Naruto belong to Masashi Kishimoto, Shonen Jump, dan pihak-pihak yang terlibat.

I own nothing except the plot.

Warning: Drabble, Oneshot, AU, Shonen-ai, OoC.

Netra by FrogKeeper

KBBI

netra /net·ra/ n mata


Biru. Seperti samudra artik. Cerah, menenangkan. Sasuke tak pernah bosan menatap manik biru itu.

Manik yang mampu membuatnya terbius, tertarik, terpesona akan sang empunya. Manik yang selalu membuat Sasuke berdesir—

Sasuke tak pernah bosan—

Biru. Alasan yang membuat Sasuke selalu berpaling padanya—walau sang pemiliknya telah berkeluarga. Walau tidak lagi memandangnya dari depan, dari dekat, dan tidak seintens dulu, Sasuke tak pernah bosan. Walau hanya dapat memandangnya dari samping dan dari kejauhan.

Sasuke tak dapat menjauh dari sang pemilik manik biru itu. Tapi dia berusaha untuk tidak menyesali—ya, berusaha—kalau saja dulu dia tidak peduli dengan adat. Ketika pemilik manik biru itu saling memasangkan cincin dengan gadis indigo—Hinata, yang merupakan pemuja Naruto—Sasuke berusaha merelakan.

Naruto pernah mengajaknya untuk kabur, pergi ke suatu tempat yang membuat mereka dapat terus bersama. Toh, aslinya juga Naruto juga seorang pemberontak. Tapi tidak. Sasuke bukanlah pemberontak, dia bukan seorang yang egois—tapi lihat kondisinya sekarang, hanya karena memikirkan kebahagian Naruto—yang bagi 'Dobe'nya itu tidaklah bahagia.

Dia tak berani menghubungi Naruto, dia memutus kontak dengannya. Tapi, beginilah dia sekarang, menjadi penguntit. Demi melihat manik biru secerah samudra itu.

Dia ingin Naruto menjalani kehidupan yang 'normal'.

Tempatmu bukan di sisiku, Dobe. Aku akan bahagia jika kau dapat menjalani kehidupan dengan normal.

Dua kalimat itu membuat beberapa bulir-bulir air keluar dari mata mereka. Naruto mengatainya brengsek, dan meninju pipinya. Itulah salam perpisahannya. Setelah itu mereka tidak pernah lagi melakukan konversasi verba. Netra yang seolah-olah masih membuat mereka saling berbicara.

Karena baginya seperti itulah kehidupan. Punya istri, berkeluarga, dan memiliki keturunan.

Toh, sampai sekarang diapun belum berkeluarga. Naif memang—

Dia tidak ingin membuat istrinya kelak menderita karena Sasuke tidak dapat mencintai orang lain selain Naruto. Lalu apa yang kaulakukan pada Naruto, kalau begitu?

Tapi dia tahu, Hinatapun tahu.

Dia ingat bagaimana dulu Hinata menangis tersedu-sedu padanya untuk merelakan Naruto. Gadis bangsawan itu rela menurunkan harga dirinya di depan Sasuke. Mengatakan bahwa Kushina ingin menimang cucu, dan bermenantukan perempuan, dan bukannya bergender sama dengan Naruto.

Hinata telah mengambil jalannya juga, menikah dengan orang yang tidak mencintainya.

Dia ingat bagaimana ekspresi kosong Naruto ketika mencium Hinata di hari pernikahan mereka. Matanya tak fokus.

Dan dia ingat—


"Hey, Dobe! Tutup matamu kalau kita berciuman!"
"Kenapa, Teme?—"
"Mana ada orang berciuman sambil saling melotot—"
"Tapi bukankah kau bilang—kau terobsesi dengan mataku?"
.

.

Shut down.


Krik. Krik. Krik.

Aduh, maaf -_- Ceritanya gaje.