Vocaloid (c) Yamaha, Crypton Future Media, Internet, etc
Saya tidak mengambil keuntungan materiil dari fanfiksi ini.
Didedikasikan untuk ulang tahun Rellionna, nahkoda kapal ini, walaupun (sangat) terlambat. Maafkan aku, bukannya aku lupa, tapi mood nulis emang baru balik akhir-akhir ini. Happy belated birthday and stay strong, ilysm ;_;
puisi untuk langit
(dan laut yang ia rengkuh)
happy reading :'D
Hari ini, Taito kembali dari laut. Lui bercita-cita membawakannya matahari.
Tapi Taito kembali dengan bulan yang hinggap di bahunya, entah bagaimana caranya, bersinar teduh di wajahnya yang tenggelam dalam bahagia. Lui melihatnya di dermaga. Awan-awan seolah turun, membuat gumpalan-gumpalan liar yang hendak menantang samudera, tapi bulan Taito menghunus halimun. Lui membuang mentari dalam imajinya. Bulan Taito lebih jelita. Bulan Taito menguarkan pendar sukacita.
Lui memekik pelan, menyerukan nama Taito. Sekali, dua kali, tiga kali Kapal yang membawa Taito pulang sudah kosong. Taito penumpang terakhir yang turun, setelah gempita keluarga-keluarga lain menyambut objek kerinduan. Ada ayah yang dipeluk istri dan anaknya. Ada kakak laki-laki yang disambut enam adiknya. Ramai, sungguh ramai. Tapi Taito hanya punya Lui dan Lui hanya punya Taito. Laut dan dermaga ini hanya milik mereka berdua.
Kaki-kaki kurus Lui berlari tidak sabar. Langkahnya cepat-cepat seolah suatu entitas tak kasat mata tengah mengejar. Lui melambaikan kertas yang sudah menguning alih-alih topinya yang kian miring. Kertas itu sudah kusam, tintanya yang memudar ditebalkan buru-buru tadi pagi. Kertas itu mengendap menahun di laci yang ternyata menjadi rumah rayap. Betapa paniknya Lui saat itu! Ujung kertas tergergoti. Satu-dua kata menjadi kotoran di perut rayap. Sialan, beruntung Lui ingat kata apa yang hilang.
"Aku punya puisi untuk Taito-kun," Lui bicara secerah oranye yang menjadi warnanya. Taito tersenyum, tangannya mencapai puncak helai jingga Lui, dan Lui menahan diri untuk tidak menghambur ke dekapan Taito. Tidak sebelum ia membacakan puisinya! Taito tidak bicara, namun netranya mengisyaratkan sesuatu. Seakan mendamba pengecap Lui mengutarakan satu hal. Apa? Lui tidak mengerti.
"Ah, aku hampir lupa!" ucap Lui dengan nada naik satu oktaf. "Selamat datang kembali, Taito-kun!"
Ini adalah pesan untuk kupu-kupu
Yang sayapnya lalu mati, darahnya biru
Serpih jiwanya terdapat doaku
Tapi cakrawala menepis rindu
Maka camar-camar, berhenti menggerogoti
Turunlah ke dermaga dan bawa hati
Jika yang nyata tak kembali,
Biarkan jarum jam menjelma kabar
Binasa atau barangkali tersasar
Namun tak henti, dalam telapak tangan
Atau pada bayangan-bayangan
Yang melesaki lubang dada dengan awan
Ada cinta
Ada doa.
"Nyatanya, Taito-kun kembali—"
