Author : Fajrinissa Iren Salshabilla

Main Chara : Toushiro Hitsugaya

Just... enjoy my ecek-ecek story ^.^ don't like? read aja ._. *ehh


SOMEONE POV

Malam yang membosankan bagiku. Tidak ada yang spesial malam ini, dan jujur sekarang aku sedang sangat bosan. Aku termenung di ruang tamuku, untuk mengusir kebosanan, aku menyalakan televisi dan mencari channel yang mungkin bisa membuat aku tertarik.

Namaku Toushiro Hitsugaya. Aku seorang penulis. Kini aku tinggal sementara di desa yang jauh dari keramaian kota Karakura, desa Rukongai. Memang ini desa yang cukup terpencil. Aku disini untuk mencari inspirasi untuk buku terbaruku, dan aku pikir di desa aku akan menemukan banyak hal yang jarang aku temui di kota biasanya. Sudah berulang kali aku menekan tombol channel di remoteku, tapi tidak ada cara yang membuatku tertarik. Aku memutuskan untuk mematikan TV dan tidur di sofa ruang tamu.

TOK TOK TOK!

Ah, sial. Baru saja aku memejamkan mataku, ada yang mengetuk pintu. Siapa yang datang malam-malam begini? Lagipula aku warga baru di desa ini, aku juga belum mengenal warga-warga di desa ini dan mereka juga pasti tidak mengenalku. Dengan malas aku bangun dari sofa dan menuju pintu.

CEKLEK.

"Selamat malam," hmm? Siapa gadis ini? Rambut hitamnya dicepol, dan dia menggendong seekor kucing hitam. Mata hazelnya begitu indah dan meneduhkan. Wajah pucatnya yang cantik terlihat jelas diterangi cahaya bulan. Dia memakai kimono berwarna putih yang terlihat lusuh. Dia cantik sekali. Sepertinya aku pernah mengenalnya, tapi dimana?

"Shiro-chan?"

"E-eh, i-iya? Ada apa? Kau siapa? Mengapa kau datang kerumahku malam-malam begini? Mengapa kau memanggiku seperti itu?" tanpa pikir panjang aku langsung menyerbunya dengan pertanyaan-pertanyaan yang ada dipikiranku.

"Eh?" gadis itu terlihat bingung karena serbuan pertanyaanku.

"Umm, maaf, aku sedikit terkejut karena kehadiranmu. Kau siapa ya?" setelah mengendalikan diri, aku mulai menanyakan pertanyaan itu satu persatu.

"Lho? Kau tidak mengenalku, Shiro-chan?"

"Maksudmu? Shiro-chan? Aku orang baru disini, baru pindah tadi pagi. Aku belum mengenal warga-warga di desa ini,"

"Sepertinya bukan dia…" gadis itu menggumam dengan wajah tertunduk lesu. Kulihat ada setetes air mata di pipinya. Tapi apa maksudnya?

"Apa?" karena aku penasaran, akupun bertanya lagi padanya

"Engg, bukan apa-apa. Baiklah, aku pulang. Maaf telah mengganggu malammu." Ia mengelap air mata dipipinya dengan telapak tangannya, lalu pergi dan berjalan memunggungiku. Kucing hitamnya mengikutinya dari belakang. Akupun kembali ke ruang tamuku.

Aku bingung. Aku rasa aku mengenal gadis itu, dan dia juga sepertinya mengenalku. Tapi... dimana aku pernah bertemu dengannya ya? Dia juga memanggilku 'Shiro-chan'. Apa maksudnya? Karena rambutku ini? Ah, mungkin hanya deja vu. Bahkan karena memikirkan hal itu aku sampai lupa menanyakan namanya. Sepertinya dia warga desa ini, jadi kemungkinan aku bisa bertemu dengannya lagi dan menanyakan hal-hal tentangnya. Aku tertarik untuk mencari tahu siapa gadis itu. Ah, berpikir keras seperti ini membuatku lelah. Lebih baik aku tidur.

NORMAL POV

Pagi yang cerah di Rukongai. Ayam jantan mulai berkokok, membangunkan warga-warga dari mimpinya. Burung-burung berkicau riang, sinar matahari hangat menerpa. Beberapa petani sudah berangkat kearah ladang untuk memulai pekerjaan mereka.

KRING KRING KRIIINNNGG!

Suara jam alarm menggema di sebuah kamar. Ya, kamar Hitsugaya. Iapun bangun dan duduk di tepi tempat tidurnya, lalu berdiri dan membuka jendela kamarnya. Ia menghirup udara segar di desa ini, sungguh sesuatu yang jarang bisa dinikmati di perkotaan. Setelah itu Ia berjalan ke arah kamar mandi. Sehabis dari kamar mandi, dia menuju ruang tamu sambil membawa tas laptopnya, iapun duduk di sofa depan TV dan meletakkan laptopnya di meja. Ia pergi ke arah dapur, dan kembali dengan secangkir kopi hangat. Iapun mulai mengetik sesuatu di laptopnya.

Tapi hal itu kembali mengganggunya. Ya, kejadian semalam saat seorang gadis cantik mendatangi rumahnya. Ia tidak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya karena terus menerus memikirkan kejadian itu. Ia pun bangkit dari sofa menuju kamarnya untuk berganti pakaian dan menyimpan laptopnya. Setelah itu ia menuju ke pintu rumahnya dan keluar menuju pasar di desa tersebut, siapa tahu ia bisa bertemu gadis itu.

Ia melihat kesegala arah, banyak wanita paruh baya yang sedang berbelanja di pasar itu. Tapi tak ditemukannya gadis yang semalam mendatangi rumahnya. 'Mungkin dia tidak sedang berbelanja, mungkin dia ada ditempat lain di desa ini. Sebaiknya aku tanyakan pada penjual di pasar ini, siapa tahu ada yang mengenal gadis itu.' Pikir Toushiro. Dengan sekejap ia melupakan tujuan utamanya pergi ke pasar.

HITSUGAYA'S POV

"Umm., permisi Pak?" aku mencolek punggung seorang penjual sayuran.

"Eh? Iya? Ada apa, dek?" aku dipanggil 'dek'? hah, ini salahku karena punya wajah yang terlalu imut #coret# terlalu menggemaskan #coret# seperti anak-anak.

"Engg, apa Bapak mengenal gadis tingginya setelinga saya, rambutnya hitam dicepol dan dibungkus kain biru, dan suka menggendong seekor kucing hitam?" tanyaku langsung to the point.

"Hmm," Bapak itu terlihat sedang berpikir, jari telunjuknya ia letakkan di bawah bibirnya dan kepalanya menerawang ke atas.

"Gadis seperti itu belum pernah saya lihat, dek. Sebenarnya saya juga pendatang baru disini, ibu saya tinggal disini. Saya membantu ibu saya untuk menjual sayur-sayuran ini," jawabnya sambil memainkan sayuran di gerobaknya. Hah, jawabannya tak memuaskan.

"Ohh, baiklah, terima kasih ya, Pak."

"Hehe, iya, dek. Jangan cuma nanya dong, dek. Beli sayuran saya…" aku sweatdrop seketika.

"Eh? O-oh… Ahaha iya Pak, kapan-kapan saya beli kalau persediaan saya sudah habis. Terima kasih ya Pak..." aku putuskan untuk bertanya pada pedagang yang lain.

"Permisi Pak, apa anda pernah melihat gadis berambut hitam dicepol dengan kain biru, dan suka menggendong kucing hitam?"

"Uh? Maaf, nak, saya belum pernah lihat,"

SKIP TIME

Kalau di hitung-hitung, sudah 6 kali aku bertanya kepada penjual-penjual di pasar ini. Beberapa kali aku juga bertanya pada wanita-wanita yang sedang berbelanja di pasar, tapi aku tidak mau bertanya lagi pada wanita-wanita itu, karena setiap aku bertanya yang ada mereka malah berteriak "KYAAAA~~" sambil mencubit pipiku. Huh, trauma. Karena lelah mengitari pasar ini, aku berjalan keluar dari keramaian. Hingga aku sampai di daerah yang sepi, ku lihat tak jauh dariku ada sebuah ayunan di bawah pohon sakura. Aku duduk disana. Sejuk sekali. Akupun memejamkan mataku, menikmati sejuknya desa ini.

"Anak muda?" Hah! Siapa itu?

"E-eh? Iya, Kakek tua?" jawabku asal sambil menunjuk Kakek tua yang memanggilku. Janggutnya putih panjang dan menurutku itu janggut yang keren. Bayangkan saja, janggut dililit dengan pita, apa tidak keren, hm? Ia bungkuk dan berjalan sambil membawa tongkat. Dikepala botaknya ada bekas luka berbentuk tanda silang. Matanya merah, dia iritasi atau jangan-jangan... dia punya sharingan?

"Siapa kau?"

"A-aku To-toushiro Hitsugaya. Kakek sendiri, siapa?"

" Yamamoto Genryūsai. Apa yang kau lakukan disini?"

"Saya istirahat sebentar. Memangnya kenapa kalau aku istirahat disini?" dengan lancang aku bertanya.

"Apa kau tidak tahu sejarah tentang ayunan ini?" wajah Yama-jii yang semula ramah berubah menjadi ketakutan.

"Hmm? Saya orang baru disini, saya tidak tahu apa-apa soal desa in-" belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Yama-jii langsung menarik tanganku menjauh dari ayunan dan pohon sakura ini.

"Ikut aku," akupun mengikuti langkah Yama-jii, ia berjalan dengan cepat, aku takut ia tersandung janggutnya yang panjang.

"Kita mau kemana?"

"Sini," ujarnya sambil menepuk kursi taman di sampingnya. Akupun duduk disampinya.

"Kau benar-benar tidak tahu ya?"

"Tidak. Sudah saya bilang, saya ini orang baru."

"Begitu ya, baiklah, akan aku ceritakan." dan dongengpun dimulai.

"Dulu, pada tahun 1336, saat itu Jepang masih dalam periode Zaman Muromachi. Ashikaga Takauji mendirikan Keshogunan Muramachi atau biasa disebut Istana Utara, sebagai tandingan Kaisar Godaigo atau Istana Selatan. Terpecahnya kekaisaran menjadi Istana Utara-Istana Selatan berlangsung sampai Istana Selatan ditaklukkan Istana Utara pada tahun 1392-"

"Lalu apa hubungannya dengan ayunan itu?"

"Dengarkan aku dulu!"

"Emm, ba-baiklah. Maaf, kek"

"Ya. Ehm. Ada seorang gadis, namanya... emm aku lupa, aku sudah terlalu tua. Ehm. Dikatakan gadis itu mati bunuh diri di ayunan dibawah pohon sakura itu, karena kekasihnya dibunuh oleh klannya sendiri. Ia dibunuh karena ia menjadi kekasih dari gadis yang berasal dari Istana Utara, sedangkan ia sendiri berasal dari Istana Selatan. Yaa, seperti kisah Romeo dan Juliet."

"Hmm, begitu ya. Tragis sekali." gumamku sambil menatap sendu ayunan di bawah pohon sakura itu, menghayalkan seorang gadis bunuh diri ditempat itu.

"Lalu siapa nama kekasih- lho? Yama-jii?" saat aku menoleh, Yama-jii itu tidak ada. Tiba-tiba suasana menjadi dingin dan tidak nyaman, ah, lebih baik aku pergi dari sini.


Kyaaa fict pertamaku x3

Bagaimana minna? masih abal banget ya-_- sebenernya fict ini udah aku bikin beberapa tahun yang lalu tapi baru aku publish sekarang :D ini fict udah aku bikin sejak aku kelas 6 SD dan sekarang aku udah kelas 2 SMP ^^

Mind to review? ;)