*Naruto belongs to Masashi Kishimoto

*Don't take any material profit


Bukan Puisi Cinta

.

.

.

.

Ada beda diantara kita. Yang semakin jauh saat kata perpisahan terucap tanpa air mata. Tanpa gurat kesedihan. Tanpa raut penyesalan.

Buat apa kita membedakannya?—sedangkan hati kita sudah menyatu.

Namun engkau sudah sepakat. Tak ada 'kita'. Tak mungkin. Kita berbeda. Kita berpisah.

Ada rasa yang hilang tatkala engkau meninggalkan. Karena ada rajutan yang terjalin. Ketika kita isi hari-hari dengan lezat manisnya dango dan ranum segarnya tomat.

Dan kau pun meninggalkanku dalam kesendirian yang tak berujung. Dan pun sudah berakhir. Aku terpojok dalam sebuah labirin firasat. Tak mungkin kita bertemu. Mustahil kita bersatu.

"Tidak ada hubungannya, ya?" lirihku acuh.

"Aku akan menemui lagi,"

Acap kali tidak peduli, siapa yang di sisi dan di tepi. Berucap hanya dalam sepi. Janji dalam teori. Tak mampukah firasatku memungkiri?

Hingga akhirnya ia sungguh kembali. Dengan seutas kata penyambung hati.

"Sakura, menikahlah denganku."

Bagai air menyapu dahaga, kata-kata itupun menyapu firasat. Saat menerima satu ucap, kata sepakat, 'ya'. Lalu terjalinlah sudah.

Amanah ini telah dan akan aku terima. Sampai kapanpun, entahlah.

Namun saat aku menerima satu, ku dapatkan lebih dari apa yang aku bayangkan.

Ada suatu harap, dari sekian harapan. Yang terjaga di suatu keheningan malam. Yang terpelihara di peluk hangat para sahabat. Bersama mimpi dan cerita-cerita pengantar tidur.

Generasi baru telah terlahir, generasi yang dinantikan, generasi pengharapan. Akan sebuah perjuangan panjang. Telah terlelap 'ia'. Dari nirwana jatuh ke tanganku, datanglah seorang malaikat untuk kucintai, kudekap erat, dan kukecup selamat malam.

"Ma... ma..."

Dan pun terucap. Suatu penghargaan yang tulus dari lubuk hati terdalamnya. Aku tautkan jari-jemariku, kugetarkan bibirku pelan. Terpanjatlah sebuah do'a. Agar ini bukan sekedar mimpi. Mimpi di atas mimpi. Dalam pita merah yang membingkai kepala merah muda.

Kami-sama,

Jadikanlah ia putri yang berbakti, serta cahaya bagi semuanya.

Semoga tiada pupus terlindas rentetan kehidupan. Akan apa yang terjadi disini.

.

.

.

.

A/N :

Lagi nikmatin banget nulis poetry nih hahahah. Sasusaku-nya berasa gak sih? Bukan puisi cinta, gak romantis juga. Judulnya pas kan ya?

.

.

.

Adakah readers yang ngerti apa yang diceritakan diatas tadi dan itu sudut pandang siapa?

.

Kalo iya, review pls. Kalo enggak, gak us—tetep review lah.