Disclaimer:

Harry Potter © J.K Rowling

Saya hanya meminjam para karakter tokoh yang ada di novelnya. Izinkan ya. ^^

.

.

.

TWO SHOT

Pairing: Harry x Hermione

Genre: romance/friendship

Rating: M

Setting: AU (kisah berbeda dengan kisah aslinya)

Rabu, 11 November 2015

.

.

.

Fic request untuk 92 Uzumaki

.

.

.

JEALOUS

By Hikari Syarahmia

.

.

.

CHAPTER 1

.

.

.

Bel istirahat pun berbunyi di sebuah sekolah setaraf dengan SMA yaitu Hogwart School. Sekolah bertahap internasional karena banyak orang dari berbagai negara, masuk sekolah tersebut. Sekolah yang sangat besar seperti kastil.

Semua penghuni sekolah pun keluar dengan tertib setelah sang guru keluar terlebih dahulu. Tampak dari salah satu kelas yaitu kelas 11-A, ada tiga orang yang keluar bersamaan dengan penghuni kelas lainnya. Tiga orang yang menjadi sahabat karib sejak SMP dulu.

Mulai dari yang kanan, seorang laki-laki berambut hitam. Bermata biru. Berkacamata. Berasal dari negara Inggris. Umur 17 tahun. Namanya Harry Potter.

Kemudian yang di tengah, seorang gadis berambut coklat panjang model gimbal. Berasal dari negara Inggris. Umur 17 tahun. Namanya Hermione Granger.

Lalu yang terakhir adalah seorang laki-laki berambut pirang. Berasal dari negara Inggris. Umur 17 tahun. Namanya Ron Weasley.

Mereka adalah tiga serangkai yang selalu bersama-sama setiap saat. Apalagi mereka harus tinggal di asrama selama bersekolah di Hogwart School. Jauh dari orang tua dan harus hidup mandiri.

Terlebih bagi tokoh utama dalam cerita ini yaitu Harry. Harry yang tidak mempunyai siapa-siapa di dunia ini. Dia anak yatim piatu. Sejak kecil, dia dibesarkan di panti asuhan dan bisa masuk sekolah di Hogwart School karena beasiswa dari pemerintahan Inggris. Dia juga termasuk murid yang teladan dan jenius. Semua orang yang di sekolah itu, mengenal baik dirinya. Bahkan Kepala Sekolah dan para guru sekalipun.

Saat ini tiga serangkai itu sedang berjalan menyusuri koridor sekolah yang dipenuhi banyak orang. Sambil menuju ke arah yang sama yaitu kantin, mereka pun berbincang-bincang sebentar.

"Haaah, mata pelajaran Fisika-ku mendapat nilai jelek lagi. Gimana ini? Jika ketahuan sama Ibuku, bisa gawat ini," sahut Ron yang memasang wajah kusutnya.

Harry dan Hermione tertawa kecil mendengarnya.

"Hahaha, makanya belajar dengan rajin dong, Ron," tukas Harry sambil melihat ke arah Ron."Kamu bisa minta bantuan Hermione untuk mengajarimu tentang pelajaran Fisika. Hermione, kamu tidak keberatan mengajari Ron tentang pelajaran Fisika, kan?"

Tatapan Harry beralih ke arah gadis yang berjalan di tengah itu.

Hermione memasang muka sok berpikir keras. Ia memegang dagunya dengan tangan kanannya.

"Hm, gimana ya? Aku mau saja mengajari Ron. Tapi, apa aku bisa mengajari Ron sampai pintar seperti aku?" Hermione berbicara dengan nada yang terkesan angkuh.

Sukses membuat kedua temannya tercengang mendengarnya.

Ron masih memasang wajah kusutnya. Ia membuang muka dari hadapan Hermione.

"Ya sudahlah. Kalian tidak perlu repot-repot untuk mengurus masalah ini. Cukup sudah nilai yang kudapat hari ini," Ron menghelakan napasnya.

"Tapi, Ron. Kamu harus memperbaiki nilaimu itu. Jangan sampai Ibumu marah lagi jika mengetahui nilai rapormu di semester ini bakal jeblok lagi dibanding semester sebelumnya. Kamu harus rajin belajar mulai dari sekarang," Harry tampak khawatir.

Ron menghelakan napasnya lagi,"Iya deh, aku akan rajin belajar mulai dari sekarang. Tapi, kalian berdua harus membantuku ya?"

"Membantu apa?" Hermione mengerutkan keningnya.

"Membantuku belajar tentang Fisika," Ron menyengir lebar.

"Oh, aku kira apaan," Hermione sewot sedikit.

"Oke, Ron. Kita akan belajar bersama-sama mulai hari ini. Setelah selesai jam sekolah," Harry mengangguk.

"Baik, Harry," Ron mengacungkan jempolnya tanda setuju dengan keputusan Harry.

Mereka bertiga terus berbicara dengan akrab. Hingga menemukan koridor yang bercabang empat, banyak orang yang lewat di koridor itu.

Harry memutuskan untuk berpisah dari dua temannya.

"Oh iya semuanya. Maaf, jika aku tidak bisa ikut kalian ke kantin. Ada urusan yang mendadak. Jadi, aku permisi pergi dulu," Harry menoleh ke arah dua temannya.

Hermione dan Ron heran.

"Eh, kamu mau kemana, Harry?" Hermione yang bertanya.

"Ke perpustakaan. Oke, sampai nanti semuanya!" Harry melambaikan tangannya sebentar lalu berbalik ke arah koridor di sebelah kanan. Meninggalkan Hermione dan Ron yang terbengong-bengong melihatnya.

"Memangnya Harry ada urusan apa di perpustakaan, Ron?" tanya Hermione tanpa melihat Ron.

"Aku juga tidak tahu, Hermione," Ron menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Uhm, aku penasaran apa yang dilakukan Harry di sana."

Gadis berambut gimbal itu segera mengejar Harry. Tapi, dicegat oleh Ron.

GREP!

Tangan Hermione berhasil ditangkap Ron.

"Jangan. Mungkin memang ada urusan yang penting di sana. Jadi, jangan ganggu Harry. Sebaiknya kamu ikut aku ke kantin. Aku lapar," pinta Ron.

Hermione menoleh ke arah Ron. Ia pun menghelakan napasnya.

"Ya, sudahlah."

"ASYIK, AYO KITA MAKAN BERDUA KE KANTIN SEKARANG!"

Ron tampak senang bisa makan berdua dengan Hermione di kantin. Maka ia pun menyeret Hermione ke kantin sekarang. Menyusuri koridor sebelah kiri yang dipenuhi banyak orang. Sungguh berisik dan ramai sekali.

.

.

.

Di perpustakaan sekarang, di mana hanya ada beberapa orang yang mengisi berbagai sudut perpustakaan tersebut. Ada yang membaca sambil berdiri. Ada yang membaca sambil duduk. Ada yang membaca sambil bersenda gurau dengan temannya. Ada yang membaca sambil bermain Handphone. Ada yang tidak membaca sama sekali dan membiarkan buku tergeletak tak berdaya di atas meja. Banyak pemandangan yang menarik untuk diperhatikan.

Harry sudah berada di dalam perpustakaan itu sekarang. Kepalanya berputar-putar untuk mencari seseorang. Seseorang yang menunggunya sedari tadi di perpustakaan.

Hingga tampaklah seseorang yang dicarinya. Seorang gadis berambut pirang panjang yang mirip dengan Ron. Umur sekitar 15 tahun. Adik perempuan Ron. Namanya Ginny Weasley.

Laki-laki berkacamata itu senang bisa menemui gadis yang dicarinya. Segera saja dia menyapa gadis itu.

"GINNY!"

Ginny menyadarinya. Ia sedang duduk di belakang meja panjang yang dibuat khusus untuk membaca buku. Ia tersenyum saat Harry datang ke arahnya.

"Hei, Harry."

Harry juga tersenyum sambil memilih duduk di bangku yang kosong di samping Ginny.

"Hei, Ginny. Lama menunggu ya?"

"Ah, tidak. Aku juga baru saja tiba di sini kok, Harry."

Ginny kelihatan salah tingkah begitu ketika berdekatan dengan Harry seperti ini. Ia pun melayangkan pandangannya pada buku yang dibacanya sejak tadi.

Harry memperhatikan keadaan perpustakaan sebentar. Lalu ia melihat ke arah Ginny lagi.

"Oh iya, kata Ron. Ada sesuatu penting yang ingin kamu bicarakan padaku ya. Memangnya kamu mau bicara apa?"

Ketika ditanya begitu, Ginny tersentak. Wajahnya sedikit memerah.

"Ng ... I-Itu ... Be-Begini, Harry ...," Ginny malah terbata-bata.

Harry mengerutkan keningnya.

"Apa? Bilang saja. Tidak usah malu-malu."

Ginny benar-benar kalang kabut. Apa yang harus ia katakan pada Harry sekarang? Dia benar-benar bingung setengah mati.

Ya, sesungguhnya Ginny mulai menyukai Harry sejak berkenalan dengan Harry. Ron yang memperkenalkan Ginny dengan Harry saat Ginny baru masuk ke sekolah ini. Lalu Harry dan Ginny pun menjadi teman yang akrab karena Harry selalu suka membantu Ginny setiap kali bertemu. Entah itu membantu mengangkat buku-buku perpustakaan sebab Ginny suka menghabiskan waktunya di perpustakaan setelah di luar jam sekolah atau membantu mengajarkan Ginny mempelajari suatu materi pelajaran yang tidak diketahui. Tahu sendirilah, Harry adalah murid yang paling jenius di sekolah itu. Hampir di setiap nilai akademik dan nilai olahraganya mencapai batas yang sangat sempurna yaitu nilai A.

Biarpun jenius, tidak ada gadis yang berani mendekati Harry. Mereka menganggap Harry biasa-biasa saja seperti kebanyakan laki-laki di sekolahnya. Mungkin penampilan Harry yang terlalu culun karena memakai kacamata tebal dan gaya rambut yang tidak menarik perhatian. Mungkin juga karena faktor-faktor itu yang membuat tidak ada gadis yang berani mendekatinya. Hanya Hermione dan Ginny yang mau mendekatinya.

Tapi, sekarang tanpa disadari Harry sendiri. Sudah ada dua gadis yang sangat suka dengannya yaitu Hermione dan Ginny. Dua gadis itu suka padanya. Mereka akan berencana ingin merebut hati laki-laki jenius itu.

Setelah lama terdiam, Ginny mulai mengutarakan maksudnya untuk mengajak Harry berbicara di perpustakaan.

"Be-Begini, Harry. A-Aku ... Aku ingin minta diajari tentang pelajaran ini," ucap Ginny langsung saja menunjukkan buku yang dipegangnya tadi pada Harry.

Harry memperhatikan buku yang ditunjukkan Ginny padanya dengan seksama. Ia memegang kacamatanya erat-erat.

"Hm ... Buku pelajaran tentang kimia dasar."

Pandangan Ginny tertancap pada Harry. Ia mengangguk cepat.

"Aha, iya. Belajar tentang kimia dasar," Ginny tersenyum kecil."Aku tidak mengerti tentang pelajaran kimia dasar ini. Kamu maukan mengajari aku, Harry?"

Tanpa pikir panjang lagi, Harry menganggukkan kepalanya.

"Oke, mau. Aku mau mengajarimu."

Ginny senang sekali mendengarnya. Ia tersenyum lebar.

"Terima kasih, Harry."

"Sama-sama. Mungkin kita bisa belajar sekarang."

"Boleh juga sekarang, Harry."

"Baiklah, aku akan mengajarimu sekarang. Perhatikan baik-baik ya."

Gadis berambut pirang itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Harry pun mulai berceramah panjang layaknya guru yang mengajari muridnya. Ginny mendengarkannya dengan baik. Sesekali ia tersenyum malu-malu begitu karena bisa berdekatan dengan orang yang disukainya. Inilah caranya untuk bisa mendapatkan hati Harry.

'Harry, semoga kamu juga bisa merasakan apa yang kurasakan sekarang kalau aku menyukaimu. Secepatnya aku akan membuatmu jatuh cinta padaku,' batin Ginny yang sangat bertekad ingin menjadikan Harry menjadi pacarnya. Dia akan terus berjuang untuk mendapatkan cintanya Harry.

Tapi, apakah usaha Ginny itu berhasil atau tidak?

Lihat saja nantinya bagaimana.

.

.

.

Malam pun tiba. Bulan dan bintang tidak tampak untuk menghiasi angkasa. Langit tampak gelap gulita. Angin tidak bertiup. Suasana dingin, sepi, dan sunyi menguasai sekitar sekolah kastil tua tersebut.

Di ruang rekreasi, tempat perkumpulan para murid asrama yang duduk di kelas 11. Ada tiga orang yang sedang duduk bersama dalam satu meja bundar. Tak jauh dari mereka duduk, kayu-kayu yang berada di kubah cerobong asap dibakar untuk menghangatkan suasana ruangan yang cukup dingin karena sebentar lagi akan memasuki musim dingin.

Tiga serangkai itu sedang belajar bersama-sama untuk membahas mata pelajaran tentang Fisika. Berbagai aktifitas tampak menarik diperhatikan saat mereka sedang serius belajar berkelompok seperti ini.

Ron yang sedang duduk di lantai bersama Hermione. Sedangkan Harry duduk santai di sofa. Mereka terdiam cukup lama. Tidak ada yang saling berbicara karena sedang memusatkan perhatian untuk bisa mengerjakan soal-soal sulit di pelajaran Fisika. Hal itu dilakukan agar otak mereka terasah lebih tajam lagi dan tidak kaget saat menghadapi ujian semester yang tidak lama lagi akan diadakan. Untuk itulah, semuanya harus dipersiapkan sematang mungkin sejak dini. Dengan begitu, nilai-nilai sempurna pasti bisa diraih.

Satu detik. Satu menit. Satu jam.

Mereka sudah terdiam selama satu jam. Mereka benar-benar serius belajar.

Tak lama kemudian, Hermione menggaruk-garukkan kepalanya yang tidak gatal. Lalu ia menoleh ke arah Harry.

"Hei, Harry."

"Ya?"

Harry menoleh juga ke arah Hermione.

"Hm, apa yang kamu lakukan pas di perpustakaan tadi?" tanya Hermione penasaran.

Ron pun tersentak ketika Hermione bertanya begitu. Ia pun memandang ke arah Harry.

Harry pun menjawabnya langsung dengan jujur.

"Oh tadi siang di perpustakaan. Ya, aku menemui seseorang tadi di sana."

"Seseorang?" Hermione kelihatan semakin penasaran.

Spontan, membuat Ron yang panik mendengarnya. Ia pun memberi isyarat pada Harry, berharap Harry tidak menceritakan semuanya yang terjadi. Harry menyadari isyarat yang dilempar Ron padanya.

Ron memberi isyarat lewat gerakan mulutnya yang tidak bersuara. Kebetulan Hermione berhadapan dengan Harry. Ia duduk tepat di dekat sofa yang diduduki Harry. Lalu Ron duduk berseberangan dengan Hermione dengan dibatasi meja bundar tersebut.

Tapi, Harry tidak mengerti dengan apa yang disampaikan Ron padanya. Apalagi Ron memberikan isyarat lewat gerakan mulut tak bersuara. Jadi, apa artinya isyarat Ron itu?

Otak Harry memproses lebih jauh maksud Ron. Sehingga membuat Hermione keheranan melihat Harry yang terus memandang ke arah Ron. Lantas Hermione melihat ke arah Ron.

"Ron, apa yang kamu bilang sama Harry?" Hermione menatap Ron dengan tajam.

Laki-laki berambut pirang itu tertawa cengengesan.

"Hahaha, tidak ada."

"Huh, kamu pasti bohong."

"Aku tidak bohong, Hermione."

"Aku tidak percaya," Hermione berwajah sewot."Pasti ada yang kamu sembunyikan dariku. Terutama kamu, Harry!"

Jari telunjuk diarahkan tepat pada Harry. Harry pun terperanjat saat ditunjuk oleh Hermione.

"Heh?" Harry ternganga.

"Kamu pasti juga menyembunyikan sesuatu dariku, kan Harry? Ayo, jawab!"

"Eh, itu ... Memang tidak ada apa-apa kok, Hermione. Iya, kan Ron?"

Harry menengok ke arah Ron. Hermione menatap tajam ke arah Ron juga.

"Ya, itu benar," Ron masih saja tertawa cengengesan sambil mengangguk cepat.

Hermione pun terdiam. Ia menurunkan tangan yang digunakannya untuk menunjuk Harry. Ia memperhatikan dua laki-laki itu bergantian. Seketika wajahnya mengeras.

"AAAAAH, KALIAN PASTI BERBOHONG PADAKU! JADI BEGINI NAMANYA TEMAN. KALIAN MENYIMPAN SEBUAH RAHASIA DAN AKU TIDAK BOLEH MENGETAHUI RAHASIA ITU," seru Hermione yang benar-benar kesal saat itu juga."YOU ARE BAD! I HATE YOU! AKU TIDAK INGIN BERBICARA SAMA KALIAN LAGI. JADI, JANGAN DEKATI AKU LAGI. AKU PERGI!"

Setelah mengatakan semuanya, Hermione membereskan semua bukunya dan segera pergi dari sana. Ia cemberut dan sangat kesal karena dibohongi oleh teman-temannya seperti ini. Sehingga membuat Harry dan Ron terbengong-bengong menatap kepergiannya.

Ron pun berniat mengejar Hermione. Ia pun bangkit berdiri dari duduknya.

"HERMIONE! TUNGGU!"

"JANGAN DIKEJAR, RON!"

Harry juga bangkit berdiri dari duduknya. Ron tidak jadi melangkah. Lalu ia menoleh ke arah Harry.

"Harry ... Hermione ... Dia benar-benar marah sama kita."

Harry hanya menghelakan napas pelannya.

"Biarkan saja. Nanti dia pasti akan menemui kita lagi. Hermione memang selalu begitu, kan?"

"Tapi, semua ini adalah salahku. Seharusnya kita memberitahukan semuanya pada Hermione."

Ron menunduk lesu. Lantas bahunya dipegang oleh Harry.

"Tidak apa-apa. Ini semua bukan salahmu. Jangan sedih, nanti kita akan membujuk Hermione agar dia tidak marah lagi sama kita. Oke?"

"Hm, oke."

Mereka pun saling mengangguk bersama-sama. Sementara Harry belum juga mengetahui semua yang terjadi padanya sekarang. Dirinya yang dikejar dua cinta. Tapi, entah bagaimana perasaan Harry sekarang. Adakah seorang gadis yang disukainya saat ini?

Entahlah, siapa yang tahu. Jawabannya akan datang di waktu berikutnya.

.

.

.

BERSAMBUNG

.

.

.

A/N:

Halo everyone, inilah cerita pertama saya di fandom Harry Potter. Atas permintaan 92 Uzumaki, saya membuat cerita twoshot seputar pairing Harry x Hermione. Entah cerita ini bagus atau nggak. Ya, setidaknya saya mencoba mengupdate cerita di fandom Harry Potter ini.

Bisa dibilang saya memang banyak menulis cerita fic seputar dunia anime/manga karena saya pencinta anime/manga juga. Di samping itu, saya juga suka Harry Potter sejak zaman sekolah dulu. Hm, kalau nggak salah pas SMP-lah. Apalagi pemeran film aslinya yaitu Daniel Radcliffe. Ia benar-benar mirip dengan orang yang saya suka pas SMA dulu. Hehehe ... *kok malah curhat*

Jadi, dalam cerita ini, kehidupan Harry Potter dan kawan-kawannya dibuat seperti biasanya. Tanpa ada sihir atau apa. Ya, bisa dibilang kehidupan normal. Mungkin dalam cerita ini, akan terbawa suasana anime yang sering saya buat dalam fic. Tapi, saya usahakan agar tidak ada unsur kejepangannya. Entah ada atau nggak. Saya nggak tahu juga sih.

Terakhir terima kasih banyak buat yang udah baca fic request ini. Terutama yang merequest fic ini, semoga kamu suka dengan ceritanya ya.

Thank you for attention. Good bye!

From ...

Hikari Syarahmia ...

Jumat, 20 November 2015

Please, give me a review for this story! Write your review this above!