Want to Feel Loved

1.

Ada satu hal yang paling tak disukai Kris mengenai kekasihnya, yaitu sifat sang kekasih yang kekanak-kanakan. Namanya lengkap kekasih Kris adalah Park Chanyeol, orang-orang memanggilnya dengan sebutan 'Chanyeol' atau juga 'Si Manis' karena memang sikap dan perilaku Chanyeol yang begitu manis pada semua orang.

Tapi Kris sama sekali tidak berpikiran begitu. Ia tidak berpikir bahwa Chanyeol adalah orang yang manis ataupun sesuai dengan tipenya. Lagipula Kris sesungguhnya sangat membenci Chanyeol, Kris benar-benar tidak menyukai segala hal yang berhubungan dengan sang kekasih.

Park Chanyeol sebenarnya adalah seseorang yang dikenalkan oleh orang tua Kris untuk diikatkan tali pernikahan dengan putra mereka. Meski memang perjodohan mereka itu terdengar terlalu seperti tipikal fiksi murahan dan sejenisnya, tapi percayalah bahwa ini semua benar-benar terjadi pada kehidupan Kris dan Chanyeol. Apalagi Kris, ialah yang paling menentang perjodohannya, dengan alasan bahwa ia sudah memiliki kekasih untuk dipinang. Sayangnya penolakan Kris tersebut tak diambil pusing oleh kedua orang tuanya, mereka tetap bersikukuh untuk memasangkan Kris dengan Chanyeol—putra dari kerabat orang tua Kris yang pernah menyelamatkan mereka dari sebuah kecelakaan maut beberapa tahun yang lalu.

Sungguh alasan yang bodoh memang. Hanya karena orang tua Chanyeol menyelamatkan nyawa orang tua Kris di sebuah kecelakaan, Kris yang harus membalaskan budi orang tuanya. Tapi mau bagaimana lagi, orang tuanya memaksa Kris untuk mempersunting Chanyeol dengan imbalan yang menggiurkan; separuh harta kekayaan kedua orang tuanya yang hampir tak terhitung jumlahnya.

"Memangnya hidupmu semenyedihkan itu sampai harus dipasangkan denganku?" tanya Kris geram pada Chanyeol, ia mencengkram keras lengan sang kekasih—menancapkan kuku tajamnya pada kulit halus itu.

"M-maafkan—" Chanyeol mendesis saat Kris mengeratkan cengkramannya, "maaf, maafkan aku."

Kris kemudian menggiring paksa Chanyeol masuk ke dalam mobilnya. Ia menutup pintu mobil tersebut dengan sebuah bantingan keras yang membuat Chanyeol sedikit tersentak. Chanyeol tanpa sadar telah membanjiri kedua pipinya dengan air mata, tubuhnya juga bergetar ketakutan. Ia menundukkan kepalanya dalam-dalam karena tidak ingin menatap Kris yang sedang marah padanya.

Terdengar sebuah bantingan pintu mobil yang tak kalah keras dari sebelumnya. Kris kini telah duduk di samping Chanyeol, tepatnya di kursi kemudi. Ia memukul roda kemudi di hadapannya penuh emosi, lalu berseru, "Kau bisa tidak membuat ulah sehari saja?! aku sudah muak harus mengurusimu!"

Chanyeol memilih tak merespon ucapan tajam Kris karena isak tangisnya yang semakin menjadi membuatnya sulit untuk berbicara. Sambil menghindari tatapan Kris dengan menundukkan kepala, Chanyeol mainkan garis-garis di lengannya—luka goresan silet yang pernah Kris lukiskan untuknya beberapa hari yang lalu.

"Kau hanya bisa menangis?" Kris masih menggunakan nada bicara yang sama, ia terdengar begitu kesal. "Apa kau harus membeli es krim selarut ini?! masih ada esok hari, kau memang sebodoh ini atau apa?"

"Maaf, Kris."

Kris menghela napasnya berat, ia bersandar pada kursi yang didudukinya lalu melirik Chanyeol sekilas. "Kautahu besok hari apa?"

Chanyeol perlahan mengangkat wajahnya untuk dihadapkan pada Kris, ia ragu-ragu menatap sang kekasih, dan dengan perasaan takut ia menggelengkan kepalanya. Wajah Chanyeol yang bersimbah air mata itu terlihat begitu menyedihkan, tapi tak sedikit pun Kris terlihat iba melihatnya. Kris malah berdecak kesal, ia lalu menyalakan mesin kendaraannya dan mulai mengemudi.

Selama perjalanan itu, tidak di antara mereka yang mengatakan satu patah kata pun. Mereka berdua bungkam, tak ada suara lagu dari radio di dalam mobil yang menemani keheningan di sana. Suasana ini membuat Chanyeol pun diam—sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia pandangi gedung-gedung pencakar langit di jalan raya yang menghalangi pemandangan indahnya bintang-bintang. Meski saat ini Chanyeol begitu merasa tidak nyaman oleh intimidasi yang diberikan Kris, namun ia lebih memilih untuk bungkam dan tidak mengeluh akan hal tersebut. Chanyeol tidak ingin membuat Kris semakin gusar karena dirinya.

Sudah sepuluh menit berlalu, sudah sepuluh menit mereka tidak saling berinteraksi, tetapi kemudian keheningan itu pun akhirnya terpecahkan oleh Kris yang berkata, "Besok, hari jadiku dengan Baekhyun." Ucapannya terdengar cukup santai, emosinya yang sempat berapi-api hilang sekejap. Ini merupakan salah satu faktor mengapa Chanyeol merasa iri pada Baekhyun—kekasih Kris yang sesungguhnya. Karena ketika namanya disebut oleh Kris, nada bicara Kris akan terdengar sangat berbeda dari biasanya.

Padahal Chanyeol juga ingin diperlakukan sama, ingin diajak bicara menggunakan nada yang sama; lembut dan penuh kasih sayang seperti pada percakapan mesra yang selalu Kris lakukan tiap harinya dengan Junmyeo nmelalui telepon genggam.

"Aku tidak akan ada selama satu hari penuh, dan aku tidak ingin kau mengacau dengan pergi keluar rumah, atau melakukan apa pun yang memancing perhatian orang tuaku dan orang tuamu." Tutur Kris tegas, ia dapat melihat Chanyeol yang perlahan menganggukkan kepalanya dengan air mata yang masih deras mengalir ke pipinya. Isak tangis Chanyeol terdengar begitu pedih, namun Kris tidak ingin menghiraukannya. "Kau lebih baik tidak mengacau atau aku akan melakukan yang terburuk dari biasanya."

Jangan pergi, Kris. Kumohon. Inginnya Chanyeol menyuarakan kalimat tersebut, sayangnya ia tidak memiliki keberanian yang besar untuk bahkan mengeluhkan kepedihan yang sedang dirasakannya saat ini.

Chanyeol memasukkan kedua tangannya pada kantung jaket Rilakkuma yang sedang dikenakannya saat Kris dengan sengaja menyalakan pendingin di dalam mobil, padahal suhu udara di luar sudah sangat dingin tak tertahankan. Kris hanya menyeringai melihat Chanyeol yang mulai menggigil sambil menggaruk-garuk lengannya. Ia tahu bahwa Chanyeol alergi pada suhu udara yang dingin. "Ini hukuman untukmu karena kau membuatku selalu kesulitan."

Chanyeol hendak mematikan air conditioner di sana namun tangannya segera dicekal oleh Kris. Kendaraan pun berhenti mendadak di tengah jalan yang lengang itu.

"Tapi aku tidak ingin sakit, Kris." Bisik Chanyeol begitu pelan hampir tak terdengar. Ia membiarkan tangannya tetap digenggam oleh Kris karena tak ingin melawan.

"Oh, kalau kau sakit, lalu apa peduliku?"

Chanyeol membuka mulutnya sebentar, hendak menjawab pertanyaan tersebut namun niatnya segera ia urungkan. Jawaban panjang yang sempat akan diberikan, Chanyeol ganti dengan sebuah, "Maaf."

"Terserah." Kris melepaskan tangan Chanyeol dengan mengayunnya keras sehingga menghantam dashboard mobil. Kris kemudian mulai kembali menjalankan kendaraannya untuk dikemudikan menuju rumah mereka tanpa memedulikan seru kecil kesakitan Chanyeol.

Sambil mengusap bagian jarinya yang terasa sakit, Chanyeol merenung dengan wajah yang dipalingkan dari Kris. Pandangannya ia alihkan pada luka-luka sayatan di lengannya sembari memikirkan bagaimana caranya untuk memberitahu Kris bahwa sebenarnya ia sedang mengandung buah hati mereka yang pertama.

.

.

.

tbc