bisa sedikit bergerak,walaupun ia tidak pingsan. Ia lalu melihat pistol Mr.7 yang tergeletak di dekat tangannya, ia meraihnya dan mengarahkannya ke arah wanita yang membuatnya babak belur seperti ini. Ia menekan pelatuk pistol itu dan timah panas kembali meluncur dari moncong sang pistol.
Wanita itu hendak mengangkat Zoro untuk diobati dirumahnya, namun terlambat. Timah panas itu sudah menembus dada kiri wanita itu. Rasa sakit menyebar keseluruh tubuhnya, darah segar keluar dari mulut wanita itu. Wanita itu jatuh ke tanah, menimpa Zoro yang ada di bawahnya. Mata Zoro terbelalak melihat darah segar mengucur deras dari dada kiri wanita itu. Ia menolah ke arah Mr.5 yang sedang tersenyum menyeringai, memberinya tatapan membunuh.
"Setidaknya aku berhasil membunuh pengkhianat organisasi, hahahahahaha!"
To Be Continue.... *plak*
A/N: Beuh! Rasanya kok ceritanya mbulet yah? Maap kalo Zoro-nya rada OOC, kayaknya dia lebih peduli dan lebih lembut dalam chapter ini, itu karena Zoro masih kecil, jadi ngga sedingin Zoro yang sekarang *emangnya kulkas?*. Sudah tau kan siapa Wanita yang ditemui Zoro?. Oh ya,saya juga ga pintar buat adegan pertarungan, malas banget rasanya *plak*. Lalu Robin ngerokok? Ketularan Sanji dah dia :DD. Saya buat Robin ngerokok supaya kelihatan lebih cool *plak*. Maukah anda memberi sedekah repiu buat fic OOC nan gaje ini?
