DUMB
By Ays Cloud
Warning : BL,BxB,Shonen-ai. OOC, Typo(s). Don't Like Don't Read. Like? Review onegai. Italic for Flashback
Summary : Naruto, seorang tunawicara menemukan seorang bayi di dekat rumahnya. Sasuke, seorang polisi divisi orang hilang mendapat tugas mencari anak yang sudah lama hilang. Bad summary! SasuNaru! Newbie
Disclaimer : Naruto©Masashi Kishimoto, DumbAys Cloud
.
.
.
.
.
Uzumaki Naruto, seorang anak berparas tampan dengan paduan manis bersurai pirang dan memiliki iris biru langit terlihat merenung di ruang tamunya yang sunyi. Tangannya menggenggam sebuat remote televisi, tapi ia tidak terlihat berniat untuk menyalakan televisi. Anak itu mulai melamun. Dan tidak menyadari kehadiran sosok lainnya di ruangan itu. Sosok itu tersenyum dan menepuk kepala Naruto pelan.
"Hey~ Gaki!" Naruto menoleh kaget yang disambut tawa dari sang pelaku.
'Nee-chan!' umpat Naruto kesal. Wajahnya berkerut tidak suka. Anak berumur 14 tahun itu menyilangkan tangannya di dada dan melototi sang kakak. "Kh…Hm..Ng…"
"Ha'I ha'I~ Aku hanya bercanda Naru-chan~ jangan ngambek gitu dong sama gadis cantik ini~" Sakura tertawa pelan melihat Naruto yang masih merengut. Dia segera menyodorkan kantong yang sedari tadi dibawanya. "Yah~ kasihan sekali ramen ini. Terpaksa harus ku buang soalnya yang mau aku kasih ramen lagi ngambek~" Sakura berujar dengan wajah sedih pura-puranya. Naruto syok ketika mendengar kata ramen dan dibuang yang keluar dari bibir tipis Sakura.
"Ah…Hm..NG!" Naruto bersuara. Sakura kembali tertawa, ia sangat tahu kalau bocah di depannya ini menyuruhnya agar tidak membuang ramen itu. "Nnn…Hmm..!" Suara Naruto kembali terdengar membuat Sakura gemas.
"Iya.. iya.. aku kan bercanda. Cepat sana ambil mangkuk. Kita makan sama-sama." Naruto menggumam dengan wajah senang kemudian berlari menuju dapur. Sakura hanya terkekeh melihatnya. "Kau sangat manis Naru-chan~" gumamnya pelan.
.
"Kau tidak mau?" Sakura menghela nafas. Baru saja ia mengajak Naruto untuk tinggal bersamanya—untuk kesekian kalinya. Jawaban yang di dapat masih sama. Gadis berusia 19 tahun itu menatap Naruto penuh harap, tapi sang bocah hanya menggeleng pelan. "Hah~ tidak apa sih. Aku kan tidak mungkin memaksamu." Ucap Sakura dengan lirih.
"Hm…Ng..Mhng…" Sakura mengangguk walau sebenarnya iya tidak mengerti. 3 tahun sudah ia mengenal Naruto, tapi Sakura masih sulit mengartikan ucapan anak itu. Berkali-kali Sakura membujuk Naruto untuk berkonsultasi ke rumah sakit. Setidaknya Naruto butuh belajar bahasa tangan agar orang-orang bisa mengartikan ucapannya—setidaknya ada. Tapi Naruto selalu menolak. Bahkan Naruto menolak untuk keluar rumah. Bocah itu selalu berdiam diri di rumah. Sakura menjadi khawatir karenanya.
"Tidakkah kau bosan?" Sakura mencoba mengajak Naruto keluar, yang ditanya hanya menggeleng. "Hmm…" gumam Sakura tidak jelas. Naruto hanya memandang Sakura dalam diam.
.
.
.
.
Seorang pemuda berjalan pelan menembus heningnya malam. Mata biru langitnya menatap sekitar dengan was-was. Entah apa yang di pikirkan pemuda bersurai kuning ini tapi ia sedikit mempercepat langkahnya serta mengeratkan genggamannya pada barang belanjaan yang di bawanya.
Tap tap tap….
Langkah pemuda itu semakin cepat hampir bisa dikatakan sebagai berlari. Ia menatap lurus ke depan ketika melihat jarak rumahnya yang sudah dekat.
Blam!
Buru-buru melepas sepatunya dan masuk ke dalam kamarnya. Naruto—nama pemuda tersebut duduk di pinggir kasurnya sambil memegang dadanya berusaha menetralkan detak jantungnya yang tidak beraturan.
Klang!
Naruto menoleh kaget. Ia menghela nafas ketika melihat seorang balita yang menatapnya sambil menyodorkan botol susunya yang sudah kosong. Naruto tersenyum kemudian mengambil botol itu, ia mengisyaratkan agar anak itu tetap diam menunggunya. Anak itu hanya tersenyum membalas gerakan Naruto.
.
Naruto memperhatikan balita yang terlelap dengan damai di sebelahnya sambil tersenyum tipis. Sesekali tangan tannya menepuk kepala sang bocah ketika ia menggerut pelan. Setelah puas memandangi sang anak. Naruto termenung, tiba-tiba ia teringat bagaimana ia bisa dalam kondisi seperti ini sekarang.
.
.
Naruto berjalan dengan malas. Matanya sedikit-sedikit terpejam menandakan pemuda tampan—sekaligus manis itu sedang mengantuk. Terkadang tangannya menutup bibirnya yang menguap sangat lebar. Dalam hati pemuda itu menggerutu. Seandainya saja ramennya tidak habis, ia pasti tidak repot harus keluar di malam hari seperti ini.
Naruto kembali menguap, kali ini lebih lebar dan ia tanpa malu menutup wajahnya. Ia menoleh sekitar melihat bahwa jalan sangat lenggang. Ketika mata biru langitnya melihat sebuah keranjang aneh di dekat tempat sampah, Naruto mengernyit. Ia berhenti sebentar kemudian melihat sekitar. Ragu ia melangkahkan kakinya dengan lambat kearah keranjang tersebut. ketika ia menengok kearah keranjang. Bibir Naruto reflek membuka lebar, mengeluarkan teriakan tanpa suara. Naruto hampir berlari saat sadar kakinya tidak bisa bergerak. Ia menolehkan kepala nya ke sekitar.
'Tolong di sini ada bayi!' teriak Naruto yang berbuah sia-sia. Ia kembali melirik kearah keranjang. Kali ini ia berjengit kaget ketika menyadari sepasang oniks menatapnya. Naruto gelagapan. Mulutnya berkomat kamit tidak jelas.
"Ng..Mn.. .." Ucapnya tidak jelas. Naruto rasanya ingin menangis. Ia bingung harus melakukan apa.
"Oek…oekk…" Naruto terkejut ketika melihat bayi tersebut menangis sambil mengulurkan tangan kecilnya kepada Naruto. "Oekkkkkkk" Tangisnya semakin keras membuatnya semakin bingung. Akhirnya Naruto mengangkat bayi tersebut dan mengambil keranjang itu kemudian berjalan cepat menuju rumahnya.
'Kami-sama tolong aku~' Batin Naruto dengan wajah memelas. Ia melirik bayi tersebut. bayi itu hanya diam sambil mengelus wajah Naruto pelan. Naruto hanya menghela nafas. Mengembangkan senyum kecil yang di balas tawa riang oleh sang bayi.
.
Namanya Sato. Siapapun yang menemukannya jagalah ia dengan baik seperti merawat anakmu sendiri. Ia masih berumur 8 bulan dan tak tahu apa-apa. Ku harap kau mengerti bagaimana keadaannya. Jaga dia. Terima kasih.
Naruto menghela nafas setelah membaca memo yang terselip di keranjang bayi itu. Mata birunya melirik beberapa peralatan bayi yang juga ada di dalam keranjang tersebut. sampai akhirnya sebuah tangan mungil mengusik Naruto. Seorang bayi yang sangat manis berambut raven dan bermata oniks itu menatap Naruto polos. Naruto kembali menghela nafas.
'Sato-chan?' batinnya. Ia menatap bayi itu yang tersenyum seolah tahu jika Naruto memanggilnya walau dalam hati. 'Astaga, apa yang harus ku lakukan?' Naruto kembali membatin. Wajahnya terlihat gelisah. Kemudian ia sadar sesuatu. Cepat-cepat tangannya mengambil ponselnya yang terselip di sakunya. 'Nee-chann!' pekiknya dalam hati.
.
.
.
.
Sasuke memperhatikan rumah di depannya dalam diam. Ia kembali mengingat wajah pemuda yang memasuki rumah itu. Segera ia mengambil ponselnya menghubungi seseorang yang bekerja sama dengannya di kasusnya ini.
"Itachi, aku menemukan pemuda blonde dengan mata biru itu."
"Wow, cepat sekali otoutou~ apa kau sudah yakin?"
"Tentu saja." Ucap Sasuke dengan percaya diri. Matanya masih mengawasi rumah di depannya.
"Baiklah, akan ku cari datanya. Siapa namanya?"
"Uzumaki Naruto."
"Oke~ kau akan tetap mengawasinya?"
"Ya."
"Ck, baiklah. Take care."
"Hn."
Flip.
Sasuke kembali memasukkan ponselnya kedalam sakunya. Ia merebahkan punggungnya sambil tetap mengawasi rumah bercat orange itu. Diam-diam ia menyeringai.
'Aku mendapatkanmu, Uzumaki'
.
.
.
"Uchiha," seorang laki-laki tambun berjalan tergesa-gesa mendekati sesosok pria muda yang berdiri di samping mobilnya. Baru saja tangan putihnya menyentuh knop mobil, tapi ia mengurungkan niatnya.
"Hn?" Sahutnya saat melihat sang pemanggil. Ia menatap Chouji tajam saat laki-laki itu belum membuka mulutnya.
"Huh, sabar sedikit dong. Aku lelah nih berlari mengejarmu." Sasuke mendengus malas. Tangannya bergerak menyentuh knop sebelum di tahan Chouji. "Hey kita dapat kasus nih. Ayo kembali ke kantor."
.
"3 Tahun yang lalu?" Sasuke membeo dengan tatapan dinginnya. Laki-laki bernama lengkap Uchiha Sasuke itu menatap kakaknya Itachi dengan pandangan meremehkan. "Kau bercanda?"
"Aku serius. Kepolisian di bayar mahal untuk ini."
"Lalu apa peduliku?"
"Sasuke!" Sang kakak hanya menghela nafas. "Aku tahu kau sangat tidak suka dengan kasus seperti ini. Tapi kami hanya percaya padamu."
"Bagaimana denganmu?" Pria tampan berusia 21 tahun itu menatap Itachi tajam saat melihat Itachi yang tersenyum aneh.
"Tentu aku ikut."
"Gila!" gumam Sasuke kesal. Dia dan kakaknya disatukan dalam satu kasus. Wow orang itu pasti sangat kaya dan berpengaruh. "Jelaskan padaku." Ucap Sasuke cepat. Ia malas membuang-buang waktu.
"Begitulah otoutouku~" ucap Itachi dengan nada menyebalkan—bagi Sasuke. Kemudian ia melanjutkan. "Seorang bayi berumur 8 bulan. Namanya Sato. Karena sesuatu, keluarganya terpaksa menyembunyikannya. Tapi kemudian bayi itu menghilang 3 hari setelahnya. Seseorang mengaku menculiknya dan membuangnya di dekat tong sampah. Kemudian sang pelaku berkata seseorang berambut blonde dan bermata biru mengambilnya."
"Tunggu. Kenapa baru dicari sekarang?" Sasuke mengingat kembali apa yang dikatakan Itachi. Dahinya mengernyit tidak suka. "Keluarga macam apa itu?"
"Entahlah, perintah ini datang dari atasan langsung. Jadi kau tahulah~"
"Merepotkan." Sebuah suara mengintrupsi mereka tiba-tiba. "Hei, jangan menatapku seperti itu. Aku detektif yang bertugas di kasus ini." Itachi terdiam sesaat sampai akhirnya tertawa dengan keras.
"Oh wow sampai Nara Shikamaru juga?" Ucap Itachi masih dengan tawanya yang berderai. "Kasus ini paling fenomenal."
.
.
.
.
Naruto membuka matanya. Ia melirik balita yang masih tidur lelap disampingnya itu. Dengan perlahan ia turun dari ranjang dan berjalan pelan menuju dapur. Ia duduk sambil memijit keningnya pelan. Naruto menghela nafas. Diam-diam ia melirik pintu rumahnya.
'Aku tahu, dia mengawasiku.' Batin Naruto kalut. Naruto kembali menghela nafas. Memegang dadanya yang bergemuruh cepat. 'Aku harus bagaimana?'
Ia kembali mengingat kejadian beberapa jam lalu saat ia membeli ramen di toko 24 jam dekat rumahnya.
.
.
Seorang laki-laki tampan tiba-tiba menghadang Naruto. Ia terkesiap kemudian melotot menatap laki-laki itu.
'Siapa kau?!' ucapnya—dalam hati. Laki-laki itu tersenyum kemudian memperlihatkan sebuah foto. Naruto meliriknya, dan ia tersentak mengenali siapa yang ada di dalam foto itu.
"Namaku Uchiha Sasuke, aku sedang mencari seorang bayi yang menghilang 3 tahun yang lalu. Apa kau mengenalnya?" Lelaki dengan paras tampan itu menatap pemuda manis yang hanya diam di hadapannya ini. Diam-diam dia menyeringai. "Tuan?" Ucapnya berusaha sopan.
Naruto menggeleng. Bibirnya membuka tapi ia kembali menutupnya. Kemudian dengan segera meninggalkan lelaki bernama Sasuke itu.
"Bocah, jika kau tidak mengaku. Maka aku yang akan membuatmu mengaku. Naruto~"
Naruto kaget. Ia mempercepat langkahnya tanpa memperdulikan lelaki itu. Meninggalkan Sasuke yang menyeringai senang.
.
.
.
Naruto menggelengkan kepalanya pelan. Mengusak surai blondenya dan meneguk airnya perlahan.
Brush!
Naruto terkesiap. Ia terbatuk tanpa suara. Menatap kesal kearah bocah yang mengagetkannya itu.
'Sialan kau Sato-chan! Kau mengagetkanku!' ucap Naruto. Yang di dengar oleh Sato—balita berumur 3 tahun itu- sebagai gumaman tidak jelas. Menghela nafas, Naruto mendekati Sato. Ia berlutut mensejajarkan wajahnya dengan anak itu. 'Kenapa Sato-chan?'
Sato menggeleng pelan. Mengusap wajah Naruto kemudian menarik Naruto menuju kamar. Naruto hanya diam mengikuti. Bocah kecil itu menepuk-nepuk ranjang, mengisyaratkan Naruto untuk tidur di sana. Naruto tertawa tanpa suara kemudian menerjang Sato yang dibalas tawa tanpa suara juga.
Pandangan Naruto berubah menyayu. Ia sedih ketika melihat tawa Sato. Dalam hati ia merutuki dirinya yang tidak bisa bicara. Tanpa sadar Naruto menangis. Membuat Sato kaget kemudian ikut menangis tanpa suara seperti yang Naruto lakukan. Naruto buru-buru menghapus air matanya dan memeluk Sato menenangkan Sato.
"Ang..Hn..Mm..Hng.." Gumaman Naruto terdengar jelas di telinga Sato. Walau ia tidak mengerti, tapi ia tahu bahwa Naruto menginginkan dirinya untuk berhenti menangis. Sato menarik wajah Naruto dan mengecup pipinya pelan. Naruto membalas dengan senyuman.
"Hmmm…hng.." Sato bergumam. Naruto tersenyum mendengarnya. Ia tahu jika sebenarnya Sato bisa bicara. Hanya saja ia tidak bisa karna tidak ada yang mengajarkannya. Naruto sudah sering memutar kaset belajar berbicara pada Sato. Tapi Sato tidak pernah mempelajarinya. Ia selalu diam, seperti Naruto. Atau kadang bergumam seperti Naruto. Bahkan Sato hanya diam ketika Nee-channya—Sakura mengajarkannya bicara.
Naruto melirik jam dinding. Ia buru-buru menarik tubuh Sato kedalam pelukannya. Tanpa sadar waktu sudah menunjukan pukul 4 pagi. Naruto tidak mau jika Sato kurang tidur dan bangun kesiangan. Jadi Naruto segera menina bobokan Sato agar Sato kembali tidur.
.
.
Tok…Tok…Tok..
Naruto mengeliat, ia menatap jam dinding dengan enggan. Ketika sadar masih pukul 04.30 pagi. Naruto menggerutu.
'Aish! Siapa sih mengganggu pagi-pagi?!' Naruto menggerutu sambil mencak-mencak. Ia turun dari ranjang dan menghentak-hentakkan kakinya menuju pintu rumanya.
"Halo, Uzumaki. Selamat pagi."
Bruk.
Naruto terjatuh dengan tidak elitnya ketika seorang laki-laki tampan yang ia ketahui bernama Sasuke itu berdiri di depannya. Wajah mengantuk Naruto berubah menjadi wajah horror.
"Hey. Kau seperti melihat hantu saja." Sasuke mendengus. Mengulurkan tangannya untuk membantu Naruto. Melihat Naruto yang terlihat bergeming. Ia langsung saja menarik Naruto dan menyeret pemuda itu menuju sofa. "Kau tidak sopan sekali dengan tamu bocah" Ucap Sasuke dingin. ia duduk dihadapan pemuda yang masih dengan wajah horrornya itu. Setelah mengendalikan diri. Naruto menatap tajam Sasuke.
'Apa yang sedang kau lakukan di sini?!' ucap Naruto sambil menatap was-was Sasuke. Sasuke yang mendengarnya mengernyit bingung tidak mengerti apa yang di ucapkan pemuda di depannya. Naruto yang melihat ekspresi Sasuke menghela nafas. Ia mengambil sebuah note kecil beserta pena. Kemudian memberinya kepada Sasuke.
"Hn? Aku di sini untuk mengambil bocah bernama Sato yang kau temukan 3 tahun yang lalu." Ucap Sasuke to the point. Walaupun Sasuke masih bingung kenapa pemuda ini tidak bicara padanya melainkan menuliskannya kemudian memberinya ke Sasuke.
'Tidak ada orang yang kau cari di sini. Kau bisa pergi sekarang' Naruto menatap Sasuke. Dalam hati dadanya kembali bergemuruh. Ia melirik kamarnya kemudian melirik jam dinding. Menghela nafas berharap lelaki ini cepat pulang. Mengingat sebentar lagi Sato akan bangun.
Kriet…
Tiba-tiba pintu terbuka. Menghentikan niatan Sasuke yang ingin berbiaca. Naruto menoleh kaget. Kemudian menghela nafas lega.
'Dewi penyelamat!' Batin Naruto dengan wajah berbinar.
"Naru? Ada tamu sepagi ini?" Seorang gadis menatap kaget lelaki bersurai raven yang duduk di hadapan Naruto. Wajahnya agak bersemu menyadari jika lelaki itu sangat tampan. "Oh halo, maaf menganggu. Boleh ku tahu ada urusan apa pagi-pagi begini?" Sakura—gadis tersebut duduk perlahan di samping Naruto. Menatap lelaki itu dan Naruto bergantian.
"Saya Uchiha Sasuke. Dari kepolisian divisi orang hilang. Ingin mengambil Sato. Seorang bayi laki-laki yang hilang 3 tahun yang lalu dan ditemukan orang pemuda ini." Sasuke berucap dingin sembari menunjukan foto Sato dan surat permohonan pencarian yang dibawanya. Sakura terlihat kaget. Ia menatap Naruto. Melihat wajah bingung pemuda itu Sakura menghela nafas.
"Begini, eum.. sebenarnya saya tidak tahu harus berkata apa. Eung…" Sakura kembali melirik Naruto. Ia menghela nafas ketika dilihatnya Naruto menundukan wajahnya.
"Baiklah, saya beri kalian waktu. Tapi saya akan tetap mengawasi kalian." Sasuke memasukkan kembali foto dan surat tersebut kedalam saku jasnya. Ia menatap Naruto sekilas sebelum berpamit.
Setelah Sasuke pergi, Sakura masih menghela nafas. Ia mengelus punggung pemuda di hadapannya pelan. Ketika mata emeraldnya tanpa sengaja melihat sesosok banyangan cilik di pintu kamar Naruto. Gadis itu terkesiap. "Sato-chan!"
Naruto ikut menoleh kaget. Mata birunya bertubrukan dengan iris onyx Sato. Kemudian melihat Kristal bening di sekitar matanya, Naruto segera berlari dan memeluk Sato. Yang hanya terdiam tak membalas pelukan Naruto.
.
.
.
Tobecontinue
.
Newbie, bukan first ff sih. Mohon kritik dan sarannya. Arigatou.
