Disclaimer : Masashi Kishimoto

Chapter 1: it was begun with…..

Pasangan suami istri sedang menyiapkan senjata mereka untuk melawan vampire. Mereka mengeluarkan seluruh senjata dan peralatan exorcist mereka untuk membasmi vampire yang terus menerus datang ke tempat pengungsian penduduk.

"Cepat bawa Sasuke dan Sai keluar dari tempat ini!" teriak sang suami, Fugaku.

"Ta-tapi, kau sendiri? Bagaimana? Aku tidak ingin meninggalkanmu!" jawab Mikoto, sang istri.

"Aku masih bisa melawan mereka. Bukankah kau jatuh cinta padaku karena terpesona dengan titel 'exorcist terbaik' ?"

"Itu dulu! Sekarang berbeda!" teriak Mikoto. Air mata mulai menetes membasahi pipinya.

"Pergilah! Lindungi para penduduk desa! Mereka butuh pertolongan. Lagipula, aku juga mencaari Itachi. Aku khawatir dengannya!"

Mikoto masih tidak percaya. Akhirnya, Fugaku memberikan kalung dengan bandul salib berwarna hitam pada Mikoto.

"Ini adalah kalung yang selalu aku bawa kemanapun. Ingat! Aku pasti akan kembali padamu untuk mengambilnya!"

Mikoto menerima kalung itu. Kalung yang sama dengan yang melingkar di lehernya.

"Berjanjilah!"

"Ya!"

Mereka berpelukan. Tiba-tiba mereka mendengar suara tangisan dari kamar anak-anak mereka. Mikoto segera menuju ke kamar dan mendapati Sasuke yang memeluk Sai. sai sendiri menangis segera memeluk mereka berdua.

"Ssshhhh…. Semua akan baik-baik saja," kata Mikoto menenangkan.

"Kaa-chan, kowai… hiks hiks…. Tadi ada orang dibalik jendela….." ujar Sai yang masih menangis.

Tiba-tiba ada orang yang melompat masuk melalui jendela. Matanya menatap ke arah anak kembar yang dipeluk Mikoto. Mikoto memandang ke arah dua anak kembarnya.

"Sasuke, tolong bawa Sai ke lorong bawah ya? Kalian sembunyi saja di sana. Kaa-san ada urusan," ucap Mikoto. Sejak kecil, Sasuke sudah mengerti apa maksud dari perkataan ibunya. Anak berusia sepuluh tahun itu segera menarik tangan Sai dan berlari keluar.

Mikoto tersenyum, dihadangnya orang tadi. Lelaki itu marah melihat ada yang menghalangi makanannya. Mikoto menghunus pedangnya. Dengan sekali tebas, kepala lelaki itu terlepas dari tempatnya. Mikoto menerjang para vampire yang berebutan menuju lorong. Setelah sampai, Mikoto segera menutup pintu dan mendapati anak-anaknya bersembunyi di lubang di balik dinding.

"Ayo, ikut Kaa-san."

Sementara itu, Fugaku masih sibuk dengan para vampire di pintu masuk. Tiba-tiba dia merasa sakit di leher bagian kanannya. Dia menoleh dan mendapati pemandangan yang tak terduga.

"K-k-kau ?!"

Sementara itu….

Mikoto berlari menuju pengungsian para penduduk desa Konoha. Dilihatnya banyak sekali yang terluka. Mikoto tahu, mereka hanya luka biasa. Tidak terinfeksi.

Mikoto masih menghubungi pusat. Tapi, tidak dijawab juga. Dia dan para lelaki penduduk desa yang masih kuat bertarung menjaga pintu masuk. Hanya dia perempuan yang ikut di barisan depan. Karena hanya dia dan suaminya yang merupakan exorcist disini. Di desa Konoha ini.

Mikoto mendesah kesal. Kenapa kejadian ini harus terjadi ketika mereka berdua ingin menghabiskan hidup berdua layaknya para manusia biasa. Ketika dia dan suaminya ingin pensiun dari kegiatan exorcist.

Mikoto melihat kenyataan bahwa pintu baja di depannya sudah tidak kuat menahan hantaman dari para vampire.

"Semuanya! Segera menuju terowongan! Danzo! Pimpin mereka. Bawa tanda ini dan katakan pada penjaga pintu itu bahwa Mikoto Uchiha yang meminta kalian mengungsi ke sana!" ucap Mikoto.

Tiba-tiba pintu terbuka dengan paksa. Mikoto dan lainnya mencoba untuk bertahan hingga akhirnya seluruh penduduk bisa masuk ke terowongan yang menuju sebuah sekolah exorcist. Tepatnya sekolah Exorcist Tsunagakure.

Mikoto memandang tangan kanannya. Bekas gigitan vampire yang mungkin didapatnya ketika para vampire berusaha menyerang penduduk tadi. Dia tahu, cepat atau lambat, dia akan berubah.

"Danzo, tuntun mereka. Aku akan menemui suamiku di luar. Lagipula, Itachi juga masih di luar," ucap Mikoto seraya mengalungkan kalung yang didapatnya dari Fugaku ke leher Sasuke. Lalu, dia melepaskan kalungnya dan mengalungkannya pada Sai. Mikoto segera menuju ke luar dan menerjang para vampire.

Danzo memberikan petunjuk kepada para penduduk untuk terus menyusuri terowongan. Hingga mereka sampai ke tempat yang telah diseburkan oleh Mikoto.

Some years later…

Seorang remaja berambut jabrik dengan warna hitam kebiruan sedang mengawasi seorang remaja sekamar asramanya yang sedang berkemas-kemas.

"Memang misimu apa? Sampai berkemas sebanyak itu?" Tanyanya.

"Misiku? Ada siluman yang mengamuk di kuil."

"He? Bukannya kuil itu.."

"Wakaranai ne, aku disuruh investigasi saja ke sana. Kalo penyebabnya ketemu, aku disuruh langsung mengeksekusinya."

"Oh…"

Remaja berambut hitam legam itu bangkit dari duduknya dan memakai tas ransel yang telah diisi oleh peralatan exorcist yang merupakan hadiah dari Sensei-nya karena telah mendapat nilai tertinggi saat ujian tulis beberapa hari yang lalu. Tak lupa dia membawa pedang dengan ukuran yang bisa dibilang pendek jika dibandingkan dengan pedang samurai milik kembarannya, Sasuke.

Ketika menuju pintu, remaja itu berhenti ketika Sasuke memanggil namanya.

"Sai, berhati-hatilah."

"Ya."

"Berapa lama misimu kali ini?"

"Entahlah."

"Kalau begitu, pulanglah sebelum musim liburan ya. Kau tidak lupa janjimu kan?"

"Yosh! Bagaimana aku lupa. Kalau aku lupa, aku takutnya Nii-san kesasar ketika mau ke rumah Danzo-jii-san," ucapnya cengengesan.

"Gyaaah! Dasar Otouto jelek! Ga sensitive. Aku jamin kamu ga bakalan laku kalo sikapmu begitu."

"Wow! Nii-san jamin? Emang bisa ?"

"Dasar Otouto zombie!"

"Dasar Nii-san tukang kesasar!" ucap Sai. Dia segera kabur dan menutup pintu ketika dua buah bantal melayang ke arahnya. Alhasil, dua bantal itu hanya menabrak daun pintu.

.

.

.

.

.

.

To be continued

Author's note:

Kasumi balik lagi dengan cerita baru nih…..

Gimana para reader? Kasumi minta review-nya ya kalau mau dilanjut….. *pasang kitty eyes*